• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kalkulus II "Integral" Oleh, MANSUR AMRIATUL (07 241 075)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Kalkulus II "Integral" Oleh, MANSUR AMRIATUL (07 241 075)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KALKULUS II

“INTEGRAL”

O l e h :

Nama : Mansur Amriatul

NIM : 07 241 075

Semester : VIII (Delapan)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA IKIP MATARAM

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadlirat Allah swt. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga ditengah-tengah kesibukan dan rutinitas penulis serta dengan segala kekurangannya, dapat menyusun makalah ini yang diharapkan dapat membantu pribadi penulis dan mahasiswa secara umumnya dalam mempelajari Kalkulus II tentang “Integral”.

Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada pribadi penulis dan mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP Mataram yang sedang mengikuti perkuliahan Kalkulus II. Kekurangan dan belum sempurnanya makalah ini menjadi ‘tuntutan” penulis sehingga yang seharusnya teman-teman menerima banyak pengetahuan tentang Kalkulus Integral dari makalah ini belum dapat terwujud seluruhnya.

Terselesaikannya penulisan makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan rekan-rekan seprofesi penulis di IKIP Mataram, lebih-lebih teman-teman kelas ku yang menjadi motivasi penulis untuk segera menyelesaikan makalah ini.

Semoga materi yang telah dituangkan dalam makalah ini, akan sangat berguna bagi pribadi penulis dan mahasiswa FPMIPA IKIP Mataram umumnyam. Kekurangan dan kekhilafan disana sini Insyaallah diperbaiki dikemudian hari.

Mataram, 18 Juli 2011 Penulis

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Anti Turunan (Integral Tak-tentu) ……… 1

1.2 Integral Tertentu ………... 1

1.3 Sifat-Sifat Integral Tentu ... 2

1.4 Teorema Dasar Kalkulus ……….. 4

BAB II TEKNIK INTEGRAL 2.1 Teknik Substitusi ... 6

2.2 Integral Fungsi Trigonometri ... 7

2.3 Teknik Substitusi Fungsi Trigonometri ... 13

2.4 Integral Parsial ... 15

2.5 Integral Fungsi Rasional ... 17

2.6 Integral Fungsi Rasional yang Memuat Fungsi Trigonometri… 19 Bab III INTEGRAL TIDAK WAJAR 3.1 Pengertian ... 21

3.2 Integral Tidak Wajar dengan Batas Diskontinu ... 25

3.3 Integral Tidak Wajar dengan Batas Tak Hingga ………… 28

BAB IV RUMUS-RUMUS INTEGRAL DAFTAR PUSTAKA ... 41

BAB I PENDAHULUAN 1.5 Anti Turunan (Integral Tak-tentu)

(4)

Matematika mempunyai banyak pasangan operasi balikan: penambahan dan pengurangan,perkalian dan pembagian, pemangkatan dan penarikan akar, serta penarikan logaritmadan penghitungan logaritma.

Definisi :

Fungsi F dikatakan anti turunan dari fungsi f pada selang I jika F’(x) = f(x) untuk semua x di I.Notasi : F(x) = ∫ f(x) dxIntegral tak tentu adalah Anti/Invers/Kebalikan turunan.

Contoh : Integral tak tentu adalah operator liner, yaitu bersifat : a.

b.

1.6 Integral Tertentu Definisi :

Misal f(x) suatu fungsi yang didefinisikan pada [a,b], selanjutnya f(x) dikatakan terintegralkan (integrable) pada [a,b]

jika ∑ = → ∆ n i i i Plim0 1f(x ) x ada. Selanjutnya b a dx x

f( ) disebut Integral Tentu (Integral Riemann) f(x) dari a

ke b, dan didefinisikan ∫ b a dx x f ( ) = ∑ = → ∆ n i i i Plim0 1f(x ) x .

(5)

b a

dx x

f ( ) menyatakan luas daerah yang tercakup diantara kurva

y = f(x) dan sumbu x dalam selang [a,b], jika b a

dx x

f( ) bertanda negatif maka

menyatakan luas daerah yang berada dibawah sumbu x. Definisi : a. a a dx x f ( ) = 0 b. b a dx x f( ) = - a b dx x f( ) , a > b

1.7 Sifat-Sifat Integral Tentu

a. Sifat Penambahan Selang Teorema :

Jika f(x) terintegralkan pada suatu selang yang memuat tiga titik a, b dan c, maka : dx x f c a∫ ) ( = b f x dx a∫ ) ( + c f x dx b∫ )

( bagaimanapun urutan a, b dan c.

Contoh : 1. x dx =x dx +2x dx 1 2 1 0 2 2 0 2 2. x dx =x dx +2x dx 3 2 3 0 2 2 0 2 3. x dx x dx x dx − − + = 2 1 2 1 0 2 2 0 2 b. Sifat Simetri

Jika f(x) fungsi genap, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat f(-x) = f(x) , maka: dx x f a a ∫ − ) ( = 2 af x dx 0 ) ( dan

Jika f(x) fungsi ganjil, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat f(-x) = - f(x), maka

(6)

dx x f a a ∫ − ) ( = 0. Contoh : 1.  =      =       − π π π 0 4 cos 2 4 cos x dx x dx 4 2 4 1 . 4 cos 8 0∫ =       π dx x 2. dx x x ∫ − + 5 5 2 5 4 = 0

Secara lebih umum, sifat-sifat integral tertentu adalah:

Jika f(x) dan g(x) kontinu pada interval [a,b] dan k

Real dan f(x), g(x) terintegralkan pada interval tersebut, maka:

1.

ab =

b a dx x f k dx x kf ( ) ( ) 2. dx x g dx x f dx x g x f b a b a b a

[ ( )+ ( )] = ( ) + ( ) 3. , ) ( ) ( )] ( ) ( [f x g x dx f x dx g x dx b a b a b a

− = − 4.

a ( ) =0 a dx x f 5.

=−

a b b a dx x f dx x f ( ) ( ) , jika b < a 6.

= b a dx x f( )

+

b c c a dx x f dx x f ( ) ( ) , c ) , (a b ∈ 7.

( )=0, − a a x f jika f(-x) = -f(x)

(7)

8.

a a dx x f( ) = 2

a dx x f 0 ) ( , jika f(-x) = f(x) 9. Jika F(u) =

b a dx x f ( ) , maka ) ( ) (u f u F du d = 10.

b a dx x

f( ) = (b-a) f(xo) untuk paling

sedikit x = xo antara a dan b.

11.

b a b a dx x g dx x

f( ) ( ) jika dan hanya

jika f(x) ≤ g(x) untuk setiap x

[a,b].

12. D f(t)dt f(x) x a x =      

1.8 Teorema Dasar Kalkulus

Teorema dasar Kalkulus memberikan kemudahan untuk menghitung Integral Tentu, berikut teorema tersebut :

Misal f(x) kontinu pada [a,b] dan F(x) sebarang anti turunan f(x), maka ∫ b a dx x f ( ) = F(b) – F(a)

Selanjutnya ditulis F(b) – F(a) = b a

x F( )] [

Contoh :

Perlihatkan bahwa jika r ∈ Q dan r ≠ -1, maka 1 1 1 1 + − + = + + ∫x dx brr arr b a r

(8)

Jawab : Karena F(x) = 1 1 + + r

xr suatu anti turunan dari f(x) = xr, maka menurut teorema dasar

Kalkulus 1 1 ) ( ) ( 1 1 + − + = − = + + ∫x dx F b F a brr arr b a r

Integral tentu sebagai operator linear, yaitu bersifat :

Misal f(x) dan g(x) terintegralkan pada [a,b] dan k suatu konstanta, maka: a. b = a dx x kf ( ) k

b

a

dx

x

f

(

)

b.

f

x

g

x

dx

b

a

)]

(

)

(

[

+

=

b

a

dx

x

f

(

)

+ b a dx x g( ) Contoh : Hitung 2(4x 6x )dx 1 2 ∫ − − Jawab : dx x dx x dx x x ∫ − − − − = − 2 1 2 2 1 2 1 2) 4 6 6 4 ( = 4 2 1 3 2 1 2 3 6 2 − −         −        x x = 4       + −       − 3 1 3 8 6 2 1 2 4 = − 12 BAB II TEKNIK INTEGRAL

(9)

Beberapa macam teknik pengintergralan digunakan untuk menentukan antiturunan suatu fungsi. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam menentukan selesaian integral fungsi yang ditentukan. Agar teknik pengingtegralan mudah dipahami oleh pembaca, maka dalam bab ini dirincikan teknik pengintegralan dimaksud dengan syarat-syarat yang ditentukan. Teknik-teknik integral tersebut adalah: Teknik Substitusi, Integral Fungsi Trigonometri, Teknik Substitusi Fungsi Trigonometri, Integral Parsial, Integral Fungsi Rasional, dan Integral Fungsi Rasional yang memuat fungsi Trigonomteri.

Berikut ini penjelasan teknik-teknik dalam pengintegralan. 2.1 Teknik Substitusi

Istilah lain untuk teknik substitusi adalah pemisalan. Teknik substitusi pada umumnya digunakan untuk memudahkan selesaian integral ke bentuk rumus dasar rumus integral tak tentu, yaitu;

a.

xn dx = 1 1 + + n xn + C, asalkan n

-1 atau b.

[

f(x)

]

n f '(x)dx

=

[

]

1 ) ( 1 + + n x f n + C, asalkan n

-1

Karena rumus di atas adalah pedoman umum. maka integrannya menyesuaikan dengan rumus di atas. Jika belum sesuai atau menyimpang dari bentuk di atas maka sedapat mungkin diubah terlebih dahulu. Dengan demikian setelah integran sesuai dengan bentuk baku integralnya dapat dilakukan dengan mengaplikasikan rumus dasar integral tidak tentu. Akhirnya selesaiannya dapat dilakukan dengan metode substitusi.

Perhatikan beberapa contoh berikut: 1.

1−x dx Misal u = 1−x x u = − ⇔ 2 1 ) 1 ( ) (u2 d x d = − ⇔ dx udu =− ⇔2

(10)

u(−2u)du = -2

u2du Dengan rumus dasar di dapat

1−x dx = -2

u2du = -2 u +C      3 3 = - (1x)3 +C 3 2 2.

(3x+12)11dx Misal A = 3x + 12 d(A) = d(3x+12) dA = 3 dx dx = 3 dA Sehingga

(3x+12)11dx =

3 11 dA A =

A11dA 3 1 = A )+C 12 ( 3 1 12 = A12 +C 36 1 = x+ +C 36 ) 12 3 ( 12

2.2 Integral Fungsi Trigonometri

Sebelum membahas teknik integral fungsi trigonometri secara lebih rinci, berikut ini diberikan integral dasar fungsi trigonometri yang menjadi acuan untuk menentukan hasil pengintegralan dengan teknik fungsi trigonometri. Bentuk dasar tersebut adalah:

1.

sin x dx = -cos x + C 2.

cos x dx = sin x + C 3.

tan x dx = ln sec x +C

(11)

4.

cot x dx = - ln csc x +C

= ln sin x +C

5.

sec x dx = ln sec x+tan x +C

6.

csc x dx = ln csc x−cot x +C

Berdasarkan bentuk di atas selanjutnya diberikan beberapa kasus bentuk integral fungsi trigonometri yang dibahas pada bagian ini, diantaranya adalah:

a.

sin m xdx ,

dan

cos mxdx

dengan m bilangan ganjil atau genap positip

Jika m bulat positip dan ganjil, maka m diubah menjadi (m-1) + 1, atau m digenapkan terdekat. Selanjutnya substitusi dengan menggunakan kesamaan identitas sin2x+cos2x=1 atau sin2x = 1 - cos2x atau cos2x = 1 - sin

x

2 .

Akhirnya dengan substitusi tersebut didapat kesamaan antara integran dengan tanda integrasinya, sehingga dengan mudah dapat diselesaikan.

Contoh: 1.

3xdx sin Jawab :

sin3xdx =

sin (3−1)+1 xdx = sin 2x sin x

dx =

(1−cos 2x)d(−cos x)

=

1d(−cos x)+

cos 2d(cos x) = -cos x + cos3x+C 3 1 2.

cos 5 xdx Jawab :

cos 5 xdx =

cos (5−1)+1 x dx = cos 4x cos xdx

=

(1−sin2x)2d(sin x)

(12)

= (12sin2x+sin4x)d(sin x)

=

1d(sin x)−2

sin2 xd(sin x)+

sin 4xd(sin x) = sin x - 3x+ sin5x+C 5 1 sin 3 2 b.

sinm xcosnxdx

Jika m atau n bilangan bulat positip ganjil, sedangkan lainnya sebarang bilangan, maka faktorkan sin x atau cos x dengan menggunakan kesamaan identintas

1 cos

sin2 x+ 2x= dengan terlebih dahulu mengubah salah satu bilangan ganjil.

Misal m ganjil maka ubah m dengan m = (m-1)+1 , jika n ganjil diubah menjadi (n-1)+1. Jika m dan n genap digunakan kesamaan setengah sudut sin2x =

2 2 cos 1− x dan cos 2 2 cos 1 2x = + x

sehingga diperoleh hasil pengintegralannya.

Contoh

1.

sin3xcos 2xdx Jawab

Karena m ganjil, maka gunakan substitusi kesamaan identitas

sin3xcos 2xdx

=

sin (3−1)+1cos 2 xdx

sin2xsin xcos2dx

=

(1−cos2x)cos2xsin xdx = (cos 2xcos 4x)d(cos x)

=

cos2xd(−cos x)−

cos4xd(−cos x) = − 3x+ cos5x+C 5 1 cos 3 1 = cos x x− )+C 3 1 cos 5 1 ( 2 3 2. sin2xcos 3xdx

Karena n ganjil, maka ubah menjadi genap sin 2xcos 3xdx

=

sin2xcos2xcos xdx =

sin2x(1−sin 2x)d(sin x)

(13)

= 3xsin5x+C 5 1 sin 3 1 c.

tan n xdx , dan n xdx

cot

Dalam kasus ini jika n genap gunakan kesamaan identitas 1 + tan2 x=sec2x

dan 1+cot2x=csc2 x. Jika n ganjil ubah menjadi (n-1)+1 dan gunakan

kesamaan 1 + tan2 x=sec2 x dan 1+cot2x=csc2 x.

Perhatikan contoh berikut: 1.

tan 3 xdx

Karena pangkat n ganjil maka diubah dalam bentuk perkalian yang salah satunya genap, selanjutnya gunakan kesamaan identitas 1 +tan2 x=sec2x

Sehingga diperoleh

tan 3 xdx =

tan 2 x tanx dx =

(sec 2x−1) tan x dx =

2 x

sec tan x dx -

tan x dx =

tan x sec2xdx – ln sec + Cx

=

tan x d(tan x) – ln sec x + C

= tan x−lnsecx +C

2 1 2

2.

cot 4 xdx

Karena pangkat n , langsung gunakan kesaman identintas 1+cot2x=csc2 x,

sehingga didapat

cot 4 xdx = (cot 2x)2dx

=

(csc 2x1)2dx = (csc 4x 2csc2x 1)dx

− + =

(csc 2x)csc2x−2csc2x+1)dx =

(1+cot 2x)csc2x−2csc2x+1dx`

=

(1+cot 2x)d(−cot x)−2

d(−cot x)+

dx = − x − cot x+2cotx+x+C 3 1 ) cot ( 3

(14)

= − cot x+cotx+x+C

3 1 3

d.

tanm xsec nxdx

, dan

cot m xcscnxdx

Bentuk ini mempunyai dua kasus yaitu n genap m sebarang dan m ganjil n sebarang. Jika n genap dan m sebarang gunakan kesamaan 1 + tan2x=sec2x

atau 1 + cot2x= csc2x.

Contoh

1.

tan5 xsec 4 xdx

Karena salah satu pangkat bilangan genap, maka langsung gunakan kesamaan identitas 1+tan2x=sec2x, sehingga diperoleh

dx x x

tan5 sec 4

=

tan 5xsec2xsec2 xdx =

tan5x(1+tan2x)sec 2xdx =

(tan 5x+tan7 x) d(tgnx) = 6 x+ tan8 x+C 8 1 tan 6 1 2.

cot 4 xcsc 4 xdx Jawab :

cot 4xcsc 4xdx =

cot 4x(csc 2x)(csc 2x)dx = cot 4 x(cot 21)d(cot x)

= (cot 6xcot 4x)d(cot x)

= − 7x+ cot5x+C 5 1 cot 7 1

Sedangkan untuk m bilangan ganjil dan n sebarang juga dengan menggunakan substitusi kesamaan identitas 1 + tan2x=sec2x atau 1 + cot2x= csc2x.

Contoh:

1.

tan 3xsec3 xdx

=

tan2 xtan xsec2 xsec xdx =

tan 2 xsec2d(sec x)

= (sec 2x 1)sec 2xd(sec x)

= (sec 4x sec 2x)d(sec x)

(15)

= 5xsec3x+C 3 1 sec 5 1 2.

tan 3xsec−1/2 xdx =

tan 2 x

tan x sec−3/2x sec x dx

=

(sec 2 x -1)sec−3/2xd(sec x) =

(sec 1/2 x− sec−3/2x)d(secx) = sec3/2x 2sec 1/2x 3 2 + + C

e.

sin mx cos nxdx ,

sin mxsin nxdx ,

cos mx cos nxdx

Integral bentuk ini juga sering muncul, untuk menyelesaikannya digunakan rumus kesamaan hasil kali, yaitu:

sin mx cos nx = [sin( ) sin( ) ] 2 1 x n m x n m+ + −

sin mx sin nx = [cos( ) cos( ) ] 2 1 x n m x n m+ − − −

cos mx cos nx = [cos( ) cos( ) ] 2 1 x n m x n m+ + − Contoh :

1.

sin 3x cos 4x dx =

[sin( 3+4) +sin(3−4) ] 2 1 x x dx =

sin 7x 2 1 + sin (-x) dx = cos7x 14 1 − - cos 2 1 x + C

2.

sin 3xsin 2xdx =

− [cos( 3+2) −cos(3−2) ] 2 1 x x dx = −

2 1 (cos 5x – cos x) dx = sin 10 1 − 5x + sin 2 1 x + C

3.

cos y cos 4y dy =

[cos( 1+4)y

2 1 +cos(1-4)y] dy =

[cos 5 +cos( −3 )] 2 1 y x dy

(16)

= y− sin3y+C 6 1 5 sin 10 1

2.3 Teknik Substitusi Fungsi Trigonometri

Teknik substitusi fungsi trigonometri digunakan untuk menyelesaikan integral jika integrannya memuat bentuk-bentuk:

a. a2 x2 , a > 0, a

Real b. 2 2 a x + = 2 2 x a + , a > 0, a

Real c. x2a2 , a > 0, a

Real

atau bentuk lain yang dapat diubah menjadi bentuk di atas, misalnya

2 2 2 x b a − = 2 2 x b a       x b a2+ 2 = 2 2 x b a +       2 2 2x b a − = 2 2      − a b

x atau ax2 +bx +c yang dapat diubah menjadi bentuk kuadrat sempurna.

Integrannya memuat a2x2 atau sejenisnya, Gunakan substitusi

x = a sin t atau sin t =

a x x = a sin t ⇔dx = a cos t dt dengan -2 π 2 π ≤ ≤t sehingga, a2 x2 = a2(asin t)2 = a2(1sin2t) = a cos t Catatan :

Gambar segitiga siku-siku di atas yang masing-masing sisinya diketahui berguna untuk menentukan nilai fungsi trigonometri yang lain, yaitu cos t, tan t, cot t, sec t, dan csc t. Hal ini dikarenakan sangat mungkin hasil dari pengintegralan adalah fungsi-fungsi tersebut.

Contoh:

Tentukan hasil pengintegralan berikut ini:

t

x

a

2 2 x a

(17)

1.

4x2 dx Jawab : Substitusi x = 2 sin t ⇔ sin t = 2 x dx = 2 cos t dt 4x2 = 44sin2t =2cost Sehingga :

4x2 dx =

2cos t.2cos tdt = 4

cos t cos tdt = 4

cos 2tdt = 4

+ t dt 2 ) 2 cos 1 ( = 2

dt + 2

cos 2t dt = 2t + sin 2t + C = 2t + 2 sin t cos t = 2 arc sin 2 4 2 2 2 x x x+ −      + C Atau 4

cos 2tdt = 4 ( 2 cos sint t + t+C 2 1 ) = 2 sint cost + 2t + C = 2       2 x 2 4x2 + 2 arc sin       2 x + C = x x x+C      − − 2 arcsin 2 2 4 2 2.

− 2 4x x dx Jawab :

4xx2 dx =

− −( 2)2 4 x dx Substitusi (x-2) = 2 sin t, dx = 2 cos t dt t x 2) 2cos ( 4 2 = , sehingga

dx

2cos tdt t

x

2 2 4−x 2 − x 2 4xx 2 t

(18)

=

dt = t + C = arc sin       − 2 2 x + C 2.4 Integral Parsial

Secara umum integral parsial digunakan untuk menentukan selesaian integral yang integrannya merupakan perkalian dua fungsi uv, dimana u = f(x) dan v = g(x). Karena y = uv, maka menurut definisi differensial dan turunan fungsi y = uv diperoleh :

dy = d(uv)

d(uv) = u dv + v du

Dengan mengintegralkan masing-masing bagian diperoleh

d(uv)=

udv +

vdu

udv =

d(uv)−

vdu

udv =uv

vdu

Bentuk terakhir ini dinamakan rumus integral parsial. Prinsip yang digunakan dalam integral parsial adalah integran yang berbentu uv di manipulasi menjadi u dv dan dalam menentukan udv tidak boleh memunculkan persoalan yang lebih sulit dibandingkan dengan

udv tersebut.

Perhatikan beberapa contoh berikut ini. Tentukan integral persial berikut ini 1)

x cos xdx

Jawab :

Bentuk

x cos xdx diubah menjadi

udv, Misal u = x , dv = 1 dx

dv = cos x dx , v =

cos xdx = sin x Akibatnya

x cos xdx =

x d(sin x). Dengan rumus integral parsial

udv =uv

vdu , diperoleh

x d(sin x) = x sin x -

sin x d(x) = x sin x -

sin x dx

(19)

= x sin x + cos x + C Akhirnya diperoleh

x cos xdx = x sin x + cos x + C

2)

x 1+x dx Pilih u = x , du = dx dv = 1+x, v =

1+x dx = 3 1 3 2 x + Sehingga

x 1+x dx =

1+ ) 3 2 ( 3 x xd

Berdasarkan rumus integral parsial

udv =uv

vdu , diperoleh

x 1+x dx =

1+ ) 3 2 ( 3 x xd = 3 1 1 3 2x + -

1+ ( ) 3 23 x d x = 3 1 1 3 2x + -

3 1+xdx 3 2 = 3 1 1 3 2x + - 3 (1+x)4 +C 4 2

2.5 Integral Fungsi Rasional.

Fungsi rasional adalah suatu fungsi yang dinyatakan dalam bentuk F(x) = gf((xx)) , dimana f(x) , g(x) adalah fungsi pangkat banyak (polinom) dan g(x)

0.

Fungsi pangkat banyak adalah suatu fungsi yang dinyatakan dengan

f(x) = ao + a1x + a2 x2 + a3x3+ … + an xn , n = 1, 2, 3, … , sehingga fungsi

rasional adalah fungsi berbentuk gf((xx)) yang pembilang dan penyebutnya polinom. Contoh : a. F(x) = 2 3 1 2 +x x x

(Fungsi Rasional Sejati) b. F(x) = 4 4 4 2 2 + − − x x x

(Fungsi Rasional Tidak Sejati) c. F(x) = x 2x x 1

3

5+ +

(20)

Pada contoh di atas, (1) disebut fungsi rasional sejati, karena derajat pembilang lebih dari derajat penyebut, sedangkan (2) dan (3) disebut fungsi rasional tidak sejati, karena derajat pembilang lebih besar atau sama dengan derajat penyebut. Untuk langkah selanjutnya jika suatu fungsi rasional termasuk jenis tidak sejati, maka fungsi tersebut dijadikan fungsi rasional sejati. Melalui proses pembagian panjang akan diperoleh fungsi rasional sejati. Sehingga:

F(x) = x x x x x 5 1 2 3 3 5 + + − + = x23 + x x x 5 ) 1 14 ( 3 + + F(x) = gf((xx)) , g(x)

0.

Dalam menentukan integral fungsi rasional, langkah yang ditempuh adalah: a. Nyatakan integrannya dalam bentuk fungsi rasional sejati.

b. Faktorkan penyebut g(x) dari fungsi rasional F(x) = gf((xx)) sampai tidak dapat difaktorkan lagi.

c. Dalam hal langkah nomor 2 di atas, g(x) dapat berupa kombinasi antara:

- fungsi linear berbeda, g(x) = (x-a)(x-b)….(x-t) dstnya.

- fungsi linear berulang, g(x) = (x-a)n = (x-a)(x-a)(x-a) … (x-a)

- fungsi liner dan kuadrat, g(x) = (x-a)(ax2 +bx + c)

- fungsi kuadrat berbeda, g(x) = (ax2+bx +c)(px2 + qx + c)

- fungsi kuadrat berulang, g(x) = (ax2+bx +c) n dan seterusnya.

d. Nyatakan integran menjadi bentuk penjumlahan n-pecahan parsial sehingga integran dapat ditentukan antiturunannya,

Misal : gf((xx)) = ... ) ( ) ( 2 2 2 1 1 1 + + + + ax b A b ax A

(Penyebut kombinasi liner berbeda) ... ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( 3 3 2 2 1 + + + + + + = b ax A b ax A b ax A x g x f

(21)

... ) ( ) ( 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 + + + + + + + + = c x b x a B x A c x b x a B x A x g x f (kombinasi kuadrat berbeda)

e. Integralkan secara keseluruhan jumlah n-pecahan parsial tersebut yang merupakan hasil akhir pengintegralan dengan terlebih dahulu menentukan konstanta A1, A2 , …An dan B1, B2 , …Bn .

Contoh : 1. Tentukan

dx x 1 2 2

Karena intergran adalah fungsi rasional sejati, selanjutnya faktorkan integran:

−1 2 2 x dx =

(x−1)(x+1)dx 2 =

+ + dx x B x A ) 1 ( ) 1 ( = dx x x x B x A

((+11))(+ +(1)−1) =

+ + +dx x x B A x B A ) 1 )( 1 ( ) ( ) (

Diperoleh A + B = 0 , A – B = 2 atau A = 1, B = -1 sehingga:

x221dx =

+ − + − x dx x ( 1) 1 1 1 =

dx x 1 1 -

+ dx x 1 1 = ln x−1−ln x+1+C = ln C x x + + − 1 1 2.

+ , 1 1 dx x x

integran fungsi rasional tidak sejati, maka:

=

+ − + dx x dx x x 1 2 1 1 1 =

− + dx x dx 1 2 = x + ln (x-1)2 + C

(22)

Fungsi F(x) = , ( ) 0, ( ) ) ( ) ( x f x g x g x f

dan g(x) mememuat fungsi trigonometri dapat juga dikategorikan sebagai fungsi rasional, hanya saja tidak dapat disebut sejati atau tidak sejati. Hal ini dikarenakan f(x) = sin x dan f(x) = cos x tidak mempunyai derajat seperti halnya dengan fungsi polinomial. Pengintegralan jenis ini menggunakan METODE SUBSTITUSI.

Berikut ini diberikan beberapa contoh fungsi rasional yang pembilang dan penyebutnya memuat f(x) = sin x atau g(x) = cos x.

1. F(x) = x x cos sin 1− 2. F(x) = x x sin cos sin 2 1+ + 3. F(x) = x x cos 2 sin 5 + 4. F(x) = x sin 2 3 1 − 5. F(x) = x x cos sin 1 2 − +

Sehingga dalam bentuk pengingtegralan fungsi rasional yang pembilang dan penyebutnya memuat fungsi trigonometri adalah:

1.

− + x x dx cos sin 1 2.

+ x dx cos 2 3.

+ + x x dx cos sin 1 4.

x x sin cos sin 2 1+ + dx 5.

x sin 2 3 1 − dx

Selesaian integral bentuk-bentuk di atas adalah menggunakan metode substitusi x = 2 arc tan z sehingga dx = dz

z2

1 2

(23)

x di substitusi ke bentuk variabel z. Karena x = 2 arc tan z maka: z x =       ⇔ 2 tan

Menurut rumus identitas fungsi trigonometri 1 + tan       2 2 x = sec       2 2 x ⇔ 1 + z       = 2 sec2 2 x 2 2 1 1 2 cos z x + =       ⇔

Menurut rumus identitas fungsi trigonometri yang lain sin2x+cos2x=1 1 2 cos 2 sin2 2 =      +       ⇔ x x , sehingga didapat sin 2 2 1 1 1 2 z x + − =       = 2 2 1 z z +

Dengan rumus jumlah cosinus didapat: cos 2x = cos2xsin2 x

      +       = ⇔ 2 sin 2 cos cosx 2 x 2 x 2 2 2 1 1 1 cos z z z x + − + = ⇔ = 2 2 1 1 z z + −

Dengan rumus jumlah sinus didapat: sin 2x = 2 sin x cos x

⇔sin x = 2 sin       2 x cos       2 x = 2 2 2 2 1 1 1 z z z + + = 2 1 2 z z +

Dengan demikian integral fungsi rasional yang memuat fungsi trigonometri dapat diselesaikan dengan menggunakan substitusi

(24)

x = 2 arc tan z, sin x = 1 2 2 z z + , cos x = 2 2 1 1 z z + −

Untuk lebih jelasnya perhatikan beberapa contoh di bawah ini. Tentukan selesaian dari :

1.

+ + x x dx cos sin 1 Jawab :

1+sindxx+cos x =

+ − + + + + 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 z z z z dz z =

+ − + + + + + + 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 z z z z z z z dz =

+ z dz 2 2 2 =

+ z dz 1 = ln 1+z + C = ln + x +C 2 tan 1 2.

x dx cos 2 Jawab :

x dx cos 2 =

+ − − + 2 2 2 1 1 2 1 2 z z z dz =

+ − − + + + 2 2 2 2 2 1 1 1 ) 1 ( 2 1 2 z z z z z dz =

+3 2 1 2 z dz =

+       2 2 3 1 3 2 z dz

(25)

= 3 3 2 arc tan       3 / 1 z + C = 3 2 arc tan 3z + C = 3 2

arc tan 3(tan x/2) + C BAB III

INTEGRAL TAK WAJAR 3.1 Pengertian

Sebelum membahas konsep tentang integral tak wajar, marilah kita ingat kembali teorema dasar kalkulus pada integral tertentu.

Teorema:

Misal f(x) adalah fungsi yang kontinu dan terintegralkan pada I = [a,b], dan F(x) sebarang antiturunan pada I, maka

b a dx x f ( ) =

[

F(x)

]

b F(b) F(a) a = − Contoh : 1. 4 2 4 2 2 2 1 ) 1 (

x dx = −x x  = (4- ½ .16) – (2- ½ 4) = -4 – 0 = -4 2.

[

]

2 1 2 1 1 ln 1

= + +x x dx = ln (1+2) – ln (1+1) = ln 3 – ln 2 3.

− 2 1 1 x dx

, tidak dapat diselesaikan dengan teorem di atas karena integran f(x) =

x

1 1

(26)

4.

1

1 x

dx

, tidak dapat diselesaikan dengan teorema di atas, karena integran f(x) =

x

1

tidak terdefinisi di x = 0

Dengan demikian tidak semua integral fungsi dapat diselesaikan dengan teorema dasar kalkulus. Persoalan-persoalan integral seperti pada contoh 3 dan 4 dikategorikan sebagai integral tidak wajar.

Bentuk

b

a

dx x

f ( ) disebut Integral Tidak Wajar jika:

a. Integran f(x) mempunyai sekurang-kurangnya satu titik yang tidak kontinu (diskontinu) di [a,b], sehingga mengakibatkan f(x) tidak terdefinisi di titik tersebut.

Pada kasus ini teorema dasar kalkulus

b

a

dx x

f ( ) = F(b) – F(a) tidak berlaku lagi.

Contoh : 1)

− 4 0 4 x dx

, f(x) tidak kontinu di batas atas x = 4 atau f(x) kontinu di [0,4) 2)

− 2

1 x 1

dx

, f(x) tidak kontinu di batas bawah x = 1 atau f(x) kontinu di (1,2]

3)

− 4 0 3 2 ) 2 ( x dx

, f(x) tidak kontinu di x = 2

[0,4] atau f(x) kontinu di [0,2)

(2,4]

b. Batas integrasinya paling sedikit memuat satu tanda tak hingga 1)

∞ + 0 2 4 x dx

, integran f(x) memuat batas atas di x =

2)

∞ − 0 2 dx e x

(27)

3)

∞ ∞ − + 2 4 1 x dx

, integran f(x) memuat batas atas di x =

dan batasa bawah di x = -

Pada contoh a (1,2,3) adalah integral tak wajar dengan integran f(x) tidak kontinu dalam batas-batas pengintegralan, sedangkan pada contoh b (1, 2, 3) adalah integral tak wajar integran f(x) mempunyai batas di tak hingga (

).

Integral tak wajar selesaiannya dibedakan menjadi Integral tak wajar dengan integran tidak kontinu Integral tak wajar dengan batas integrasi di tak hingga.

3.2 Integral tak wajar dengan integran diskontinu a. f(x) kontinu di [a,b) dan tidak kontinu di x = b

Karena f(x) tidak kontinu di x = b, maka sesuai dengan syarat dan definsi integral tertentu integran harus ditunjukkan kontinu di x = b -

ε

(

ε

0+),

sehingga

= + b a dx x f 0 lim ) ( ε

−ε b a dx x f( )

Karena batas atas x = b -

ε

( x

b−), maka

− → = b a t b dx x f( ) lim

t a dx x f ( )

Perhatikan beberapa contoh di bawah ini.

1)

− → − = − + ε ε 4 0 0 4 0 4 lim 4 x dx x dx

, f(x) tidak kontinu di batas atas x = 4, sehingga = ε+− − 4−ε 0 0 2 4 lim x = -2 εlim0+

[

4−(4−ε)− (4−0)

]

= -2 (εlim0+ ε − 4) = -2(0-2) = 4 Cara lain :

= t t x dx x dx 0 4 4 0 4 lim 4 =

[

]

t tlim→4− −2 4−x 0

(28)

= lim

[

2 4 2 4 0

]

4− − − + − → t t = -2(0)+2(2) = 4 2)

− − 2 2 4 x2 dx , f(x) = 2 4 1 x

Fungsi di atas tidak kontinu di x = 2 dan x = -2, sehingga: maka = −

− 2 2 4 x2 dx 2

− 2 0 4 x2 dx = 2

− 2 0 4 x2 dx = 2 ε ε − →     + 2 0 0 arcsin 2 x Lim = 2 ( 0) 2 − π =

π

b. f(x) kontinu di (a,b] dan tidak kontinu di x = a

Karena f(x) tidak kontinu di x = a, maka sesuai dengan syarat dan definsi integral tertentu integrannya harus ditunjukkan kontinu di x = a +

ε

(

ε

0+

), sehingga

= + b a dx x f 0 lim ) ( ε

+ b a dx x f ε ) (

Karena batas bawah x = a +

ε

( x

a−) maka dapat dinyatakan dalam

bentuk lain:

= + b a t a dx x f( ) lim

b t dx x f ( )

Perhatikan beberapa contoh dibawah ini.

1) = −

4 3 3 3 x dx

+ → 4 3 3 3 lim t t x dx =

[

]

4 3 3(2) 3 lim t t→ + x

(29)

= lim

[

6 4 3 6 3

]

3+ − − − → t t = 6(1) – 6(0) = 6 2)

+ →+ = 1 0 1 0 0 lim ε ε x dx x dx

,f(x) tidak kontinu di batas bawah x = 0 sehingga diperoleh:

[ ]

1 0 1 0 0 2 lim ε ε + →

x = + x dx = εlim0+

[

2 1−2 0+ε

]

= 2 – 0 = 2

c. f(x) kontinu di [a,c)

(c,b] dan tidak kontinu di x = c

Karena f(x) tidak terdefinisi di x = c, maka sesuai dengan syarat dan definsi integral tertentu integrannya harus ditunjukkan kontinu di x = c +

ε

dan x = c -

ε

(

ε

0+), sehingga

b =

+

a c a b c dx x f dx x f dx x f( ) ( ) ( ) = εlim0+

−ε c a dx x f ( ) +

− →+ b c x f Lim ε ε 0 ( )

Dapat juga dinyatakan dengan :

− → = b a t b dx x f( ) lim

t a dx x f ( ) + tlim a+

b t dx x f ( )

Perhatikan beberapa contoh dibawah ini. 1)

4

0 3 x 1

dx

, f(x) tidak kontinu di x = 1, sehingga diperoleh

+

− 1 0 4 13 3 1 x 1 dx dx x dx

, berdasarkan contoh sebelumnya didapat:

+ → − → + − + + − 4 1 3 0 1 0 3 0 1 lim 1 lim ε ε ε ε x dx x dx

(30)

= 4 1 3 2 0 1 0 3 2 0 2( 1) 3 lim ) 1 ( 2 3 lim ε ε ε ε + → − →      − +       − + + x x = lim (1 ) 1) (0 1) 23 2 3 32 3 2 0 +     − − − − + → ε ε      − + − − + → 3 2 3 2 0 (4 1) ((1 ) 1) lim ε ε = ( 1 9) 2 3 +3 2)

− − 8 1 3 1 , dx

x f(x) tidak kontinu di x = 0, sehingga diperoleh

dx x dx x

− − − +8 0 3 1 0 1 3 1 =

x dx

x dx + − → − − − → + + + 8 0 3 1 0 0 1 3 1 0 lim lim ε ε ε ε = 8 0 3 2 0 0 1 3 2 0 2 3 lim 2 3 lim ε ε ε ε + → − − →      +       + + x x = - 6 2 3 + = 2 9

3.3 Integral tak wajar dengan batas tak hingga

Bentuk integral tak wajar dengan batas tak hingga jika sekurang-kurangnya batas-batas integrasinya memuat tak hingga. Selesaiannya berbeda dengan integral tak wajar yang integrannya tidak kontinu di salah satu batas intergrasinya.

a. Intergral tak wajar dengan batas atas x =

.

Selesaiannya cukup dengan mengganti batas atas dengan sebarang variable dimana variable tersebut mendekati tak hingga. Dengan demikian integral tak wajar dengan batas atas tak hingga mempunyai selesaian berbentuk.

→∞ ∞ = t a t a dx x f dx x f( ) lim ( )

Perhatikan contoh berikut ini : 1)

∞ + 0 2 1 x dx =

+ ∞ → t t x dx 0 2 4 lim

(31)

= t t x 0 2 arctan 2 1 lim     →∞ =  − arctan 0 2 1 2 arctan 2 1 lim t t = ( ½ . 2 π - ½ .0) = 4 π 2)

∞ 1 2 x dx = limt

t x dx 1 2 = t t x 1 1 lim    − ∞ → = t t t 1 1 1 lim     + ∞ → = 1

b. Integral tak wajar dengan batas bawah di x = -

Selesaiannya cukup dengan mengganti batas bawah dengan sebarang variable dimana variable tersebut mendekati (negative) tak hingga. Dengan demikian integral tak wajar dengan batas bawah tak hingga mempunyai selesaian:

∞ − →−∞ = a t a t f x dx dx x f ( ) lim ( )

Perhatikan contoh berikut ini:

1.

∞ − 0 2 x e dx = 0 2 2 1 lim t x t e      −∞ → =      −∞ → t t e 2 2 1 1 . 2 1 lim = ½ - 0 = ½ 2.

∞ − − 0 2 ) 4 ( x dx = 0 ) 4 ( 1 lim t t x     − −∞ → =      − + − −∞ → (4 0) 1 ) 4 ( 1 lim t t

(32)

= 0 + 4 1

= ¼

c. Integral tak wajar batas atas x =

dan batas bawah di x = -

Khusus untuk bentuk integral ini diubah terlebih dahulu menjadi penjumlahan dua integral tak wajar dengan

∞ ∞ − −∞ ∞ + = a a dx x f dx x f x x f( ) ( ) ( ) , sehingga

bentuk penjumlahan integral tak wajar ini dapat diselesaikan dengan cara a dan b tersebut di atas, atau diperoleh bentuk:

∞ ∞ − −∞ ∞ + = a a dx x f dx x f x x f( ) ( ) ( ) = −∞

+

t a a t t tlim f(x)dx lim f(x)dx

Perhatikan beberapa contoh dibawah ini: 1.

∞ ∞ − + 2 4 1 x dx =

∞ − ∞ + + + 0 0 2 2 1 4 4 1 x dx x dx = tlim−∞

[

arctg4x

]

0t +

[

]

t t arctg4x0 lim ∞ → = 2 π 2.

∞ ∞ − +1 2 x x e dx e =

∞ − + 0 2x 1 x e dx e +

∞ + 0 2x 1 x e dx e = tlim→−∞

+ 0 2 1 t x x e dx e + tlim→∞`

+ t x x e dx e 0 2 1

= tlim→−∞ (arc tgn ex) t0+ limt→∞(arc tgn ex)t0

= − + 4 2 π π 0 4 − π = 2 π BAB IV

(33)

Misal u adalah suatu fungsi yang terintegralkan dan C sebuah konstanta, dengan memperhatikan sifat-sifat operasi Aljabar fungsi (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian) dapat diperikan beberapa sifat Integral tak tentu fungsi yang terintegralkan. Sifat-sifat berikut berlaku untuk syarat yang diberikan.

1.

un du = 1 1 + + n un + C, jika n

-1 2.

[

]

[

]

C n x u dx x u x u n n + + = +

( ) '( ) ( )1 1 , jika n

-1 3.

u du = ln u + C atau

dx = f x +C x f x f ) ( ln ) ( ) ( ' 4.

eu du = eu + C 5.

au du = u au ln + C 6.

u dv = uv -

v du 7.

sin du = - cos u + C 8.

cos u du = sin u + C 9.

sec2 u du = tan u + C 10.

csc2 u du = - cot u + C 11.

sec u tan u du = sec u + C 12.

csc u cot u du = - csc u + C 13.

tan u du = ln sec u + C

14.

cot u du = ln sin u + C

15.

sec u du = ln sec u+tan u + C

16.

csc u du = ln csec u−cot u + C 17.

2 2 u a du − = arc sin a u +C 18.

2 2 u a du + = a 1 arc tan a u + C 19.

= − 2 2 u a du a 2 1 ln uu+aa + C 20.

= − 2 2 a u du a 2 1 ln uu+aa + C

(34)

21.

+ 2 2 a u du = ln (u + u2 +a2 ) + C 22.

− 2 2 a u du = ln (u + u2 a2 ) + C 23.

a2u2 du = ½ u u2 a2 C a u a arcsin + 2 1 2 24.

2 2 a u u du − = a 1 arc sec ua + C 25.

u2 −a2 du = ½ u − − 2 2 a u 2ln 2 2 2 1 a u u a + − + C 26.

u2 +a2 du = ½ u + + 2 2 a u 2ln 2 2 2 1 a u u a + + + C 27.

sin2 u du = 2 1 u – 4 1 sin 2u + C 28.

cos2 u du = 2 1 u + ¼ sin 2u + C 29.

tan2 u du = -u + tan u + C 30.

cot2 u du = - u – cot u + C 31.

sin3 u du = - 3 1 ( 2 + sin2 u ) cos u + C 32.

cos3 u du = 3 1 ( 2 + cos2 u ) sin u + C 33.

tan3 u du = 2 1 tgn2 u + ln cos u + C 34.

cot3 u du = -2 1 cot2 u - ln sin u + C 35.

sec3 u du = 2 1 sec u tan u + 2 1 ln sec u+tan u + C 36.

csc3 u du = -2 1 csc u cot u + 2 1 ln csec u−cot u + C

37.

sin au sin bu du = sin(2(aabb))u - sin(2(aa++bb))u + C, jika a2

b2 38.

cos au cos bu du = sin(2(aabb))u + sin(2(aa++bb))u + C, jika a2

b2 39.

sin au cos bu du = - cos(2(aabb))u - cos(2(aa++bb))u + C, jika a2

b2

(35)

40.

sinnu du = -n u u n cos sin −1 + n n 1

sin n-2 u du 41.

cosn u du = n u u n sin cos −1 + n n 1

cos n-2 u du 42.

tann u du = 1 1 − n tan n-1 u -

−2 tan n u du jika n

1 43.

cot n u du = -1 1 − n cot n-1 u -

cot gnn−2 u du jika n

1 44.

sec n u du = 1 1 − n sec n-2 u tgn u + 1 2 − − n n

sec n-2 u du, jika n

1 45.

csc n u du= - 1 1 − n csc n-2 u cot u + 1 2 − − n n

csc n-2 u du, n

1 46.

sin n ucos m u du = - m n u u m n + + −1 cos 1 sin + m n n + −1

sin n-2 u cos m u du, n

-m

47.

u sin u du = sin u – u cos u + C 48.

u cos u du = cos u + u sin u + C

49.

un sin u du = -un cos u + n

u n-1 cos u du 50.

un cos u du = un sin u + n

u n-1 sin u du 51.

sin u d(sin u) = 2 1 sin 2 u + C 52.

cos u d(cos u) = 2 1 cos2 u + C 53.

tan u d(tan u) = 2 1 tan 2 u + C 54.

cot u d(cot u) = ½ cot2 u + C 55.

sec u d(sec u) = ½ sec2 u + C 56.

csc u d(csc u) = ½ csc2 u + C 57.

u2 ±a2 du = 2 u 2 2 a u ± ± 2 2 a ln u+ u2 ±a2 + C 58.

u a u2 + 2 du = u2+a2 - a ln         ± u u u a 2 2 + C 59.

u2 a2 du ± = ln 2 2 a u u+ ± + C

(36)

60.

u a u2 2 du = u2 a2 - a arc sec a u + C 61.

u2 2 2 u a ± du = 8 u (2a2 ±u2) 2 2 u a ± - 8 4 a ln u+ a2 ±u2 + C 62.

2 2 2 a u u ± du = 2 u 2 2 u a ± ± 2 2 a ln u+ a2 ±u2 + C 63.

2 2 2 a u u du ± = ± a u a u 2 2 2± + C 64.

2 2 2 u a u ± du = - u a u2 ± 2 - ln u+ a2 ±u2 + C 65.

2 3 2 2 ) (u a du ± = a2 u2 a2 u ± ± + C 66.

− 2 2 u a udu = - a2 u2 + C 67.

(u2 ±a2)3/2 du = 8 u (2u2±5a2) u2 ±a2 + 8 3a4 ln u+ u2 ±a2 + C 68.

a2u2 du = 2 a 2 2 u a − + u a2 arc sin -1 a u + C 69.

2 2 2 u a u − du = - 2 a 2 2 u a − + u a2 arc sin -1 a u + C 70.

u u a2 2 du = a2 u2 - a ln u u a a+ 2 2 + C 71.

u2 a2 u2 du = 8 u (2u2- a2) a2u2 + 8 4 a arc sin -1 a u + C 72.

2 2 2 u a u du − = - a u u a 2 2 2 + C 73.

2 2 2 u a u du = - u a u2 2 - arc sin -1 a u + C 74.

u a2 u2 du − = - a 1 ln a+ au2 −u2 + C 75.

u u du 1 = ln x x − + − − 1 1 1 1 + C 76.

+u u 1 du = 2 u - 2 arc tan u + Cl

(37)

77.

u(1du+ u)= 2 ln (1+ u) 78.

2 3 2 2 ) (a u du − = a2 a2 u2 u − + C 79.

(a2 u2)3/2 du = 8 u (5a2- 2u2) 2 2 u a − + 8 3a4 arc sin -1 a u + C 80.

ueu du = (u-1)eu + C 81.

un eu du = un eu – n

un-1 eu du 82.

ln u du = u ln u – u + C 83.

un ln u du = 1 1 + + n un ln u - 2 1 ) 1 ( + + n un + C 84.

eau sin bu du = 2 2 b a eau

+ (a sin bu – b cos bu) + C

85.

eau cos bu du =

2

2 b

a eau

+ (a cos bu + b sin bu) + C

86.

arc sin -1 u du = u arc sin -1 u + 2

1 u− + C 87.

arc tan u du = u arc tan u -

2 1

ln 1+u2

+ C 88.

arc sec u du = u arc sin u – ln u+ 1+u2

+ C 89.

u arc sin u du = ¼ (2u2 – 1) arc sin u +

4

u 2

1 u− + C 90.

u arc tan u du = ½ (u2 + 1) arc tan u -

2 u + C 91.

u arc sec u du = 2 2 u arc sec u – ½ u2 1 + C 92.

u arc sin u du = 1 1 + + n un arc sin u - 1 1 + n

+ 2 1 1 u un du + C, jika n

-1 93.

un arc tan u du = 1 1 + + n un arc tan u - 1 1 + n

+ + 2 1 1 u un du + C, jika n

-1 94.

un arc sec u du = 1 1 + + n un arc sec u - 1 1 + n

+ 1 2 1 u un du + C, jika n

-1 95.

sinh u du = cosh u + C 96.

cosh u du = sinh u + C

(38)

97.

tanh u du = ln (cosh u ) + C 98.

coth u du = ln sinh u + C

99.

sech u du = arc tan sinh u + C

100.

csch u du = ln tanh u2 + C 101.

sinh2 u du = ¼ sinh u - 2 u + C 102.

cosh 2 u du = ¼ sinh u + 2 u + C 103.

tanh2 u du = u - tanh u + C 104.

coth2 u du = u – coth u + C 105.

sech2 u du = tanh u + C 106.

csch2 u du = -coth u + C 107.

sech u tgnh u du = - sech u + C 108.

csch u coth u du = - csch u + C 109.

u(au+b)-1 du = 2 a b a u − ln au +b + C 110.

u(au + b)-2 du =     + + + b au b b au a ln 1 2 + C 111.

u(au+b)n du = 2 1 ) ( a b au+ n+     + − + + 1 2 n b n b au + C, jika n

-1, -2 112.

a u n du ) ( 2 ± 2 =       ± − + ± − 2 2 −1

2 2 −1 2( 1) ( ) (2 1) ( ) 2 1 n n a u du n u a u n a + C, n

1 113.

u au +bdu = au b au b C a − + + 2 3 2 (3 2 )( ) 15 2 114.

un au +bdu =     + − + +

au b u nb b au u n a n n 2 1 3 ) ( ) 3 2 ( 2 + C 115.

b au udu + = 3a (au−2b) au+b 2 2 + C 116.

b au du un + = (2 1) 2 + n a

(

u au b

)

n + -nb

+ du b au un 1

(39)

117.

b au u du + = b 1 ln auau ++bb +bb + C 118.

b au u du n + = -

+ − − − + − − u au b du b n a n u n b b au n n 1 (2 2) 1 ) 3 2 ( ) 1 ( + C, jika n

1 119.

2au u2 = arc n a u au a u 2 2 2 2 − + − sin a a u− + C 120.

2 2au u du − = arc sin a a u− + C 121.

un 2 2auu = + + − − 2 ) 2 ( 2 3 2 1 n u au un 2 ) 1 2 ( + + n a n

un−1 2auu2 du 122.

2 2au u du un − = - 2 1 2au u n un − − + −

n a n 1) 2 ( 2 1 2au u du un − − + C 123.

u u au 2 2 − = 2au u2 + a arc sin a a u− + C 124.

n u u au 2 2 − = + − − n au n u au ) 2 3 ( ) 2 ( 2 3 2

− − − − du u u au a n n n 1 2 2 ) 3 2 ( 3 125.

) 2 ( 2 u au u du n =

− − − + − − −1 2 2 2 ) 1 2 ( 1 ) 2 1 ( 2 u u u du a n n u n a u au n n 126.

( 2au u2 )2 =

− + 1 2 2 ) 2 ( 1 n u au n na du 127.

( 2au u2)4 du − =

(

)

− − − + − − − − 2 3 2 2 2 2 2 ) 2 ( ) 2 ( 3 2 ) 2 ( u au du a n n u au n a u n du 128. 1 2 1 tan ln 1 cos sin − − = −

u u u du + C 129. u u u du 2 1 tan 1 ln cos sin 1+ + = +

+ C 130.

+ udu udu 2 sin 1 sin = 2 4 1 ln 2 2 3 2 tan 2 2 3 2 tan 2 2 + + − + u u + C

Gambar

Gambar segitiga siku-siku di atas yang masing-masing sisinya diketahui berguna  untuk menentukan nilai fungsi trigonometri yang lain, yaitu cos t, tan t, cot t, sec t,  dan  csc  t

Referensi

Dokumen terkait

Memahami konsep integral, teorema fundamental integral, teknik-teknik pengintegralan dan penerapannya dalam berbagai permasalahan serta dapat menjelaskannya dalam

Rumus Integral Fungsi Aljabar1. Rumus Integral

Integral untuk fungsi banyak peubah dinamakan integral lipat atau integral rangkap. Pada integral lipat dua, fungsi yang dipakai dibatasi, yaitu fungsi

Metode substitusi trigonometri digunakan untuk menyelesaikan integral suatu fungsi, jika. integrannya

Metode substitusi merupakan salah satu metode/teknik/cara menyelesaikan integral atau mencari anti turunan.. Kuncinya adalah menentukan pemisalan/substitusi untuk suatu fungsi

Dalam kalkulus , integral takwajar adalah limit dari integral tentu dengan batas pengintegralan mendekati bilangan riil tertentu, atau ∞ −∞ atau, pada beberapa

adalah memasukkan (substitusi) variabel baru yang tepat sehingga dari bentuk fungsi yang belum dikenal didapat bentuk fungsi lain yang telah dikenal... INTEGRAL

Integral dengan substitusi merupakan cara penyelesaian integral dengan memasukkan variabel baru yang tujuannya untuk memudahkan menyelesaikan integral tersebut.