commit to user i
PENGEMBANGAN POTENSI OBYEK WISATA TIRTA DI KABUPATEN BOYOLALI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Bidang Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
SYIHABUDDIN AQ DAMI D0108146
PROGRAM STUDI S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user ii PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing
commit to user iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari : Selasa Tanggal : 17 Juli 2012
1. Drs. Sukadi, M.Si ( ) NIP. 194708201976031001
2. Drs. Muchtar Hadi, M.Si ( ) NIP. 195303201985031002
3. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si ( ) NIP. 195909071987021001
Mengetahui, Dekan FISIP UNS
commit to user iv PERNYATAAN
Nama : SYIHABUDDIN AQ DAMI NIM : D0108146
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul :
“Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Pengembangan Obyek
Wisata Tirta di Kabupaten Boyolali” adalah betul-betul karya saya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.
Surakarta, 17 Juli 2012 Yang membuat pernyataan,
commit to user v MOTTO
Man Jadda Wajadda
(Barang siapa bersungguh sungguh, maka dialah yang akan berhasil)
commit to user vi
commit to user vii KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur dihaturkan ke hadirat Allah Ta’ala, atas segala nikmat dan kekuasaanNYA kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini. Shalawat dan Salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “PERAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI OBYEK WISATA TIRTA DI KABUPATEN BOYOLALI” ini diajukan untuk melengkapi syarat ujian akhir pada Program Study Ilmu Administrasi, jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Skripsi ini tidak lepas dari pengarahan, bimbingan, dorongan serta semangat yang telah diberikan oleh berbagai pihak, sehingga penulis mempersembahkan ucapan terimakasih setulus-tulusnya kepada :
1. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku dosen pembimbing Skripsi dan Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Terima kasih atas segala bimbingan, arahan, kritik dan sarannya selama ini.
2. Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas saran dan masukannya selama ini.
3. Prof. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user viii
Bu Farida. Terima kasih atas informasi terkait pengembangan pariwisata, khususnya wisata air di Kabupaten Boyolali
6. Teman-teman Administrasi Negara Kelas B angkatan 2008, Sahabat – sahabat di LKI FISIP UNS dan BIRO ASISTENSI FISIP. Terima kasih atas persahabatan kita selama ini, semoga kebersamaan dan kekompakan kita tidak pernah pudar.
7. Dan terakhir untuk berbagai pihak yang tak dapat disebutkan namanya satu persatu, penulis ucapkan terimakasih atas segenap bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga karya ini dapat selasai. Akhirnya, semoga Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis sendiri maupun pembaca pada umumnya.
Surakarta, 17 Juli 2012
commit to user ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR VALIDASI ... iii
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiii
DAFTAR DOKUMENTASI PENELITIAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI PARIWISATA DAN WISATA ... 15
1. Definisi Pariwisata ... 15
commit to user x
1. Pengembangan Pariwisata ... 23
2. Pengembangan Obyek wisata ... 44
3. Pendekatan Dalam Pengembangan Pariwisata ... ... 50
C. KERANGKA PEMIKIRAN ... 7
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 74
B. Lokasi Penelitian ... 75
C. Sumber Data ... 75
D. Teknik Pengumpulan Data ... 76
E. Validitas Data ... 79
F. Analisis Data ... 80
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 82
1. Gambaran Umum Kabupaten Boyolali ... 82
2. Gambaran Umum Dinbudpar Kabupaten Boyolali ... 85
3. Perkembangan Wisata Tirta di Kabupaten Boyolali ... 92
B. Pembahasan ... 94
commit to user xi
4. Upaya untuk mengembangakan potensi air menjadi Wisata Tirta … 120 BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ... 144
B. Saran ……… 146
commit to user xii DAFTAR TABEL
Tabel. 1.1 Kunjungan wisatawan di obyek wisata di Kab. Boyolali 2008-2011 4 Tabel 1.2 Daftar Jenis Potensi Wisata di Kabupaten Boyolali 8
commit to user xiii DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Pengembangan Pariwisata 33
Bagan 2.2 Peran Tiga Sektoral 41
Bagan 3.2 Kerangka Pikiran 71
commit to user xiv 1. Daya Tarik Obyek Wisata
1.1. Wisata Air Tlatar 1.2. Wisata Air Pengging 1.3. Wisata Waduk Cengklik 1.4. Wisata Waduk Bade
1.5. Wisata Waduk Kedungombo 1.6. Wisata Air Terjun Kedung Kayang 1.7. Sungai Serang dan Sungai Canden 2. Fasilitas Obyek Wisata
2.1. Fasilitas Obyek Wisata Air Tlatar 2.2. Fasilitas Obyek Wisata Air Pengging 2.3. Fasilitas Obyek Wisata Waduk Cengklik 2.4. Fasilitas Obyek Wisata Waduk Bade
2.5. Fasilitas Obyek Wisata Waduk Kedungombo 3. Infrastruktur
3.1. Papan Informasi Penunjuk Arah ke Obyek wisata 3.2. Kondisi Jalan Menuju Obyek Wisata
3.3. Papan Informasi di Obyek Wisata 4. Media Promosi dan Pemasaran
4.1. Website Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali 4.2. Website Javapromo
4.3. Website Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali 4.4. Bookflet Pesona Wisata Kabupaten Boyolali 2012 4.5. VCD Potensi Wisata Boyolali 2011
commit to user xv
Dalam Pengembangan Potensi Obyek Wisata Tirta di Kabupaten Boyolali. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Kabupaten Boyolali, terletak di antara dua kota besar Solo-Semarang dan kekayaan alam yang melimpah. Wisata Tirta potensial untuk dikembangkan menjadi salah satu wisata unggulan di Kabupaten Boyolali, apabila dikembangkan secara profesional akan menjadi primadona daerah tujuan wisata yang dikunjungi wisatawan. Peran pemerintah daerah, dinas terkait dan masyarakat dalam pengembangan potensi wisata-wisata air (tirta) tersebut diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran dinas kebudayaan dan pariwista dalam mengembangkan potensi obyek wisata tirta dan untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam pengembangan potensi obyek wisata tirta di Kabupaten Boyolali.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan dukungan data kualitatif. Teknik pengumpulan data di peroleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Penentuan informan di peroleh dengan teknik purposive sampling. Seperti Kepala Dinas Kebudayaan dan pariwisata, Kepala Bagian Pengembangan pariwisata, Pemasaran Pariwisata, Kepala Sub Perencanaan dan pelaporan, Staff di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali, pendagang di sekitar obyek wisata tirta, beberapa pengunjung, dan msayarakat sekitar. Agar diperoleh data yang benar-benar sesuai dengan kenyataan dan teruji validitasnya, maka dipergunakan trianggulasi data, sedangkan teknik analisa data menggunakan analisa interaktif.
Hasil penelitian ini bahwa wisata tirta menjadi salah satu wisata unggulan di Kabupaten Boyolali. Wisata Tirta tersebut meliputi : Wisata Air Tlatar, Wisata Pengging, Waduk Cengklik, Waduk Badhe, dan Waduk Kedungombo. Wisata Tirta andalan Kabupaten Boyolali, sekarang baru di Wisata air Tlatar dan Wisata Pengging. Peran pengembangan potensi obyek wisata tirta tersebut dalam bentuk : perencanaan pengembangan potensi wisata Tlatar, Pengging, Cengklik, Bade, dan Kedungombo. Kerjasama dengan instansi pemerintah lain, swasta, dan masyarakat. pengembangan promosi dan pemasaran dengan Bookflet, Film Potensi wisata Kabupaten Boyolali, website, dan event kesenian. Peran kelembagaan dalam meningkatkan sumber daya manusia meliputi pelatihan, dan pembinaan. Pembuat regulasi pengembangan pariwisata dan fasilitator dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Boyolali. Hambatan dalam pengembangan potensi wisata tirta diantaranya : kemampuan keuangan daerah yang terbatas, peran pengusaha minim, perijinan yang sulit, lahan yang di miliki oleh dinas dan pemda sangat minim dan beberapa lahan banyak yang berstatus sengketa, dsb. Faktor pendukung dalam upaya pengembangan wisata air diantaranya : potensi ada, akses baik, adanya dukungan dan inspirasi dari masyarakat, kesempatan membuka lapangan pekerjaan baru, adanya dukungan dari pemerintah dan instansi terkait, lahan untuk obyek wisata ada, pengelola ada, kepedulian masyarakat dan pihak ketiga ada.
commit to user xvi
Syihabuddin Aqdami, D.0108146, 2012. The Role of Culture and Tourism Department In Development of Water Tourism Object in Boyolali. Thesis. Faculty of Political and Social Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta.
Boyolali district, located between two major cities of Semarang and Solo-abundant natural wealth. Water (Tirta) tourism potential to develop into one of the leading tourist in Boyolali, if developed in a professional manner will be excellent tourist destination visited by tourists. The role of local government, relevant agencies and communities in the development of potential water tours (Tirta) is required. This study aims to determine how the agency role in developing the culture and pariwista tirta tourism potential and to find out what are the factors inhibiting and supporting the development of tourism potential in Boyolali tirta.
This study is a descriptive study with qualitative data support. Data collection techniques was obtained through interviews, observation and documentation study. Determination of informants was obtained by purposive sampling technique. As Head of Culture and Tourism, Head of Tourism Development, Tourism Marketing, Division Head of Planning and reporting, staff at the Department of Culture and Tourism Boyolali, food seller around tirta attractions, few visitors, and socity around. In order to obtain data that actually correspond to reality and tested its validity, then used triangulation of data, while data analysis techniques using interactive analysis.
The results of this study that tirta tourism became one of the leading tourist Boyolali. Tirta tour includes: Air Tlatar Travel, Tourism Pengging, Cengklik Reservoir, Reservoir Badhe, and Reservoir Kedungombo. Tirta Boyolali mainstay tourism, it's only in Travel and Tourism Pengging Tlatar water. The role of tourism development potential in the form tirta: Tlatar tourism potential development plans, Pengging, Cengklik, Bade, and Kedungombo. Cooperation with other government agencies, private, and community. development and marketing promotion with Bookflet, Film tourism potential Boyolali, websites, and art events. Institutional role in improving human resources include training, and coaching. Tourism development regulators and facilitators in the development of tourism in the district of Boyolali. Obstacles in the development of tourism potential tirta include: limited financial capacity of the region, the role of entrepreneurs minimal, permitting difficult, land which is owned by the agency and the government was minimal and many of the status of some land disputes, etc.. Contributing factor in the development of water attractions including: the potential exists, access to good, the support and inspiration from the community, opportunities open up new job opportunities, lack of support from government and related agencies, land for tourism there, there are managers, community care and third party.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan pada hakekatnya merupakan usaha pertumbuhan dan berubahan
terstruktur yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah untuk menuju moderisasi dalam rangka mensejahterakan rakyat baik secara lahir
maupun batin. Dalam pembangunan terjadi suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan berkelanjutan. Peran pemerintah harus lebih jeli menggerakan masyarakat agar berpartisipasi dalam pembangunan serta mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki Negara itu, untuk mencapai tujuan dan cita-cita bangsa, karena pada dasarnya pembangunan diselengarakan oleh rakyat bersama
pemerintah. Peranan masyarakat dalam pembangunan harus ditumbuhkan, dengan mendorong kesadaran, pemahaman, dan penghayatan, bahwa hak, kewajiban dan tangungjawab seluruh masyarakat, maka hasil-hasil dari pembangunan dapat
dinikmati oleh seluruh rakyat salah satunya adalah sektor pariwisata.
Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh setiap orang
untuk menghilangkan kejenuhan dan kebosanan beraktivitas di dalam kehidupan sehari-hari. Secara tidak langsung kegiatan ini mampu memberikan keuntungan bagi setiap orang dari segi psikologis, sosial maupun financial. Dari segi financial mampu
dan dari sisi psikologis membantu seseorang melupakan kebosanan rutinitas yang setiap hari dilakukan.
Indonesia, sebagai salah satu Negara kaya akan kebudayaan, etnis, agama, bahasa dan pesona alam berpotensi dimanfaatkan dan dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakatnya. Salah satunya bidang pariwisata, melalui wisata/
pariwisata dapat dimanfaatkan sebagai salah satu penyumbang devisa bagi Negara maupun suatu daerah. Kekayaan alam Indonesia banyak dan beragam dari Sabang
sampai Merauke dan Mianggas ke Rote harus dimaanfaatkan dan dikembangkan, sebab setiap kekayaan alam adalah aset dan berpeluang menghasilkan devisa yang
luar biasa.
Provinsi Jawa Tengah saat ini sedang mensosialisasikan program visit jateng 2013 sebagai upaya menarik wisatawan asing untuk masuk ke Indonesia, khususnya
Jawa Tengah. Bisa di bilang ini adalah salah satu program pemerintah Provinsi Jawa Tengah di sektor kepariwisataan, segala aspek disiapkan guna mendukung kelancaran Visit Jateng 2013 ini mulai dari perbaikan infrastruktur, pembenahan
sarana-prasarana, fasilitas dan sarana penunjang lainnya di seluruh kota dan kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah.
Boyolali, sebagai salah satu kabupaten yang mempunyai potensi pariwisata yang tinggi, karena wilayahnya yang strategis terletak diantara dua kota besar Solo -
terjun, Pedesaaan, Batik Asli Boyolali, Kuliner dan masih banyak lagi. Hal ini potensial jika dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata unggulan. Kota “Emas Putih”, itulah branding baru dari Kabupaten Boyolali selain dikenal sebagai penghasil
susu sapi yang terkenal hingga pelosok nusantara sampai mancanegara. Alam Boyolali menyimpan sejumplah potensi wisata yang dapat membantu perekonomian
dan kesejahteraan bagi penduduknya, ini berpotensi sekali mendatangkan para wisatawan maupun investor yang selama ini menjadi prioritas utama di dalam
pembangunan ekonomi.
“Pro Investasi” sebuah jargon visi dan misi dari Pemerintahan Kabupaten
Boyolali sekarang, dengan melihat potensi alam mulai dari gunung, sungai,
pemandian, waduk, pertanian, pedesaan, perkotaan, kesenian, kerajianan tangan, event kebudayaan, dan kuliner yang di miliki Kabupaten Boyolali sangat mendukung
guna menarik wisatawan maupun investor sehingga mampu menghasilkan devisa guna membangun ekonomi kabupaten ini. Berdasarkan data dari BPS dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali pada tahun 2011, tercatat 415.909
Tabel. 1. 1 Kunjungan wisatawan di obyek wisata di Kabupaten Boyolali 2008-2011
No Obyek Wisata Angka dalam Tahun
2008 2009 2010 2011 total Total 303.318 344.401 324.088 415.909 1.387.716
Sumber data : ( BPS Kab. Boyolali & Disbudpar Kabupaten Boyolali)
Melihat banyaknya wisatawan yang berkunjung dan melancong ke Kabupaten Boyolali, semakin menguat bahwa potensi alam dan pariwisata Kabupaten Boyolali
tidak kalah dengan potensi wisata di kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Tengah. Dari tahun ke tahun wisatawan dan pelancong yang menikmati pariwisata
alam Kabupaten Boyolali terus meningkat.
Berdasarkan pada Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pembangunan daerah, memang saat ini Kabupaten tersebut sedang gencar-gencarnya melakukan
pembangunan dan perbaikan infrastruktur sebagai langkah awal pembangunan ekonomi, ini terlihat dari pembangunan akses jalan menuju Kabupaten Boyolali. Selain itu sektor pariwisata juga menjadi salah satu bidang yang diperhatikan oleh
yang diperhatikan oleh pemerintah daerah sebagai upaya memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam pembangunan. Dengan adanya kepedulian pemerintah
daerah dan dinas terkait mampu meningkatkan pengembangan wisata di kabupaten tersebut, sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) terutama di
sektor pariwisata.
Konsekuensi yang besar ditanggung pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi pemerintahannya, fungsi pemerintahan itu antara lain fungsi pelayanan
masyarakat, fungsi pelaksanaan pembangunan, dan fungsi perlindungan kepada masyarakat. Untuk melaksanakan ketiga fungsi pemerintahan tersebut tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit, dalam situasi ini daerah pasti berusaha menggali
dan memajukan potensi yang ada dalam daerahnya guna memakmurkan daerah dan masyarakat setempat mengingat saat ini sudah menjadi otoritas daerah itu untuk
mengatur dan membangun daerahnya.
Pemerintah daerah dihadapkan dengan dua permasalah sekaligus, pertama adalah kenyataan bahwa pembiayaan untuk menjalankan pemerintahan agar dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik sangat besar, di sisi lain daerah tersebut merupakan daerah yang minim sumber daya alam. Oleh karena itu jalan yang di
tempuh adalah membangun sektor-sektor non-SDA, seperti sektor pariwisata. Untuk merealisasikan tujuan tersebut banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Boyolali dalam mengembangkan sektor-sektor unggulan yang mampu
Boyolali. Salah satu yang dikembangkan oleh pemerintah adalah sektor pariwisata dimana pengembangan obyek wisata baik wisata alam, wisata budaya, dan wisata
buatan secara bertahap.
Pemerintah daerah selaku pihak yang paling berwenang dalam memulai pengembangan dan pemberdayaan berbagai wisata-wisata yang ada di Kabupaten
Boyolali bertugas menjaga, memelihara, mempromosikan sekaligus mengembangan agar wisata-wisata yang ada di Kabupaten Boyolali agar mampu dikenal oleh
wisatawan domestik dan mancanegara. Pengembangan dan pemeliharaan obyek wisata di Kabupaten Boyolali bisa menarik para investor di dalam upaya pembangunan ekomomi masyarakat yang mandiri. Masalah pengembangan dan
pemeliharaan saat ini menjadi sorotan publik di dalam upaya pembangunan sektor ekomoni, dan menarik investor. Ketidak pedulian pemerintah daerah terlihat dalam
segi pengembangan terlihat dari banyaknya potensi wisata yang tidak dirawat dan di tambah fasilitas untuk publik seperti fasilitas rekreasi dan lainnya dan wisata yang
sudah di kekola tidak bisa di manfaatkan dan di optimalkan keberadaanya.
Berdasarkan evaluasi kinerja pemerintah Kabupaten Boyolali tentang pengembangan pengelolaan sektor pariwisata pada tahun 2010 yang lalu, diperoleh
rencana dan menyarankan untuk penyempurnaan pengembangan pariwisata pada masa yang akan datang, antara lain; (1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas obyek wisata, (2) Berusaha bekerjsama dengan pihak investor untuk mengembangkan
pariwisata, (4) Tersedianya lahan atau tanah yang dimiliki oleh pemerintah daerah Kabupaten Boyolali untuk pengembangan pariwisata, (5) Perlunya studi banding
dengan daerah yang lebih maju sektor pariwisatanya. (renstra pengembangan bidang pariwisata 2010)
Salah satu contoh konkrit pemerintah Kabupaten Boyolali berencana
mengembangkan salah satu obyek wisata di kawasan wana wisata tirta Kedung Ombo yang terletak di Kecamatan Kemusu. Tempat tersebut di nilai sangat potensial
dijadikan salah satu pariwisata unggulan di Kabupaten Boyolali. Sebab kawasan wana wisata tirta ini di bidik sebagai salah satu proyek pengembangan pariwisata. Kajian sudah mulai dilakukan dan melibatkan konsultan dari Solo dan Semarang.
Lokasi yang terletak di Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu itu di bidik menjadi tempat wisata tirta, kuliner dan outbond. untuk menunjang pengembangan wana
wisata Kedung Ombo diharapkan ada perbaikan infrastruktur jalan menuju ke sana. Jika ingin mencapai kawasan tersebut, pengunjung memang harus melewati jalur Boyolali-Juwangi. Diharapkan perbaikan akses akan meningkatkan tingkat kunjungan
wisatawan ke wana wisata. (sumber Solopos.com)
Berdasarkan data dari Media Cetak dan elektronik (Solopos.com), DPRD
Boyolali menyayangkan sektor pariwisata di Kabupaten Boyolali belum tergarap dengan baik. Pasalnya, dari tahun ke tahun bidang yang di anggap bisa meningkatkan potensi Kabupaten Boyolali belum banyak tergali. Menurut mereka masih banyak
signifikan. Dikatakan bahwa Boyolali memiliki beragam seni budaya mulai dari tari hingga upacara ritual, potensi ini bisa dikemas dan ditampilkan dengan baik sehingga
bisa mengundang pengunjung untuk datang atau sekadar singgah menikmati wisata di Boyolali.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali selaku instansi yang
berwenang dalam mengelola, mengarahkan, mengembangkan dan pemberdayaaan wisata di Kabupaten Boyolali masih jauh dari harapan dalam memberikan
pengembangan potensi pariwisata di kabupaten tersebut. terlihat masih banyaknya obyek wisata yang kurang terurus dan tidak dikelola dengan baik sehingga menyebabkan ketidak maksimalan dalam pengembangan pariwisata Kabupaten
Boyolali. Berdasarkan data yang ada 29 macam jenis obyek wisata yang ada di Kabupaten Boyolali dan tersebar di berbagai kecamatan, antara lain :
Tabel 1.2 Daftar Jenis Potensi Wisata di Kabupaten Boyolali
Kecamatan Jenis obyek wisata Jumplah
Selo Wisata Alam, Rekreasi, budaya spiritual 6 Boyolali Wisata Alam, Tirta dan Rekteasi 3 Cepogo Wisata Alam, Budaya Spiritual, ziarah 4
Ampel Wisata Alam, Budaya Spiritual 2
Simo Wisata Tirta dan Rekreasi 1
Sambi Wisata Budaya Spiritual dan ziarah 2
Kemusu Wisata Tirta 1
Klego Wisata Tirta 1
Ngemplak Wisata Tirta 1
Sawit Wisata Desa dan industry 1
(Sumber : Wikipedia dan www.promojateng-pemprovjateng.com)
Data menunjukan lebih dari 20 obyek wisata yang ada di kabupaten boyolali dan tersebar di berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali, akan tetapi yang
baru dikelola dan di perkenalkan kepada dunia pariwisata baik lokal maupun asing sekitar 11-13 obyek wisata yang tersebar di beberapa Kecamatan diantaranya :
Tabel 1.3 Daftar Obyek wisata yang di kelola dan dikenalkan di dunia pariwisata
Kecamatan Nama obyek wisata Jenis obyek wisata
Selo Agrowisata Sayur Selo, Air Terjun Kedung Kayang (klakah), Gunung Merapi dan Gunung Merbabu
Wisata Alam, Tirta, Rekreasi, budaya spiritual
Boyolali Tlatar Reservoir, Kawasan Wisata Umbul Tlatar, Agrowisata Padi
Wisata Alam, Tirta dan Rekteasi
Cepogo Agrowisata Sapi Perah Cepogo Wisata Alam, Kemusu Waduk Kedung Ombo Wisata Tirta Banyudono Pemandian Umbul Pengging,
Pemandian Tirto Marto, Masjid Cipto Mulyo, Pengging Fair,
Wisata Tirta, Budaya Spiritual,
Klego Waduk Badhe Wisata Tirta
(Sumber : www.boyolalikab.go.id)
Padahal dari data yang terekspos ke media lebih dari 20 obyek wisata yang berpotensi untuk di kembang, Sebenarnya bagimana peran pemerintah daerah dan pihak terkait
dalam megembangkan potensi obyek wisata yang ada di Kabupaten Boyolali.
Pesona alam Kabupaten Boyolali memang tidak henti-hentinya membuat
berdasarkan renstra yang dikembangkan tahun 2008 ada beberapa langkah pengembangan potensi obyek pariwista yang diupayakan pemerintah daerah
Kabupaten Boyolali dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali yang tersebar di berbagai Kecamatan diantaranya ;
Tabel 1.4 Renstra Pengembangan Wisata Tahun 2008 di Kabupaten Boyolali Kecamatan Jenis Pengembangan obyek wisata
Wonosegoro Wisata Alam, Tirta, budaya spiritual Musuk Wisata Kerajianan dan Budaya History Cepogo Wisata Kerajianan dan Budaya History Ampel Wisata Alam, Rekreasi dan Kerajinan
Simo Wisata Tirta dan Rekreasi, budaya spiritual Sambi Wisata Alam, Tirta, budaya spiritual Mojosongo Wisata Tirta
Banyudono Wisata Alam, Tirta, Budaya Spiritual, ziarah Karanggede Wisata Alam, Tirta
Selo Wisata Alam
(Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Boyolali 2008)
Melihat banyaknya potensi alam Kabupaten Boyolali yang sangat
menggiurkan sebagai salah satu strategi memperoleh pemasukan kas keuangan daerah, perlu dilakukan pengembangan dan pemberdayaan wisata baik yang sudah terkenal dan yang belum dikenal seperti Wisata Tirta, Wisata Alam, Wisata Budaya
dan Wisata Historis. Hal ini perlu dukungan dari berbagai kalangan mulai dari pemerintah daerah, masyarakat dan investor untuk mengembangkan dan
Wisata Tirta potensial untuk dikembangkan menjadi obyek wisata unggulan dan daya tarik wisata ke Kabupaten Boyolali. Banyaknya obyek wisata yang ada di
Kabupaten Boyolali apabila dikembangkan secara profesional akan sangat mungkin jika Kabupaten Boyolali menjadi primadona kunjungan wisatawan baik secara lokal, regional, nasional maupun internasional dengan melihat pada potensi yang ada.
Didukung oleh letak geografis Kabupaten Boyolali strategis dan kondisi alam yang sangat indah sangat memungkinkan pariwisata untuk berkembang pesat.
Perkembangan tingkat kebutuhan masyarakat yang tinggi, yang ingin melepaskan rutinitas keseharian dengan melakukan rekreasi baik sendiri maupun bersama teman dan keluarga menjadikan dorongan untuk mengunjungi obyek wisata
air (tirta) yang ada. Sehingga perlu adanya pengembangan obyek wisata air (tirta) yang nantinya dapat bersaing dan menjadi primadona wisatawan untuk
mengunjunginya. Melihat banyaknya potensi wisata di kabupaten boyolali sangat potensial untuk dikembangkan menjadi obyek wisata unggulan dan daya tarik wisata ke Kabupaten Boyolali, sehingga perlu peran serta pemerintah daerah dan dinas
terkait dan masyarakat dalam pengembangan wisata-wisata air (tirta) di wilayah Boyolali. Ini sangat baik untuk perekonomian wilayah serta bisa meningkatkan
kesejahteraan masyrakat sekitar dan pendapatan asli daerah sehingga bisa membantu sector pembangunan ekonomi kabupaten ini.
Melihat fenomena yang ada tersebut peneliti semakin tertarik untuk
Kabupaten Boyolali dalam Pengembangan Potensi Wisata Tirta (Air) yang ada di Kabupaten Boyolali yang seharusnya bisa memberikan kontribusi dalam Pendapatan
Asli Daerah dan Pembangunan ekonomi Kabupaten Boyolali.
B. RUMUSAN MASALAH
Melihat uraian latarbelakang tersebut peneliti tertarik lebih jauh untuk meneliti tentang pariwisata di Kabupaten Boyolali sehingga membuat rumusan masalah :
1. Bagaimana Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengembangkan
Potensi Obyek Wisata Tirta di Kabupaten Boyolali?
2. Faktor apa saja yang penghambat dan pendukung dalam mengembangkan Potensi
Obyek Wisata Tirta di Kabupaten Boyolali?
C. TUJUAN
1. Tujuan Operasional
a. Untuk mengetahui Bagaimana Peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengembangkan Potensi Obyek Wisata Tirta di Kabupaten
Boyolali.
2. Tujuan Fungsional
Diharapakan dapat memberikan masukan kepada semua pihak yang terkait
dalam pengembangan obyek wisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali
3. Tujuan Individual
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara untuk peneliti
D. MANFAAT
a) Bagi Peneliti
1. Sebagai sebuah karya ilmiah sebagai sarana menambah pengetahuan dan wawasan oleh peneliti
2. Sebagai upaya pengembagan potensi wisata dan memberikan sumbangsih
dalam fungsi Tri Darma Perguruan Tinggi.
b) Bagi Masyarakat
1. Sebagai sumber informasi kepada masyarakat terkait pengembagan obyek pariwisata.
c) Bagi Instansi terkait
1. Sebagai laporan temuan dilapangan akan kinerja dari dinas terkait dalam
upaya pengembangan potensi pariwisata untuk kedepannya
2. Sebagai refrensi Dinas dan pihak-pihak terkait untuk mengetahui
faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan potensi pariwisata.
3. Sebagai sarana informasi kepada dinas terkait di dalam langkah kedepan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam tinjauan pustaka ini membahas beberapa teori dan kajian yang akan digunakan sebagai landasan dalam penelitian.
A. DEFINISI PARIWISATA DAN WISATA
1. DEFINISI PARIWISATA
Menurut para ahli bahasa kata pariwisata berasal dari bahasa
Sanksekerta, sesungguhnya bukanlah berarti ”tourisme” (Bahasa Belanda) atau “tourism” (Bahasa Inggris). Kata pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Kata Pari dapat diartikan banyak, berkali-kali,
berputar-putar dan penuh. Kata Wisata, dapat diartikan perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata “travel” dalam bahasa
inggris. Dengan demikian Pariwisata dapat diartikan sebagai Perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa inggris di sebut denga kata “tour”, sedangkan untuk pengertian jamak, kata “kepariwisataan dapat digunakan kata toursme atau
tourism. Dengan kata lain Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan dari
Istilah “pariwisata” pertama kali muncul di Perancis menjelang abad
ke 17. Konon untuk pertama kali diguanakan oleh mendiang Presiden
Soekarno dalam suatu percakapan sebagai padanan dari istilah asing tourism. Menurut R.G Soekadijo, Pariwisata itu ialah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Semua kegiatan
pembangunan hotel, pemugaran obyek budaya, pembuatan pusat rekreasi, penyelenggaraan pekan pariwisata, penyediaan angkutan dan sebagainya.
Semua itu dapat disebut kegiatan kepariwisataan sepanjang kegiatan-kegiatan itu semua dapat diharapkan para wisatawan akan berdatangan. (Soekardijo,
1997 : 1-2)
A.J. Burkart dan S. Mendelik, mengakatakan bahwa : Tourism, Past, Present and Future, berbunyi “ Pariwisata berarti perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan selama
mereka tinggal di tempat-tempat tujuan itu”. (R.G Soekardijo, 1997 : 3).
Menurut Profesor Hunziger dan Krapf dari Swiss dalam buku Grundriss der Allgemeinen Fremdenverkehrslehre mendefinisikan pariwisata sebagai “keseluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan
tinggalnya orang asing di sesuatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal di situ untuk melakukan suatu pekerjaan yang penting (a major....
sementara”. Definisi ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama
(keseluruhan... gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing) adalah
definisi pariwisata seperti sudah dijelaskan di atas. Definisi yang pada umumnya di anggap baik itu pada bagiannya yang kedua mengartikan “tinggal sementara atau tidak menetap secara ekonomik” dan menjabarkannya sebagai ; “wisatawan tidak melakukan pekerjaan penting yang memberikan keuntungan.” (R.G Soekardijo, 1997 : 12-13).
Oka A. Yeoti menyimpulkan bahwa “pariwisata” adalah suatu perjalaanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarkan dari suatu tempat ketempat yang lain, dengan maksud bukan untuk berusaha
(busines) atau mencari nafkah di timpat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau
untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. (Oka A. Yeoti, 1996 : 118)
Pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan
lainnya seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. (Gamal Suwantoro, 2004 : 3). Sedangkan Murphy (1985), Pariwisata adalah keseluruhan dari elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah
perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen. ( Gede Pitana & G. Gayatri, 2005 : 45).
Institut of Tourism in Britain (1976) mendefinisikan Pariwisata
sebagai kepergian orang-orang untuk sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan tempat kerja sehari-hari,
serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut; ini mencakup kepergian untuk berbagai maksud, termasuk
kunjungan hari atau darmawisata. (Kusuma Yadi & Endar Sugiarto, 2000 : 5)
Dr. Salah Wahab mengungkapkan bahwa “pariwisata” dalah salah satu jenis industri baru mampu menghasilakan pertumbuhan ekonomi yang cepat
dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi yang kompleks, ia juga meliputi industri-industri klasik
senbenarnya seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomis juga di pandang sebagai industri. (Nyoman S. Pendit, 1999 : 35). Robert Intosh bersama Shahikant Gupta mencoba
mengungkapakan bahwa “pariwisata” adalah gabungan gejala dan hubungan yang ditimbulkan dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah
E. Guyer-Freuler dalam bukunya yang berjudul Hanbuch des Schweizerschen Volkswirtaschaft, merumuskan bahwa Pariwisata dalam arti
modern adalah merupakan phenomena dari zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuh terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenkmatan alam
semesta, dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas dalam masyarakat manusia sebagai hasil
perkembangan perniagaaan, industri, perdagangan serta penyempurnaan pada alat-alat pengangkutan. (Nyoman S. Pendit, 1999 : 38). Sedangkan Herman von Schullerm zu Schratenhofen merumuskan pariwisata adalah istilah bagi
semua, lebih-lebih bagi ekonomi, proses yang ditimbulkan oleh arus lalu lintas orang-orang asing yang datag dan pergi ke dan dari suatu tempat, daerah
atau negara dan segala sesuatunya yang ada sangkut-pautnya dengan proses tersebut. (Nyoman S.Pendit, 1999 : 38)
Definisi berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang
Kepariwisataan, bahwa pariwisata adalah sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usahausaha
yang terkait di bidang tersebut. UU No. 10 tahun 2009 tentang pariwisata, pengertian Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Berdasarkan pendapat-pendapat dan para ahli tersebut maka penulis dapat memberikan pengertian pariwisata adalah “suatu perjalanan yang
dilakukan untuk sementara waktu dari satu tempat ke tempat lain yang mempunyai obyek dan daya tarik wisata untuk dapat dinikmati sebagai suatu rekreasi atau hiburan mendapatkan kepuasan lahir, batin serta dapat
memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitanya.
2. DEFINISI WISATA
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, bahwa Wisata merupakan bepergian untuk bersenang-senang, rekreasi atau piknik. Menurut Oka A. Yoeti, Pengertian Wisata adalah perjalanan : dalam bahasa inggris dapat
disamakan dengan perkataan “travel”. (Oka A. Yoeti, 1996 :113)
Dalam Undang-Undang Nomor.9 tahun 1990 tentang kepariwisataan
bab I pasal 1 menyebutkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
Menurut UU No. tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam
Wisata juga bisa diartikan sebagai piknik (http://carapedia.com), Sedangkan Wisata tirta : kegiatan wisata yg berhubungan langsung dengan air
atau dilakukan di perairan pantai, danau, dsb (http://deskripsi.com).
Dengan demikian dapat di simpulkan dari beberapa pengertian bahwa Wisata adalah bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan,
bersenang-senang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara.dan tujuan lainnya menghilangkan kepenatan dari aktivitas sehari hari.
Sedangkan Wisata Tirta merupakan kegiatan wisata (rekreasi) yang
berhubungan langsung dengan air atau dilakukan di perairan pantai, danau, waduk, sungai, dsb.
OBYEK WISATA
Obyek wisata dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Selanjutnya Undang-Undang Nomor. 9 tahun 1990 tentang
kepariwisataan dalam bab III pasal 4 disebutkan :
a) Obyek dan daya tarik wisata terdiri atas :
- Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya,
wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan, taman rekreasi dan tempat hiburan.
b) Pemerintah menetapkan obyek dan daya tarik wisata selain sebagaimana
di maksud dalam ayat 1 huruf b.
Gamal Suwantoro 1997 : 19 dalam Argyo Demantoto, 2008 : 16-17
menyebutkan obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah. Selanjutnya obyek wisata ini
dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu :
a) Obyek wisata dan daya tarik wisata alam
Obyek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan dan
kekayaan alam.
b) Obyek wisata dan daya tarik budaya
Obyek dan daya tarik bersumber pada kebudayaan, seperti peninggalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan obyek lain yang berkaitan dengan
budaya.
Obyek wisata daya tariknya bersumber pada minat khusus wisatawan itu sendiri, misalnya olah raga, memancing dan lain-lain.
B. PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN OBYEK WISATA
1. PENGEMBANGAN PARIWISATA
Pengertian pengembangan menurut J.S Badudu dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia, memberikan definisi pengembangan adalah hal, cara atau hasil kerja mengembangkan. Sedangkan mengembangkan berarti membuka,
memajukan, menjadikan maju dan bertambah baik.
Instrumen ilmiah untuk mewujudkan perubahan pada organisasi dikenal dengan pengembangan organisasi (Organizational Development).
Pengalaman banyak orang menunjukkan bahwa pengembangan sangat bermanfaat bagi organisasi untuk menghadapi berbagai perubahan yang pasti
terjadi.Pengembangan organisasi memungkinkan organisasi meningkatkan efektivitas dan kemampuannya beradaptasi dengan kondisi dan tuntutan
lingkungan yang selalu berubah.
Menurut Siagian, 2000 : 3, Upaya-upaya pengembangan organisasi merupakan pendekatan terprogram dan sistematis dalam mewujudkan
perubahan. Sasaran utamanya adalah :
2) Mengembangkan potensi yang masih terpendam
3) Intervensi keperilakuan dilaksanakan melalui kerjasama antara
manajemen dengan para anggota organisasi untuk menemukan cara-cara yang lebih baik demi tercapainya tujuan individu dalam organisai dan
tujuan organisai sebagai keseluruhan. (Argyo Demantoto, 2008 : 22)
Dalam banyak hal pengembangan organisasi merupakan suatu perubahan organisasi secara berencana.Perubahan berencana adalah perubahan yang
dilakukan secara sengaja, lebih banyak atas kemauan sendiri.Perubahan berencana ini dimaksudkan agar sistem tersebut dapat berfungsi secara efektif dan adanya tekanan dari luar dijadikan sebagai pendorong untuk melakukan
perubahan.
Proses pengembangan organisasi adalah suatu proses yang dilakukan
secara bertahap, baik dalam usaha peningkatan kemajuan, memecahkan masalah maupun dalam rangka meningkatkan kemampuan melakukan
adaptasi terhadap tuntutan perubahan akan masa depan. Pengembangan organisasi tidak hanya memberikan perhatian pada pencapaian hasilnya suatu hasil yang diharapkan tetapi dalam proses pencapaiannya diusahakan
memberikan kepuasan kepada mereka berperan serta dalam pencapaiannya. Pengembangan pariwisata tidak lepas dari perkembangan politik, ekonomi,
pariwisata dibutuhkan perencanaan terlebih dahulu. (Argyo Demantoto, 2008 : 23)
Dari pemikiran diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan adalah suatu proses yang terjadi secara terus menerus, untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap ancaman yang ada untuk dapat berkembang
dalam mencapai tujuan individu dalam organisasi dan tujuan organisasi secara keseluruhan.
Menurut Oka A Yoeti, (1996 : 177-178), hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu daerah menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar dapat menarik unntuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi tiga syarat
yaitu :
1. Daerah itu harus menpunyai “something to see” yaitu harus mempunyai
obyek wisata dan atraksi wisata, yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain.
2. Di daerah tersebut harus mempunyai “something to do” di tempat tersebut
setiap banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, dan harus banyak disediakan fasilitas rekreasi atau amusements yang dapat membuat mereka
betah, tenggal tibih di tempat itu.
sebagian oleh-oleh atua souvenir untuk dibawa pulang ketempat asal masing-masing. Selain itu juga harus ada sarana-sarana lain, seperti
money charger, bank, kantorpos, kontor telpon, dsb.
The results from the research showed that such dimensions as Quality of
accessibility, accommodation, venue and their components contribute directly
in satisfaction of tourists, their intend to return and eventually development of
tourism industry in a region. (Alireza Ebrahimpour , Azam Haghkhah 2010 :
1)
(Hasil dari penelitian perlihatkan bahwa dimensi sebagai Kualitas aksesibilitas, tempat akomodasi, dan mereka komponen berkontribusi
langsung pada kepuasan wisatawan, mereka berniat untuk kembali dan akhirnya terjadi pengembangan industri pariwisata di suatu wilayah.)
(Faktor yang mempengaruhi Kualitas Pelayaan Pariwisata) 1. Destination (Tempat Tujuan)
2. Hotel
3. Accommodation Quality ( Kualitas akomodasi)
4. Interactions (Interaksi)
6. Value (nilai atau budaya) (Alireza Ebrahimpour , Azam Haghkhah 2010 :10- 12)
Alireza Ebrahimpour , Azam Haghkhah : The Role of Service Quality in
Development of Tourism Industry , Tehran South Branch of Islamic Azad
University, Tehran-Iran and UTM (University of Technology, Malaysia) Date
posted: August 31, 2010.
Kriteria untuk mengidentifikasi proyek-proyek pengembangan pariwisata
Kriteria pariwisata sangat penting untuk memastikan bahwa program pembangunan pariwisata akan sukses dalam membantu orang miskin. Minat untuk wisata situs dalam program mana yang akan dilaksanakan tidak boleh
diabaikan. Sejumlah memuaskan pengunjung hanya akan dicapai jika daya tarik dari situs ini dikelola oleh proyek untuk membangun commodation dan
infrastruktur. Berikut ini adalah kondisi yang dibutuhkan untuk memenuhi kriteria pariwisata menurut Evelina Bazini, Alexandru Nedelea, 2008 : 5
yaitu :
1. Tourism potential. (pariwisata potensial) 2. Tourism assets. (Aset pariwisata)
3. Tourism synergies. (Pariwisata sinergi)
(Evelina Bazini , Alexandru Nedelea : Impact of the Tourism Development
provided to SSRN and Stefan cel Mare University Suceava. Revista de
Turism, Vol. 3, No. 5, 2008.)
Menurut Dr. James J. Spillane (1994: 63-72) suatu obyek wisata atau destination, harus meliputi lima unsur yang penting agar wisatawan dapat
menikmati perjalanan wisatanya, maka obyek wisata harus meliputi :
a. Attractions
Merupakan pusat dari industri pariwisata.Menurut pengertiannya
attractions mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Attractions dapat diklasifikasikan menjadi skala local, provinsi, wilayah,
nasional, internasional.Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu
tempat tujuan adalah untuk memenuhi atau memuaskan beberapa kebutuhan atau permintaan.Biasanya mereka tertarik pada suatu lokasi
karena ciri- ciri khas tertentu. Ciri-ciri khas yang menarik wisatawan adalah :
o Keindahan alam
o Iklim dan cuaca
o Kebudayaan
o Sejarah
o Accessibility - kemampuan atau kemudahan berjalan atau ketempat
tertentu.
b. Facility
Fasilitas diperlukan untuk melayani wisatawan dalam menikmati
perjalannya, fasilitas cenderung berorientasi pada attractions disuatu lokasi karena fasilitas harus dekat dengan pasarnya. Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong pertumbuhan dan cenderung berkembang
pada saat yang sama atau sesudah attractions berkembang. Suatu attractions juga dapat merupakan fasilitas.Jumlah dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan wisatawan.Seperti fasilitas harus cocok dengan
kualitas dan harga penginapan, makanan, dan minuman yang juga cocok dengan kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi tempat
tersebut.
c. Infrastruktur
Attractions dan fasilitas tidak dapat tercapai dengan mudah kalau belum
ada infrastruktur dasar.Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah dan di atas tanah dan suatu wilayah atau daerah. Yang termasuk
1. Sistem pengairan/air
Kualitas air yang cukup sangat esensial atau sangat diperlukan. Seperti
penginapan membutuhkan 350 sampai 400 galon air per kamar per hari.
2. Sumber listrik dan energi (power)
Suatu pertimbangan yang penting adalah penawar tenaga energy yang tersedia pada jam pemakaian yang paling tinggi atau jam puncak (peak
hours). Ini diperlukan supaya pelayanan yang ditawarkan terus
menerus. Misal : tegangan volt harus cocok dengan kebiasaan konsumen ditempat asal.
3. Jaringan komunikasi
Walaupun banyak wisatawan ingin melarikan diri dari situasi biasa
yang penuh dengan ketegangan, sebagian masih membutuhkan jasa-jasa telepon dan/atau telgram yang tersedia.
4. Sistem pembuangan kotoran/pembuangan air
Kebutuhan air untuk pembuangan kotoran memerlukan kirakira 90 % dari permintaan akan air. Jaringan saluran harus di desain berdasarkan
permintaan puncak atau permintaan maksimal. 5. Jasa-jasa kesehatan
6. Jalan-jalan/jalan raya
Ada beberapa cara membuat jalan raya lebih menarik bagi wisatawan :
- Menyediakan pemandangan yang luas dari alam semesta
- Membuat jalan yang naik turun untuk variasi pemandangan - Mengembangkan tempat dengan pemandangan yang indah
- Membuat jalan raya dengan dua arah yang terpisah tetapi sesuai dengan keadaan tanah
- Memilih pohon yang tidak terlalu lebat supaya masih ada pemandangan yang indah.
d. Transportation
Ada beberapa usul mengenai pengangkutan dan fasilitas yang dapat menjadi semacam pedoman termasuk :
1. Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan
pengangkutan lokal di tempat tujuan (destination) harus tersedia untuk semua penumpang sebelum berangkat dari daerah asal.
2. Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk mencegah kriminalitas.
3. Suatu sistem standar atau seragam untuk tanda-tanda lalu lintas dan
4. Sistem informasi harus menyediakan data tentang informasi pelayanan pengangkutan lain yang dapat dihubungi diterminal termasuk jadwal
dan tarif.
5. Informasi terbaru dan sedang berlaku, baik jadwal keberangkatan atau kedatangan harus tersedia di papan pengumuman, lisan atau telepon.
6. Tenaga kerja untuk membantu para penumpang.
7. Informasi lengkap tentang lokasi, tarif, jadwal, dan rute dan pelayanan
pengangkutan lokal.
8. Peta kota harus tersedia bagi penumpang. e. Hospitality (keramahtamahan)
Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum mereka kenal maka kepastian akan jaminan keamanan sangat penting, khususnya
wisatawan asing. Pengembangan pariwisata memerlukan kebijakan dan perencanaan yang sistematis, sebagai contoh, pemerintah pada semua
level terlibat dalam mempersiapkan infrastruktur, penggunaan tanah atau tata ruang, dan sebagainya. Untuk meningkatkan daya tarik pariwisata maka ada beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu :
1. Mengembangkan kegiatan-kegiatan promosi internasional
2. Mencermati kompetisi di tengah tren persaingan pasar – pasar internasional
4. Mengkaji dan merumuskan peran dan fungsi badan pariwisata Indonesia
5. Memperkuat & memelihara citra pariwisata Indonesia (Angelina sondakh, 2010 : 26)
Menurut Sekjen ASITA, Yekti P Suradji, untuk menarik wisatawan
mancanegara berkunjung ke Indonesia ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu perbaikan infrakstruktur di sekitar daerah tujuan wisata, promosi dan
keamanan
Bagan 2.1 Pengembangan Pariwisata
(Angelina sondakh, 2010 : 43)
Gagasan kebudayaan nasional dalam pariwisata dan pembangunan kepariwisatan ditunjukan bagi persatuan dan kesatuan bangsa.Tujuan ideal
Perbaikan infrastruktur di sekitar daerah tujuan
wisata
Perbaikan keamanan
Perbaikan promosi
3 FAKTOR YANG MENARIK MINAT
adalah penghapusan kemiskinan, pembanguan yang berkesinambungan, pelestarian budaya, pemenuhan kebutuhan hidup dan hak asasi manusia, dan
peningkatan ekonomi serta industri.Hal ini begitu ditekatan dalam pengembangan pariwisata. Terkait dengan dinamika pemikiran kebudayaan nasional dan daya saingnya dalam pengembngan industri pariwisata, ada
beberapa hal yang menjadi perhatian yang menjadi perhatian, yaitu :
1. Gagasan tentang warisan budaya, semangat proteksi terhadapnya dan
bagaimana melakukan pemeliharaan
2. Gagasan tentang perkembangan kebudayaan nasional pada masa kini dan
mendatang di tengah perubahan global
3. Kreativitas yang berkembang terkait dengan daya cipta dalam arena kebudayaan local dan nasional
4. Pemikiran yang berkembang dalam berbagai sector-sektor kehidup;an masyarakat di tengah pengaruh industrialisasi terhadap kebudayaan.
5. Perpektif yang berkembang dalam memahami, mempraktikan dan
Menurut Razali Ritonga (2008) ada beberapa hal yang perlu dibenahi agar pariwisata Indonesia dibanjiri wisatawan :
1. Infrastruktur
Pembanguan infrastruktur perlu dilakukan agar lokasi wisata mudah di
jangkau.Banyak lokasi pesona alam di tanah air sulit dijangkau, karena lokasinya dipedalaman dan terpencil. Dengan dibangun infrastruktur
merupakan salah satu cara mendatangkan investor.
2. Promosi
Keberhasilan dan kesuksesan dalam menarik wisatawan mancanegara tentu saja sangat dipengaruhi oleh sejauhmanan geliat kegiatan promosi
yang dilakukan.Dan kendala untama di faktor pembiayaan.
3. Komunikasi
Kemampuan bahasa asing penduduk yang terlibat langsung maupun tidak langsung di industry pariwisata masih amat rendah.Bahkan kurangnya
penguasaaan bahasa asing tersebut seringkali menimbulkan salah pengertian saaar turis melakukan embarkasi bandara dan pelabuhan.Dan kurang serius untuk mempelajari bhasa asing tersebut. (Angelina sondakh,
Menindak lanjuti pemikiran presiden, Menbudpar Ir. Jero Wacik, berpendapat bahwa dalam pembngunan pariwisata Indonesia memerlukan peran akttif dari
stakeholder. Dalam hal ini, para pelaku dalam indutri pariwisata yhharus melakukan beberapa kebijakan penting yaitu :
1. Melayani seluruh wisatawan dengan baik tanpa membedakan perlakuaan
bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara
2. Memberikan apresiasi kepada seniman untuk berkreasi mengembangkan
potensi wisata dimasing-masing daerah.
3. Menunjukan keperpihakan kepada rakyat kecil
4. Mengadakan rapat kordinasi wisata ditanah air
5. Mencari investor yang berminat dibidang pariwisata ( Angelina sondakh, 2010 : 87)
Pengembangan pariwisata tidak lepas dari perkembangan politik, ekonomi, sosial dan pembangunan disektor lainnya.Maka didalam pengembangan
pariwisata dibutuhkan perencanaan terlebih dahulu. Dari pemikiran diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan adalah suatu proses yang terjadi secara terus menerus, untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
Yoeti, 1997: 13-14 dalam Argyo Demantoto, 2008 : 23-24) mengungkapkan beberapa prinsip perencanaan pariwisata :
1. Perencanaan pengembangan kepariwisataan haruslah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan regional atau nasional dari pembangunan perekonomian negara. Karena itu perencanaan pembangunan
kepariwisataan hendaknya termasuk dalam kerangka kerja dari pembangunan.
2. Seperti halnya perencanaan sektor perekonomian lainnya, perencanaan pengembangan kepariwisataan menghendaki pendekatan terpadu dengan sektor-sektor lainnya yang banyak berkaitan dengan bidang
kepariwisataan.
3. Perencanaan pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah haruslah
dibawa koordinasi perencanaan fisik daerah tersebut secara keseluruhan.
4. Perencanaan suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus pula berdasarkan suatu studi yang khusus dibuat untuk itu dengan memperhatikan
perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya di daerah sekitar.
5. Perencanaan fisik suatu daerah untuk tujuan pariwisata harus didasarkan
atas penelitian yang sesuai dengan lingkungan alam sekitar dengan memperhatikan faktor geografis yang lebih luas dan tidak meninjau dari
6. Rencana dan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah harus memperhatikan factor ekologi
daerah yang bersangkutan.
7. Perencanaan pengembangan kepariwisataan tidak hanya memperhatikan masalah dari segi ekonomi saja, tetapi tidak kalah pentingnya
memperhatikan masalah sosial yang mungkin ditimbulkan.
8. Pada masa-masa yang akan datang jam kerja para buruh dan karyawan
akan semakin singkat dan waktu senggangnya akan semakin panjang, karena itu dalam perencanaan pariwisata khususnya di daerah yang dekat dengan industri perlu diperhatikan pengadaan fasilitas rekreasi dan
hiburan disekitar daerah yang disebut sebagai pre-urban.
9. Pariwisata walau bagaimana bentuknya, tujuan pembangunan tidak lain
untuk meningkatkan kesejahteraan orang banyak tanpa membedakan ras, agama, dan bahasa, karena itu pengembangan pariwisata perlu pula
memperhatikan kemungkinan peningkatan kerjasama bangsa-bangsa lain yang saling menguntungkan. (Oka A. Yoeti, dalam Argyo Demantoto,
2008 : 23-24)
I Gede Pitana dan I Ketut Surya Diarta, (2009 : 109-110) mengungkapkan umumnya perencanaan strategis dalam pariwisata terdiri dari beberapa
1. Menemukan bisnis atau usaha apa yang akan dimasuki, yang biasanya dicirikan oleh misi organisasi yang tergantung pada jenis usaha yang
dicirikan oleh misi organisasi memungkinkan dapat dilihat dan diketahui dengan mudah tetapi misi organisasi mungkin terkadanga tidak dapat
secara eksplisit dikenali.
2. Menentujuan organisasi yang akan dicapai, yang merupakan tujuan utama organisasi, seperti penguasaan pasar melibatkan pengenalan produk yang
baru.
3. Mengumpulakan informasi dan pengetahuan sebagia dasar dalam
pengambilan keputusan.
4. Menganalisis informasi, terutama yang berkaitan dengan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dari organisasi.
5. Menentukan tujuan khusus yang menentukan aktivitas yang diperlukan dalam rangka mewujudkan tujuan yang telah ditentukan
6. Menentukan strategi dalam mewujudkan tujuan yang telah ditentukan
7. Mendistribusikan sumberdaya masing-masing program aksi untuk
memberikan dampak pada strategi yang diambil
9. Mengontrol dan memonitoring hasil dan membuat perbaikan jika diperlukan.
Untuk pengembangan ini dilakukan pendekatan-pendekatan dengan organisasi pariwisata yang ada (pemerintah dan swasta) dan pihak-pihak terkait yang diharapkan dapat mendukung kelangsungan pembangunan
pariwisata di daerah itu.Dalam sistem pariwisata, ada banyak aktor yang berperan dalam mengembangkan suatu pariwisata.Aktor aktor tersebut adalah
insan-insan pariwisata yang ada pada berbagai sektor. Secara umum, insan pariwisata dikelompokkan dalam tiga pilar utama yaitu :
1. masyarakat, yang termasuk dalam pilar masyarakat adalah masyarakat
umum yang adaa pada destinasi, sebagai pemilik sah dari berbagai sumberdaya yang merupakan modal pariwisata, seperti kebudayaan,
Tokoh-tokoh masyarakat, Intelektual, LSM, dan media masa.
2. swasta, adalah asosiasi usaha pariwisata dan para pengusaha.
3. pemerintah, adalah pada berbagai wilayah administrasi, mulai dari
Bagan 2.2 Peran Tiga Sektoral
Bagan Sektor Pilar Aktor pengembangan Pariwisata
(I Gede Pitana & I Gede Gayatri, 2005 : 96-97) Masyarakat adat, Tokoh,
Intelektual, Wartawan, LSM Pendukung, Pemilik Modal
Pariwisata
Pemerintah - Pusat
- Provinsi
- Kabupaten/Kota Regulator, Fasilitator
Swasta 1. Perhotelan
2. Transportasi, saluran pelaku konsumen
3. keputusan membeli produk 4. rencanaan
5. pemantauan
Menurut Jackson (1989) Pengembangan suatu obyek wisata (destinasi) dipengaruhi oleh:
a. attactive to client(daya tarik wisata)
b. fasilitas dan attractions(fasilitas dan obyek wisata)
c. geograpich location(letak lokasi)
d. transport link(jaringan transportasi)
e. political stability(keamanan)
f. healty environment(pusat kesehatan)
g. government restriction(peran pemerintah daerah/bagian)
(I Gede Pitana & I Gede Gayatri, 2005 : 101)
Pembangunan pariwisata harus dijaga tetap terpeliharanya kepribadian bangsa serta kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup. Kegiatan yang akan
menunjang pengembangan kepariwisataan merupakan faktor potensial di dalam usaha pembanguanan ekonomi dan masyarakat Indonesia dapat diatur
secara menyeluru, dipandang perlu adanya pertanggungjawaban yang lebih terkoordinir. Sesuai dengan instruksi presiden No.9 tahun 1969 ini dikatakan
1. meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan Negara pada umumnya, perluasan kesempatan lapangankerja dan mendorong
kegiatan-kegiatan industry penunjang dan industri-industri sampingan lainnya.
2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan
Indonesia
3. Meningkatkan persaudaraan atau persahabatan nasional dan internasional.
(Oka A. Yoeti, 1999 : 23)
Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas Manfaat, kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, kemandirian, kelestarian,
partisipatif, berkelanjutan, demokratis, kesetaraan, dan kesatuan, yang diwujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan
memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Adapun Pembangunan
kepariwisataan meliputi: a. industri pariwisata; b. destinasi pariwisata;
c. pemasaran; dan
2. PENGEMBANGAN OBYEK WISATA
Berdasarkan pengertian pengembangan dan obyek wisata diatas,
pengembangan obyek wisata dapat diartikan usaha atau cara untuk membuat jadi lebih baik segala sesuatu yang dapat dilihat dan dinikmati oleh manusia sehingga semakin menimbulkan perasaan senang dengan demikian akan
menarik wisatawan untuk berkunjung.
Menurut Gamal Suwantoro (1997: 57) menulis mengenai pola kebijakan
pengembangan obyek wisata yang meliputi :
1. Prioritas pengembangan obyek
2. Pengembangan pusat-pusat penyebaran kegiatan wisatawan
3. Memungkinkan kegiatan penunjang pengembangan obyek wisata (Argyo Demantoto, 2008 : 30-31)
Dalam pengembangan obyek wisata ini, perlu diperhatikan tentang prasarana pariwisata, sarana wisata, infrastruktur pariwisata dan masyarakat sekitar
obyek wisata tersebut.
Setelah melakukan berbagai analisa teori-teori pengembangan pariwisata yang ada dan survey/observasi pra penelitian yang dilakukan oleh
wisata air baru, Fasilitas, Infrastruktur, Transportasi, Promosi. Adapun untuk fokus lokasi penelitian nantinya lebih kepada Peran Dinas Pariwisata
Kabupaten Boyolali dalam mengembangkan Wisata Tirta, dalam hal ini wisata tirta tersebut diantaranya ; Waduk Cenglik, Waduk Bade, Waduk Kedung Ombo, dan Air terjun Kedungkayang. Untuk itu peneliti akan
memfokuskan penelitian pengembangan wisata tirta meliputi, diantaranya ;
Attractions ;Keindahan alam, Iklim dan cuaca, Kebudayaan, Sejarah,
Ethnicity atau sifat kesukuan, dan Accessibility yaitu kemampuan atau
kemudahan berjalan atau ketempat tertentu.
Dalam hal ini atraksi wisata tirta yang di sajikan kepada pengunjung sebagian besar hanya sebatas pemandangan alam di kawasan wisata
sekitar, permainan air, pemancingan dibeberapa obyek wisata tirta seperti di waduk Cengklik, Bade, Kedungombo, Umbul Tlatar dan Pengging. Sedangkan untuk jenis atraksi wisata yang sifatnya sejarah, accebility dan
kebudayaan belum dilakukan karena prosesnya bertahap dalam pengembangan wisata
Facility, Seperti fasilitas harus cocok dengan kualitas dan harga
penginapan, makanan, dan minuman yang juga cocok dengan kemampuan
Fasilitas beberapa obyek wisata tirta yang tersedia kebanyakan baru berupa Arena bermain, Taman, Toko atau warung makanan, minuman di
sepanjang kawasan obyek wisata, MCK. Akan tetapi di sebagian obyek wisata Seperti Waduk Cenglik, Kedung ombo dan Waduk Bade kurang diperhatikan, dan baru akan dikembangkan di antaranya ; Fasilatas taman
bermain, penataan dan pembangun warung-warung makan dikawasan sekitar obyek wisata, Fasilitas sarana penunjang MCK, Ruang Publik, dan
kegiatan dan Event tertentu.
Infrastruktur, yang termasuk infrastruktur penting dalam pariwisata adalah
:Sistem pengairan/air, Sumber listrik dan energi (power), Jaringan komunikasi, Sistem pembuangan kotoran/pembuangan air, Jasa-jasa
kesehatan, Jalan-jalan/jalan raya.
Hal terpenting yang juga dikembangkan untuk menunjang pariwisata adalah infrastruktur. Adapun beberapa infrastruktur menuju kawasan
Obyek wisata Tirta seperti di Waduk Cenglik, bade, Kedungombo, Tlatar, dan pengging juga dikembangkan seperti jalan raya, jaringan telepon,
listrik, jasa kesehatan, dan pembuangan kotoran. Akan tetapi infrasturktur di beberapa obyek wisata ada yang belum maksimal pengembanganya seperti di jalan menuju ke Waduk Bade, dan Kedung ombo masih