• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PAKAN Pembua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PAKAN Pembua"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PAKAN

“Pembuatan Silase Menggunakan Dedak Aromatik”

Disusun Oleh : Kelas : E Kelompok: 8

Desty Wahyu Kurniawati 200110140283 Dudi Imaduddin 200110140285 Ihwannudin Faisal 200110140288

Arinda 200110140290

Saiful 200110140293

Nadya Robiatul A 200110140295 Tiara Andamsuri 200110140298 Afifah Maulidah 200110140300

LABORATORIUM NUTRISI TERNAK UNGGAS NON RUMINANSIA DAN INDUSTRI MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ketersediaan hijauan di Indonesia ini sangat dipengaruhi oleh musim. Dimana musim di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu musim panas dan musim hujan. Saat musim hujan, tanaman pakan ternak dapat tumbuh baik, sehingga kebutuhan pakan hijauan dapat tercukupi. Sebaliknya pada musim kemarau, tanaman hijauan yang dihasilkan akan sangat berkuarang dalam jumlah dan kualitasnya. Untuk mengatasi hal ini, maka hijauan yang berlebih pada musim penghujan dapat dikelola dengan cara memproses ataupun mengawetkannya dengan menggunakan metode silase.

Pada praktikum ini bahan pakan yang diolah adalah rumput gajah dan rumput raja, serta dedak aromatik. Proses pengolahan pakan dengan metode silase ini merupakan suatu kegiatan untuk mengubah pakan bahan hijauan menjadi bahan pakan yang diharapkan mampu mengalami peningkatan kualitas serta daya simpan.

Silase adalah pakan yang berbahan baku hijauan, hasil samping pertanian dengan berkadar air tertentu yang diproses dengan cara menghomogenisasi rumput serta dedak aromatik, lalu dilakukannya penyimpanan dalam tempat kedap udara (silo). Penyimpanan pada kondisi kedap udara tersebut menyebabkan terjadinya fermentasi pada bahan silase.

(3)

turun menjadi 3,6 – 4,5. Dengan adanya penurunan pH yang cepat maka akan membatasi pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme anaerob merugikan. Produksi asam laktat yang berlanjut akan menurunkan pH yang nantinya dapat menghambat pertumbuhan semua bakteri.

Dengan proses pengolahan ini maka rumput gajah dan rumput raja akan mengalami peningkatan dalam hal kualitas, daya simpan serta palatabilitas bahan pakan yang semakin baik. Dengan karakteristik sifat bahan pakan (fisik dan kimiawi) yang dicerminkan oleh organoleptik seperti warna, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), dan tekstur yang akan menimbulkan rangsangan dan daya tarik ternak untuk mengkonsumsi bahan pakan hijauan dengan metode silase.

1.2 Identifikasi Masalah

 Berapakah produktivitas mesin chopper untuk melakukan proses chopping hijauan?

 Bagaimana proses pembuatan silase?

 Apa saja perubahan fisik yang terjadi setelah 1 minggu pembuatan silase?

1.3 Maksud dan Tujuan

 Untuk mengetahui produktivitas mesin chopper pada proses chopping hijauan.  Untuk mengetahui proses pembuatan silase.

(4)

1.4 Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : Selasa, 8 dan 15 November 2016. Waktu : 10.00 – 12.00 WIB.

(5)

II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput

2.1.1 Rumput Gajah

Rumput gajah adalah tanaman yang termasuk ke dalam kelompok tanaman rumput-rumputan. Rumput gajah banyak dimanfaatkan pada bidang peternakan yaitu sebagai makanan hewan ternak seperti sapi, kambing dan kuda. Rumput gajah adalah tanaman yang berasal dari Afrika yang dapat mencapai hingga 45 ton per hektar berat kering pada daerah subtropis dan 80 ton per hektar berat kering pada daerah tropis (Woodard and Prine, 1993).

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) yang berasal dari Afrika dan terdapat di Indonesia sejak tahun 1926 merupakan salah satu rumput yang tersebar secara luas dan merupakan rumput yang umum digunakan sebagai silase di daerah tropis (Webster dan Wilson, 1989). Komposisi kimia rumput Gajah umur 57 – 70 hari berdasarkan bahan kering (BK) adalah 14,1% abu, 8,3% protein kasar (PK), 2,4% lemak kasar (LK), 33,5% serat kasar (SK), 41,7% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan 50,0% “total digestible nutrients” (TDN) (Hartadi et al., 1997).

2.1.2 Rumput Raja

Rumput raja (Pennisetum purpureophoides) atau king grass adalah jenis rumput baru yang merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (Pennisetum purpereum) dengan pennisetum typhoides. Rumput raja merupakan jenis rumput

(6)

penggemukan ruminansia (sapi, kambing, domba, dan kerbau). Rumput raja mempunyai kandungan SK 25,48%, protein kasar (PK) 11,68%, Ca 0,37% , P 0,39%, dan energi metabolisme 2.070 kkal/kg (Rumiyati, 2008).

2.2 Silase

Silase merupakan awetan segar yang disimpan dalam silo pada kondisi anaerob. Pada suasana tanpa udara tersebut akan mempercepat pertumbuhan bakteri anaerob untuk membentuk asam laktat. Teknologi pembuatan silase sudah lama dikenal dan berkembang pesat di negara yang mengalami musim dingin. Prinsip pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh bakteri asam laktat secara anaerob. Bakteri asam laktat akan menggunakan karbohidrat yang terlarut dalam air (water soluble carbohydrate, WSC) dan menghasilkan asam laktat. Asam ini akan berperan

dalam penurunan pH silase (Ennahar, et al., 2003). Selama proses fermentasi asam laktat yang dihasilkan akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat menghindarkan pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Bakteri asam laktat dapat diharapkan secara otomatis tumbuh dan berkembang pada saat dilakukan fermentasi secara alami (Ridwan dan Widyastuti, 2003).

(7)

memberikan suplemen nutrien yang defisien dalam hijauan yang digunakan (Parakkasi, 1999).

Ensminger dan Olentine (1980) menyatakan bahwa agar lebih efektif, maka aditif yang digunakan harus menyediakan salah satu atau lebih keuntungan, yaitu : a) menambah nilai nutrien, b) menyediakan karbohidrat yang mudah terfermentasi, c) menambah suasana asam sehingga meningkatkan kondisi asam, d) menghalangi pertumbuhan tipe bakteri dan jamur tertentu, e) mengurangi jumlah oksigen yang ada secara langsung atau tidak langsung, dan f) menyerap asam yang mungkin hilang.

Pioner Development Foundation (1991) Kualitas silase akan dipengaruhi oleh tiga faktor dalam pembuatan silase antara lain: hijauan yang digunakan, zat aditif (aditif digunakan untuk meningkatkan kadar protein dan karbohidrat pada material pakan) dan kadar air bahan di dalam hijauan tersebut karena kadar air yang tinggi mendorong pertumbuhan jamur dan menghasilkan asam butirat, sedangkan kadar air yang rendah menyebabkan suhu di dalam silo lebih tinggi sehingga mempunyai resiko yang tinggi terhadap terjadinya kebakaran. Kadar air bahan yang tinggi mengakibatkan silase yang dihasilkan pun berkadar air air tinggi dan sebaliknya jika kadar air bahan yang digunakan untuk silase rendah maka menghasilkan silase berkadar air rendah. Kriteria silase yang baik menurut Direktorat Pakan Ternak (2009) yaitu berwarna hijau kekuningan; pH 3,8 - 4,2; tekstur lembut dan bila dikepal tidak keluar air dan bau; Kadar air 60 - 70% dan baunya wangi. Deptan (1980) juga membagi kriteria silase yang baik berdasarkan pH yaitu baik sekali 3,2 - 4,5; baik 4,2 - 4,5; sedang 4,5 - 4,8 dan buruk > 4,8.

2.3 Dedak Aromatik

(8)

pengolahan biologis yang menggunakan metode fermentasi dedak menggunakan probiotik Heryaki yang mengandung mikroba proteolitik, amilolotik, dan selulolitik sehingga mikrona tersebut diharapkan dapat merombak bahan menjadi produk lain yang memiliki karakteristik dan manfaat yang lebih baik (Supratman, 2016).

2.4 Proses pencacahan (Chopping)

S. Persson dalam Sukamta (1994:6) mengatakan bahwa pemotongan adalah proses pemisahan secara mekanis suatu bahan padatan sepanjang garis tertentu oleh alat potong. Alat potong digambarkan sebagai bilah bahan (blade) dengan suatu tepi yang tajam. Pemotongan menyebabkan suatu bahan mempunyai 2 bentuk baru yang disebut potongan atau serpihan, yang lebih kecil dari bentuk aslinya. Proses pemotongan diawali dengan terjadinya persinggungan (contact) antara mata pisau dengan bahan potong. Selanjutnya bahan potong mengalami tekanan (stress) terutama di sekitar garis potong. Pemisahan terjadi bila tekanan pada bahan melebihi kekuatan geser (failure strength) bahan tersebut. Pemotongan mempunyai nama lain yang menggambarkan jenis alat potongnya atau proses pemotongannya, seperti pencacahan (chopping), penyiang (mowing), pembelahan (splitting), pengirisan (slicing), pengguntingan (scissoring) dan lain-lain.

Chopping adalah proses pengolahan bahan pakan (biasanya hijauan untuk

ternak ruminansia) dengan cara pencacahan atau pemotongan dengan panjang antara 2 – 5 cm. Fungsi dari chopping adalah memperkecil ukuran bahan dan menghindari sifat memilih dari ternak.

2.5 Fermentasi anaerob pada silase

(9)

penyimpanan dalam kondisi anaerob. Pada pembuatan silase secara biologis sering ditambahkan bahan aditif sebanyak kurang lebih 3% dari berat hijauan yang digunakan. Menurut Bolsenet al. (1996) proses ensilase merupakan salah satu cara untuk meminimumkan kehilangan nutrien dan perubahan nilai nutrisi suatu bahan pakan hijauan.

(10)

III

ALAT BAHAN DAN PROSEDUR KERJA 3.1 Alat

a) Mesin chopper, berfungsi untuk merajang rumput-rumputan yang digunakan sebagai bahan pakan ternak.

b) Drum/silo kapasitas 60 liter, berfungsi untuk tempat silase.

c) Timbangan kapasitas 100 kg, berfungsi untuk menimbang rumput yang telah dichopper pada setiap.

d) Terpal plastik, berfungsi sebagai tempat mencampurkan rumput yang telah dichopper dengan dedak.

e) Karung, berfungsi sebagai tempat untuk membawa hasil chopper. f) Stopwatch, berfungsi sebagai alat untuk menghitung waktu.

3.2 Bahan

a) Rumput gajah dan rumput raja sebanyak 84 kg. b) Dedak aromatik sebanyak 0,42 kg .

3.3 Prosedur Kerja

a) Mencacah rumput menggunakan chopper yang telah disediakan, dan menghitung waktu selama waktu penchopperan menggunakan stopwatch. b) Menimbang total rumput yang telah dicacah.

c) Memasukkan rumput hasil pencacahan sebanyak 14 kg ke dalam karung. d) Menyatukan rumput sebanyak 14 kg dengan kelompok yang lainnya sehingga

total rumput sebanyak 84 kg (rumput diletakkan pada terpal plastik pada saat menyatukan) .

(11)

f) Mencampurkan dedak aromatik 0,42 kg dengan rumput 84 kg sampai homogen.

(12)

IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan

Berat keseluruhan rumput hasil chopper = 92,5 kg Produksi Mesin chopper = 10,69392,5 x 60

Tekstur Lembab dan kasar Kering dan sedikit basah

4.3 Pembahasan

(13)

rumput gajah dan rumput raja. Rumput raja dan rumput gajah yang digunakan memiliki ukuran yang besar, sehingga memerlukan pengolahan secara fisik terlebih dahulu untuk memperkecil ukuran partikelnya, dalam hal ini dilakukan pemotongan menggunakan mesin chopper. Hal ini diperkuat dengan pernyataan S. Persson dalam Sukamta (1994:6) bahwa chopping adalah proses pengolahan bahan pakan (biasanya hijauan untuk ternak ruminansia) dengan cara pencacahan atau pemotongan dengan panjang antara 2 – 5 cm. Dari proses chopping yang dilakukan, dapat diketahui produktivitas mesin adalah 641,62 kg/jam.

Prinsip dari pembuatan silase adalah pakan dari hijauan segar yang diawetkan dengan cara fermentasi anaerob dalam kondisi kadar air tinggi (40 sampai 70%), sehingga hasilnya bisa disimpan tanpa merusak zat makanan/gizi di dalamnya (Zakariah, 2012). Untuk memenuhi kondisi anaerob tersebut, maka pada proses penyimpanannya dilakukan dengan menutup rapat silo dan menguncinya dengan klep besi.

(14)

aromatik sebagai bahan aditif dapat menghasilkan silase dengan kualitas lebih baik dan dengan waktu yang relatif lebih singkat.

Berdasarkan hasil pengamatan secara organoleptik pada hari pembuatan sebelum penyimpanan, diperoleh bahan yang berwarna hijau, beraroma rumput, dengan tekstur yang kasar dan cenderung basah (lembab), dan rasa yang hambar. Dari pengamatan tersebut, maka pada proses pembuatannya belum terjadi perubahan apapun pada bahan dasar yaitu rumput gajah dan rumput raja. Maka dilakukan proses penyimpanan selama satu minggu untuk diamati perubahan yang terjadi. Selama prosesnya, dapat pula dilakukan pengamatan apakah fermentasi secara anaerob berjalan. Pengamatan dapat dilakukan dengan memeriksa temperatur silo. Apabila suhu silo tinggi (panas), maka fermentasi sedang berjalan dan belum selesai.

(15)

V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

 Pada proses chopping yang dilakukan, maka diketahui produktivitas mesin adalah 641,62 kg/jam.

 Pembuatan silase harus disimpan secara anaerob, dalam proses pembuatan silase penambahan aditif juga mempengaruhi berhasil atau tidaknya membuat silase.

 Perubahan fisik yang terjadi setelah 1 minggu yang awalnya berwarna hijau daun menjadi kuning kehijauan, aroma berubah dari aroma rumput menjadi aroma buah, rasa berubah dari hambar menjadi ada rasa manis, .dan tekstur berubah dari lembab dan kasar menjadi kering dan sedikit basah.

5.2 Kritik Dan Saran

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Bolsen KK, Ashbell G, Weinberg ZG. 1996. Silage Fermentation And Silage Additives. Review. AJAS. 9: 483–493.

Direktorat Pakan Ternak. 2009. Silase. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta

Ensminger, M.E. and C.G. Olentine. 1980. Feeds and Nutrition Complete. 2 Ed. Prentice-Hall of India Pvt. Ltd., New Delhi.

Ennahar. S., Y. Cai., and Y. Fujita. 2003. Phylogenetic diversity of lactic acid bacteria associated with paddy rice silage as determined by 16S ribosomal DNA analysis. Applied and environmental Microbiology 69 (1): 444-451.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Cetakan Keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

McDonald P, Henderson AR, Heron SJE. 1991. The Biochemistry of Silage. Ed ke-2. Chalcombe. Marlow

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Pioner Development Foundation. 1991. Silage Technology. A.Trainers Manual. Pioner Development Foundation for Asia and The Pacific Inc. :15 – 24.

Ridwan, R. dan Y. Widyastuti. 2003. Pengawetan Hijauan Makanan Ternak dengan Bakteri Asam Laktat; Manual. Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI. Cibinong, Bogor

Ridwan R, Ratnakomala S, Kartika G, Widyastuti Y. 2005. Pengaruh Penambahan dedak padi dan lactobacillus plantarum 1BL-2 dalam Pembuatan Silase Rumput gajah. Jurnal Media peternakan, 28 (3) : 117123.

Rumiyati. 2008. Pengaruh Imbangan Jerami Kacang Tanah Dengan Rumput Raja Dalam Ransum Terhadap Performan Sapi PFH jantan. Jurnal Penelitian Ilmu Peternakan. Fakultas Pertanian. Vol 9 : 62-68.

Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sukamta. 1994. Rancang Bangun Alat Pencacah Hijauan Pakan Ternak, Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM. Yogyakarta. Supratman, Hery. 2016. Pembuatan Dedak Aromatik Menggunakan Probiotik

(17)

Webster, C.C. and P.N. Wilson. 1989. Agriculture in The Tropics. 2 Ed. Longman Scientific & Technical. Essex.

Woodard, K.R., and G.M., Prine, 1993. Dry matter accumulation of elephantgrass, energycane and elephantmillet in a subtropical climate. Crop Science, 33, 818–824.

(18)

LAMPIRAN

Gambar 1. Penimbangan rumput

Gambar 2. Mencampurkan rumput dan molases

Gambar

Tabel Pengamatan
Gambar 1. Penimbangan rumput

Referensi

Dokumen terkait

Aspek-aspek yang membentuk minat membaca komik Jepang pada diri seseorang merupakan penjabaran dari aspek-aspek minat, yang meliputi kesadaran akan manfaat objek minat, perhatian

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian skripsi berikut yang berjudul “IMPLEMENTASI KEPUTUSAN WALIKOTA PALEMBANG

Sebagai refleksi, guru membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan tentang pelajaran yang baru saja berlangsung serta menanyakan kepada peserta didik apa

SMB atau Server Message Block adalah protokol untuk transfer file dilingkungan Windows yang berada pada layer …… dalam TCP/IP model.. Physical address dari Network Interface Card

Kelemahan pengolahan data menggunakan prosessor analog adalah kurang efisien karena apabila terjadi kesalahan dalam perancangan sebuah sistem menggunakan prosessor

Dari penelitian yang dilakukan pada peningkatan kinerja perangkat elektronik berbasis mikrokontroler AVR 8 bit dengan menggunakan RTOS maka dapat ditarik kesimpulan

2020 Pertama kali selama berdirinya perseroan, omzet sampai dengan kuartal ke-3 mengalami penurunan yang drastis sebesar 30% sampai 35% dibandingkan dengan periode yang sama tahun