• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi MTQ dengan Kelancaran Hafalan Mahasiwa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Korelasi MTQ dengan Kelancaran Hafalan Mahasiwa"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

MAHASISWA

(Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Hilda Nur Afifah NIM. 12311117

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1439 H/2018 M

(2)

MAHASISWA

(Institut llmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta)

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

OIeh:

Hilda Nur Afifah NIM. l23I I I 17

PROGRAM STL'DI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QT]R'AN (IIQ) JAKARTA

1439 H/20t8 M

Dr. Hi. Romldh Widavati. M. Au

(3)

Skripsi dengan

jldnl

"Korelasi

MTQ

dengan Kelancaran Eafalan Mahasiswa" yang disusun oleh Hilda Nur Afifah dengan Nomor Induk Mahasiswa: 12311117 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan dinilai olbh dosen pembimbing sudah memenuhi syarat ilmiah unhrk diujikan ke sidang munaqasyah. .

Jakart4 14 Agustus 2018 Pembimbing

,

,/X^

UIqW lt

;

nr. Uj. Romlah WidaYati, M.Ag

r--

(4)

Skripsi dengan

}udll

,,Korelasi

MTe

dengan Kelancaran Hafalan Maltasistya (Stutli Kasus tli Institrtt ltmu Al-eur,an Jakarta ),, ya,g disusu, oleh Hilda Nul Afifah dengan (NIM) 12311111 telah diujikan padl sidang Munaqasyah Fakultas Tarbiyah Institut Ilrru Ai-eur,an

(Iiq)

Jakarta padi tanggal 18 Agustus 2018. Skipsi ini telah diterima sebagai saiah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. pd).

idang

Dr. Hj. Umi snul Khotimah, M.Ag

Hj. Sri Tuti Rah

Jakafia, 18 Agustus 2018 Dekan Fakultas Tarbiyah

usnul Khotimah. M.As

Sidang Munaqasyah

Dr. Hj. Umi Khotimah, M.Ag Sekretaris Sidang

Wasmini

Dr. Hj. Ro idayati, M. Ag

(5)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

NIM

: Hilda Nur Afifah

:72311117

TempaUTanggal

Lahir

: Jakarta, l0 Februari 1994

menyatakan bahwa

skripsi

dengan

judul

uKorelasi

MTQ

dengan

Kelancaran Hafalan Mahasiswa" adalah benar-benar merupakan asli karya penulis, kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan sumbemya.

Kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam karya

ini

sepenuhnya

menjadi tanggung jawab penulis. Demikianlah surat pemyataan ini penulis

buat dengan sesungguhnya tampa rekayasa'

l1l

(6)

iv

MOTTO

ةايحلا –

تكارحلا

تكارحلا –

تكاربلا

تكاربلا -

تنوعملا

“ Pada dasarnya hidup itu bergerak, bergerak

kearah yang baik (positif), dan dengan bergerak

itulah insyaAllah Allah turunkan keberkahan

kepada siapa yang Dia kehendaki, dan bila Allah

sudah memberkahi kehidupan seseorang,

InsyaAllah ia akan selalu merasa tercukupi ”

(7)

v

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak luput dari rahmat, karunia, taufik, hidayah serta inayah-Nya. serta tidak akan terselesaikan pula tanpa adanya bantuan dan bimbingan yang penuh dengan ketulusan baik secara moril maupun maupun materil dari berbagai pihak, langsung maupun tidak langsung. Oleh karna itu maka penulis haturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada:

1. Lebih khusus untuk Ibunda dan Ayahanda Tercinta yang telah tiada (rahimahullah) yang telah memberikan pendidikan terbaik kepada penulis dari sejak dini, semoga Allah SWT memberikan terbaik di syurga-Nya.

2. Ibu Prof. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA, Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

3. Ibu Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M. Ag, Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

4. Ibu Dr. Hj. Romlah Widayati, M. Ag, Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan tanpa lelah.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, baik secara teoretis maupun praktis selama penulis berada diperkuliahan.

6. Kepada seluruh Instruktur Tahfidz, yang selalu memberikan semangat dan membantu penulis dalam menyelesaikan tahfidz hingga akhir perkuliahan.

(8)

vi

Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta yang telah banyak membantu hingga akhir skripsi ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

8. Kepada Ketua LTTQ IIQ Jakarta (Hj. Muthmainnah, M.A) serta pengurus jajarannya yang telah memberikan idzin dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Kepada suamiku tercinta Irfan Sudadi, S.pd.i, terimakasih yang setulus-tulusnya, yang tidak pernah berhenti mendo’akan, memberikan motivasi, semangat, dorongan, nasihat, serta kasih sayang dan biaya sepenuhnya kepada penulis dari segala segi, sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah di IIQ Jakarta. Semoga Allah SWT selalu memberkahi dan memberikan kesehatan kepadanya serta membalas segala kebaikannya dengan pahala yang berlipat ganda.

10. Kepada Ibu Siti Lestari dan keluarga yang selama ini sudah penulis anggap sebagai orang tua sendiri, sebagai motivator yang selalu memberikan bantuan do’a, kasih sayang, dukungan moril maupun materil selama penulis berada di perkuliahan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan ibu dengan pahala yang berlipat ganda.

11. Adik-adik ku Malihatul Muannisah, Uswatun Hasanah, Nida Muflihah, Annisa Octavia, Ayu Wahyuni, yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

12. Kepada Herlin Mitsliani, terimakasih atas ilmu yang diajarkan, semoga bermanfa’at dan berkah.

(9)

vii

perjuangan dalam menyelesaikan perkuliahan, tahfidz, serta skripsi, Ainin Hidayati, Siti Khoiriyah(Ulan), Ka Ifroh, Warienngga f., Eka Sasmita, Aidah Fitriyah, Andin, Ifadah, yang selalu membantu mengisi hari-hari penulis disaat senang maupun sedih, terimakasih kawan.

14. Serta kepada teman-teman angkatan tahun 2012 Tarbiyah A Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta yang tak bisa disebutkan satu persatu yang penulis sayangi, kepada sahabat dan teman-teman ku saling memberikan support, do’a, bara semangat, berbagi, dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan perkuliyahan dan skripsi ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya semoga Allah SWT. selalu menjadikan kita saudara sampai akhirat.

15. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga semua kebaikan dan jasa yang diberikan kepada penulis, Allah jadikan amal baik dan diterima serta diberikan pahala yang berlipat ganda disisi Allah. SWT Amiin. Sebagai penutup semoga Allah SWT.

memberikan kita taufiq dalam kebaikan agama dan akhirat, mudah-mudahan skripsi ini bermanpaat bagi penulis dan pembacanya.

Jakarta, 14 Agustus 2018 Penulis

Hilda Nur Afifah

(10)

viii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN PENULIS ... iii

MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiv

ABSTRAKSI ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Tinjauan Pustaka ... 7

H. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN TEORI ... 13

A. Al-Qur’an ... 13

1. Pengertian Al-Qur’an... 13

2. Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an ... 17

B. Tinjauan tentang Menghafal Al-Qur’an ... 19

1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an ... 19

2. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an ... 22

(11)

ix

4. Adab dalam Menghafal Al-Qur’an ... 28

5. Syarat-syarat Menghafal Al-Qur’an ... 31

6. Hukum Menghafal Al-Qur’an ... 33

7. Manfaat dan Pentingnya Menghafal Al-Qur’an ... 34

8. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kelancaran menghafal Al-Qur’an ... 36

C. Tinjauan tentang Musabaqah Tilawatil Qur’an Cabang Hifdzil Qur’an ... 43

1. Pengertian MTQ dan MHQ ... 43

2. Sejarah MTQ ... 44

3. Cabang dan Golongan MTQ ... 45

4. Tujuan dan Manfaat MTQ ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 51

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

C. Populasi dan Sampel ... 52

D. Teknik Pengumpulan data ... 53

E. Instrumen Penelitian ... 57

F. Teknik Pengolahan Data ... 59

G. Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 65

A. Gambaran Umum Penelitian ... 65

B. Deskripsi Data ... 75

C. Analisis Data ... 97

D. Interpretasi Data ... 100

BAB V PENUTUP ... 105

A. Kesimpulan ... 105

(12)

x

DAFTAR PUSTAKA ... 107 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

Tabel 3.1 Skala Korelasi MTQ (x)

Tabel 3.2 Skala Kelancaran Hafalan Mahasiswa (y)

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Angket Penelitian Korelasi MTQ dengan Kelancaran Hafalan Mahasiswa

Tabel 3.4 Skor jawaban angket positif Tabel 3.5 Skor jawaban angket negative Tabel 4.1 Nama-nama responden

Tabel 4.2 Saya pernah mengikuti MTQ cabang tahfidz Al-Qur’an Tabel 4.3 Saya pernah meraih juara MTQ cabang tahfidz Al-Qur’an

pada tingkat kabupaten/provinsi/nasional/internasional Tabel 4.4 Saya berminat dan berkompeten mengikuti MTQ cabang

tahfidz Al-Qur’an

Tabel 4.5 Mengikuti MTQ cabang tahfidz Al-Qur’an merupakan hal yang menyenangkan

Tabel 4.6 Saya memiliki kemampuan yang keras dalam merih juara MTQ cabang tahfidz Al-Qur’an

Tabel 4.7 Saya aktif mengikuti pelatihan/pembinaan yang berkenaan dengan tahfidz Al-Qur’an

Tabel 4.8 Mengikuti MTQ cabang tahfidz Al-Qur’an penting bagi saya, karna dapat menunjang kelancaran hafalan yang saya miliki Tabel 4.9 Selain muroja’ah pribadi, ajang MTQ cabang tahfidz

Al-Qur’an dapat menjadi salah satu metode dalam menguji kelancaran, kefashihan, serta kualitas hafalan yang saya miliki

xi

(14)

(IIQ) Jakarta

Tabel 4.11 Saya sudah memilikihafalan jauh sebelum saya masuk IIQ Tabel 4.12 Saya mengikuti karna termotivasi dari teman yang sering

mengikuti MTQ cabang tahfidz dan mutqin hafalannya Tabel 4.13 Saya menguasai hafalan yang saya miliki, dan yang akan

diperlombakan

Tabel 4.14 Banyak perolehan yang didapat setelah sering mengikuti MTQ, salah satunya semakin meningkat kelancaran, serta kualitas hafalan yang saya miliki

Tabel 4.15 Nilai (skor) korelasi MTQ (X) Tabel 4.16 Nilai (skor) korelasi MTQ (Y)

Tabel 4.17 Nilai Angket Korelasi MTQ (X) dan Kelancaran Hafalan Mahasiswa (Y) Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Variabel X dan Variabel Y Tabel 4.19 Interpretasi “r”

xii

(15)

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara

Lampiran 2 : Surat Keterangan Meneliti Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

Lampiran 3 : Surat Permohonan Menjadi Pembimbing Lampiran 4 : Surat Idzin Penelitian dan Wawancara

xiii

(16)

Transliterasi (alih aksara) adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. dalam skripsi ini ditulis dengan berpedoman kepada buku panduan petunjuk teknis penulisan proposal, skripsi, tesis dan disertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, tahun 2017 sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

1. Konsonan

: a : z : q

: b : s : k

: t : sy : l

: ts : sh : m

: j : dh : n

: h : th : w

: kh : zh :h

: d : „ : ؙ

: dz : gh : y

: r : f

xiv

(17)

Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap Fathah : a

Kasrah : i Dhammah : u

آ : â ي : î و : û

ْي... : ai

ْو... : au

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya.

Contoh:

: al-Baqarah : al-Madînah

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (لا) syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.

Contoh:

: ar-Rajul : asy-Syams

: as-Sayyidah : ad-Dârimî c. Syaddah (Tasydid)

Syaddah (Tasydid) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (ّ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid.

xv

(18)

kata, diakhir

kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Contoh:

Âmannâ billâhi Âmana as-Sufahâ’u Inna al-ladzîna

wa ar-rukka’i Ta Marbuthah

Ta Marbuthah (na’at),

al-Af’idah

al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah

Sedangkan ta marbuthah yang diikuti atau disambungkan (diwashal) dengan kata benda (isim), maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”

Contoh:

Âmilatun Nâshibah al-Âyat al-Kubrâ

xvi

(19)

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain.

Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya.

Contoh: „Alî Hasan al-„Âridh, al-„Asqallânî, al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur‟an, Al- Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya

xvii

(20)

Hilda Nur Afifah, NIM: 12311117 “Korelasi MTQ dengan Kelancaran Hafalan Mahasiwa” Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2018.

Latar belakang penulisan skripsi ini ialah seperti yang kita ketahui banyak sekali metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an seperti klasikal, sima’i, talaqqi, matematika jari dll. Dari berbagai metode yang telah ada dan telah digunakan dimasyarakat, sebagai bahan uji dan melihat kualitas hafalan Al-Qur’an seseorang, penulis ingin mengetahui apakah ajang musabaqah yang sering diminati oleh banyak kalangan termasuk dalam salah satu metode guna menguji kualitas hafalan Al-Qur’annya, seberapa besar penguasaannya terhadap ayat-ayat yang telah ia hafal. Dengan perumusan masalah terdapat korelasi atau tidak antara musabaqah cabang Hifzil Qur’an dengan kelancaran hafalan mahasiswa di IIQ yang telah mengikuti ajang tersebut. sebesar apa pengaruhnya MTQ terhadap kelancaran hafalan yang ia punya. Penelitian ini menggunakan metode Pendekatan kuantitatif dan penelitian survey, penelitian survey merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar-variabel. Penelitian survey memiliki tujuan utama yaitu untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dari sekelompok objek (populasi). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ajang musabaqah mempunyai pengaruh yang sedang dalam memotivasi dan meningkatkan kualitas hafalan mahasiswa. Karna dengan mengikuti ajang musabaqah tersebut, maka ia akan berusaha menjadi yang terbaik, dengan memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan lebih banyak muroja’ahnya. Dan terbukti dari beberapa mahasiswa yang telah memiliki hafalan jauh dari sebelum masuk IIQ, namun ia belum pernah mengikuti MTQ, setelah dapat bimbingan, arahan serta ilmu melalui pembinaan tahfidz di IIQ, ia berhasil meraih juara 2 dalam 2 tahun berturut-turut. Dengan demikian terlihat jelas bahwa kualitas hafalan mahasiswa tersebut meningkat dari segi kelancaran serta kefashihannya.

Kata kunci: Korelasi MTQ dan Kelancaran Hafalan Mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta

xviii

(21)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya menghafal Al-Qur’an merupakan suatu usaha dengan sadar dan sungguh-sungguh, yang dilakukan untuk mengingat-ingat dan meresapkan bacaan kitab suci Al-Qur’an yang mengandung mukjizat kedalam pikiran agar selalu ingat, dengan menggunakan metode dan strategi tertentu. Namun hal yang paling penting disini dalam menghafal Al-Qur’an adalah keistiqomahan. Istiqomah disini maksudnya yaitu konsisten dalam menghafal Al-Qur’an, baik itu konsisten dalam niat maupun usaha dalam menghafalnya. Seseorang yang memiliki kecerdasan yang tinggi namun tidak istiqomah dalam usahanya menghafal Al-Qur’an akan kalah dengan seseorang yang biasa-biasa saja tingkat kecerdasannya akan tetapi ia istiqomah dalam usahanya menghafal Al-Qur’an.

Menurut Syaikh Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani “Al- Qur’an ialah kitab pamungkas, yang diturunkan kepada Nabi terakhir dengan membawa agama yang bersifat umum dan berlaku abadi sebagai penutup seluruh agama yang ada”. Al-Qur’an juga meupakan pilar bahasa tertinggi yaitu Bahasa Arabsebagai gantungan kenabian dan kelestariannya, juga sandaran ilmu-ilmu dengan sekian ragam dan jumlahnya, sehingga mampu mengungguli semua bahasa di dunia, baik dalam pola maupun materinya.1

Al-Qur’an juga merupakan kitab suci umat Islam yang senantiasa terjaga kemurniannya dan terjamin pemeliharaannya. “Proses yang tertua menjaga Al-Qur’an adalah melalui tradisi menghafal, sejak permulaan islam,

1Syeikh Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqani, Manahil Al-„Urfan Fi „Ulum Al- Qur‟an, (Jakarta: Gaya Medika Pratama), h.xxii

(22)

setiap menerima wahyu, Nabi Muhammad SAW menyampaikan kepada para sahabat dan memerintahkan mereka untuk menghafal dan menulisnya”.2

Hafalan Al-Qur’an yang ada di hati para umat Islam penghafal Al- Qur’an inilah, sesungguhnya Allah menetapkan dan menjaga kemurnian Al- Qur’an. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Hijr (15:9):

















Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(QS. Al-Hijr [15] : 9)

Proses menghafal Al-Qur’an, seorang penghafal tidak hanya membaca dan menghafal di luar kepala, akan tetapi juga berusaha untuk menghayati dan memahami bacaan serta makna yang terkandung di dalam Al-Qur’an tersebut. Sejalan dengan proses menghafal Al-Qur’an dengan menghayatinya, maka dengan sendirinya akan timbul ketertarikan untuk memahaminya, dan jika ketertarikan untuk memahami Al-Qur’an sudah timbul maka secara otomatis hati memberikan sinyal kepada fikiran untuk dapat mengingat (Al-Qur’an) ayat demi ayat. Sebagaimana Allah berfirman:

















Artinya: “dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur‟an untuk pelajaran, Maka Adakah yang mengambil pelajaran?”

(QS. Al-Qomar [54]:17)

2Rahmi Zaimsyah, Penerapan Metode Talaqqi dalam menghafal surat-surat pendek di Raudhatul Athfal Anak Sholeh Depok, (Jakarta: IIQ Press), h.1

(23)

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah akan memberikan kemudahan kepada orang-orang yang ingin menghafal Al-Qur’an. Dan Allah akan memberikan pertolonganNya serta kemudahan bagi kalangan yang ingin berusaha untuk menghafalnya.

Dari pernyataan di atas, perlu kita ketahui banyak metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an seperti metode klasikal, sima’i, halaqoh, talaqqi dan lain-lain.3 Dari berbagai metode yang telah ada dan digunakan oleh masyarakat, sebagai bahan uji atau ingin melihat kualitas kelancaran hafalan Al-qur’an kita, yakni salah satunya dengan mengikuti ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Melalui MTQ tersebut kita akan tau seberapa besar penguasaan kita terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang telah kita hafal. Baik itu tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, nasional sampai internasional.Dan pernyataan-pernyataan tersebut merupakan salah satu alternatif dalam memasyarakatkan Al-Qur’an.MTQ merupakan wujud nyata dalam menjabarkan, mengembangkan serta mengimplementasikan pokok-pokok ajaran Agama yang fundamental dan hakiki, yaitu Al-Qur’an tidak ada keraguan padanya dan petunjuk bagi orang yang bertaqwa, di akui hadits dan sunnah Nabi sebagai bagian yang tak terpisahkan sebagai pedoman dalam kehidupan.4

Musabaqah atau yang lebih dikenal dengan istilah perlombaan merupakan bagian dari penunjang kreatifitas seseorang untuk mengekspresikan kemampuan dan skill, dimana dengan musabaqah tersebut seseorang akan mampu mewujudkan kecakapan ilmu yang dimilikinya.

Karena kapasitas yang dimiliki seseorang tidak cukup hanya sebatas dalam

3Rahmi Zaimsyah, Penerapan Metode Talaqqi dalam menghafal surat-surat pendek di Raudhatul Athfal Anak Sholeh Depok, (Jakarta: IIQ Press), h. 3

4Nur Hasanah, Korelasi Antara Penguasaan Ilmu Tajwid dengan Prestasi MTQ, (Jakarta: IIQ press, 2014) h. 5

(24)

bentuk wacana, maka perlu kiranya pengembangan wacana itu dengan mentradisikan berbagai kegiatan yang menunjang, diantaranya ialah dengan mengadakan musabaqah. “Jenis-jenis perlombaan dalam MTQ diantaranya yaitu, tilawah Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an, Fahm Al-Qur’an, Syarh Al- Qur’an, Khat Al-Qur’an, dan Menulis kandungan Al-Qur’an atau Musabaqah Makalah Ilmiyah Al-Qur’an.”5

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) merupakan lembaga pendidikan tinggi yang menggabungkan sistem pendidikan pesantren dan dengan sistem tingkat tinggi dengan tujuan untuk menghasilkan ulama/sarjana wanita yang hafal Al-Qur’an, Intelek berwawasan luas dan ahli pada bidang Ulumul Qur’an.Bukan hanya itu, keberadaan IIQ telah melahirkan banyak Qari’ah, Hafidzah, dan Mufassirah yang mampu tampil di arena Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional dan Internasional.

Berangkat dari hal itulah, penulis tertarik mengambil judul ini karena ingin mengungkap tentang sebesar apa pengaruh Musabaqah Tilawatil Al-Qur’an (MTQ) cabang Hifdzil Qur’an bagi mahasiswi- mahasiwi yang telah mengikuti ajang tersebut terhadap kelancaran hafalan yang ia punya. Besar atau kecilkah pengaruh MTQ tersebut dalam menguji penguasaan hafalan mahasiswa.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul“ Korelasi MTQ terhadap Kelancaran Hafalan Mahasiswi ( Studi Kasus Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta )”.

5Umi Latifah, Korelasi Antara Mahasiswi yang Berprestasi dan Mahasiswi yang tidak Berprestasi pada MTQ cabang Tafsir Al-Qur‟an terhadap Prestasi Akademik mata kuliah Tafsir, (Jakarta: IIQ Press, 2013) h.1

(25)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut:

a) Korelasi Muasabaqah Tilawah Al-Qur’an (MTQ) cabang Tahfidz dengan Kelancaran Halan Mahasiswa di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

b) Hasil evaluasi dan kualitas hafalan mahasiswa yang telah mengikuti ajang musabaqah.

c) Seberapa besar pengaruh MTQ sebagai salah satu metode terhadap mahasiswa dalam menguji kualitas hafalannya. Terutama bagi mahasiswa yang sering mengikuti ajang tersebut.

C. Pembatasan Masalah

Agar tulisan ini lebih terfokus dan terarah, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu: Korelasi antara Musabaqah Tilawah Al-Qur’an (MTQ) cabang Tahfidz dengan Kelancaran Hafalan Mahasiswi di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

Didalam judul ini penulis membatasi penelitian hanya pada di mahasiswi semester 4 (empat) dan 6 (enam) angkatan 2015 fakultas tarbiyah, ushuluddin, syari’ah, dan kpi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan Pembatasan masalah di atas, maka penulis akan merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu:

(26)

Apakah terdapat korelasi antara Musabaqah Tilawah Al-Qur’an (MTQ) cabang Tahfidz dengan kelancaran hafalan mahasiswi semester 4 (empat) dan 6 (enam) angkatan 2015 fakultas tarbiyah, ushuluddin, syari’ah, dan kpi di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menjelakan sasaran yang ingin dituju dalam penelitian.Biasanya hal ini saling terkait dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Dari definisi tersebut, maka tujuan penelitian ini ialah :

a. Sebagai bahan dan perbaikan dan evaluasi bagi mahasiswi dalam upaya meningkatkan kualitas dalam membaca Al-Qur’an.

b. MTQ bukan hanya sekedar ajang bersaing dalam mendapatkan hadiah, akan tetapi dapat dijadikan sarana dalam menguji kualitas hafalan Al-Qur’an.

c. Penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat dijadikan referensi dan dapat dikritisi untuk penelitian selanjutnya.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian menunjukan pada pentingnya penelitian dilakukan, baik untuk pengembangan ilmu dan referensi penelitian lebih lanjut dengan kata lain manfaat penelitian berisi uraian yang menunjukkan bahwa masalah yang dipilih memang layak untuk diteliti.

Hasil penelitian ini diharapkan berguna baik secara teoritis maupun praktis bagi penulis dan pembaca, yakni:

(27)

a. Manfaat Teoritis

a). Menambah Ilmu pengetahuan Agama Islam khususnya tentang menghafal Al-Qur’an.

b). Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam memperkaya wawasan dan konsep khususnya mengenai Korelasi MTQ terhadap kelancaran hafalan mahasiswi.

b. Manfaat Praktis

a). Secara Praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan Korelasi MTQ terhadap kelancaran hafalan mahasiswi.

b). Untuk menambah pengetahuan yang berguna bagi penulis saat terjun di masyarakat agar dapat mengaplikasikan ilmu yang penulis dapat.

G. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah kajian literatur yang relevan dengan pokok bahasan penelitian yang akan dilakukan, atau bahkan memberikan inspirasi dan mendasari dilakukannya penelitian.Dalam berbagai literature yang penulis telah baca, adapun bahan-bahan bacaan yang berkaitan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan bahan telaah penulis antara lain :

a) Dalam penelitian ini dilakukan oleh Rahmi Zaimsyah, Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tahun 2014, dengan judul skripsi “Penerapan Metode Talaqqi dalam Menghafal surah-surah pendek di Raudhatul Athfal (RA) Anak Shalih Depok”. Dalam skripsinya ia mengemukakan bahwa dengan menerapkan metode talaqqi seperti ini dapat membantu siswa dalam menghafal lebih cepat dan meningkatkan kualitas hafalan siswa lebih kuat, dikarenakan

(28)

pengulangan hafalan yang dilakukan setiap pagi. Dan metode ini pula dapat meningkatkan hasil belajar (hasil hafalan) siswa, dapat dilihat dari rata-rata data awal 64 (kategori kurang), pada siklus I 74 (kategori cukup), dan peningkatan pada siklus II 85 (kategori baik sekali). Dan dengan metode talaqqi ini dengan serta merta dapat meningkatkan aktifitas guru yang akan berpengaruh pada peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa. Berbeda dengan skripsi ini, penulis memfokuskan pada korelasi MTQ sebagai salah satu metode dalam menguji kualitas hafalan mahasiswi.

b) Penelitian selanjutnya oleh Nur Hasanah, Mahasiswi Institut Ilmu Al- Qur’an (IIQ) Jakarta pada tahun 2014, dengan judul skrpsi “Korelasi Penguasaan Ilmu Tajwid dengan Prestasi MTQ (Studi kasus pondok pesantren Al-Qur’an Baitul Qurro)”. Di dalam penelitiannya ia memberi kesimpulan bahwa dengan di dapatkannya angka koefisien korelasi sebesar 0,490 yang mana, nilai rxy ini lebih besar dari rt (r tabel) baik pada taraf signifikan 5% = 0,404 maupun 1% = 0,515, dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan “ Terdapat korelasi antara penguasaan Ilmu Tajwid terhadap prestasi MTQ di Pondok Pesantren Al-Qur’an Baitul Qurro diterima”. Sedangkan hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan “Tidak terdapat korelasi antara penguasaan Ilmu Tajwid terhadap prestasi MTQ di Pondok Pesantren Al-Qur’an Baitul Qurro Pamulang ditolak, hal ini dapat dinyatakan bahwa terdapat korelasi antara penguasaan Ilmu Tajwid terhadap prestasi MTQ di Pondok Pesantren Al-Qur’an Baitul Qurro”. Dalam skripsi ini, memfokuskan pada korelasi penguasaan Ilmu Tajwid dalam mencapai prestasi pada ajang Musabaqah. Berbeda dengan penulis,

(29)

karena penulis akan membahas dan meneliti mengenai korelasi dari Musabaqah tersebut dengan hafalan Al-Qur’an pada Mahasiswi.

c) Kemudian pada penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Umi Latifah, Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tahun 2013, dengan judul skripsi “Korelasi Antara Mahasiswi yang berprestasi dengan Mahasiswi yang tidak Berprestasi pada MTQ cabang Tafsir Al-Qur’an terhadap Prestasi akademik mata kuliah Tafsir (Studi kasus Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta)”. Diantara skripsi yang ditulis Umi Latifah ini terdapat persamaaan kecil dalam penelitian yaitu sama-sama meneliti mengenai Musabaqah, namun terdapat perbedaan yaitu fokus penulis adalah meneliti tentang pengaruh MTQ Cabang Tahfidz yang dikaitkan dengan penguasaan hafalan. Sedangkan skripsi yang dibuat oleh saudari Umi Latifah lebih mengerucut pada Prestasi MTQ serta dominan pada cabang Tafsir.

d) Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Lia Faiqoh, Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tahun 2016, dengan judul skripsi “Korelasi Program Menghafal Al-Qur’an Surah-Surah pendek dengan Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Al- Qur’an Hadits di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif NU Sunan Drajat Lamongan”. Dari skripsi yang ditulis oleh Lia Faiqoh dapat disimpulkan bahwa dari perhitungan angka korelasi antara variabel X dan variabel Y dengan menggunakan rumus product moment dan setelah memperhatikan besar rxy yang diperoleh adalah sebesar 0,710 yang terletak antara 0,70-0,90 berarti terdapat korelasi yang kuat dan tinggi. Disini Lia Faiqoh menulis tentang korelasi program menghafal Al-Qur’an, berbeda dengan skripsi penulis yang lebih memfokuskan

(30)

pada korelasi MTQ (Musabaqah) yang berkaitan tentang menghafal Al- Qur’an.

e) Penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh Nur Millah Muthohharoh Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tahun 2016, dengan judul skripsi “Usia Ideal dalam Menghafal Al-Qur’an”. Jika diperhatikan segi positif dan negatif dalam menghafal Al-Qur’an pada setiap jenjang usia, bisa disimpulkan bahwa usia ideal dalam menghafal Al-Qur’an di PPBH Unit Asrama Darul Qur’an adalah: Anak Usia 19-21 Tahun (setara anak lulus MA/SMA), dan Anak Usia 16-18 Tahun (setara anak MA/SMA). Dalam skripsi ini, memfokuskan pada Usia Ideal dalam menghafal. Berbeda dengan penulis, karena penulis akan membahas dan meneliti mengenai korelasi dari Musabaqah yang berkaitan dengan hafalan Al-Qur’an pada Mahasiswi.

f) Penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh Afina Rizki Zakiyah Mahasiswi Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta pada tahun 2016, dengan judul skripsi “Korelasi Menghafal Al-Qur’an Dengan Prestasi Belajar siswa di SDIT Al-Hanif Cilegon”. Dapat disimpulkan dari skripsi yang ditulis oleh Afina Rizki Zakiyah data rxy yang diperoleh adalah 0,630, sedangkan rt pada taraf signifikan 5% = 0,273 dan pada taraf signifikan 1% =0,354, dengan demikian nilai rxy lebih tinggi disbanding nilai rt baik pada taraf signifikan 5% maupun 1%.

(31)

H. Sistematika Penulisan

Hasil akhir dari penelitian ini akan dituangkan dalam laporan tertulis secara rinci, sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan

Bab II : Bab ini berisikan mengenai Pengertian Al Qur’an, Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an, Pengertian Menghafal Al-Qur’an, Keutamaan Menghafal Al-Qur’an, Prinsip Dasar Menghafal Al-Qur’an, Adab dalam Menghafal Al-Qur’an, Syarat-syarat Menghafal Al-Qur’an, Hukum Menghafal Al-Qur’an, Manfaat dan pentingnya menghafal Al-Qur’an, Faktor-Faktor yang mendukung dan menghambat dalam menghafal Al- Qur’an, Pengertian MTQ, Pengertian MHQ, Sejarah MTQ, Cabang dan Golongan MTQ, Tujuan dan Manfaat MTQ.

Bab III: Bab ini berisi uraian yang menjelaskan secara rinci bagaimana tahapan suatu penelitian dilakukan (metodologi penelitian).

Yakni mencangkup tentang Pendekatan Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Populasi dan Sampel (kecil, purposive, berkembang selama proses penelitian), Teknik Pengumpulan data (Observasi, Interview/Wawancara, Kuesioner/Angket, Dokumentasi), Analisis Data (Terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian, Induktif, Mencari pola, model, tema, dan teori).

(32)

Bab IV : Bab ini menguraikan hasil penelitian secara rinci meliputi : Deskriptif Data, Dokumen Pribadi, Catatan Lapangan, Ucapan dan tindakan responden, dokumen dan lain-lain.

Bab V : Bab ini menguraikan kesimpulan yang meliputi :Kesimpulan dan saran

(33)

13

PEMBAHASAN A. AL-QUR’AN

1. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur‟an adalah kitab mulia yang akan selalu memuliakan siapa saja yang mau menyisihkan waktu bersamanya. Tetapi, jika salah seorang diantara kita melakukan pencarian atas satu pembahasan tertentu, dan mencari satu hakikat keimanan, lalu dia mau meneliti ayat- ayat yang berbicara mengenai satu hakikat tersebut, maka usaha yang dilakukannya itu akan menguatkan hakikat keimanan dalam hatinya sehingga nantinya akan menjadi satu keyakinan tersendiri baginya.1

Al-Qur‟anul Karim adalah mu‟jizat Islam yang terkenal dan mu‟jizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan, ia diturunkan kepada Rasululloh Muhammad SAW, untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka kejalan yang lurus. Rasulullah SAW menyampaikan Al-Qur‟an itu kepada para sahabat orang-orang arab asli sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka.

Apabila mereka mengalami ketidakjelasan dalam memahami sesuatu ayat, mereka menanyakan kepada Rasulullah SAW.2

Secara bahasa, Al-Qur‟an berasal dari kata qara‟a, yaqra‟u,qiraa‟atan waqur‟anan yang artinya bacaan atau sesuatu yang dibaca.3 Adapun menurut istilah, Al-Qur‟an adalah “kalam Allah yang

1 Muhammad Anas dan Talqis, Power of The Qur‟an; Kekuatan Al-Qur‟an dalam Menambah Keimanan, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2008) Cet. Ke-1, H. 74

2 Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an,(Bogor: Pustaka litera Antanusa, 2009), cet.ke-12 h.1

3 Anshori, Ulumul Qur‟an, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013), Cet.Ke-1 h. 17

(34)

bersifat mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara jibril dengan lafal dan maknanya dari Allah SWT, yang dinukilkan secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, dimulai dari surah Al-Fatihah dan di akhiri dengan surah An-nas”.4

Begitupun dengan Manna Khalil Al-Qattan termasuk salah seorang ulama yang mendukung pendapat tersebut.Menurutnya, lafazd Al-Qur‟an merupakan bentuk masdar dari qara‟a yang makna aslinya ialah mengumpulkan dan menghimpun.Lafadz ini juga bermakna membaca. Sebab saat membaca beberapa huruf dan kata di hubungkan satu sama lain hingga menjadi susunan kalimat.5Oleh karena itu Al- Qur‟an harus dibaca dengan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat hurufnya, juga dipahami, dihayati, diresapi makna-makna yang terkandung didalamnya dan diamalkan didalam kehidupan sehari-hari.6

Demikian menurut sebagian ulama dengan berdalil pada firman Allah SWT:



































Artinya:

16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya

17. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.

4 Abd al-Rahman Ibn Muhammad Ibn Qasim Al-Hambali, “Majmu‟ Fatwa ibn Taimiyah”, 1398 H, h. 165

5 Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟an,(Bogor: Pustaka Litera Antanusa, 1996), h.16

6 Anshori, Ulumul Qur‟an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),cet.ke-1 h.17

(35)

18. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. (QS. Al-Qiyaamah [75 ] :16-18)

Sejumlah ulama mendefinisikan bahwa Al-Qur‟an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW yang sampai kepada kita dengan jalan mutawattir, tertulis dalam mushaf, diawali dengan suratAl-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, serta dipandang beribadah jika membacanya.7

Menurut Didin Hafidhudin, “Al-Qur‟an adalah kitab suci Allah SWT yang berfungsi sebagai Huda (petunjuk) dari Allah SWT, yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Sebagaimana dalam firman Allah SWT suratAl-Baqarah ayat 2:

















Artinya:

“Kitab(Al-Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa”(Q.S.Al-Baqarah [2]: 2)

Menurut As‟adi Muhammad Al-Qur‟an merupakan kitabullah yang terakhir (penutup) dan sengaja diturunkan kepada Rasulullah SAW.Sebagai wahyu, pedoman, serta petunjuk bagi semua umat manusia.8

Sementara itu menurut Abu Zakaria, sebagaimana yang dikutip oleh As‟adi Muhammad berpendapat bahwa lafadzAl-Qur‟an tidak berasal dari qara‟a melainkan qara‟in, bentuk jama‟ dari qarinah yang

7 Irfan Supandi, Agar Bacaan Al-Qur‟an Tak Sia-Sia, (solo: Tinta Medina, 2013) h. 122

8 As‟adi Muhammad, Penelitian-Penelitian Ilmiah Bukti-Bukti Keajaiban dan Kebenaran Al-Qur‟an,(Yogyakarta: sabil, 2012), cet. 1, h. 9

(36)

berarti kaitan.Pendapat ini mengacu pada sisi makna serta kandungan yang tercakup didalam kitab suci tersebut, yakni ayat-ayatnya saling berkaitan.9

Al-Qur‟an juga merupakan dasar pendidikan islam yang paling utama. Didalamnya terdapat petunjuk bagi orang-orang yang beriman, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra ayat 9:



































Artinya:

“Sesungguhnya Al-Qur‟an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal sholeh bahwa bagi mereka adalah pahala yang besar”(Al-Isra[17]: 9)

Didalamnya (Al-Qur‟an) terkumpul wahyu ilahi yang menjadi petunjuk dan pedoman bagi siapa saja yang mempercayai serta mengamalkannya.“Bukan itu saja tetapi al-qur‟an juga kitab suci penghabisan yang diturunkan oleh allah swt, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya.Karena itu, setiap orang yang mempercayai Al- Qur‟an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahami isinya serta untuk mengamalkan dan

9 As‟adi Muhammad, penelitian-penelitian ilmiah bukti-bukti keajaiban dan kebenaran al-qur‟an,(Yogyakarta: sabil, 2012), cet. 1, h. 10

(37)

mengajarkannya sampai merata rahmat-Nya dirasa dan dikecap oleh penghuni alam semesta.”10

2. Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an

Al-Qur‟an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ummi (tidak pandai membaca dan menulis).Demikian itu, memang diakui karena beliau tidak pernah belajar membaca dan menulis kepada seorang gurupun. Oleh karena itu, perhatian Nabi hanyalah tertumpupada cara yang lazim dilakukan oleh orang-orang yang ummi, yaitu dengan cara menghafal dan menghayatinya, sehingga cara demikian beliau dapat menguasai Al-Qur‟an persis sebagaimana halnya diturunkan. Kemudian setelah itu, ia lalu membacakannya kepada sejumlah sahabatnya, agar mereka dapat pula menghafal dan memantapkannya didalam lubuk hati mereka.11

Allah Berfirman dalam surah al-jumu‟ah ayat 2:













































Artinya:

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As

10Muhammad Slamet Saubary, catatan kaki secara ilmiah dalam Al-Qur‟an, (Jakarta: Perpustakaan Slamet Saubary, 1999), jilid 1, h. 132

11 DR. H. Anshori, LAL.MA, Ulumul Qur‟an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), cet.ke-1 h. 80

(38)

Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”(QS. Al-Jumu‟ah [62] :2)

Selain itu, perlu diakui pula bahwa bangsa arab pada masa turunnya Al-Qur‟an berada dalam budaya arab yang begitu tinggi, mereka sangat kuat dan hafalannya cepat serta daya fikirannya begitu terbuka. Begitu datang Al-Qur‟an kepada mereka dengan struktur bahasa yang indah dan luhur serta mengandung ajaran yang suci, mereka serasa amat kagum, dan karenanya mereka mencurahkan untuk menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an.Mereka putar haluan hafalannya dari bait-bait syair kepada Al-Qur‟an yang menyejukkan, membangkitkan roh dan jiwa mereka.12

Allah Berfirman: surah Al-Isra:88









































Artinya:

“Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain"(QS. Al-Isra‟[17]: 88)

12 Anshori, Ulumul Qur‟an, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), cet.ke-1 h. 82

(39)

B. Tinjauan Tentang Menghafal Al-Qur’an 1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur‟an terdiri dari dua kata, yaitu “menghafal”

dan “Al-Qur‟an”, yang mana keduanya memiliki arti yang berbeda.Menghafal berasal dari kata dasar hafal, yang kata dasar tersebut berasal dari bahasa arab yakni hafidza-yahfadzu-hifdzan, yaitu lawan dari kata lupa, sedikit ingat dan sedikit lupa.13

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengertian menghafal adalah berusaha meresapkan ke dalam fikiran agar selalu ingat, dan dapat mengucapkan diluar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain).14 Farid Wadji mengutip pendapat Abd Ar-Rabb Nawabuddin menyebutkan bahwa “tahfidz mengandung dua unsur, pertama hafal seluruh ayat-ayat Al-Qur‟an dan mencocokannya dengan mushaf.

Kedua senantiasa sungguh-sungguh menjaga hafalan setiap hari dari sifat lupa”.15

Dengan menghafal Al-Qur‟an terdapat bentuk meneladani para salafus shaleh. Sebab hal itu merupakan dasar dari segala dasar dan titik tolak segala urusan. Ia juga merupakan rujuan dasar bagi seluruh metode dan keilmuan.16

Disini penulis juga akan menjelaskan beberapa pengertian menghafal dari beberapa ahli, diantaranya:

13 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), h.

105

14 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, edisi ke-3, h. 381

15 Farid Wadji, “Tahfidz Al-Qur‟an dalam Kajian „Ulumul Qur‟an; Studi atas berbagai macam metode tahfidz, tesis UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta: 2008), h.9

16 Sayyid Mukhtar Abu Syadi, Adab-adab Halaqah Al-Qur‟an: Belajar dari Tradisi Ulama, (Solo: Aqwam, 2015), cet. Ke-1, h.183

(40)

a. Menurut Ibnu Madzkur yang dikutip dalam buku Teknik Menghafal Al-Qur‟an karangan Abdurrab Nawabudin mengakatan bahwa menghafal adalah “orang yang selalu menekuni pekerjaannya”.17 b. Abdul Aziz Abdul Ra‟uf, menghafal adalah “proses mengulang

sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar. Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi hafal”.18

c. Muhaimin Zen, pengertian menghafal dalam bukunya Tahfidz Al- Qur‟an Metode Lauhun, mengutip penjelasan al-Laits seorang pakar bahasa dari kitab “Tahdzib al-Lughah” karangan al-Azhari, yang bermakna sebagai berikut:

“Kata “hifzh” berarti kebalikan dari lupa, yakni senantiasa mengingat dan lupanya sedikit.Sedang “al-Hafidz” berarti yang diserahi sesuatu untuk menjaganya”.19

d. Zuhairini dan Ghofir, Menghafal adalah suatu metode yang digunakan untuk mengingat kembali sesuatu yang pernah dibaca secara benar seperti apa adanya. Metode tersebut banyak digunakan dalam usaha untuk menghafal Al-Qur‟an dan Hadits. Ada empat langkah yang perlu dilakukan dalam menggunakan metode ini, antara lain:

1) Merefleksi, yakni memperhatikan bahan yang sedang dipelajari, baik dari segi tulisan, tanda bacanya dan syakalnya.

2) Mengulang, yakni membaca atau mengikuti berulang-ulang apa yang diucapkan oleh pengajar.

17 Abdurrab Nawabudin, Teknik Menghafal Al-Qur‟an, (Bandung: Sinar Baru, 1991), Cet. Ke-1, h. 23

18 Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Malang:

UM PRESS, 2004), H. 76

19 Muhaimin Zen, Metode Pengajaran Tahfidz Al-Qur‟an di Pondok Pesantren, Tsanawiyah, Aliyah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Percertakanonline.com, 2012), cet. 1, h.3

(41)

3) Meresitasi, yakni mengulang secara individual guna menunjukkan perolehan hasil belajar tentang apa yang dipelajari.

4) Retensi, yakni ingatan yang telah dimiliki mengenai apa yang telah dipelajari yang bersifat permanen.20

Itulah Al-Qur‟an yang dengan membacanya saja sudah mengabdi kepada Allah SWT, namun yang terbaik diantara kita yaitu mau mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya kepada orang lain.

Al-Qur‟an merupakan kitab suci terakhirbagi ummat manusia dan sesudahnya tidak ada lagi kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT, oleh karenanya Al-Qur‟an adalah petunjukpaling lengkap bagi ummat manusia sejak turunnya Al-Qur‟an 15 abad yang laludan akan tetap sesuai dengan perkembangan zaman pada saat ini maupun masa yang akan datangnya hari kiamat nanti.21

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan secara sederhana bahwa makna menghafal yaitu suatu usaha menggunakan ingatan untuk menyimpan data atau memori dalam otak, melalui indra, kemudian diucapkan

kembali tanpa melihat buku atau objek hafalan, sedang kan objek dalam konteks ini adalah Al-Qur‟an.

20 Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UM PRESS, 2004) H.76

21 Wisnu Arya Wardhana, Al-Qur‟an dan Energi Nuklir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2004), h.46

(42)

2. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

Al-Qur‟an yang hari ini dihafalkan dan dijaga niscaya akan menjadi teman dalam menghadapi kematian. Ia juga akan menjadi pembela dan syafaat pada hari dimana orang terdekat meninggalkan kita.

Orang yang menghafal separuh Al-Qur‟an tentu tidak sama dengan orang yang hafal Al-Qur‟an sepenuhnya (30 juz), penghafal seratus hadits pasti berbeda dengan penghafal seribu hadits.

Berdasarkan pernyataan ini maka tiadalah ilmu itu kecuali apa yang berhasil dihafalkan.22

Orang yang hafal Al-Qur‟an adalah pembawa panji islam, tidak sepantasnya berbuat sia-sia seperti orang yang melakukan sia-sia dan tidak pula lupa daratan bersama orang yang lupa daratan, dan tidak pula bersama orang yang main-main, seyogyanya bagi penghafal Al- Qur‟an untuk tidak bergantung kepada orang lain dan tidak pula bergantung kepada para penguasa, dan orang-orang yang dibawah mereka sudah sepantasnya merekamembutuhkan kepada orang yang menghafal Al-Qur‟an.23

Betapa besar Keutamaan orang yang menghafalkan Al-Qur‟an.

Firman Allah SWT dalam surah Azzukhruf ayat 44:















22 Ibnul Jauzi, Hafalan BuyarTanda Tak Pintar, (Solo: pustaka arafah, 2009),cet.ke-1, h. 42

23 Muhaimin Zen Ahmad, Keutamaan Membaca, Menghafal Al-Qur‟an dan Mengamalkan isi kandungannya, (Jakarta: Walimatul „Ursy, 2016), h.27

(43)

Artinya:

“Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu dan kelak kamu akan diminta pertanggungan jawab”(QS. Az-Zukhruf [43]: 44)

Ayat yang memiliki arti “dan Sesungguhnya Al-Qur‟an itu benar- benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu…”

Maksudnya adalah kemuliaan dan ketinggian derajat bagi setiap orang yang menghafal Al-Qur‟an.24

Diantara keutamaan-keutamaan dari menghafal Al-Qur‟an yang telah banyak diungkapkan didalam Al-Qur‟an, yaitu:

a. Penghafal Al-Qur‟an akan selalu bersama denganpara malaikat yang mulia dan taat. Surah abasa: 8











Artinya:

“Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran)”(QS. „Abasa [80]:8)

Menghafal Al-Qur‟an adalah alas an mencotoh perilaku Nabi Muhammad SAW. Sebagai teladan yang baik. Surah Al Ahzab ayat 21:





































24 Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur‟an, (Solo:

Insan Kamil, 2010), Cet. Ke-1, h. 24

(44)

Artinya:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”(QS. Al-Ahzab [33]: 21)

c. Orang yang banyak membaca dan menghafal Al-Qur‟an akan membentuk ucapannya tepat dan dapat mengeluarkan fonetik arab secara alami.25 Surah As-Syu‟ara 194-195





















Artinya:

“ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan”(As- Syu‟ara:194)

“dengan bahasa Arab yang jelas” (As-Syu‟ara:195) (QS. As-Syu‟ara [26]: 194-195)

Mengingat adanya kedudukan yang tinggi yang dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada orang-orang yang mahir Al-Qur‟an, beliau pun menganjurkan kepada kita agar selalu membaca Al-Qur‟an dan mengamalkan isi kandungan serta mengamalkan dalam keseharian isi kandungan yang terdapat didalamnya.

Al-Qur‟an lebih dari segala-galanya. Barang siapa memuliakan Al-Qur‟an, maka dia memuliakan Allah, barang siapa yang meremehkan Al-Qur‟an, maka dia meremehkan Allah, maka dari itu

25 Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2005), h.39

(45)

kita mesti membuktikan keislaman kita dengan ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW, yakni dengan membaca Al-Qur‟an.26

Barang siapa membaca Al-Qur‟an kemudian menghafalnya, Allah akan memasukkannya ke syurga dan ia diberi hak untuk amnesti (syafa‟at) bagi seluruh anggota keluarganya, yang semuanya telah ditetapkan masuk neraka.27

Ada banyak dalil-dalil lain yang menjelaskan keutamaan Al- Qur‟an dan para penghafalnya, setelah kita mengetahui keutamaannya, kita bisa menyimpulkan bahwa Al-Qur‟an adalah hidayah (petunjuk), pengobat, rahmah (kasih sayang) dan bentuk perdagangan yang tak akan merugi, ia juga mengangkat kita untuk bersama dengan para rasul dan malaikat.28

3. Prinsip Dasar Menghafal Al-Qur’an

Al-Qur‟an sebagai dasar pedoman hidup dan petunjuk agama islam untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, disamping diturunkan kepdan hambanya yang terpilih yakni Nabi Muhammad SAW juga diturunkan melalui malaikat jibril dengan hafalan yang berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan ummat pada masa itu dan dimasa yang akan datang. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

Surah Al A‟la ayat 6-7

26 Abdurahman Ahmad, Himpunan Fadilah Amal, (Yogyakarta: Ash Shaff, 2000), h.667

27 Muhaimin Zen Ahmad, Keutamaan Membaca, Menghafal Al-Qur‟an dan Mengamalkan isi kandungannya, (Jakarta: Walimatul „Ursy, 2016), h.29

28 Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur‟an, (Solo: Insan Kamil, 2010), Cet. Ke-1, h. 9

(46)





























Artinya:

“Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa”( Al-A‟la:6)

“kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi”(Al-A‟la:7)

(QS. Al-A‟la [87]: 6-7)

Diturunkannya wahyu secara lisan ini membuat Nabi selalu berusaha dapat menguasainya. Ibnu Abbas mengatakan: “Rasulullah sangat ingin segera menguasai Al-Qur‟an yang diturunkan. Ia menggerakkan lidah dan kedua bibirnya karena takut apa yang diturunkan itu terlewatkan”.29

Sa‟ad Riyadh dalam bukunya yang berjudul Langkah Mudah Menggairahkan Anak Hafal Al-Qur‟an menjelaskan tantang prinsip dasar menghafal Al-Qur‟an adalah sebagai berikut:

a. Rasulullah adalah tokoh pertama yang hafizh, imam para qari dan teladan bagi umat islam. Beliau menerima Al-Qur‟an huruf demi huruf melalui malaikat jiibril as atas perintah Allah SWT.

Dan kepada para sahabatnya, generasi pertama yang memeluk agama islam, beliau sempaikan firman Allah ini secara lisan dan hafalan.

b. Mengikhlaskan niat karena allah swt semata, yaitu meluruskan niat menghafal dan menjadikan kegiatan menghafal al-qur‟an

29 Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 1994), cet. Ke-2, h. 178

(47)

dan menekuninya semata-matakarena allah swt mengharapkan surganya dan memperoleh ridho-nya.

c. Mengenali karakter akal pikiran .

Akal manusia terbagi menjadi dua: akal sadar dan akal bawah sadar. Akal sadar adalah apa yang seseorang dapati sekarang misal: membaca dan memahami kata-kata. Akal ini sadar ketika seseorang sadar, dan tidur ketika seseorang tidur.Sedangkan akal bawah sadar adalah mengontrol watak,kebiasaan, dan hobi.

Ini memiliki pengaruh yang luar biasa, sehingga dapat mengubah lebih tertata.Akal ini selalu sadar dan tidak penah tidur.

d. Menetukan tujuan

Tulislah tujuan dikertas, “saya pasti hafal Al-Qur‟an dengan sempurna” berkat pertolongan Allah swt.

e. Mencari motovasi terkuat untuk menghafal

Pada dasarnya, semua manusia di kontrol oleh motivasi yang telah mereka tanam dalam benak mereka sendiri.

f. Mengatur waktu

Agar seseorang dapat menghafal dengan baik, maka harus menata urusan-urusan agar dapat meluangkan waktu yang cukup untuk menghafal dan membuat jadwal.

g. Memilih tempat yang paling tepat untuk mengafal

Untuk menentukan tempat yang akan digunakan untul menghafal adalah tempat yang jauh dari suara-suara bising dan tempat yang memiliki ventilasi udara yang baik.

h. Menarik nafas dalam-dalam

Sebelum seseorang mulai menghafal, ambilah nafas dalam- dalam terlebih dahulu, karena dengan bernafas akan menghirup oksigen lebih banyak dari biasanya.

(48)

i. Rutin menghafal

Apabila seseorang rutin menghafal al-qur‟an setiap harinya, maka akal bawah sadar akan giat bangun dengan segera untuk kembali rutinitas. Sehinggal akan menghafal lebih mudah dari sebelumnya.

j. Mengulang-ulang hafalan

Sebentar saja meninggalkan hafalan maka ia akan lupa. Oleh karena itu ia harus mengulang-ulang hafalannya dan menjaga dengan terus membaca secara langgeng ditengah malam. Ini berarti bahwa seorang hafizh dituntut untuk menjadikannya sebagai wirid setiap hari.30

4. Adab Dalam Menghafal Al-Qur’an

Sebagaimana membaca, dalam menghafal Al-Qur‟an juga terdapat etika atau adab yang dianjurkan untuk dilakukan oleh seorang penghafal.

Adapun adab menghafal Al-Qur‟an adalah:

1. Dianjurkan berwudhu sebelum menghafal Al-Qur‟an, karena Al-Qur‟an adalah zikir yang paling utama. Rosulullah saw tidak suka berzikir kepada Allah kecuali dalam keadaan suci.31 Sebagaimana firman Allah swt Surah Al-Waqi‟ah : 79











30 Sa‟ad Riyadh, Langkah Mudah Menggairahkan Anak Hafal Al-Qur‟an, (solo:

samudra, 2009), cet.ke-1, h. 129

31Sayyid Mukhtar Abu Syadi, Adab-Adab Halaqoh Al-Qur‟an, (Solo:

PT.Aqwam,2016), h. 164

Referensi

Dokumen terkait

2 Sistem informasi inventori obat memudahkan karyawan gudang untuk mengetahui sirkulasi obat di gudang Apotek K24, membantu karyawan dalam hal mencari informasi mengenai data

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

exigua dikoleksi dari populasi dataran rendah (Cirebon dan Brebes) dan dataran tinggi (Bandung dan Cipanas) di Jawa dengan menggunakan perangkap berferomon

a) Adanya bayi baru lahir normal di laksanakan segera setelah.. lahir dan diletakan didekat ibu serta dalam ruangan yang sama. b) Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi

Berdasarkan paparan landasan teori yang digunakan untuk menganalisis wacana persuasif dalam iklan obat herbal pada majalah Elfata.Wacana persuasif tersebut

Karena bisa saja penguasaan tanah tanpa hak terjadi bagi orang-orang yang telah menduduki tanah tersebut dengan memohon penerbitan sertipikatnya

Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Siswa Melalui Pembelajaran Tadabur Alam Pada Mata Pelajaran Aqidah

Sel mast adalah sel jaringan ikat berbentuk bulat sampai lonjong, bergaris tengah 20-30 µm, sitoplasmanya bergranul kasar dan basofilik. Intinya agak kecil, bulat, letaknya di