• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. bersaing sebagai keunggulan atas pesaing yang didapatkan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. bersaing sebagai keunggulan atas pesaing yang didapatkan dengan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Keunggulan Bersaing

Keunggulan bersaing merupakan pencarian posisi bersaing yang menguntungkan dalam suatu industri karena dinilai sebagai arena terjadinya persaingan antar kompetitor. Best (2010) mendefiniskan keunggulan bersaing sebagai keunggulan atas pesaing yang didapatkan dengan menyampaikan nilai pelanggan yang lebih besar, melalui harga yang lebih murah atau dengan menyediakan lebih banyak manfaat yang sesuai dengan penetapan harga yang lebih tinggi.

Keunggulan kompetitif sebagai kekuatan dari keunikan sebuah organisasi dibandingkan dengan pesaing agar dapat memperoleh keunggulan di pasar sasaran. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Porter, dalam Thatte (2013) Competitive advantage centers on a firm’s ability to be a low cost producer in its industry, or to be unique in its industry in some aspects that are popularly valued by customers. Porter menjelaskan bahwa inti dari keunggulan kompetitif merupakan kemampuan perusahaan untuk memproduksi dengan biaya yang rendah di industri tersebut atau menjadi unik di industri tersebut pada beberapa aspek yang populer sehingga memberikan nilai bagi konsumen.

Keunggulan bersaing menunjukkan bahwa suatu usaha memiliki kinerja usaha yang lebih baik daripada pesaing yang berada di industri yang

(2)

sama dengan menggunakan aset dan kompetensi yang dimilikinya (Jia- sheng dan Chia-Jung, 2010). Keunggulan bersaing juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang memberikan suatu usaha peluang untuk memberikan nilai yang lebih kepada pelanggannya dari pada kompetitor (Ghosh et al, 2016).

Sunyoto (2015:1) menjelaskan bahwa perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan produk yang dihasilkan dalam persaingan dan menambahkan nilai lebih pada produk yang dijualnya untuk mendapatkan keunggulan bersaing, produk yang dihasilkan harus memiliki karakteristik kunci dalam merebut konsumen sehingga menjadi produk yang spesial.

1.1 Dimensi Keunggulan Bersaing

Dalam memberikan nilai lebih kepada pelanggan perusahaan harus memperhatikan beberapa dimensi dari competitive advantage atau keunggulan bersaing. Ukuran dalam menilai ketercapaian dari keunggulan bersaing sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan memiliki keunggulan bersaingnya di bandingkan dengan pesaingnya.

Menurut pendapat Thatte dalam Sachitra 2016 , terdapat lima dimensi penentu Competitive Advantage yaitu sebagai berikut:

1. Cost (Harga) merupakan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan permasalahan utama dengan pesaing berdasarkan biaya atau harga rendah. Harga yang dibebankan pada pelanggan merupakan atribut yang paling memengaruhi keunggulan bersaing.

(3)

2. Quality (Kualitas) dapat digunakan sebagai alat strategis untuk mencapai keunggulan bersaing dan merupakan elemen penting dalam penentuan nilai bagi pelanggan.

3. Delivery Dependendability (Pengiriman yang dapat diandalkan) adalah kemampuan perusahaan untuk mengirimkan produk atau jasa tepat waktu, dalam tipe dan volume yang sesuai dengan keinginan pelanggan.

4. Innovation (Inovasi) merupakan konsep lebih luas yang meliputi penerapan dari ide, produk, atau proses yang baru. Luasnya lini produk yang dimiliki sebuah perusahaan memengaruhi nilai dan pangsa pasar yang dapat diperoleh. Semakin tepat sebuah produk atau jasa dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, maka semakin besar nilai yang akan diberikan oleh pelanggan untuk produk atau jasa tersebut.

Dengan bertambah luasnya lini produk, maka akan semakin banyak pelanggan yang dapat menemukan produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan mereka.

5. Time to market merupakan dimensi yang penting dari keunggulan bersaing. Time to market merupakan sejauh mana sebuah perusahaan mampu untuk meluncurkan produk baru lebih cepat dari pesaingnya.

2. Entrepreneurial marketing

Keterbatasan usaha kecil menengah dalam bidang pemasaran telah melahirkan suatu teori yang menggabungkan pemasaran dengan kewirausahaan. Entrepreneurial marketing dapat dikatakan tentang suatu

(4)

tindakan pemasaran yang dilakukan oleh para pengusaha, owner bisnis, sedangkan manajemen pemasaran secara tradisional biasanya merupakan tindakan pemasaran yang dilakukan oleh seorang manajer pemasaran (Hills, Morgan, & Hultman, 2010).

Implementasi Entrepreneurial marketing dapat menghasilkan nilai lebih bagi pelanggan danorganisasi. Entrepreneurial marketing juga menjelaskan bagaimana pengambil keputusan dapat menggunakan sumber daya yang terbatas untuk mengatasi masalah secara optimal (Fillis, 2010:97).

Entrepreneurial marketing adalah hasil dari interpretasi infomasi secara kewirausahaan, pengambilan keputusan dan aksi pemasaran.

Entrepreneurial marketing merupakan suatu semangat dan orientasi serta suatu proses untuk mengejar peluang, menciptakan dan mengembangkan usaha memberikan nilai bagi pelanggan melalui hubungan dengan cara mengaplikasikan inovasi, kreatifitas, penjualan, pemasaran, networking dan fleksibilitas (Hills dan Hultman, 2011:2). Jelas terbukti bahwa Entrepreneurial marketing berada di tingkat pemahaman dan kompleksitas yang berbeda dengan konsep pemasaran tradisional.

Dimensi Entrepreneurial marketing

‘Entrepreneurial marketing is a configuration of activities that emerge from entrepreneur decisions and actions for pursuing business objectives in stable and turbulent environments that incorporate opportunity-seeking,

(5)

resourceorganizing, and risk-accepting behaviors to create multiple stakeholder values” (Morrish & Jones, 2019).

Fokus dari sudut pandang Entrepreneurial marketing adalah pada marketing yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan entrepreneurship, resource leveraging, inovatif, dan didorong oleh opportunity (Fiore et al., 2013; Morrish, Miles, & Deacon, 2010).

Penelitian sebelumnya mengidentifikasi beberapa karakteristik perilaku Entrepreneurial marketing, seperti perhitungan risk taking (Hills &

Hultman, 2011), keputusan berdasarkan keahlian dan naluri, fokus yang melekat terhadap inovasi (Hills & Hultman, 2013; Morrish, 2011; Whalen et al., 2015), fokus yang melekat pada pengenalan peluang, pendekatan yang fleksibel untuk pasar & calon pasar (Shaw, 2010), dan eksploitasi celah pasar yang lebih kecil (Stasch, 2009).

Ada tujuh dimensi dalam entrepreneurial marketing yaitu Proactive, Innovation, Calculated Risk Management, Opportunity Focus, Customer Intensity, Resource Leverage dan Value Creation didukung oleh Morrish &

Deacon (2011:117), Hacioglua et al. (2012:874), Al Manasra et al.

(2013:92), Rezvani et al. (2013:299-301).

1. Opportunity Focus (Fokus pada Peluang)

Opportunity Focus merupakan Mengenai fokus kesempatan, Kurgun, 2011 menunjukkan bahwa perusahaan dengan perspektif pemasaran kewirausahaan memiliki kesadaran yang lebih baik dalam menyaring dan mengevaluasi peluang sejalan dengan strategi saat ini

(6)

dan posisi mereka di pasar. Tantangan terberat suatu UKM adalah mengidentifikasi dan mengambil peluang yang ada (Short et al, 2009). Kinerja usaha bertumpu pada peluang usaha akibat dari suatu kegiatan yang muncul. Kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengejar peluang yang ada adalah kemampuan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu UKM (Rezvani dan Khazeai, 2014). Hal ini dikarenakan peluang adalah sumber potensi keuntungan yang berkelanjutan (Syah, 2016). Walaupun ide dan kreativitas pemilik usaha adalah sangat penting dalam suatu usaha, tetapi ide dan kreativitas tersebut akan sia-sia apabila tidak didukung dengan kemampuan untuk mengidentifikasi peluang yang ada di pasar (Heinonen et al, 2011). Dari hasil penelitian Li et al (2015), pengalaman berwirausaha, kepekaan terhadap pasar dan pengetahuan berpengaruh secara positif terhadap pengidentifikasian peluang dari seorang wirausahawan.

Kesempatan atau peluang adalah posisi pasar yang belum teridentifikasi yang menyimpan potensi keuntungan yang berkelanjutan Morris dalam Syah (2016). Cenderung berkorelasi dengan tingkat perubahan, oleh karena itu manajer secara aktif terlibat dalam kedua pencarian atau penemuan, serta pembelajaran Menurut Morris dalam Syah (2016), ada 2 dimensi yang berhubungan dengan peluang usaha yaitu:

1. Pemanfaatan peluang yang berkelanjutan.

(7)

Kemampuan untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang bisnis, melakukan inovasi yang memberikan nilai tambah, memanfaatkan peluang jejaring usaha secara efektif, mendayagunakan sumber daya manusia yang kompeten, dan mengoptimalkan keterbatasan sumber daya keuangan.

2. Identifikasi peluang.

Pengenalan pengetahuan seseorang tentang peluang- peluang usaha, baik usaha yang ada di sekitarnya maupun yang ada diluar daerahnya ataupun usaha yang sudah di ketahui sampai yang belum diketahui.

2. Proactive (Proaktif)

Proaktif dapat diartikan sebagai pengambilan tindakan atau inisiatif untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Presbitero, 2015). Seseorang yang proaktif lebih mungkin untuk mengambil tanggung jawab untuk menciptakan suatu perubahan dan usaha yang kreatif ketika didukung dengan kemampuan dan dukungan yang positif (Jiang dan Gu, 2015).

Menurut Morris dalam Syah (2016), orientasi proaktif sebagai pemasar mencoba untuk mendefinisikan kondisi eksternal untuk mengurangi ketidakpastian dan mengurangi ketergantungan dan kerentanan. Proaktif merefleksikan kemauan seorang wirausaha untuk mendominasi pesaing dengan kombinasi dari sikap proaktif

(8)

dan agresif. Sebagai contoh, memperkenalkan produk dan jasa baru sebelum pesaing dan mengantisipasi kebutuhan pasar yang akan datang untuk membuat perubahan dan membentuk lingkungan (Rezvani dan Khazeai, 2014).

Proaktif menurut Jiang dan Gu (2015) merupakan orientasi proaktif bagaimana para marketer mencoba mendefinisikan kembali kondisi eksternal untuk mengurangi ketidakpastian dan mengurangi ketergantungan dan kerentanan. Indikator proaktif menurut Jiang dan Gu (2015) :

1. Merespon tindakan pesaing dengan peka

Respon yang cepat terhadap perubahan lingkungan merupakan faktor yang penting bagi kesuksesan perusahaan. Pada saat meningkatnya persaingan dan terus berkembangnya kebutuhan pelanggan, tanggapan terhadap perubahan lingkungan telah menjadi faktor yang penting bagi kesuksesan perusahaan.

2. Memiliki kemampuan untuk selalu inisiatif ketika dihadapkan dalam suatu masalah

Kemampuan dan kemauan seorang wirausahawan bergerak secara aktif untuk mencari peluang dan memajukan usahanya mendahului pesaing. Ketika dihadapkan pada suatu masalah seorang wirausahawan mampu berfikir secara kreatif, dan memiliki inisiatif untuk memecahkan suatu masalah.

3. Customer intensity (Fokus pada Pelanggan)

(9)

Dimensi dari customer intensity dibangun berdasarkan faktor- faktor yang diaanggap penting dalam pemasaran suatu organiasasi yaitu, orientasi yang berpusat pada pelanggan dengan menggunakan inovasi untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan hubungan pelanggan (Rezvani dan Khazeai, 2014). Jumlah pelanggan memiliki peran yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup usaha kecil menengah dikarenakan kehilangan ataupun bertambahnya satu konsumen akan sangat menentukan keberlangsungan hidup usaha tersebut (Becherer et al, 2012).

Salah satu cara yang dapat dilakukan UKM untuk mempertahankan dan meningkatkan jumlah pelanggan adalah dengan memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan dalam segala aspek untuk memuaskan keinginan pelanggan. Pelanggan yang puas akan memberikan keuntungan bagi usaha dalam jangka pendek maupun panjang dikarenakan kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan kesetiaan pelanggan, kepercayaan dan juga komponen emosional dalam hubungan antara pelanggan dan usaha (Voigt et al, 2010).

Cara lain perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan adalah dengan menyesuaikan kemampuan produk dengan ekspektasi kemampuan produk pelanggan. Pengguna tentutnya memiliki ekspektasi kemampuan dari suatu produk. Apabila perusahaan dapat

(10)

memenuhi ataupun melampaui kriteria ekspektasi pelanggan, maka pelanggan akan merasa puas dan meningkatkan kemungkinan loyalitas terhadap suatu produk (Mkpojiogu dan Hashim, 2016).

Pelayanan pelanggan dianggap sebagai pemahaman akan pemenuhan kebutuhan konsumen yang akan datang atas permintaan produk yang belum ada (Heinonen et al, 201), dimensi pembentuk fokus pada pelanggan, yaitu:

1. Peningkatan jumlah pelanggan

Ketika jumlah pelanggan meningkat maka dapat dikatakan perusahaan tersebut memiliki kualitas yang baik. Seorang dapat dikatakan sebagai pelanggan apabila orang tersebut mulai membiasakan diri untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan oleh badan usaha. Kebiasaan tersebut dapat dibangun melalui pembelian berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu, apabila dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pembelian ulang maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai pelanggan tetapi sebagai orang pembeli atau konsumen.

2. Peningkatan kepuasan pelayanan

Kepuasan pelayanan dapat diperoleh memalui peningkatan kualitas ualitas pelayananyang dapat diketahui dengan cara membandingkan persepsi para konsumen atas pelayanan yang nyata- nyata di terima atau peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya di

(11)

harapkan atau inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu perusahaan.

4. Risk-Management

Risk management merupakan sikap berani dalam mengambil keputusan serta mampu memprediksi dan menghitung resiko yang akan di dapatkan dalam pengambilan keputusan. Kemampuan untuk mengurangi resiko yang melekat pada kesempatan dengan melakukan tindakan yang telah diperhitungkan (Becherer et al. , 2012). Walaupun peluang membawa kemungkinan untuk mendapatkan laba, tetapi dalam mengejar laba tersebut, pengkalkulasian kerugian yang mungkin terjadi haruslah dilakukan (Becherer et al, 2012).

Hasil penelitian Abotsi, et al (2014) menyatakan bahwa ada tujuh faktor yang dapat meningkatkan efektifitas manajemen resiko dalam prosedur pengambilan resiko yaitu, komitmen dan dukungan dari manajemen atas, komunikasi, budaya, teknologi informasi, budaya organisasi, pelatihan dan kepercayaan.

Risk management menurut Rustambekov, 2012 menunjukkan bahwa mengkonsumsi usaha berisiko diperhitungkan dan menjadi perintis dalam menemukan inovasi proaktif adalah kualitas penting.

Keputusan untuk mengambil resiko berbeda di tiap tingkatan usaha.

Usaha mikro lebih jarang mengambil resiko dibandingkan dengan usaha kecil dan menengah. Prioritas usaha mikro adalah untuk

(12)

bertahan hidup (survival) sedangkan usaha kecil dan menengah sudah mulai fokus terhadap pertumbuhan dan perkembangan usahanya (growth).

Indikator risk management menurut Rustambekov, 2012, yaitu :

1. Mengurangi resiko

Risiko usaha adalah sebuah tindakan yang dihubungkan dengan suatu kemungkinan munculnya kerugian yang tak terduga dan memang tidak diharapkan terjadi. Kemungkinan munculnya risiko pada bisnis memang bisa muncul dari berbagai faktor seperti manajemen, sistem perusahaan serta strategi yang kurang baik.

Sebagai wirausahawan harus tanggap dan aktif dalam menyusun strategi agarperusahaan tidak mengalami resiku yang besar ketika berada dalam masalah.

2. Antisipasif

Perusahaan harus sudah siap dengan masa chaos dengan mempersiapkan perubahan untuk tetap memimpin pasar.

Menciptakan standar-standar baru, perubahan yang dilakukan untuk mencari celah pasar, menggarap celah kekosongan pasar, adalah add value untuk tetap menjadi pemimpin pasar. Dalam menjalankan sebuah usaha, wirausahawan harus dapat memprediksi kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi dan

(13)

mempersiapkan diri untuk antisipasi ketika berada di titik yang tidak diinginkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wang dan Panikkos (2010) menunjukan adanya pengaruh kecenderungan suatu usaha dalam pengambilan resiko terhadap keunggulan pertumbuhan usaha.

Usaha yang lebih cenderung mengambil resiko dalam keputusannya menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan usaha yang menghindari resiko. Resiko yang paling sering terjadi dalam usaha kecil adalah resiko permodalan karena kurangnya penjualan dan likuiditas dan resiko pasar akibat pasar yang kurang stabil.

Ada tiga cara yang bisa digunakan pemilik usaha untuk mengidentifikasi kemungkinan kerugian (Falkner dan Hiebl, 2015) : 1. Evaluasi secara sistematis terhadap aset bisnis, aktivitas dan

karyawan.

2. Menggunakan laporan keuangan untuk mengidentifikasi sumber kerugian

3. Menggunakan flow-chart untuk menganalisa semua kegiatan dan aktivitas dari usaha tersebut.

5. Resource Leveraging (Pemanfaatan Sumber Daya)

Pemasar kewirausahaan membentuk kapasitas yang kreatif untuk pemanfaatan sumber daya. Kemampuan untuk menemukan

(14)

sumber daya yang belum digunakan secara optimal, melihat bagaimana sumber daya dapat digunakan dalam konteks yang lain dan meyakinkan pemilik sumber daya untuk mempercayakan sumber daya kepada pemasar, memerlukan visi, pengalaman dan kemampuan (Hacioglu et al, 2012).

Sumber daya yang paling penting bagi suatu perusahaan adalah orang yang memberikan kerja, bakat, kreativitas dan semangat kerjanya untuk tujuan usahanya (Syah, 2016). Untuk memenangkan persaingan di pasar, pemilik UKM harus berfokus pada difersivikasi produk dan sumber daya, dengan cara ini pemilik UKM dapat mengingkatkan efektifitas dan efisiensi produktivitas ke tingkat yang maksimum.

Untuk memenangkan persaingan di pasar, pemilik UMKM harus berfokus pada difersivikasi produk dan sumber daya untuk unggul dalam. Dengan cara ini, pemilik UKM dapat mengingkatkan efektifitas dan efisiensi produktivitas ke tingkat yang maksimum (Andersén, 2010). Apabila efisiensi dan efektivitas produksi sudah mencapai titik puncak, pemilik UKM dapat mulai memilih faktor produksi yang memiliki kriteria: berharga, langka, tidak dapat ditiru dan tidak dapat disubstitusikan. Dimensi resource leveraging menurut Andersén, 2010 :

1. Efektifitas

(15)

Gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterkaitan antara nilai-nilai yang bervariasi.Efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat

2. Efisiensi

Sebuah kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumberdaya dalam mencapai tujuan organisasi.merupakan usaha pada produksi untuk memberantas segala pemborosan bahan dan tenaga kerja maupun gejala yang merugikan, bekerja dengan gerakan, usaha, waktu dan kelelahan yang sedikit mungkin.

6. Value Creation (penciptaan nilai)

Entrepreneurial marketing merupakan suatu fungsi organisasi dan suatu paket proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai kepada Pelanggan (Ionita, 2012). Titik fokus Entrepreurial Marketing adalah penciptaan nilai inovatif, pada asumsi bahwa penciptaan nilai merupakan syarat untuk transaksi dan hubungan (Syah, 2016).

Keputusan pemilik usaha yang diambil dengan mempertimbangkan penciptaan nilai dan sumber daya akan mempengaruhi strategi usaha dan secara signifikan mempengaruhi performa finansialnya.

(16)

Menciptakan nilai tidak hanya sekedar memberikan produk yang berkualitas, tetapi pelayanan konsumen juga memberikan kontribusi yang besar terhadap persepsi nilai suatu usaha.

Penciptaan nilai tidak terjadi dalam sekali transaksi, melainkan dalam jangka panjang dengan kemampuan UKM dalam memberikan ketenangan hati dalam mengkonsumsi produk, kepastian dan kejelasan produk serta tidak ada kekhawatiran dalam mengkonsumsi produk yang ditawarkan (Cassia et al, 2015). Proses penciptaan nilai dimulai dari perakitan kerangka penciptaan nilai (terdiri dari kemampuan orientasi strategis dan orientasi bisnis), kemudian dilanjutkan dengan menciptakan teknik penciptaan nilai (kemampuan yang terdiri dari kemampuan inovasi, pemasaran dan produksi) dan diakhiri dengan suatu paket nilai yang mewakili hasil dari proses penciptaan nilai (Ngo dan O'Cass, 2010).

Dalam produk dan jasa, menciptakan nilai terkait dengan mengungkap kebutuhan, merancang solusi, memproduksi solusi dan mentransfer solusi ini kepada pelanggan dalam pertukaran untuk sesuatu yang lain (La Rocca & Snehota, 2014). Penciptaan nilai berarti mengikat usaha dengan sesuatu yang baru, objek baru untuk diperhatikan, komitmen dan tanggung jawab yang baru dengan nilai yang telah diciptakan (Harper, 2014). Terdapat 2 dimensi dari value menurut Harper, 2014 yaitu:

(17)

1. Cost : biaya atau harga yang sesuai dengan nilai tambah yang terdapat pada produk

2. Objek baru : penambahan nilai atau inovasi yang sebelumnya belum pernah ada, misalnya pengalaman yang didapat saat membeli atau menggunakan produk tersebut.

7. Innovation (inovasi)

Inovasi merupakan proses menciptakan sesuatu yang baru (Barringer dan Ireland, 2010) dan menggabungkan sumber daya yang ada sekarang dengan cara yang baru dan lebih produktif (Jia- sheng dan Chia-Jung, 2010). Definisi yang hampir sama diungkapkan oleh Sumarsono (Sumarsono, 2010) bahwa inovasi adalah pencarian kesempatan baru, perbaikan barang dan jasa yang ada serta menciptakan barang dan jasa yang baru atau mengkombinasikan unsur produksi yang ada dengan cara baru yang lebih baik. Secara keseluruhan, inovasi adalah memperkenalkan sesuatu yang baru atau cara yang baru untuk melakukan sesuatu dan cara atau produk tersebut diterima oleh pasar (Seighalan et al, 2016).

Inovasi berkisar dari penciptaan produk baru yang dapat mengubah industri sampai dengan perkembangan metode pembuangan limbah dalam proses produksi (Dustin et al, 2014).

Inovasi adalah inti dari proses kewirausahaan (Barringer dan Ireland, 2010) menunjukkan bahwa kewirausahaan memainkan peran penting tidak hanya dalam produk dan jasa, tetapi juga dalam

(18)

mencari solusi kreatif dan unik termasuk mengembangkan teknologi baru yang akan melayani metode eksekutif dan fungsi organisasi.

Sumber kekayaan tidaklah berasal dari bekerja, investasi fisikal ataupun penelitian. Sumber dari kekayaan berasal dari inovasi dan didukung dengan kewirausahaan. Dalam proses kewirausahaan, kesemapatan berinvestasi meningkat, pekerjaan dengan produktivitas yang lebih tinggi tercipta dan berefek pada masyarakat untuk mencari ilmu yang lebih berguna dan bernilai baik secara formal maupun informal. Kemudian dari ilmu yang diperoleh, melakukan inovasi melalui wirausaha (Henrekson, 2014).

Hubungan inovasi, kewirausahaan dan ilmu pengetahuan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan karena ketiganya membentuk suatu siklus tersendiri. Dimensi innovation menurut Henrekson, 2014 : 1. Inovasi produk dan jasa

Upaya yang dilakukan pelaku usaha pembuat produk untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan produk yang diproduksi selama ini. Produk yang dikembangkan tidak selalu dalam bentuk barang, tetapi bisa berupa peningkatan pelayanan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas, memenuhi kebutuhan pelanggan, dan meningkatkan efisiensi produk dan pelayanan jasa.

2. Inovasi pemasaran

(19)

Penerapan metode pemasaran yang baru atau peningkatan signifikan pada pengemasan atau desain produk, penempatan produk, promosi produk, atau harga.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tinjauan penelitian terdahulu merupakan suatu langkah yang digunakan untuk mencari informasi berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu yang berguna memberikan wawasan terkait dengan teori, ilmu, serta dapat memberikan referensi atau masukan terhadap peeliti selanjutnya. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini :

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

No. Penulis & Judul Metode

Analisis Hasil Penelitian

1.

Olanye, Edward (2016) The Dimension of

Entrepreneurial marketing on the Performance of Fast Food in Asaba, Delta, State, Nigeria

Cronbach Alpha

Proaktif, inovasi dan fokus pada peluang berpengaruh positif dansignifikan terhadap keunggulan bersaing.

2.

Suardhika dan Suryani (2016) Strategic Role of Entrepreneurial marketing and Customer Relatiom Marketing to Improve Competitive Advantage in Small and Medium

Enterprises in Bali Indonesia

SEM-PLS

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Entrepreneurial marketing berpengaruh positif terhadap keunggulan

bersaing pada UKM di Bali, Indonesia.

3.

Janet Ngugi (2014) Influence of

Entrepreneurial marketing on the Growth of SMEs in Kiambu Town-CBD, Kenya

Regresi Berganda

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Entrepreneurial

marketing berpengaruh terhadap pertumbuhan UKM.

(20)

4.

Lee, Hsieh

(2010) A Research in Relating Entrepreneurship, Marketing Capability, Innovative Capability and Sustained

Competitive Advantage

SEM (Structural Equation Model)

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa kewirausahaan dan inovasi secara langsung mempengaruhi keunggulan bersaing, sedangkan pemasaran tidak secara langsung mempengaruhi keunggulan bersaing.

No. Penulis & Judul Metode

Analisis Hasil Penelitian

5.

Kara Nisa Surya (2014) Pengembangan

Entrepreneurial marketing terhadap Pengembangan dan Keberlanjutan Usaha pada UMKM Kuliner di Depok

SEM-PLS

Hasil penelitian menunjukan faktor-faktor yang

mempengaruhi

Entrepreneurial marketing dalam pengembangan dan keberlanjutan kuliner Depok adalah keaktifan mencari informasi perkembangan usaha, ketanggapan dalam merespon kritik atau saran daripelanggan, kemampuan membaca peluang pasar, berani mengambil resiko dan frekuensi dalam berekspansi.

6.

Widyanta Kristina (2018) Pengaruh Entrepreneurial marketing Terhadap Keunggulan Bersaing Dengan Inovasi Sebagai Variabel Mediasi

SEM-PLS

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa inovasi mampu menjembatani antara Entrepreneurial marketing berpengaruh terhadap keunggulan bersaing secara signifikan.

7.

Stevia Septiani (2012) Analisis Pengaruh

Entrepreneurial marketing dan kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Industri Alas Kaki di Bogor

Deskriptif, Transforma si Indeks, SEM-PLS

Hasil penelitian ini adalah Entrepreneurial marketing berpengaruh spositif secara langsung terhadap daya saing, sedangkan kebijakan pemerintah berpengaruh tidak langsung pada

Entrepreneurial marketing.

8. Bibi Arfanly , Ma’mun

SEM-PLS Hasil pada penelitian ini

(21)

Syamsun(2016) Peran Entrepreneurial marketing dalam Peningkatan Kinerja Pemasaran pada

Industri Rumahan Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

bahwa peubah konsep, strategi, dan

intelejensi pasar pada entrepreneurial

marketing berpengaruh secara nyata terhadap kinerja pemasaran. Peubah metode tidak

memiliki pengaruh yang nyata terhadap

peubah kinerja pemasaran.

No. Penulis & Judul Metode

Analisis Hasil Penelitian

9.

I Gede Putu, Luh Komang (2019) Pengaruh

Entrepreneurial marketing dan Inovasi Produk

Terhadap

Daya Saing Usaha Kecil Menengah (UKM) di Bali

SEM-PLS

Hasil penelitian ini adalah Entrepreneurial marketing tidak berpengaruh langsung terhadap daya saing, tapi dapat berpengaruh setelah melalui inovasi produk.

10.

Eltria Brilliani (2019) Pengaruh Entrepreneurial marketing Terhadap Marketing Performance Dengan Market

Orientation Sebagai Variabel Mediasi

(Studi Pada Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang)

SEM-PLS

Hasil pada penelitian ini adalah Market

Orientation mampu menjembatani antara varaibel Entrepreneneurial Marketing terhadap

Marketing Performance secara signifikan.

Sumber : Olanye, Edward (2016); Suardhika dan Suryani (2016); Janet Ngugi (2014); Lee, Hsieh (2010); Kara Nisa Surya (2014); Widyanta Kristina (2018); Stevia Septiani (2012); Bibi Arfanly , Ma’mun Sarma , Muh. Syamsun(2016); I Gede Putu, Luh Komang (2019); Eltria Brilliani (2019); data diolah 2020

C. Kerangka Pikir dan Hipotesis

Kerangka pemikiran merupakan konstruksi model konseptual penelitian yang disistematiskan melalui alur berpikir logis berdasarkan konsep, teori dan hasil penelitian sebelumnya yang disesuaikan dengan tempat penelitian, yaitu Sentra Industri Kulitdi Magetan. Hal ini ditujukan agar dapat mengidentifikasi

(22)

dan mendesain kerangka pemecahan masalah secara ilmiah. Penalaran (reasoning) dalam kerangka pemikiran bersumber dari teori-teori yang baku dan konsep-konsep yang telah digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya yang disinergikan dengan fenomena yang ada.

Kerangka pemikiran penelitian ini menggunakan variabel Entrepreneurial marketing (X1), dan Keunggulan Bersaing (Y1). Berikut adalah kerangka pikir penelitian ini :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Sumber : Widyanta Kristina (2018); Suardhika dan Suryani (2016);

Olanye, Edward (2016)

Hipotesis merupakan ide yang digunakan untuk mencari fakta yang harus dikumpulkan. Menurut Sugiono (2014) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah suatu penelitian

(23)

yang telah dinyatakan dalam bentk kalimat pernyataan. Berdasarkan pertimbangan teori dan kerangka pikir yang telah dijelaskan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Dimensi Yang Membentuk Keunggulan Bersaing UKM

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dewi dan Ekawati (2017) memperoleh hasil bahwa keunggulan bersaing berperan dalam memediasi pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran, ini berarti bahwa keunggulan bersaing berperan sebagai variabel mediator yang mampu mempengaruhi hubungan orientasi pasar dengan kinerja pemasaran.

Keunggulan bersaing berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja pemasaran, ini berarti bahwa semakin baik keunggulan bersaing yang dimiliki UKM laundry maka akan semakin baik kinerja pemasaran yang didapat UKM laundry.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Abdillah, Hakim, Damiri, dan Zahra (2017) memperoleh hasil bahwa dari ketiga UMKM telah melakukan strategi porter’s generic strategy dengan baik, yaitu penerapan indikator keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Pada UMKM Haur Bambbo hanya menerapkan strategi keunggulan biaya dan strategi ini pun hanya diterapkan UMKM ini. Strategi diferensiasi diterapkan dengan baik oleh ketiga UMKM tersebut. UMKM Sari Kurnia dan Virage Awi sama- sama memiliki keunggulan pada penggunaan material atau bahan berkualitas tinggi. Setiap UMKM memiliki strategi fokus yang berbeda, Sari Kurnia fokus pada pelatih-pelatih kesenian alat musik bambu. Dengan

(24)

pasar utamanya adalah menjadi pemasok alat musik bambu berupa Angklung, Arumba dan Calung ke Saung Angkung Udjo. Strategi fokus yang diterapkan Virage Awi berada pada pasar tertentu, yaitu konsumen di seluruh dunia dengan tetap memberikan kepuasan berupa koleksi yang terbatas atau limited edition membuat produk Virage Awi menjadi produk yang dicari.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maryani dan Chaniago (2019) memperoleh hasil bahwa UMKM di Kota Bandung yang bergerak dalam industri kreatif sektor fashion sudah dapat mengaplikasikan strategi bisnis dikarenakan adanya keunggulan citra melalui reputasi yang baik kepada pelanggan, menerapkan fokus pada pelayanan yang memenuhi kebutuhan pelanggan, keunggulan diferensiasi produk yang kreatif dan inovatif, biaya produksi yang rendah dengan cara menerapkan metode amati, tiru, modifikasi (Metode ATM) dan harga jual yang diberikan terjangkau sesuai kualitas produk yang dijualnya, meskipun belum optimal dan masih mengikuti rata-rata harga pasar sehingga tidak jauh berbeda dengan pesaing.

Maka berdasarkan penelitian tersebut, hipotesis yang dapat diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

H1 : Dimensi keunggulan biaya, fokus, dan diferensiasi mampu membentuk keunggulan bersaing pada UKM Industri Kulit di Magetan

3. Dimensi Yang Membentuk Entrepreneurial marketing UKM Industri Kulit di Magetan

(25)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nafisa Farkhiy Aulia dan Sisca Eka Fitria (2019) memperoleh hasil bahwa mayoritas pelaku usaha telah menerapkan Pro-Activeness, Opportunity focus, Customer intensity, Innovation, Risk management, Resource leveraging, dan Value Creationdalam menjalankan bisnisnya, meskipun belum seluruhnya menerapkan secara maksimal. Pada umumnya, seluruh pelaku usaha sutra Garut sadar akan besarnya peluang pasar bisnis sutra Garut dan hampir seluruhnya mengambil tindakan untuk mengambil peluang yang ada.

Beberapa diantaranya yang belum menerapkan proactiveness dikarenakan masih minim nya niat dan pemahaman yang dimiliki untuk mencari tahu mengenai pentingnya menerapkan Entrepreneurial marketing dalam menjalankan bisnis nya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nico Makmur (2017) memperoleh hasil bahwa Entrepreneurial marketing dengan 7 dimensinya yaitu Proactiveness, Opportunity focus, Customer intensity, Innovation, Risk management, Resource leveraging, dan Value Creation berpengaruh signifikan dalam meningkatkan keunggulan bersaing di UKM oleh-oleh khas Medan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anisya Suci dan Sisca Eka Fitria (2019) memperoleh kesimpulan bahwa UMKM Kopi di Garut telah menerapkan 6 dari 7 dimensi Entrepreneurial marketing yaitu Proactivness, Opportunity Focus, Customer Intensity, Risk Taking, Resoure Leveraging dan Value Creation dan tidak menerapkan 1 dimensi Entrepreneurial marketing

(26)

yaitu Innovation tetap memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja dan keunggulan bersaing UMKM.

Maka berdasarkan penelitian tersebut, hipotesis yang dapat diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

H2: Dimensi Opportunity focus, proactiveness, customer intensity, Innovation, risk management, resources leverage, dan value creation mampu membentuk Entrepreneurial marketing pada UKM industrikulit di Magetan 4. Pengaruh Entrepreneurial marketing terhadap Keunggulan Bersaing

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Olanye, Edward (2016) Entrepreneurial innovation oriented marketing action allows the firm to concentrate an ideas that lead to new markets, products or processes, which helps to enhance competitive advantage. Contextually, the marketing strategy of the entrepreneur appears to supersede that of traditional marketing theory and seems more appropriate for the fast food firm through the innovation, creativity and flexibility of entrepreneurial behavior and orientation. Hence entrepreneurial innovation is a significant factor in gaining competitive.

Berdasarkan penelitian Suardhika dan Suryani (2016) memperoleh kesimpulan bahwa The success in improving competitive advantage is determined by the Entrepreneurial marketing and product innovation to compete directly, as well as indirect effects of Entrepreneurial marketing by mediation of product innovation. The interesting results of this study presents that the customer relation marketing is not proven as direct determinant of

(27)

competitiveness, but it is as the stimulant in product innovation so that SMEs can create their competitive advantage. Thus, the overall study findings show that the combination of Entrepreneurial marketing and customer relation marketing is the strategic instrument underlying the SMEs in product innovation, so that it can maintain or improve its competitive advantage.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nico Makmur (2017) memperoleh hasil bahwa Entrepreneurial marketing dengan 7 dimensinya yaitu Proactiveness, Opportunity focus, Customer intensity, Innovation, Risk management, Resource leveraging, dan Value Creation berpengaruh signifikan dalam meningkatkan keunggulan bersaing di UKM oleh-oleh khas Medan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widyanta Kristina (2018) memperoleh hasil bahwa Inovasi mampu menjembati antara varaibel Entrepreneurial marketing terhadap Keunggulan Bersaing secara signifikan.

Hasil tersebut menggambarkan semakin konsisten pelaku usaha dalam melakukan inovasi dalam UKM maka bisa menjadisebuah mediator dalam konsep Entrepreneurial marketing yang berujung pada keunggulan bersaing.

Maka berdasarkan penelitian tersebut, hipotesis yang dapat diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

H3 : Entrepreneurial marketing berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keunggulan Bersaing Industri Kulit di Magetan

Gambar

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

dan Konsumen Tujuan Pemasaran Berdasarkan Kelompok Sentra………… 118 4.9 Karakteristik UMKM Unggulan Kota Bandung Dilihat dari Fokus Strategi.. yang dipakai

Berdasarkan Peraturan Daerah No.18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2011-2031, menjelaskan bahwa Pembangunan Kota Bandung sebagai

Return On Equity (ROE) merupakan rasio dari laporan keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh return bagi investasi yang dilakukan investor

Menurut Sumiarni (2019) Mengelola keuangan pribadi adalah proses bagaimana individu menggunakan uang yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Berdasarkan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adopsi e-commerce berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja umkm di Kota Semarang, dan faktor teknologi, faktor lingkungan

Mengacu pada pengertian belajar di atas, jelas bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan setiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

Keputusan yang diambil oleh konsumen tidak terlepas dari proses untuk dapat menentukan tetap merokok, masyarakat Kota Bandung yang menjadi konsumen Urban Gym Bandung dapat

2.2.3 Resistensi perempuan Bali pada sektor industri kreatif di desa Paksebali Resistensi merupakan suatu bentuk perlawanan. Resistensi perempuan