• Tidak ada hasil yang ditemukan

MNC dan pengaruhnya bagi Negara berkemba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MNC dan pengaruhnya bagi Negara berkemba"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

MNC dan pengaruhnya bagi Negara berkembang (host country)

Perusahaan multinasional (MNC) adalah sebuah perusahaan internasional atau transnasional yang berkantor pusat di satu negara tetapi memiliki kantor cabang di berbagai negara maju dan berkembang. Perusahaan mengglobalisasikan kegiatan mereka baik untuk memasok pasar dalam negeri-negara mereka , dan untuk melayani pasar luar negeri secara langsung. Menjaga kegiatan asing dalam struktur perusahaan memungkinkan perusahaan menghindari biaya yang melekat oleh perantara, dengan entitas yang terpisah sambil memanfaatkan pengetahuan perusahaan mereka sendiri. Umumnya, MNC dapat dikategorikan sebagai badan hukum (legal person) yang kedudukannya setara dengan warga negara (natural person) di tempat MNC didirikan atau berdomisili usaha. Kebanyakan MNC merupakan milik negara-negara maju yang ditempatkan di negara-negara berkembang. Alasan yang melatar belakangi hal tersebut adalah besarnya kemungkinan yang dimiliki MNC untuk menghasilkan barang-barang produksi dengan harga yang lebih murah. Hal ini dikarenakan adanya keuntungan lokasi (location advantages). Seperti yang diketahui banyak orang bahwa dengan membuka usaha di negara berkembang, maka perusahaan tersebut akan mendapatkan tenaga kerja yang murah, aturan-aturan perpajakan yang ringan serta aturan-aturan hukum lain yang cenderung lemah ikatannya. Perusahaan MNC sendiri yang sudah memasuki suatu Negara akan memberikan efek yang ganda kepada setiap Negara host tersebut, di satu sisi ada dampak postif yang diberikan, namun di sisi lain MNC juga memberikan dampak buruk kepada Negara host. Sisi positif yang bias di tawarkan oleh MNC adalah MNC itu merupakan perusahaan yang berhasil dan memiliki bermacam-macam keunggulan kompetitif, jadi mereka membawa hal-hal positif didasarkan kepada apa yang dibawanya ke Negara host seperti membawa teknologi, produk yang dihasilkannya, capital financial, dan teknik management canggih yang tidak dimiliki oleh Negara-negara host. MNC ini bisa merangsang pertumbuhan perusahaan atau UKM(Usaha Kecil Menengah) yang lebih kecil di negara host semisal ketika ada MNC yang bergerak dibidang produksi mobil maka secara

langsung perusahaan tersebut membutuhkan pasokan baja, karet untuk memproduksi ban mobilnya, dengan begitu mereka akan membeli kebutuhan tersebut kenegara house country, perdagangan semakin bergairah, artinya dilain sisi MNC ini menghidupkan perusahaan atau UKM dengan dibelinya produk yang dihasilkan oleh mereka, manfaat lainnya adalah perekrutan buruh yang dilakukan secara missal oleh MNC dan juga perusahaan kecil yang menjual produk terhadap MNC itu turut serta mengurangi pengangguran ydi house country.

Terciptanya lapangan kerja mempunyai “spilt over effect” terhadap berbagai sector, seperti bisa mereduksi masalah penganguran, meningkatkan gairah daya beli masyarakat bahkan mengurangi kriminalitas yang disebabkan oleh orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan, dilain sisi juga MNC ini turut menyumbang pendapatan disuatu Negara yang berasal dari pajak yang mereka berika kepada Negara host, akan lebih bagus lagu, sumbangan MNC akan lebih besar apabila MNC yang beroperasi di Negara host membangun usaha baru, bukan membeli perusahaan local yang telah ada. Karena Negara host akan mendapatkan tambahan kapasitas prosuksi, perekrutan buruh yang lebih pastinya akan mentumbangkan kegairahan daya beli masyarakat dan pajak yang diterima oleh pemerintah. Sedangkan nilai-nilai negatif yang dibawa oleh MNC ke Negara host adalah sebagaimana yang kita ketahui Munculnya MNC dapat menjadi ancaman bagi kesejahteraan negara dan rakyat, diantaranya adalah ancaman terhadap perdamaian dan keamanan global, kemiskinan gobal, lingkungan global dan migrasi masal. Bahkan MNC turut andil dalam menciptakan kesenjangan sosial yang semakin melebar antara yang kaya dan yang miskin. Hal ini sungguh sangat disayangkan, yang kedua adalah ketika sebuah negara merasa telah dirugikan oleh keberadaan MNC. Di satu sisi tentunya negara tersebut ingin

(2)

tersebut umumnya dialami oleh negara-negara berkembang dimana MNC tersebut berada. Masalah yang muncul antara lain, adanya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh proses produksi, eksploitasi besar-besaran terhadap kaum buruh, pelanggaran hak konsumen, hingga merebaknya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Selain itu, perkembangan MNC juga semakin menipiskan peranan dan kebijakan negara berkaitan dengan hukum nasional terhadap MNC. Namun di sisi lain, tuntutan tersebut baru dapat dipenuhi apabila posisi MNC telah disejajarkan dengan negara sebagai subyek hukum

internasional. Hal inilah yang sampai sekarang berusaha untuk dihindari dan tetap menjadi polemik dalam hukum internasional bahwa MNC hingga saat ini masih belum memiliki international legal personality.

Lebih lanjut, negara-negara berkembang menghadapi sebuah situasi yang cukup sulit. Mereka bukanlah negara maju yang mampu mengembangkan perekonomiannya dengan mudah. Mudah melakukan investasi, mudah membuka lapangan pekerjaan, mudah menjalankan kebijakan ekonomi yang ketat dan kemudahan-kemudahan lainnya. Negara-negara berkembang dihadapkan pada suatu pilihan apakah mereka akan mengembangkan perekonomiannya ataukah mereka harus melindungi negara dan rakyatnya. Karena bagaimanapun kedua hal tersebut sulit untuk dicapai dalam waktu yang bersamaan. Parahnya lagi, negara-negara berkembang justru berlomba-lomba untuk meringankan kebijakan-kebijakan hukum nasional negaranya guna menarik sebanyak-banyaknya investasi asing, dalam hal ini MNC, demi kemajuan perekonomiannya tanpa melakukan pertimbangan matang terhadap akibat negatif yang mungkin akan mereka dapatkan. Dengan begitu, tampaknya hukum nasional tidak cukup kuat untuk mengikat MNC dalam memberikan pertanggungjawabannya. Lalu hukum internasional lah yang menjadi harapan mereka selanjutnya. Tetapi masalah yang kemudian muncul adalah hukum

internasional tidak dapat diterapkan bila hukum nasional sebuah negara tidak mendukung. Artinya, bagaimanapun suatu hukum internasional dibuat, tidak akan dapat diterapkan bila tidak ada hukum nasional yang telah dibuat dan dijalankan di negara tersebut. Karena toh hukum internasional yang ada tidak secara jelas menyebutkan MNC sebagai subyek hukum internasional, melainkan masih merupakan obyek hukum internasional.

Lebih jelasnya, walaupun subyek hukum internasional telah berkembang dan telah meluas cakupannya meliputi aktor-aktor non-negara (individu, organisasi internasional, dan NGO), namun keberadaan MNC mash belum termasuk di dalamnya. Dengan tidak termasuknya MNC sebagai subyek hukum

internasional, maka perjanjian maupun traktat internasional yang ada dan telah dibuat sebelumnya tidak bisa dijadikan dasar yang kuat untuk mengikat dan menuntut pertanggungjawaban MNC pada negara-negara tertentu. Namun pertanggungjawaban tersebut sebenarnya bukanlah hal yang tidak mungkin untuk diperjuangkan. Karena tidak semua MNC lepas tangan begitu saja terhadap negara yang

ditempatinya. Cara yang dapat dilakukan adalah melalui pembuatan perjanjian atau hukum internasional yang melibatkan secara aktif berbagai pihak terkait meliputi negara yang bersangkutan serta MNC dimana pihak-pihak tersebut harus ikut terjun langsung dalam proses perumusan serta

pengimplementasian perjanjian atau hukum internasional yang disepakati tersebut. Tetapi cara ini akan mengarah pada kondisi yang masih menjadi perdebatan hingga saat ini, yaitu dengan melibatkan MNC dalam proses pembuatan hukum internasional serta membuat MNC memiliki hak dan kewajiban, maka secara tidak langsung mengakui kesetaraan MNC dengan negara-negara di dunia sebagai subyek hukum internasional. Sungguh merupakan situasi yang sangat sulit dan membingungkan.

(3)

sumber daya manusia yang merupakan aset penting bagi keberlangsungan hidup negara. Sehingga hukum nasional yang dibuat bukan bertujuan untuk mempermudah masuknya MNC-MNC ke dalam negara, melainkan bertujuan untuk melindungi negara tersebut dari campur tangan pihak-pihak asing di negaranya.

http://acakanblog.blogspot.co.id/2011/05/mnc-dan-pengaruhnya-bagi-negara.html

GLOBALISASI DEMOKRASI" "Globalization Of Democrazy"

(Mengurai Jalan Pemikiran Arsalan Ghorbani Sheikneshin) *Yoyarib Mau

Jalan pemikiran Arsalan sebagai seorang Profesor dalam Ilmu Politik dari Tehran Tarbiat Moalem University memaparkan jalan pemikirannya mengenai Globalisasi demokrasi yang menjadi demensi penting sebagai “kebutuhan umum” atau paham umum dalam globalisasi demokrasi yang dibutuhkan sebuah system politik untuk menerapkan hak asasi manusia.

Aliaran Globalisasi menyebabkan adegan perubahan pemikiran dalam politik, teknologi, budaya, dan urusan sosial yang diputuskan oleh pasar dunia di akhir abad 20.

Ditentukan dikendalikan instrument baru dalam komunikasi dan teknologi baru.

Keadaan ini membuat manusia seakan keluar dari lingkungan, industri, hasil temuan ilmiahnya, sehingga mendorong kecenderungan masyarakat untuk meningkatkan kerjasama dan mengembangkan

kebebasan.

Perubahan ini terjadi sangat srimultan dalam semua konsep atau ideology antara lain; kekuasaan, wewenang, dari rasa kebangsaan, keamanan, militer, damai dan perang semuanya memberikan tempat bagi konsep-konsep ini guna menginginkan kesejahteraan, lingkuangan hidup, hak asasi manusia, perdagangan, peran masyarakat sipil dunia, ekonomi, budaya dan pembangunan demokrasi.

Keadaan ideal yang digambarkan Arsalan Ghorbani di atas merupakan tujuan utama dari globalisasi demokrasi, globalisasi demokrasi menyebabkan hadirnya kebijakan luar negeri dari tiap negara keadaan ini menyebabkan lemahnya kekuasaan untuk melihat kekuasaan lain yang hadir sebagai pemain

internasional yang berdampak terhadap struktur dan arus hubungan Internasional.

Globalisasi di manfaatkan oleh pemain tertentu untuk melakukan percobaan untuk mengakhiri sistem lama dari distribusi kekuasaan di dunia. Menyebabkan banyaknya permintaan untuk kemajuan serta kebergantungan dan hubungan bilateral antar negara serta pembagian kekayaan dan kekuasaan secara adil.

(4)

Membangun hubungan dengan negara lain melalui hubungan bilateral atau multi lateral harus di lakukan dalam bentuk kerjasama ekonomi dalam batas geografis tertentu, seperti yang dilakukan Indonesia saat ini bergabung dalam ACFTA, ASEAN, OPEC dan APEC, sedangkan di belahan Eropa menggabungkan diri dalam Uni Eropa dengan satu mata uang yakni EURO, atau ketika negara lain melakukan kunjungan atau perjalanan ke luar negeri khususnya ke negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa tidak perlu lagi mengurus visa di setiap negara anggota cukup sekali saja.

Dalam aspek ekonomi proses globalisasi sangat ditentukan oleh besarnya modal, faktor produksi serta bentuk pekerjaan yang dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan informasi yang tidak sama.

Keadaan ini menyebabkan kesenjangan serta membutuhkan intervensi dari negara lain hal inilah yang menjadi kritik dan analisa dari Arsalan Ghorbani, karena kondisi inilah menjadi arena keberuntungan bagi MNC (Multi National Coorporation) atau TNC (Trade National Coorporation) melakukan investasi di mana-mana seperti Exxon Mobil, General Motor, Nike, Reebok, Adidas dan Louis Vuiton, Piere Cardien, Mc Donald, Carrefour, Lote Mart, Black Berry dan berbagai merek terkenal yang merepresentasikan perusahaan asing yang mendominasi dunia, sehingga membentuk sebuah persepsi bahwa yang dikategorikan sejahtera adalah mereka yang mengkonsumsi dan mengenakan merek-merek tersebut. Keadaan ini menyebabkan sebuah putaran global yang menyebabkan perubahan di akhir decade 20-an dan gambaran keadaan dari proses globalisasi itu sendiri. Gambaran umum globalisasi ini merupakan berbagai fenomena dari dominasi interaksi dan aktifitas dalam aspek kehidupan global dalam bidang ekonomi, sosial, politik, teknologi, militer, lingkungan, dan budaya.

Arsalan mengungkapkan suka atau tidak suka faktor utama dari globalisasi adalah sesuatu yang tidak dapat di bantah tetapi disukai oleh semua bangsa yakni demokrasi, dan aspek lain dari globalisasi yakni mendunianya demokrasi sebagai sebuah wajah yang menantang.

Kondisi ini membuat kita bertanya apakah kita menolak globalisasi demokrasi atau menerimanya dengan berbagai catatan ? Arsalan Ghorbani menawarkan dua argument utama terhadap globalisasi demokrasi. pertama ; dimana karakteristik perubahan kepemimpinan terhadap globalisasi demokrasi budaya yang sangat prinsip dari globalisasi demokrasi, demokrasi liberal barat sebagai budya yang lebih dominan, sementara harus berhadapan dengan nilai budaya di negara-negara non-barat atau negara-negara dunia ketiga.

Demokrasi Liberal Barat (Negara Maju) Vs Budaya Non-Barat (Negara Dunia Ketiga)

Demokrasi Liberal Barat yang berkembang pesat di Eropa, dan telah mengalami fase globalisasi serta mengalami peradaban yang cukup maju pasca perang dunia ke II, dan ideologi kebebasan dalam menjalankan hidup dan melakukan aktivitas ekonominya indivudu sangat di berikan keleluasan yang cukup untuk menjalankan usahanya, pemerintah hanya berperan sebagai ”penjaga malam” peran negara dibutuhkan untuk memberikan rasa aman bagi para individu.

(5)

kesejahteraan rakyatnya dan karenanya harus aktif mengatur kehidupan ekonomi dan sosial. untuk mewujudkan hal tersebut maka di butuhkan konsep untuk terwujudkannya kesejahteraan yakni the rule of law. Syarat-syarat dasar untuk terselengaranya pemerintah yang demokratis di bawah Rule of Law ialah (Miriam Budiardjo – Gramedia - 2008):

1.Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain menjamin hak-hak individu, harus menentukan pula cara procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin. 2.Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak (independent and impartial tribunals) 3.Kebebasan untuk berserikat atau berorganisasi dan beroposisi.

4.Pendidikan Kewarganegaraan (civil education)

Hal- hal diatas menjadi ukuran dalam pelaksanaan demokrasi di Eropa hal ini juga seperti-nya harus menjadi bagian dari globalisasi demokrasi yang akan dan harus menjadi bagian dari kehidupan negara lain seperti apa yang di katakan Anthony Gidens bahwa; Globalisasi meninggalkan negara-bangsa dalam arti bahwa kekuatan-kekuatan yang dulu dimiliki oleh negara, termasuk yang mendasari manejemen ekonomi keynesian telah di perlemah, tetapi globalisasi juga ”menekan ke bawah” ia menciptakan tuntutan-tuntutan dan kesempatan –kesempatan baru untuk meregenerasi identitas lokal (The Third Way – Gramedia – 2000).

Isu ini menyebabkan perbedaan yang sangat prinsipil dari keadaan negara ketiga atau negara-negara non-barat seperti di Timur Tengah, Asia, Afrika serta Amerika Latin, Budaya dari belahan wilayah dari negara-negara non-barat memiliki nilai identitas yang kuat dan merupakan bagaian dari harga diri dan martabat dirinya, sebagaimana identitas di Timur Tengah yang dipengaruhi oleh budaya Arab dan Islam yang kental, dimana Ulama memiliki kekuatan kekuasaan yang cukup kental ingind i gantikan secara langsung hal ini akan menimbulkan konflik, keberadaan ini yang membenarkan globalisasi demokrasi mengalami hambatan seperti tesisnya Samuel Huntington mengenai ”benturan peradaban antara Barat dan Islam”.

Karena di lain pihak identitas dari negar-negara non barat akan melakukan proteksi terhadap nilai-nilai budayanya sehingga menurut Arsalan dibutuhkan proses integrasi dari pemikiran globalisasi demokrasi yang utama untuk dikonsolidasikan dengan ideentitas lokal sehingga mendapatkan parameter bagi budaya untuk sebuah perbedaan atau pengecualian dari globalisasi demokrasi sebagai sebuah

konsekuensi. Dan hal inipula yang terjadi di beberapa negara eropa yang menginginkan perlakuan khusus yang otonom dari sebuah entitas nasional seperti Quebec melepaskan diri dari Canada.

Globalisasi Demokrasi dan Hak Azasi Manusia

Isu kedua yang menjadi bahan kajian dari Arsalan Ghorbani adalah globalisasi demkorasi dan hak sasi manusia. Keberadaan konsep ini merupakan hak asasi manusia yang menekankan kebergantungan citra antara manusia, hal in merupakan arti dari partisipasi dari seluruh keberadaan manusia. Hal inilah yang mendorong didirikannya PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) sebagi prinsip yang fundamental dari

demokrasi.

(6)

demokrasi di bentuknya lembaga-lembaga social antar bangsa untuk melakukan pengentasan

kemiskinan, kelaparan dan menyelesaikan pertikaian antar sesama manusia di berbagai belahan dunia sehingga adanya lembaga seperti WHO, UNICEF, UNDP dan lembaga donor lainya yang melakukan tugas kemanusiaan.

Sejatinya keberadaan lembaga-lembaga ini tidak terlepas dari sikap caritas atau filantropi dari berbagai perusahaan MNC atau TNC yang cukup besar penghasilannya dan menyisihkan CSR (Coorperate Social Responsibility) untuk lembaga-lembaga bentukan ini. Pemberian bantuan terkadang tidak selamnya tulus untuk kemanusiaan tetapi memberi dengan berbagai kepentingan yakni lembaga-lembaga donor harus menjamin agar perusahaan-perusahaan multinasional tersebut dapat melakukan investasi di negara mana saja yang mereka ingin untuk melebarkan usahanya.

Kondisi ini seperti yang Indonesia alami saat ini dana PNPM merupakan bantuan World Bank untuk mengentaskan keinginan dan mewujudkan tujuan pembangunan dunia MDG’s (Milenium Development Goal’s) namun seturut dengan bantuan tersebut keinginan perusahaan pendonor yang berasal dari negara maju menuntut agar investasinya di Indonesia tetap di jamin sebagaimana keberadaan Freeport dan Exxon Mobil yang tetap dilindungi walaupun menguras alam dan masyarakat di sekitar tempat pertambangan tetap miskin dan kelaparan, dengan demikian globalisasi demoikrasi dan HAM (Hak Azasi Manusia) telah di bajak oleh kapitalis dan di jadikan sebagai topeng untuk meraup keuntungan

http://kannutuan.blogspot.co.id/2010/10/globalisasi-demokrasi.html

GLOBALISASI DAN ISU DEMOKRASI: MEMFORMULASIKAN PERAN NEGARA MENJADI "CENTRIC ACTOR" Oleh,[1]

Abstrak

Demokrasi liberal telah menang dari penantangnya “communism ideology”.Diera milenium

dampaknegatif globalisasi terhadap sendi-sendi kehidupan umat manusia menjadikan demokrasi liberal di kecam dari berbagai penjuru. Kecaman itu datang karena seiring derasnya arus globalisasi, juga komersialisasi semakin membabi buta, khususnya di negara dunia ketiga. Kalaborasi antara globalisasi, komersialisasi dan kapitalisme semakin mengikis prinsip otonomi negara sehingga skeptisme terhadap keunggulan demokrasi liberal dalam mensejahterakan dan memakmurkan masyarakat di seantaro dunia pun bermunculan di permukaan, khususnya dari Prof. Budi Winarno. Terkikisnya otoritas negara diikuti dengan krisis demokrasimenjadi kausal bagi Budi Winarno menawarkan demokrasi kosmopolitan (visi demokrasi kosmopolitan) sebagai solusi walaupun itu utopis.

Key Word

(7)

Sangat kompleks ketika membahas demokrasi liberal karena pastinya tidak lepas dengan

kapitalisme dan komersialisasi. Selain produktivitas ekonomi, kapitalisme juga sejalan dengan kebebasan politik (demokrasi). “Semua demokrasi,” tulis Peter Berger, “adalah kapitalis; tidak ada demokrasi yang sosialis.[2]Jalannya demokrasi liberal akan semakin membuka peluang terciptanya masyarakat kapitalis atas komersialisasi yang semakin meluas.Apalagi di negara-negara berkemabang, terutama negara yang terjangkit krisis moneter pada penghujung tahun 1990-an, Indonesia misalnya. Indonesia dalam

membangun kembali perekonomiannya, dipaksa untuk meminjam dana dari IMF. Syarat yang harus dipenuhi oleh negara – negara ketika meminjam dana di IMF adalah pemerintah menandatangani Lol. Lol ini berisi program-program penyesuaian struktural yang berisi tiga pokok, yakni liberaisasi, deregulasi, dan privatisasi.[3]

Di jaman umat manusia saat ini dan akan menjadi sejarah di waktu yang akan datang bahwa demokrasi liberal telah mengalami kejayaan besar atas kemenangannya dalam pertarungan melawan ideologi sosialis – komunis lebih dari dua dekade yang lalu.[4] Kejayaan demokrasi liberal telah dihadapkan pada tantangan yang sebenarnya sudah lama menjadi sejarah umat manusia, yaitu kemiskinan dan berbagai macam ketimpangan. Demokrasi liberal sebagai satu-satunya sistem pemerintahan yang diimplementasikan oleh sebagian besar negara-negara didunia telah

dimintai tanggung jawab atas kesejahteraan dan kemakmuran umat manusia di dunia. Bukan hanya itu, tetapi kejayaan demokrasi liberal juga harus bertanggung jawab atas keberlangsungan prinsip-prinsip demokrasi ditataran global, maksudnya keadilan dan persamaan harus dijunjung didalam organisasi supranasional, seperi di IMF, World Bank, dan WTO.

Demokrasi liberal juga dihadapkan pada kekuasaan negara yang semakin berkurang, khususnya di negara berkembang yang pemerintahannya lemah. Budi Winarno dalam melihat pengaruh globalisasi yang beraneka ragam mengatakan bahwa satu-satunya yang paling krusial adalah bagaimana negara harus didefinisikan.[5] Selain itu, negara-negara berkembang juga dihadapkan pada produk demokrasi liberal yaitu semakin berpengaruhnya perusahaan Multinasional dan transnasional baik ditingkat nasional, regional maupun di lembaga-lembaga supranasional, seperti di WTO.Ketidakadilan atau tidak jalannya demokrasi yang ideal di tataran global menjadi refleksi bagi Budi Winarno mengajukan

demokrasi kosmopolitan sebagai solusi konkrit dalam meminimalisir berbagai macam ketimpangan yang terjadi baik ketimpangan di tataran global sampai ke tingkal nasional, di Indonesia misalnya.

Pembahasan

A. RalasidemokrasidanGlobalisasi

Secara teoritis definisi demokrasi lebih dari dua[6], tergantung ideologi apa yang dianut oleh subjek yang mendefinisikannya.[7] Tetapi inti dari definisi demokrasi yang ideal adalah “dari rakyat,oleh rakyat dan untuk rakyat”, ungkap Abrahan Lincoln. Pertanyaan yang timbul sebagai refleksi dari definisi demokrasi ideal, sistem seperti apakah yang diimplementasikan untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran rakyat?. Berbagai macam ideologi atau paham ekonomi politik yang berkembang dan semakin maju dari waktu ke waktu dan kemudian ideologi manakah yang paling relevan dalam

mengejewantahkan demokrasi ideal atau demokrasi substantif?. Dan pertanyaan terakhir, ideologi apa yang bertahan sampai detik ini secara mengglobal.

(8)

manusia terakhir, maksudnya demokrasi liberal telah menang dalam kompetisi pertarungan ideologi, khususnya dengan sosialis – komunis.[8] Tidak dapat dipungkiri bahwa demokrasi liberal telah dianut oleh sebagian besar negara-negara didunia mulai pertengahan abad 20 dan terus berkembang sampai awal abad ke 21. Sejak tahun 1980-an, 33 rejim militer telah digantikan oleh pemerintahan sipil, sementara 140 negara dari hampir 200 negara sekarang ini melakukan pemilihan umum multipartai.[9] Semakin banyaknya negara-negara didunia yang mengadopsi prinsip-prinsip demokrasi liberal baik secara prosedural maupun nilai-nilai yang dibangun dan dipegangnya. Demokrasi liberal yang diagung-agungkan oleh masyarakat dalam sebuah wilayah atau negara tertentu di seluruh penjuru dunia dan kemudian diadopsi menjadi sistem negara atau pemerintahan adalah sesuatu yang tidak mustahil. Manusia pada fitrahnya untuk bebas, karena kebebasan tertinggi manusia adalah kehendak untuk bebas. [10] Hal tersebut menjadi salah satu pegangan kuat bagi kaum liberal, yang pastinya tidak bertolak belakang dengan moral dan etika ketika diipmlementasikan oleh setiap individu dengan baik.

Sebagaimana prinsip hak yang universal bahwa batas hak kebebasan seseorang adalah kebebasan orang lain.

Demokrasi liberal telah mencapai kejayaan gemilang mulai paska perang dingin sampai detik ini, yang sebelumnya tidak dinikmati oleh ideologi sosialis – komunis sebagai penentang beratnya. Penjelasan bapak Budi Winarno terkait “Globalisasi dan Isu Demokrasi” sungguh membantu untuk memahami relasi antara demokrasi liberal dan globalisasi. Derasnya arus globalisasi telah mempengaruhi jalannya

demokrasi substantif sehingga Winarno skeptis dalam melihat demokrasi liberal sebagai jalan satu-satunya untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Okelah, masyarakat menikmati kebebasan ekonomi dan kebebasan politik tetapi apalah gunanya jika didalam masyarakat semakin tercipta kemiskinan dan ketimpangan, misalnya di Indonnesidan Negara-negaraberkembanglainnya. Ketimpangan dan kemiskinan dalam sebuah negara secara tidak langsung dipengaruhi atas ketidakadilan atau penghianatan demokrasi yang terjadi di organisasi-organisasi supranasional. Demokrasi murni yang tidak jalan di organisasi supranasional karna implikasi dari pengaruh perusahaan multinasional dan supranasional.[11]

Biarkanlah globalisasi berjalan sesuai bentuknya sendiri, karena kepentingan globalisasi adalah tujuan bagi dirinya sendiri. Bagipenulis tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan derasnya arus globalisasi, karena kepercayaan bahwa manusia diadakan karena sudah fitrahnya untuk berfikir “the power of thinker”[12] sesuai apa yang terbaik bagi dirinya sendiri. Budi Winarno datang dengan ketajaman, kematangan dan kedewasaan dalam melihat kondisi yang menyerang sendi-sendi kehidupan umat manusia di seantaro dunia akibat derasnya globalisasi. Tulisan beliau di bab lima terkait “Globalisasi dan Isu Demokrasi” telah memberikan kita pemahaman terkait letak pengaruh globalisasi terhadap

demokrasi. Atas jasa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di abad milenium yang menjadi waktu sejarah kita dimasa akan datang globalisasi tidak dapat dibendung atau dihindari.

B. Lembaga Melampaui Kekuatan Negara

Terkaitpembicaraanmasalah politik, globalisasi memiliki peranan penting dalam menjamurnya isu-isu negara demokrasi. Ketika membicarakan masalah mengenai demokrasi dan globalisasi, ada beberapa hal yang menjadi penting untuk dibahas, yang pertama ialah melalui adanya demokrasi, maka banyak negara yang berkesempatan untuk merdeka dari rezim yang otoriter, memiliki strukutur

(9)

jika demokrasi saat ini tidak lagi pure, akan tetapi telah ditunggangi dengan kepentingan-kepentingan negara maju lainnya maupun negara barat. Dalam hal ini bisa dilihat dari semakin banyak negara yang menggunakan sistem demokrasi liberal, maka perusahaan-perusahaan TNC ataupun MNC semakin banyak.

Lembaga-lembaga Multilateral seperti IMF, Bank Dunia, dan WTO yang bukan hanya mempunyai kekuasaan ekonomi, tetapi juga politik yang sangat besar. Lembaga-lembaga ini diharapkan agar bersifat bijak atau pro terhadap keadilan demi mensejahterakan dan memakmurkan masyarakat internasional atau dunia. Tetapi yang terjadi malah ketimpangan, karena mereka bertolak belakang dengan tujuan diadakannya mereka, dimana keberadaannya lebih merefleksikan kepentingan-kepentingan perusahaan transnasional dibandingkan dengan warganegara diseluruh dunia. Makanya didalam lembaga-lembaga yang melampaui kekuatan negara telah terjadipembajakan demokrasi (garis miring istilah dari demos). Perusahaan-perusahaan multinasional merupakan aktor penting dalam globalisasi ekonomi yang tengah berusaha mengintegrasikan pasar-pasar nasional kedalam perekonomian global melalui perdagangan lintas batas negara, baik dalam bentuk perdangan antara perusahaan dengan pihak luar, dan melalui aliran investasi yang mengalir melintasi batas-batas negara nasional.[13]

Peran perusahaan-perusahan Multinasional yang begitu dominan baik ditataran nasional maupun sampai di tingkat global. Thedore Lowi menyebut era ini sebagai a corporate millenniumyang di interpretasikan kedalam model hegemoni swasta dan pasar bebas (unregulated market), Gilpin

menyebut era sekarang ini sebagai jaman keemasan perusahaan Multinasional. Kapitalisme merupakan pondasi demokrasi dan pasar bebas dan dalam kapitalisme demokrasi dapat dijual kepada penawar tertinggi, dan bahwa pasar bebas sebenarnya direncanakan secara terpusat oleh megakorporasi global yang ukurannya lebih besar dari banyak negara yang ada.[14] Kekuasaan perusahaan multinasional ini menjadi semakin besar ketika kita melihat kenyataan bahwa mereka mempunyai akses terhadap lembaga –lembaga multilateral semacam WTO, Bank Dunia, dan IMF. Menurut Herts, banyak aturan-aturan yang dibuat dalam WTO untuk kepentingan perusahaan, dan perusahaan itu sendiri memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk aturan tersebut.

Menarik, Joseph E. Stiglitz telah menuding kedua lembaga multilateral IMF dan Bank Dunia tidak meletakkan hak-hak pilih pada prinsip-prinsip masyarakat yang demokratis. Sebagian besar suara jatuh ke negara-negara industri kaya. Lembaga-lembaga multilateral ini telah menjadi kekuatan politik yangs sangat kuat, tetapi tidak sama sekali demokratis sebagaimana yang dikemukakan Stiglitz diatas.[15]Selain itu, ketika memutuskan untuk menjadi demokrasi, suatu negara harus siap jika hukum internasional akan masuk ke dalam lingkup hukum nasional, contohnya perusahaan-perusahaan TNC telah dilindungi oleh hukum bisnis internasional, maka mau atau tidak, negara harus mengikuti aturan main dengan membuat undang-undang yang berisikan pernyataan keamanan bagi perusahaan-perusahaan TNC tersebut, tidak jarang ada fenomena bahwa hukum nasional tersebut tidak dapat melindungi kepentingan rakyat maupun kepentingan nasional suatu negara.Dan juga mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan instabilitas keuangan global, yang mana saat ini sedang dikuasai oleh neoliberal. Yang ditandai dengan meningkatnya atau menguatnya kekuasaan baik ekonomi-politik pada segelintir orang atau sekelompok orang.[16] Dan hal ini yang menyebabkan kekacauan pada beberapa negara, terutama negara yang berada di dunia ketiga.

(10)

pemerintahan suatu negara apabila dinilai sudah tidak dapat mengatasi krisis ekonomi yang

memuncak[17]. Demokrasi bukan lagi pure sebagai sistem politik, akan tetapi saat ini telah ada konsep yang mengatakan bahwa demokrasi bukan hanya merupakan sistem politik maupun sistem

pemerintahan saja, akan tetapi dibalik itu semua terdapat agenda-agenda yang sengaja diselipkan demi kemakmuran sebagian orang.Salah satunya ialah, ketika berbicara mengenai masalah demokrasi maka tidak bisa dipisahkan dengan permasalahan liberalisasi ekonomi atau saat ini lebih dikenal dengan sebutan neoliberalisme. Neoliberalisme mengakibatkan adanya pasar bebas maupun masuknya perusahaan-perusahaan transnasional ke dalam sebuah negara. Tentu saja liberalisasi ekonomi akan memiliki dampak yang berbeda bagi kelompok negara-negara maju, dan kelompok-kelompok negara berkembang meskipun pada dasarnya mereka menggunakan sistem demokrasi.

Menurut data yang ada pada kisaran tahun 1990an, TNCs telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, yaitu dari 7000-an perusahaan yang berdiri pada tahun 1970-an, menjadi sekitar 37.000

perusahaan yang menyebar ke seluruh dunia.[18]Ketika globalisasi tidak dapat dibendung, maka perusahaan-perusahaan transnasional akan semakin mengalami kemajuan, Pada saat yang lalu saja mereka berhasil menguasai 67% perdagangan dunia antar TNCs dan menguasai 34,1% total perdagangan global. Lebih lanjut TNCsjuga telah menguasai 75% total investasi global. Ada 100 TNCs saat ini yang menguasai ekonomi dunia. Mereka mengontrol sampai 75% perdagangan dunia[19].Hal ini tentu saja memberikan efek tersendiri bagi suatu negara, karena saat ini perusahaan-perusahaan tersebut tidak hanya mempengaruhi permainan bisnis, akan tetapi telah merembet ke dalam politik demokrasi[20]. Dan saat ini perusahaan-perusahaan tersebut telah mampu untuk mempengaruhi pembuatan keputusan suatu negara.

Tentu saja pengaruh perusahaan-perusahaan tersebut akan menimbulkan nilai yang positif bagi kemajuan perusahaan tersebut, akan tetapi tidak sedikit yang memberikan efek negative bagi negara sendiri.Negara pun seperti kesulitan untuk bertindak, karena perusahaan-perusahaan tersebut dilindungi oleh hukum internasional dan memiliki akses untuk melobi lembaga-lembaga multilateral semacam WTO, Bank Dunia dan IMF. Dan lembaga-lembaga tersebut pada dasarnya cenderung bersifat tidak demokratis dalam pengambilan kebijakan yang cenderung dikuasai oleh negara-negara maju. Contohnya saja bank dunia, kekuatan pengambilan keputusan formal didasarkan pada banyaknya sumbangan modal yang diberikan. Amerika Serikat menjadi pemegang saham yang terbesar, meskipun Jepang telah ditekan untuk memberikan saham yang lebih besar, akan tetapi Amerika Serikat mampu membatasi saham modalnya dan mengumpulkan suara sampai 8 persen[21].

(11)

Hal tersebutlah yang membuat ragu masyarakat dunia terhadap akan “rasa demokratis “ yang dimiliki oleh lembaga-lembaga tersebut. Sehingga banyak kritikan terhadap perusahaan-perusahaan TNC atas perjanjian yang dibuat dengan negara yang ditempati, maupun mengenai kebijakan lembaga tersebut sendiri.

C. Kembali Memperkuat Negara

Globalisasi tidak dapat ditolak dan terhindarkan dari kehidupan manusia di jaman post-moderenisme saat ini. Dunia telah memperlihatkan kepada kita begitu suksesnya globalisasi dalam mempengaruhi kedidupan umat manusia. Globalisasi ekonomi, informasi dan budaya telah

mempengaruhi berbagai kehidupan dunia masa kini, termasuk dunia kehidupan urban.[24]Globalisasi sukses dalam mempengaruhi pola hidup dan pola berpikir umat manusia, tetapi yang begitu krusial adalah kemiskinan dan ketimpangan. Hadirnya globalisasi dan dikuti oleh ideologi demokrasi liberal memberikan tugas berat bagi semua negara yang ada didunia, terutama negara-negara yang menganut sistem demokrasi liberal. Karena secara otomatis, sistem yang diterapkan pastinya diharapkan dapat membangun negara menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Tidak ada lagi jalan bagi negara-negara dunia untuk menolak globalisasi, karena dengan derasnya arus globalisasi, pengaruhnya telah berhasil masuk ke sendi-sendi kehidupan umat manusia sampai ke pelosok-pelosok dunia. Negara-negara sebelumnya sangat kuat memperjuangkan ideologi sosialis – komunis telah dikalahkan oleh demokrasi liberal, kemungkinan besar karena pengaruh globalisasi dan ketidakmampuan sistem sosialis komunis dalam memenuhi harapan rakyatnya. Seiring derasnya arus globalisasi, negara mendapat tugas berat yaitu bagaimana negara berperan besar dalam

mensejahterakan rakyatnya. Logikanya, ketika masyarakat tidak sejahtera, dimana-mana masyarakat terjangkit kelaparan dan selalu meras ternacam, pastinya negara yang disalahkan. Negara yang tidak sanggup untuk menghindarkan rakyatnya dari hal-hal yang menakutkan bagi warga negaranya tergolong pemerintah lemah.

Untuk memahami lebih lanjut terkait dengan bagaimana mengembalikan peran negara, penulis berkiblat ke orderan Francis Fukuyama, karena Budi Winarno hanya menyajikan sedikit dari sekian banyak bagaimana mempertahankan otonomi negara. “ Menurut Held, kedaulatan ini harus dibedakan dengan otonomi yang merujuk pada kemampuan para pemimpin dan agen negara untuk mencari pilihan-pilihan kebijakan mereka sendiri tanpa terpaksa mengambil bentuk kalobarasi dan kerjasama internasional.[25] Jadi, penekanan dari Held adalah pemimpin yang bijak, dimana dalam mengambil keputusan tidak terdapat kontradiktif dengan kepentingan warga negaranya. Selain itu tidak ada paksaan terhadap suatu pemimpin, dalam hal ini pemimpin negara dalam mengambil keputusan yang

menyangkut kerjasama dengan negara lain dan tidak adanya intervensi dari negara lain ketika waktu pengambilan keputusan, misalnya di lembaga-lembaga supranasional.

(12)

tidak hanya terhadap hak milik pribadi, tetapi juga terhadap perdamaian , karena tanpa perdamaian, keuntungan penuh hak milik pribadi tidak dapat di tuai.[27]

Fukuyama yang sebelumnya berkiblat pada meminimalisir peran negara sejak paska perang dingin telah meninjau kembali pemikirannya yang pernah ditulis dalam “The end of history and the last man” yaitu minimnya peran negara. Tetapi dalam bukunya “Memperkuat Negara”, negara harus berperan besar dalam sendi-sendi kehidupan umat manusia demi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Fukuyama berpendapat bahwa sudah saatnya kita mempekuat peran negara, lebih jauh lagi dia berkata pandangan kaum pro-pasar pada 1980-an mungkin agak simplistis. Waktu itu, sebagai reaksi atas merebaknya berbagai bentuk statisme, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara sedang berkembang kaum liberal menyodorkan alternatif deregulasi, debirokritisasi, rpivatisasi dan semacamnya. Alternatif semacam ini menjadi penggerak perubahan ekonomi, yaitu dengan memangkas intervensi ekonomi negara ke tingkat yang minimal.

Alternatif diatas, sebenarnya membawa hasil-hasil yang menggembirakan:pertumbuhan ekonomi, pengurngan kemiskinan, dan integrasi pasar. Namun dalam beberapa hal, ia justru membawa

problematika baru: berkurangnya peran negara dalam ekonomi juga terkait dengan merosotnya kapasitas negara untuk melakukan fungsinya yang memang diperlukan. Hal tersebutlah yang mengakibatkan gejala kegagalan negara, dengan akibat yang menyedihkan.[28] Peran negara harus dipahami dalam dua dimensi, yaitu cakupan (scope) maupun kekuatan atas kapasitas(strength). Suatu negara yang kuat ditandai oleh kemampuannya menjamin bahwa hukum dan kebijakan yang dilahirkan ditaati oleh masyarakat, tanpa harus menebarkan ancaman, paksaan, dan kecemasan yang berlebihan Elemen dasar yang ada pada negara yang kuat adalah otoritas yang efektif dan terlembaga. Jika terjadi pelanggaran atau penentangan terhadap otoritas ini, ia mampu mengatasinya, kalau perlu dengan alat-alat pemaksa yang secara sah dikuasainya. Hanya dengan kekuatan semacam inilah negara mampu menjaga keamanan, ketertiban, kebebasan, serta – jika bersifat intervensionis – mampun mewujudkan kesejahteraan dan keadilan ekonomi. Jika negara tidak mampu menjaga otoritas semcam ini, ia disebut sebagai negara lemah. Ia mengajak kita untuk lebih banyak memperhatikan masalah penguatan kapasitas dan otoritas negara dalam melakukan perannya. Di abad ke 20, banyak negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin melakukan ekspansi kegiatan ekonomi besar-besaran, tanpa daya dukung

kelembagaan yang memadai.[29] Mereka sangat ambisius ingin mengatur begitu banyak aspek

kehidupan, tetapi kemampuan pemerintahan mereka begitu lemah, baik ketidakmampuan administratif maupun karena perilaku korupsi dan semacamnya. Akibatnya adalah kegagalan dan bencana kemanusian dan menyedihkan. Kebebasan dan kesejahteraan ekonomi tidak mungkin tercapai tanpa hadirnya negara yang mampu menjalankan perannya secara efektif. Sebaliknya negara yang kuat tanpa menjamin kebebasan dan kesejahteraan tidak akan mampu bertahan lama.[30]

D. Visi demokrasi kosmopolitan[31]

Dengan berbagai kontradiksi yang diakibatkan oleh aktor-aktor yang berkepentingan dalam memanpaatkan derasnya laju globalisasi, Budi Winarno menawarkan demokrasi kosmopolitan. Beliau meyakini bahwa demokrasi masih bisa diandalkan sebagai suatu sistem dan juga mekanisme

(13)

sebagai demokrasi yang memperhitungkan interlocking proses-proses politik dan ekonomi pada level lokal, nasional, dan global dan akan terjadi demokratisasi ganda (double-democratized). Demokrasi akan diperkuat di tingkat nasional dan organisasi-organisasi internsional, baik melalui masyarakat sipil

maupun melalui wakil-wakilnya.

Demokrasi kosmopolitan ini disokong oleh keadailan distributif (distributive justice). Ini diberikan untuk memberikan legitimasi terhadap lembaga-lembaga governance global dan tatanan dunia pada saat negara menghadapkan penekanan kembali. Agar model demokrasi kosmopolitan ini dapat dilaksanakan, terdapat beberapa proses yang harus berlangsung. Pertama, langsung diambil dari Held, hukum publik demokratis ini perlu ditunjang oleh struktur hukum internasional yang ia sebu sebagai hukum

demokratis kosmopolitan. Kedua, model demokrasi kosmopolitan akan mengusahakan terciptanya legistlatif dan eksekutif transnasional yang efektif pada tingkat regional dan global, yang terkait oleh dan syarat-syarat hukum demokratis pokok.

Penutup

Paska perang dingin globalisasi tidak dapat dibendung lagi karena seiring dengan menangnya demokrasi liberal. Visi dari demokrasi liberal yaitu bagaimana semua masyarakat bisa menikmati yang namanya kebebasan dan persamaan. Tinggal sedikit negara-negara di dunia yang tidak menganut sistem demokrasi liberal. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu suksesnya demokrasi liberal telah dihadapkan pada permasalahan yang krusial bagi umat manusia yaitu kemiskinan dan ketimpangan. Ketimpangan yang terjadi baik dalam negara maupun lembaga-lembaga global menjadi tantangan berat bagi sistem demokrasi liberal. Dimana demokrasi liberal mengagung-agungkan persamaan tetapi banyak dari penganutnya tidak mengimplementasikan demokrasi secara murni. Berangkat dari itu, negara-negara yang berada di dunia ketika tidak banyak berkutip atas bungkangan yang dihadapinya ketika berhadapan dengan kekuatan besar.

Kekuasaan negara harus di formulasikan kembali guna menanggulangi hal-hal yang menyebabkan ketimpangan dan kemiskinan. Selain itu demokrasi kosmopolitan, walaupun sesuatu yang utopis, tetapi harus diperjuangkan demi kemaslahatan manusia dimuka bumi. Karena tanpa realisasi demokrasi kosmopolitan maka secara tidak langsung akan menghasilkan implikasi yang lama kelamaan bertabah besar pada sendi-sendi kehidupan umat manusia.

*Tugas matakuliah Internasionaldan Domestik semester V jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang bersamadosenMrs. Ayusia Sabhita Kusuma, S.IP, M. Soc. Sc [1] Kelompok I: Muhammad Jusrianto (201010360311006); Okky Fitranada (2010103603011), Anas Prayogo (201010360311013; dan Jefri Indo (201010360311007). Penulis Muh. Jusrianto.

[2] Lihat, Rizal Mallarangeng, 2010, “Dari Langit”, Jakarta: Freedom Instute, Hal.,394. [3] Lihat, Budi Winarno, 2011, “Isu-Isu Global Kontemporer”, Yogyakarta: CAPS, Hal., 134.

(14)

[5]Op.Cit, Hal.,126.

[6] Macam-macam teori demokrasi: Teori elit demokrasi (elit governent dan elit counter), teori pluralis, teori marxis, perspektif kelas, diktator proletariat dan teori empiris demokrasi.

[7] Didapatkan dari kuliah “Demokrasi dan Civil Society” yang disampaikan oleh Bapak Gonda Yumitro. [8] Baca lebih lanjut, Francis Fukuyama, “The End Of History and The Last Man”, Yogyakarta:CV.QALAM, Hal., 439 – 495.

[9] Dennis M. Rosseau and Andrea Rivero, 2003. “Democracy, A Way of Organizing Knowledge

Economy”, Journal of management inquiry, Vol.12.No.2 June 2003., Hal.115. Dalam, Budi Winarno, 2011, “Isu-Isu Global Kontemporer”, Yogyakarta: CAPS, Hal., 123.

[10] Kehendak tertinggi adalah kehendak untuk bebas oleh hegel. Baca lebih lanjut, G.W.F. Hegel, 2012, “Filsafat Sejarah”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Hal., 1-152.

[11]Op.Cit, Hal., 122-144.

[12] Isiah Berlin sangat percaya pada fitrah manusia yaitu kekuatan berfikir. [13]Op.Cit,Hal.,136-137.

[14] Ibid. [15] Ibid.

[16]Ibid, hal., 127 [17] ibid

[18] Mansour Fakih.neoliberalisme dan globalisasi. Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär Edisi I/2004 diakses dari http://bos.fkip.uns.ac.id/pub/onno/cd al manaar digilib/bahan/8.%20EKONOMI

%20POLITIK/3.%20Neoliberalisme%20dan%20Globalisasi.pdf pada 08-11-2012 16:32 WIB [19] ibid

[20] David Korten, 2002. The post Corporate World : Life After Capitalism The Post Corporate World: (kehidupansetelah kapitalisme), alih bahasa A. Rahman Zainudin, Jakarta: Yayasan Obar, hal74 dalam , Winarno, Op, cit ., hal137

[21] Walden Bello. Deglobalization : Ideas For a New World Economy (de-globalisasi : gagasan-gagasan Ekonomi Baru). Januari 2004.Pondok Edukasi.Bantul.hal: 84

[22]Global Capitalism: Can It Be Made to Work Better, 6 November 2000. business Week. Hal 42-43 dalam ibid.

[23] Lihat, Kishore Mahbubani, 2011, “ Asia Hemisfer Baru Dunia: Pergeseran Kekuatan Global Ke Timur Yang Tak Terelakkan”, Jakarta: Kompas, Hal.,300.

[24] Lihat, Yasraf Amir Piliang, 2011, “Dunia Yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan”¸ Bandung: Matahari, Hal., 207.

(15)

[26] Lihat, Rizal Mallarangeng, 2010, “Dari Langit”, Jakarta: Freedom Instute, Hal.,210.

[27] Lihat, Ludwiq Von Misses, 2011, “Menemukan Kembali Liberalisme”, Jakarta: Freedom Institute dan FNS, Hal., 46.

[28]Op.Cit

[29] Ibid, Hal., 211-213. [30] Ibid.

Referensi Buku:

Bello, Walden. “Deglobalization:Ideas For a New World Economy (de-globalisasi : gagasan-gagasan Ekonomi Baru)”.Bantul:Pondok Edukasi. 2004.

Budi Winarno, Budi. Isu-Isu Global Kontemporer”. Yogyakarta: CAPS.2011.

Fukuyama, Francis. The End Of History and The Last Man, Yogyakarta:CV.QALAM. 2011. Hegel, G.W.F. “Filsafat Sejarah”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012.

Mallarangeng, Rizal. Dari Langit. Jakarta: Freedom Instute.2010.

Misses, Ludwiq Von. “Menemukan Kembali Liberalisme”, Jakarta: Freedom Institute dan FNS. 2011. Mahbubani, Kishore.“Asia Hemisfer Baru Dunia: Pergeseran Kekuatan Global Ke Timur Yang Tak Terelakkan”, Jakarta: Kompas. 2011.

Piliang, Yasraf Amir.“Dunia Yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan”¸ Bandung: Matahari. 2011.

Internet:

Fakih, Mansour. “neoliberalisme dan globalisasi. Ekonomi Politik Digital Journal Al-Manär

Edisi I/2004. Diakses dari http://bos.fkip.uns.ac.id/pub/onno/cd al manaar digilib/bahan/8.%20EKONOM I%20POLITIK/3.%20Neoliberalisme%20dan%20Globalisasi.pdf (Diakses pada pada 8 November 2012 pkl. 16:32 WIB)

Contoh Kasus Dalam Etika Bisnis PT Freeport Indonesia

(16)

selama ini bersikap underestimate kepada rakyat Papua. Gagasan yang menyatakan mendapatkan kesejahteraan dengan intensifikasi nyatanya gagal.

Ironisnya, dua kali pekerja Freeport melakukan aksi mogok kerja sejak Juli untuk menuntut hak normatifnya soal diskriminasi gaji, namun dua kali pula harus beradu otot. Keuntungan ekonomi yang dibayangkan tidak seperti yang dijanjikan, sebaliknya kondisi lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan terus memburuk dan menuai protes akibat berbagai pelanggaran hukum dan HAM.

Analisis Permasalahan

PT Freeport Indonesia merupakan jenis perusahaan multinasional (MNC), yaitu perusahaan internasional atau transnasional yang berpusat di satu negara tetapi cabang ada di berbagai negara maju dan

berkembang. Mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia disebabkan karena perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajemen pada operasional Freeport diseluruh dunia. Pekerja Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan gaji lebih rendah dari pada pekerja Freeport di negara lain untuk level jabatan yang sama. Gaji sekarang perjam USD 1.5-USD 3. Padahal, dibandingkan gaji di negara lain mencapai USD 15-USD 35 perjam. Sejauh ini, perundingannya masih menemui jalan buntu. Manajemen Freeport bersikeras menolak tuntutan pekerja, entah apa dasar pertimbangannya.

Biaya CSR kepada sedikit rakyat Papua digembor-gemborkan itu pun tidak seberapa karena tidak mencapai 1 persen keuntungan bersih PT FI. Malah rakyat Papua membayar lebih mahal karena harus menanggung akibat berupa kerusakan alam serta punahnya habitat Papua yang tidak ternilai itu. Biaya reklamasi tersebut tidak akan bisa dditanggung generasi Papua sampai tujuh turunan.

Umumnya korporasi berasal dari AS, pekerja adalah bagian dari aset perusahaan. Menjaga hubungan baik dengan pekerja adalah suatu keharusan. Sebab, di situlah terjadi hubungan mutualisme satu dengan yang lain. Perusahaan membutuhkan dedikasi dan loyalitas agar produksi semakin baik, sementara pekerja membutuhkan komitmen manajemen dalam hal pemberian gaji yang layak.

Pemerintah dalam hal ini pantas malu. Sebab, hadirnya MNC di Indonesia terbukti tidak memberikan teladan untuk menghindari perselisihan soal normatif yang sangat mendasar. Kebijakan dengan memberikan diskresi luar biasa kepada PT FI, privilege berlebihan, ternyata hanya sia-sia.

Penyelesaian Masalah yang dilakukan PT Freeport Indonesia

(17)

Industrial) Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagaimana kasus tiga karyawan yang melakukan intimidasi fisik, diproses berdasarkan ketentuan PHI-PKB.

Pasal-pasal yang tercantum dalam PKB tersebut sudah mengakomodasi aspirasi pekerja. Salah satunya adalah adanya kenaikan upah pokok sebesar 40 persen dalam 2 tahun." Angka ini jauh di atas ketentuan rata-rata kenaikan upah pokok nasional sebesar 10-11 persen per tahun," sambung dia.

Sebagai upaya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pada perusahaan, perusahaan sudah membentuk Crisis Management Committee. Yaitu guna menciptakan lingkungan kerja yang damai dan harmonis, PTFI dan pimpinan SPSI PTFI pun telah membentuk Crisis Management Committee.

Undang-undang yang telah di Langgar

PT Freeport Indonesia telah melanggar hak-hak dari buruh Indonesia (HAM) berdasarkan UU No. 13/2003 tentang mogok kerja sah dilakukan. PT Freeport Indonesia telah melanggar pasal :

- Pasal 139: “Pelaksanaan mogok kerja bagi pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan yang melayani kepentingan umum dan atau perusahaan yang jenis kegiatannya membahayakan keselamatan jiwa manusia diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kepentingan umum dan atau

membahayakan keselamatan orang lain”.

- Pasal 140: (1) “Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja

dilaksanakan, pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat”. (2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) sekurang-kurangnya memuat: (i) Waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri mogok kerja. (ii) Tempat mogok kerja. (iii) Alasan dan sebab-sebab mengapa harus melakukan mogok kerja. (iv) Tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masing-masing ketua dan sekretaris serikat pekerja/serikat buruh sebagai penanggung jawab mogok kerja. (3) Dalam hal mogok kerja akan dilakukan oleh pekerja/buruh yang tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh, maka pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditandatangani oleh perwakilan pekerja/buruh yang ditunjuk sebagai koordinator dan/atau penanggung jawab mogok kerja. (4) Dalam hal mogok kerja dilakukan tidak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka demi menyelamat kan alat produksi dan aset perusahaan, pengusaha dapat mengambil tindakan sementara dengan cara: (i) Melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja berada dilokasi kegiatan proses produksi, atau (ii) Bila dianggap perlu melarang pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi perusahaan.

- Pasal 22: “Setiap orang berhak atas pekerjaan, berhak dengan bebas memilih pekerjaan, berhak akan terlaksananya hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya yang sangat doperlukan untuk martabat dan pertumbuhan bebas pribadinya, melalui usaha-usaha nasional maupun kerjasama internasional, dan sesuai dengan pengaturan sumber daya setiap negara”.

(18)

yang sudah diubah dengan UU No. 4/2009.

Selain bertentangan dengan PP 76/2008 tentang Kewajiban Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, telah terjadi bukti paradoksal sikap Freeport.

Kestabilan siklus operasional Freeport, diakui atau tidak, adalah barometer penting kestabilan politik koloni Papua. Induksi ekonomi yang terjadi dari berputarnya mesin anak korporasi raksasa Freeport-McMoran tersebut di kawasan Papua memiliki magnitude luar biasa terhadap pergerakan ekonomi kawasan, nasional, bahkan global.

Kesimpulan :

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa PT Freeport Indonesia telah melanggar etika bisnis dan melanggar undang-undang. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis. PT Freeport Indonesia sangat tidak etis dimana kewajiban terhadap para karyawan tidak terpenuhi karena gaji yang diterima tidak layak dibandingkan dengan pekerja Freeport di Negara lain. Padahal PT Freeport Indonesia merupakan tambang emas dengan kualitas emas terbaik di dunia.

Saran :

Sebaiknya pemerintah Indonesia cepat menanggapi masalah ini dan cepat menanggulangi permasalahan PT Freeport Indonesia. Karena begitu banyak SDA yang ada di Papua, tetapi masyarakat Papua khususnya dan Negara Indonesia tidak menikmati hasil dari kekayaan alam di Papua. Jangan sampai Amerika mendapatkan semakin banyak untung dari kekayaan yang dimiliki oleh Negara kita sendiri.

http://andihermansyah10.blogspot.co.id/2017/04/contoh-kasus-dalam-etika-bisnis.html

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

(19)

Kerjasama perdagangan internasional merupakan transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan.

Salah satu aktor perdagangan internasional adalah MNC. MNC adalah perusahaan swasta yang memiliki fasilitas produksi dan melakukan aktifitasnya di lebih dari satu negara. Perusaan multinasional ini biasanya memiliki kantor pusat di satu negara dan beroperasi di negara-negara lain, baik secara mandiri ataupun dengan melakukan kemitraan dengan perusahaan-perusahaan lokal.

Tujuan MNC dalam melakukan bisnisnya yaitu untuk memperluas pangsa pasarnya, memperoleh sumber daya alam dan yang mengurangi biaya produksi khususnya pembayaraan upah buruh yang relatif murah dibandingkan di negara asalnya. tujuan-tujuan bisnis tersebut memberikan ambisi yang besar bagi MNC untuk terus mengeksporasi berbagai negara didunia khususnya negara-negara berkembang.

Melihat adanya keuntungan-keuntungan yang didapat MNC tersebut maka dapat dikatakan bahwa adanya MNC diberbagai negara sedikit banyak ikut campur tangannya di dalam ekonomi politik domestik negara tujuan produksinya. Hal tersebut memperlihatkan bahwa MNC memiliki pengaruh dalam

perdagangan internasional. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas mengenai pengaruh MNC tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Pengaruh MNC dalam Perdagangan Internasional?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pengaruh MNC dalam perdagangan internasional

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perusahaan Multinational Corporations – MNC 2.1.1 Perusahaan Multinational Corporations – MNC

(20)

yang sangat penting dalam transaksi dan menjalankan kebijakan serta aturan baik di tingkat nasional maupun internasional.

2.1.2 Karakteristik Dasar MNC

Menurut Maheswari dalam Umar Suryadi, terdapat perbedaan antara MNC dengan perusahaan besar biasa yang ada di suatu negara, dapat di bedakan melalui karakteristik dasar MNC, yaitu:

1. Perusahaan MNC berada di banyak negara pada level perkembangan ekonomi yang berbeda. Mereka membawa basis investasi langsung ke beberapa negara.

2. Perusahaan mempertahankan organisasi industri yang lengkap, termasuk R & D dan fasilitas-fasilitas manufaktur di beberapa negara. Mereka membuat kebijakan atau keputusan berdasarkan alternatif yang tersedia dimana saja di seluruh dunia.

3. Mereka beroperasi atas dasar aset yang dimiliki secara internasional, manajemen pusat multinasional dan kepemilikan saham.

4. Mereka berkaitan dengan transfer internasional dari input faktor yang berbeda namun komplementer modal, pengetahuan, kewirausahaan, dan berbagai jenis barang dan jasa.

5. Sumber-sumber daya di transfer namun tidak diperdagangkan sesuai dengan norma-norma tradisional dan praktik perdagangan internasional.

6. cabang-cabang MNC biasanya dikelola oleh warga negara dari host country (negara tuan rumah, atau negara yang ditempati cabang MNC tersebut).

2.1.3 MNC dan Foreign Direct Investment/FDI

FDI adalah pertumbuhan investasi asing langsung atau investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional di negara-negara (host countries) untuk mengontrol aset dan mengelola kegiatan produksi negara-negara tersebut. Negara-negara sedang berkembang menjadi sasaran utama FDI untuk memperluas bisnis MNC. MNC memilih FDI sebagai strategi untuk memperluas bisnisnya karena FDI berkaitan langsung dengan kegiatan-kegiatan ekonomi produktif di luar negeri.

Bagi MNC, negara-negara sedang berkembang mempunyai peran penting bagi perluasan bisnis mereka, sedangkan bagi negara-negara berkembang, MNC dan FDI memiliki peran signifikan untuk mempercepat pertumbuhan dan transformasi ekonomi mereka. Oleh karena itu, banyak negara sedang berkembang tertarik dan berusaha untuk menarik arus FDI ke dalam perekonomian negara mereka, seperti langkah, strategi dan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah agar mempengaruhi MNC untuk menanamkan FDI mereka.

(21)

1. Ukuran perusahaan, diartikan MNC tersebut besar dan mempunyai kekuatan pasar.

2. MNC tersebut sering berada di posisi sebagai leader dalam hal teknologi dan pemasaran di industri mereka.

Pertimbangan ekonomi yang kedua yaitu keunggulan spesifik lokasi (location specific advantage), yang di artikan lokasi yang di pilih sebagai sasaran FDI harus memberikan keuntungan untuk MNC, dalam menentukan lokasi MNC mempertimbangkan tiga faktor, yaitu:

1. Berkaitan dengan ketersediaan sumber daya atau aset 2. Berkaitan dengan ukuran pasar untuk barang dan jasa 3. Berkaitan dengan keuntungan biaya produksi

Selain dua pertimbangan ekonomi dari sisi MNC tersebut untuk memperlancar arus FDI dari negara maju ke negara sedang berkembang, perlunya peran pemerintah negara-negara sedang berkembang untuk melakukan restrukturisasi kebijakan ekonomi dan membangun kerangka regulasi yang baik untuk FDI, misalnya membuat peraturan untuk mempermudah masuknya pasar dan kepemilikan asing.

2.1.4 MNC, Home Countries, Host Countries

Pengaruh dan hubungan timbal balik MNC dengan home countries adalah sebagai berikut:

1. Para pemimpin home countries percaya ekspansi perusahaan-perusahaan multinasional yang tersebar ke luar negeri memberikan keuntungan nasional yang sangat vital.

2. FDI yang dilakukan MNC merupakan sarana bagi pemerintahan untuk dapat mempertahankan posisi relatifnya dalam perekonomian dunia.

3. Perusahaan multinasional merupakan sarana untuk mempertahankan neraca pembayaran(balance of payment) dari negara-negara home countries.

4. Perusahaan multinasional dapat dijadikan sarana untuk membujuk bahkan memaksa negara-negara host countries untuk mengikuti kebijakan-kebijakan negara-negara asal MNC.

5. Perusahaan multinasional merupakan instrumen bagi home countries untuk memasarkan ideologi liberal (perdagangan bebas).

Pengaruh Positif keberadaan MNC bagi Host Countries

1. Kedatangan MNC akan memperoleh manfaat berupa transfer teknologi, produk-produk, modal finansial dan teknik-teknik manajemen yang canggih dari negara asal MNC (negara maju) ke negara sedang berkembang atau negara yang belum maju, kehadiran MNC secara tidak langsung membantu menciptakan tenaga-tenaga kerja yang terampil dan terlatih menggunakan teknologi canggih.

2. Kehadiran sumber daya finansial berupa FDI yang dibawa MNC dari negara-negara maju dapat meningkatkan kapasitas produktif dari negara host countries.

(22)

4. Kehadiran MNC dapat membantu meningkatkan neraca pembayaran (balance of payment)dari negara yang ditempati, salah satunya ada aliran modal ke dalam perekonomian host countries saat MNC membangun anak perusahaan baru atau mengakuisisi perusahaan domestik.

5. Kehadiran MNC dengan FDI merupakan salah satu sarana yang efektif untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi.

6. Kehadiran MNC akan di ikuti dengan datangnya iklim politik yang bebas (demokratis) untuk mendukung kegiatan bisnis mereka, sehingga di negara baru yang menjadi tempat ekspansi bisnisnya mengharapkan iklim tersebut tetap di dapatkan nya.

Pengaruh negatif atas kehadiran MNC, misalnya :

1. MNC yang cenderung menciptakan perusahaan-perusahaan kecil yang tidak efisien dan tidak mampu mendorong pembangunan di host countries secara menyeluruh.

2. MNC cenderung memperkenalkan jenis-jenis teknologi yang tidak tepat dan justru cenderung menghancurkan perkembangan teknologi lokal.

3. MNC umumnya memiliki konsekuensi politik yang negatif dalam negara-negara host countries. Seperti mudahnya terjadi intervensi dari pemerintahan negara-negara home countries terhadap masalah-masalah dalam negeri host countries.

4. Kehadiran MNC cenderung berdampak negatif dalam bidang sosial budaya, MNC menjadi agen imperialisme budaya sehingga negara-negara host countries kehilangan pengawasan atas kebudayaan lokal mereka. (Umar Suryadi Bakry,2015).

2.1.5 Peran Perusahaan Multinasional/MNC

Perusahaan Multinasional atau Multinational Corporation (MNC) merupakan aktor utama dalam bisnis internasional. Jenis perusahaan ini sangat memegang peranan penting dalam transaksi internasional. Perdagangan internasional seperti impor dan ekspor merupakan tahap awal dari aktifitas internasional suatu perusahaan. Pola aktifitas internasional meliputi; usaha patungan, penanaman modal asing dan sistem lisensi. Subjektifitas dalam perdagangan internasional secara jelas sangat memperhitungkan peran MNC dalam hubungan dengan pemerintahan.

2.1.5.1 Peran MNC dalam Alih Tekhnologi

(23)

terkuat yang bertahan. Keberhasilan pasar akan didapat oleh perusahaan yang mampu menyesuaikan diri dengan persyaratan lingkungan saat ini, yaitu mereka yang mampu memberikan apa yang siap dibeli orang.

Keunggulan besar MNC adalah kemampuannya untuk siap mengalihkan suatu kesatuan pengetahuan yang tidak dikuasai dalam pemikiran setiap pribadi. MNC berkembang menjadi sebuah perusahaan dengan tingkat kematangan industri dan penggunaan teknologi yang lebih tinggi di atas rata-rata Hal ini yang menjadikan dorongan untuk terjun ke dalam pasar baaru.

Kekuatan lainnya adalah kemampuan MNC mengusahakan berbagai cara perlindungan bagi teknologi yang dimilikinya. Salah satu cara yang senantiasa digunakan adalah mengusahakan system yang efektif dan undang-undang perdagangan ataupun penggunaan merek yang dapat melindungi teknologi. Negara Indonesia sebagai negara berkembang, namun di dalam pengadaan pranata hukum bidang alih teknologi masih sangat terbatas. Namun demikian perkembangan teknologi mendapatkan prioritas yang tinggi berdasarkan 3 tujuan, yaitu:

- Meningkatkan impor teknologi baru

- Pengembangan kegiatan riset untuk di masa depan

- Meminimalisir hambatan, termasuk masalah biaya produksi

2.1.5.2 Peran MNC dalam Industrialisasi

MNC yang notabene nya adalah perusahaan yang melakukan operasi atau aktifitasnya melintasi batas suatu negara dengan segala bentuk kegiatannya yang telah memicu atau menstimulus proses industrialisasi baik secara nasional maupun internasional, karena pada hakikatnya suatu MNC akan mereformasi baik secara sistem maupun secara faktor produksi yang tidak lain guna mendapatkan kepentingan. MNC yang besar secara jelas meemiliki pengaruh dalam menentukan arah industri secara global, termasuk meciptakan industri di belahan dunia ke tiga sekalipun, karena dengan kekuatan yang dimiliki baik secara ekspansifitas dalam penyeberan maupun intensifitas dalam perdagangan

internasional.

2.1.5.3 Peran MNC dalam Membentuk Globalisasi

Perusahaan multinasional hadir untuk menyediakan berbagai hal yang tidak mampu dilakukan oleh negara, karena kapabilitas negara pada dasarnya juga terbatas. Perusahaan multinasional dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak dari negara, dan macam lapangan pekerjaan tersebut sangat banyak dan beragam. Perusahaan multinasional dapat memaksa (mengonstruksi) jalan pikiran konsumen, tetapi hanya negara yang memiliki kuasa kontrol atas teritori

Hal yang harus dipahami adalah globalisasi merubah tatanan pola relasi antara perusahaan multinasional dengan negara. Globalisasi menyandingkan perusahaan multinasional dengan negara, karena

keberadaan dua aktor ini memiliki keterkaitan timbal balik. Pada dasarnya, negara mengalami

(24)

yang lain, yang dimana tidak lain bertujuan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Sebagian besar MNC hadir dengan segala bentuk kesejahteraan yang ingin diberikan kepada setiap pegawainya, hal ini yang membuat masyarakat global menilai bahwa ketika disuatu tempat tersebut tidak memenuhi kebutuhan maka perpindahan ke tempat lain yang terdapat sejumlah MNC dirasa menjadi cara yang tepat. Dan ini tentunya akan menimbulkan permasalahan baik bagi negara asal maupun negara tujuan perpindahan penduduk.

2.1.5.4 Peran MNC dalam Pembuatan Kebijakan

MNC dalam menjalankan bisnisnya cenderung untuk terus memperluas pasar ke luar negeri. Salah satu bentuk perluasan pasar adalah melalui Foreign Direct Investment (FDI). FDI bertujuan untuk mencapai kontrol sebagian atau penuh atas pemasaran, produksi, atau fasilitas lainnya pada ekonomi. FDI sering dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan membeli perusahaan yang sudah ada atau membangun sendiri fasilitas baru. Hal tersebut adalah salah satu perilaku atau aktifitas MNC, yang dimana tergambarkan bahwa MNC sebagai lokomotif perekonomian suatu negara(home country) dan tidak lupa pula bahwa MNC sangat berperan dalam ekonomi internasional. Dan adanya interdependensi dalam melihat kepentingan satu dengan yang lain. Dengan demikian dapat dijelaskan pula bahwa MNC merupakan salah satu entitas yang cukup signifikan dalam mempengaruhi sistem Internasional termasuk kebijakan luar negeri sebuah negara. Dengan kekuatan dan modal ekonomi yang dimilikinya, MNC bisa

mempengaruhi dan mendesak kebijakan sebuah negara.

2.2 Studi Kasus: Mc Donald

Salah satu MNC (Multinational Corporation) dari sekian banyak MNC yang masuk daftar pemilik aset terbesar dunia adalah Mc Donald. MNC ini memiliki cabang di host country hampir di seluruh dunia. Melayani 20 juta pelanggan di seluruh dunia per hari, mulai dari Chili sampai Korea Selatan, Panama sampai Singapura dan bahkan sampai ke negara komunis sekalipun yaitu China. Dana periklanan Mc Donal yang berfungsi memperkenalkan pada pasar mencapai jumlah yang sangat fantastis. Jumlah dana untuk menopang periklananya tumbuh sangat besar, meningkat 1/3 lebih cepat dari populasi dunia, serta naik tujuh kali lipat yaitu dari 39 milyar dolar menjadi 256 milyar pada tahun 1950 sampai 1990. Pengeluaran global per kapita meningkat dari 15 dolar AS per orang pada tahun 1950 menjadi 50 dolar AS sekarang ini. Hal ini menunjukkan bahwa Mc Donald seolah-olah telah menjadi berhala baru bagi peradaban manusia. Kondisi ini selain ditopang dengan keberhasilanya dalam mempengaruhi orang untuk mengkonsumsi produknya, Mc Donald juga terkenal dengan penetrasi pasarnya yang sangat luar biasa mulai dari sahara Afrika sampai Asia Tenggara.

Hadirnya perusahaan multinasional seperti Mc Donald dianggap menjadi warna tersendiri dalam melihat perdagangan internasional, melalui strategi dan aktifitasnya. Penanaman modal asing yang tentunya dilakukan oleh Mc Donald, memberi dampak terhadap negara tujuan. Tak hanya itu, strategi pemasaran yang inovatif dengan mengambil berbagai unsur termasuk unsur teknologi menjadikan perusahaan multinasional ini dapat bertahan dibeberapa negara hingga saat ini. Unsur teknologi juga berperan penting dalam perdagangan internasional yang terjadi.

(25)

Multinational Corporationsatau MNC adalah perusahaan yang beroperasi di dua atau lebih negara. MNC menjadi fenomena yang dominan dalam hubungan internasional saat ini terkait dengan adanya globalisassi perdagangan dan perkembangan perekonomian dunia. Dalam perkembangan perdagangan internasional perusahaan Multinasional Corporation atau MNC adalah aktor utama. Banyak perusahaan MNC yang memegang peranan yang penting untuk transaksi internasional. Dalam hal perkembangan perekonomian domestik suatu negara, MNC memiliki pengaruh yang signifikan sebab keberadaan MNC pada suatu negara menjadi salah satu penyumbang pajak tertinggi bagi pendapatan suatu negara sekaligus bagi perkembangan ekonominya.

MNC adalah bentuk korporasi baru yang tidak dapat di hindari sebagai sebuah konsekuensi logis dari adanya globalisasi itu sendiri. MNC merupakan wujud dari perdagangan modern dimana profit merupakan orientasi utama dari keberadaan setiap MNC disuatu negara. MNC itu sendiri sangat erat kaitannya dengan FDI atau Foreign Direct Invesment. Dalam prakteknya aliran investasi langsung yang berasal dari luar negeri selalu tertuju pada negara yang memiliki kelebihan yaitu dalam segi politik negara tujuan FDI memiliki hukum atau kebijakan pemerintah yang mendukung adanya FDI dan jaminan bahwa FDI yang mereka tanamkan akan menghasilkan profit yang tinggi bagi mereka (home country). Sedangkan dalam segi ekonomi, negara home country yang akan menanamkan investasinya ke negara-negara host country memiliki pertimbangan utama pada tersedianya bahan baku yang lebih murah bagi proses produksinya.

Hadirnya MNC pada suatu negara tentunya akan menciptakan dampak positif maupun dampak negative terhadap negara tersebut baik dari segi sosial, ekonomi, maupun politik. Dan MNC pun turut serta beperan dalam Alih Teknologi, Industrialisasi, membentuk Globalisasi, maupun dalam pembuatan kebijakan. Terlebih MNC juga menjadi pemenuhan kebutuhan baik secara global maupun nasional. Hal ini diyakini betul menjadi salah satu bentuk keniscayaan pada praktik perdagangan interansional, yang dimana teori pasar mengatakan bahwa arus pasar begitu cepat dan massive, serta sangat sulit untuk dibendung perkembangannya. MNC menjadi bagian dari pelaku(aktor) perdagangan internasional yang memiliki prinsip mendapatkan profit semaksimal mungkin, dalam kata lain akan adanya inovasi dan signifikansi dalam penetrasi pasar. Dan tuntunya memberi perubahan bagi perdagangan internasional baik dari sistem maupun praktik nyatanya

DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Umar Suryadi. 2015. Ekonomi Politik Internasional Suatu Pengantar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Panglaykim, Jusuf. 2011. Prinsip-Prinsip Kemajuan Ekonomi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

(26)

https://www.academia.edu/9689704/PERUSAHAAN_MULTINASIONAL ,diakses pada 4 Mei 2016 pukul 17:29 WIB

http://id.investing.com/equities/mcdonalds-income-statement ,diakses pada 7 Mei 2016 pukul 08:01 WIB

Latar belakang masalah :

Ada pernyataan kuat bahwa telah terjadi distori etika dan pelanggaran kemanusiaan yang hebat di Papua. Martabat manusia yang seharusnya dijunjung tinggi, peradaban dan kebudayaan sampai mata rantai penghidupan jelas dilanggar. Itu adalah fakta keteledoran pemerintah yang sangat berat karena selama ini bersikap underestimate kepada rakyat Papua. Gagasan yang menyatakan mendapatkan kesejahteraan dengan intensifikasi nyatanya gagal.

Ironisnya, dua kali pekerja Freeport melakukan aksi mogok kerja sejak Juli untuk menuntut hak normatifnya soal diskriminasi gaji, namun dua kali pula harus beradu otot. Keuntungan ekonomi yang dibayangkan tidak seperti yang dijanjikan, sebaliknya kondisi lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan terus memburuk dan menuai protes akibat berbagai pelanggaran hukum dan HAM.

1.Analisis Permasalahan

PT Freeport Indonesia merupakan jenis perusahaan multinasional (MNC), yaitu perusahaan internasional atau transnasional yang berpusat di satu negara tetapi cabang ada di berbagai negara maju dan

berkembang.

Mogoknya hammpir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia disebabkan karena perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajemen pada operasional Freeport diseluruh dunia. Pekerja Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan gaji lebih rendah dari pada pekerja Freeport di negara lain untuk level jabatan yang sama. Gaji sekarang perjam USD 1.5-USD 3. Padahal, dibandingkan gaji di negara lain mencapai USD 15-USD 35 perjam. Sejauh ini, perundingannya masih menemui jalan buntu. Manajemen Freeport bersikeras menolak tuntutan pekerja, entah apa dasar pertimbangannya.

(27)

Umumnya korporasi berasal dari AS, pekerja adalah bagian dari aset perusahaan. Menjaga hubungan baik dengan pekerja adalah suatu keharusan. Sebab, di situlah terjadi hubungan mutualisme satu dengan yang lain. Perusahaan membutuhkan dedikasi dan loyalitas agar produksi semakin baik, sementara pekerja membutuhkan komitmen manajemen dalam hal pemberian gaji yang layak.

Pemerintah dalam hal ini pantas malu. Sebab, hadirnya MNC di Indonesia terbukti tidak memberikan teladan untuk menghindari perselisihan soal normatif yang sangat mendasar. Kebijakan dengan memberikan diskresi luar biasa kepada PT FI, privilege berlebihan, ternyata hanya sia-sia.

1. Penyelesaian Masalah yang dilakukan PT Freeport Indonesia

Juru bicara PT Freeport Indonesia, Ramdani sirait, mengatakan bahwa manajemen perusahaan PTFI akan berkomunikasi dengan Serikat Pekerja Seluruh indonesia (SPSI) demi mengantisipasi ancaman aksi mogok yang dilakukan pekerja. Karena isu aksi mogok tersebut terkait rencana pemutusan hubungan kerja terhadap tiga orang karyawan PTFI yang melakukan intimidasi fisik kepada karyawan lainnya. Ia menyebutkan, terhadap intimidasi fisik yang memenuhi ketentuan PHI (Pedoman Hubungan

Industrial) Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagaimana kasus tiga karyawan yang melakukan intimidasi fisik, diproses berdasarkan ketentuan PHI-PKB.

Pasal-pasal yang tercantum dalam PKB tersebut sudah mengakomodasi aspirasi pekerja. Salah satunya adalah adanya kenaikan upah pokok sebesar 40 persen dalam 2 tahun.” Angka ini jauh di atas ketentuan rata-rata kenaikan upah pokok nasional sebesar 10-11 persen per tahun,” sambung dia.

Sebagai upaya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan pada perusahaan, perusahaan sudah membentuk Crisis Management Committee. Yaitu guna menciptakan lingkungan kerja yang damai dan harmonis, PTFI dan pimpinan SPSI PTFI pun telah membentuk Crisis Management Committee.

1. Undang-undang yang telah di Langgar

· PT Freeport Indonesia telah melanggar hak-hak dari buruh Indonesia (HAM) berdasarkan UU No. 13/2003 tentang mogok kerja sah dilakukan. PT Freeport Indonesia telah melanggar pasal:

1. Pasal 139: “Pelaksanaan mogok kerja bagi pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan yang melayani kepentingan umum dan atau perusahaan yang jenis kegiatannya membahayakan keselamatan jiwa manusia diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kepentingan umum dan atau

membahayakan keselamatan orang lain”.

Referensi

Dokumen terkait

Martin Suharlie sebagai pihak kedua dan pemilik tempat kegiatan usaha tentu berharap akan mendapatkan keuntungan dari kegiatan operasional usaha ini, hal ini

Berdasarkan temuan penelitian tentang usaha guru dalam meningkatkan kemampuan belajar menghafal al- Qur‟an Hadits melalui Metode Drill di MAN Kunir adalah dengan jalan:

Lalu masyarakat sebagai pihak yang dianggap paling dekat dengan dengan dampak langsung akibat dari kebakaran hutan diharapkan mampu untuk membuka suatu gagasan

Jakarta: Depdikbud Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.. Kiat Pendidikan Matematika

(II) Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana persetubuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak dalam perkara Nomor

a) Guru membagi kelas menjadi lima kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa yang dibagi dengan cara mengambil undian permen di dalam sebuah kotak. Pengelompokan

Hal inilah yang mungkin terjadi pada penelitian ini, dimana seluruh subyek dengan asupan rendah namun kadar hemoglobin darah normal, sehingga tidak terdapat hubungan antara

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari kondisi awal kreativitas anak kelompok B2 berada pada kriteria belum berkembang pada siklus I meningkat menjadi berkembang