• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA KEGIATAN PAGI HARI MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA KEGIATAN PAGI HARI MENGACU KURIKULUM 2013 UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR SKRIPSI"

Copied!
228
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA KEGIATAN PAGI HARI MENGACU KURIKULUM 2013

UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Kurniasaputra NIM: 151134055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2019

(2)
(3)
(4)

iv PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus

Sahabat sejati dalam hidup yang telah membimbing dan memberi saya kekuatan rohani dalam penyelesaian penelitian ini.

Kedua Orang Tua

Bapak Sudrekman dan Ibu Sri Brantinah

Yang telah memberikan segala dukungan, motivasi, dan perjuangan kepada saya untuk semakin maju dan berakhlak.

Sahabat yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku Universitas Sanata Dharma

(5)

v MOTTO

Agar sukses, kemauanmu untuk berhasil harus lebih besar dari ketakutanmu untuk gagal.

Bill Cosby

Sebab Aku ini mengetahui rancangan – rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

(Yeremia 29:11)

Tuhan adalah kekuatan dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyian aku bersyukur kepada-Nya.

(6)

vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Februari 2019 Peneliti

(7)

vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Kurniasaputra

Nomor Mahasiswa : 151134055

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif dalam Sub Tema Kegiatan Pagi Hari Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 28 Februari 2019 Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM SUB TEMA KEGIATAN PAGI HARI MENGACU KURIKULUM 2013

UNTUK SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR Kurniasaputra

Universitas Sanata Dharma 2019

Penelitian ini dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan yang menunjukkan perlunya contoh perangkat pembelajaran inovatif mengacu Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Tujuan utama penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk perangkat pembelajaran inovatif mengacu Kurikuluum 2013 untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar dengan menggunakan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan Cooperative Learning tipe Number Head Together (NHT).

Peneliti menggunakan langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan dari Borg dan Gall. Ada 10 (sepuluh) langkah pengembangan penelitian menurut Borg dan Gall namun peneliti hanya membatasi 7 (tujuh) langkah yaitu 1) potensi dan masalah (wawancara dan observasi), 2) pengumpulan data (hasil wawancara dan observasi) (3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk, 7) revisi produk, sampai menghasilkan produk akhir yang berupa perangkat pembelajaran inovatif untuk kelas I Sekolah Dasar mengacu Kurikulum 2013.

Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh ahli pembelajaran inovatif dan penilaian guru Sekolah Dasar kelas I serta penilaian teman sejawat. Kedua validator memberikan skor dengan rata-rata 4,2 dengan katagori “baik” pada model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Sedangkan pada model pembelajaran Cooperative Learning tipe Number Head Together (NHT) memiliki skor 4,261 dengan katagori “sangat baik”. Berdasarkan ujicoba terbatas guru dan teman sejawat memberikan rata-rata skor 4,68 dengan katagori “sangat baik” pada model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Sedangkan pada model pembelajaran Cooperative Learning tipe Number Head Together (NHT) memberikan rerata skor 4,658 dengan katagori “sangat baik”. Peneliti mendapat rerata skor 4,44 dengan katagori “sangat baik”. Skor tersebut menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran inovatif untuk kelas I Sekolah Dasar yang dikembangkan memiliki kualitas “sangat baik”.

Kata Kunci: Perangkat pembelajaran, pembelajaran inovatif, model pembelajaran NHT, model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR), Kurikulum 2013.

(9)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF INNOVATIVE LEARNING DEVICE ON THE SUB THEME “KEGIATAN PAGI HARI” REFFERING TO CURRICULUM 2013

FOR THE FIRST GRADE ELEMENTARY SCHOOL Kurniasaputra

Sanata Dharma University 2019

This research was done based on an analysis which showed that there was a need of example of innovative learning media which refers to Curriculum 2013 for 1st graders of elementary school. The porpuse of this study is to produce a productin the from of an innovative learning device referring to the Curriculum 2013 for 1st gradeof elementary school students using the learning model of the Pedagogy Reflection Paradigm (PPR) and Cooperative Learning type Number Head Together.

The researcher used research and development (R&D) steps by Borg and Gall which have been developed. There were 10 R&D steps but the researcher only used 7 steps which were 1) potential and problem (interview and observation), 2) data collection (the result of interview and observation), 3) design of the product, 4) design validation, (5) product revision, 6) product testing, (7) product revision until producing final product in form of innovative learning media for 1st grader of elementary school based on Curriculum 2013.

The validation was done by innovative learning expert and the assessment by 1st graders elementary school teacher, and also based on peer assessment. Two validators gave 4,2 as the average score which was categorized as "good" in the Reflective Pedagogical Paradigm. While, Cooperative Learning type Number Head Together learning model got 4,261 which was included in "very good" category. Based on the limited testing product, the elementary school teacher and peers gave 4,68 in the Reflective Pedagogical Paradigm. While the Cooperative Learning type Number Head Together learning model got 4,658 as the average score which was included in "very good" category. The researcher got 4,44 as the average score which was categorized as "very good". This score showed that the innovative learning media for 1st graders of elementary school has "very good" quality.

Key word: learning media, innovative learning, NHT learning model, Reflective Pedagogical Paradigm learning model, Curriculum 2013

(10)

x KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inovatif dalam Sub Tema Kegiatan Pagi Hari Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar dapat diselesaikan dengan baik oleh peneliti. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapat banyak bantuan, bimbingan dan dukungan dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka dari itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi PGSD. 4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing

dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Junjung Nur Raharti, selaku validator pakar perangkat pembelajaran inovatif

yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

6. Riswati, S.Pd, SD., selaku guru kelas I SDN Kentungan yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi dan uji coba produk serta memberi nilai uji coba produk.

7. MM. Suyatini, M.Pd., selaku kepala sekolah SDN Kentungan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD tersebut.

(11)

xi 8. Sudrekman dan Sri Brantinah selaku orang tua peneliti yang telah memotivasi

dan mendukung dalam doa.

9. Intan Permatasari sebagai pendukung dan penyemangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

10. Teman – teman mahasiswa penelitian payung perangkat pembelajaran inovatif yang selalu memberikan arahan dan bantuan kepada peneliti ketika menghadapi kesulitan.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangan, maka peneliti membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi pihak pembaca.

Yogyakarta, 28 Februari 2019 Peneliti

(12)

xii

HALAMAN JUDUL………..…i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………...….……….ii

HALAMAN PENGESAHAN………...……….………….iii

DAFTAR ISI HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 7 E. Batasan Istilah ... 7 F. Spesifikasi Produk ... 8 Halaman

(13)

xiii BAB II

LANDASAN TEORI ... 13

A. Kajian Pustaka ... 13

1. Karakteristik Esensial Kurikulum SD 2013 ... 13

2. Keterampilan Dasar Abad 21 ... 22

3. Perangkat Pembelajaran ... 24

4. Pembelajaran Inovatif ... 33

B. Penelitian yang Relevan ... 46

C. Kerangka Berpikir ... 48 D. Pertanyaan Penelitian ... 51 BAB III METODE PENELITIAN ... 52 A. Jenis Penelitian ... 52 B. Setting Penelitian ... 55 C. Prosedur Pengembangan ... 56

D. Uji Coba Terbatas ... 60

1. Subjek Uji Coba Terbatas ... 60

2. Instrumen Penelitian ... 60

3. Teknik Pengumpulan Data ... 62

4. Teknik Analisis Data ... 63

E. Jadwal Penelitian ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Analisis Kebutuhan ... 68

(14)

xiv

B. Deskripsi Produk awal ... 81

C. Validasi ahli dan Revisi Produk ... 84

1. Data Validasi Pakar Kurikulum 2013 ... 84

2. Revisi Produk ... 96

D. Uji Coba Terbatas ... 98

1. Data uji coba terbatas ... 98

2. Revisi Uji Coba dan Produk ... 103

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 104

1. Kajian Produk Akhir ... 104

2. Pembahasan ... 108

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN, DAN SARAN ... 119 A. Kesimpulan ... 119 B. Keterbatasan Pengembangan ... 120 C. Saran ... 120 DAFTAR PUSTAKA ... 121 LAMPIRAN ... 124 Biodata Peneliti………..…227

(15)

xv Tabel 4.1 Saran pakar Pembelajaran Inovatif model cooperative learning tipe number

head together dan Revisi ...88

Tabel 4.2 Saran pakar Pembelajaran Inovatif model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dan Revisi ...93

Tabel 4.3 Komentar validator dan revisi uji coba perangkat pembelajaran model cooperative learning tipe number head together ...101

Tabel 4.4 Komentar validator dan revisi uji coba perangkat pembelajaran model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ...102

Tabel 4.5 Rekapitulasi validasi pakar pembelajaran inovatif dan guru SD kelas I pelaksana kurikulum 2013 ...108

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh ... 19

Tabel 3.1 Konversi Nilai Skala Lima ... 64

Tabel 3.2 Konversi kuantitatif skala lima ... 66

(16)

xvi DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan metode Research and Development

(R&D). ... 53

Gambar 3.2 Prosedur pengembangan dalam penelitian ... 57

Gambar 2.1 Paradigma pembelajaran abad 21 ... 24

Gambar 2.2 Dinamika PPR ... 41

Gambar 2.3 Penelitian yang relevan ... 48

(17)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Pedoman Wawancara ... 125

Lampiran 2: Pedoman Observasi ... 127

Lampiran 3: Rangkuman Hasil Wawancara ... 130

Lampiran 4: Hasil Observasi Guru ... 137

Lampiran 5: Hasil Observasi Siswa ... 145

Lampiran 6: Pernyataan validasi produk perangkat pembelajaran inovatif ... 148

Lampiran 7: Pernyataan ujicoba produk pada guru ... 152

Lampiran 8: Pernyataan ujicoba produk pada siswa ... 153

Lampiran 9: Hasil Validasi Produk Pakar 1 ... 154

Lampiran 10: Hasil Validasi Produk Pakar 2 ... 168

Lampiran 11: Hasil ujicoba dinilai guru SD ... 182

Lampiran 12: Hasil ujicoba dinilai teman sejawat ... 194

Lampiran 13: Surat Wawancara dan Observasi ... 206

Lampiran 14: Surat Izin Penelitian ... 207

Lampiran 15: Surat Pernyataan Kepala Sekolah ... 208

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifikasi produk yang dikembangkan.

A. Latar Belakang masalah

Kurikulum yang saat ini di terapkan di Indonesia adalah kurikulum 2013 yang menjadi harapan baru dari semua kalangan untuk perkembangan pendidikan di Indonesia yang lebih baik lagi. Implementasi kurikulum 2013 yang diterapkan dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, secara terbatas merupakan sebuah inovasi pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah. Dengan pengembangan kurikulum 2013 ini, pemerintah mengharapkan dapat menghasilkan lulusan yang kreatif dan mampu bersaing di masa mendatang. Madjid (dalam Prastowo, 2015:5) mengungkapkan bahwa kurikulum 2013 bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Kurikulum 2013 tetap mengedepankan pentingnya keterampilan abad 21 yaitu 4C (critical thinking, creative thinking, collaborative, communicative).

Dalam pengembangan pembelajaran abad 21, guru harus dapat memulai merubah pola yang sejak dulu sudah ada atau yang sering disebut dengan pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa. Karena dengan berpusat kepada siswa, siswa akan menjadi lebih aktif dalam megikuti kegiatan pembelajaran dan mengkondisikan siswa agar belajar. Pola pembelajaran tradisional bisa dipahami sebagai pola pembelajaran dimana guru lebih banyak ceramah, sedangkan siswa lebih banyak mendengarkan, mencatat, dan menghafal, tanpa mencoba mempraktikan dan memahami. Dalam penerapan pembelajaran abad 21 guru harus menerapkan unsur berpikir tingkat tinggi, penerapan pola pendekatan dan model pembelajaran yang bervariasi, serta integrasi teknologi.

(19)

2 Kurikulum 2013 saat ini menggunakan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik merupakan program pembelajaran yang berangkat dari satu tema/topik tertentu dan kemudian dielaborasi dari berbagai perspektif atau ditinjau dari berbagai aspek mata pelajaran yang biasa diajarkan di sekolah (Kadir, 2014:1). Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tematik, guru akan dimudahkan dengan adanya perangkat pembelajaran. Suhadi (2007:24) mengemukakan bahwa perangkat pembelajaran merupakan sejumlah bahan, media, alat, petnjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan perangkat pembelajaran dapat menentukan keberhasilan guru untuk membuat siswa aktif, kretaif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Penggunaan model atau strategi pembelajaran juga sangat penting dan diperlukan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang mengacu kurikulum 2013.

Pengertian inovatif adalah bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru, pembaharuan atau kreasi baru (Depdiknas 2008: 538), maka pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang menghendaki adanya sesuatu yang baru baik itu dari perencanaan, pelaksanaan ataupun pada evaluasi pembelajaran. Sedangkan menurut (Suyatno, 2009:6) pembelajaran inovatif mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang guru agar mampu memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar. Guru diharapkan dapat mengembangkan perangkat pembelajaran inovatif guna mendukung proses kegiatan pembelajaran yang baru, kreatif, dan inovatif demi terwujudnya tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013.

Pembelajaran inovatif sangat penting untuk diterapkan di sekolah dasar, karena pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut Trianto (2009: 10), manfaat dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah pemahaman konteks siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh rancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa sebagai pribadi dan subjek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan berkaitan erat dengan suasana

(20)

3 belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada kegiatan belajar.

Pengembangan perangkat pembelajaran juga sangat penting untuk mendukung pembelajaran inovatif pada kurikulum 2013. Pada pelaksanaan pembelajaran di sekolah memerlukan perangkat pembelajaran agar pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Seorang guru dituntut untuk mempersiapkan perangkat pembelajarannya dengan sebaik – baiknya sebelum mengajar. Menurut Trianto (2012: 143) dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan beberapa persiapan meliputi penyusunan program tahunan, program semester, pengembangan silabus, dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam Permendikbud No. 65 tahun 2013, dijelaskan bahwa penyusunan silabus dan RPP disesuaikan dengan pendekatan pembelajaan yang digunakan. Menurut Sudjana (2001: 92), untuk melaksanakan pengembangan perangkat pengajaran diperlukan model – model pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan. Secara umum tiap -tiap langkah pengembangan berhubungan secara langsung dengan aktivitas “revisi”. Pengembangan perangkat dapat dimulai dari kritik mana pun dalam siklus. Namun menurut Ibrahim (2003: 91) karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia berorientasi pada tujuan, maka sayogianya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan.

Menurut Piaget, siswa sekolah dasar masuk dalam kategori tahapan operasional konkret (7-12 tahun) yang ditandai oleh kemampuan siswa tentang benda – benda dapat dimanipulasi atau dikenal melalui indera. Jadi pada tahap operasional konkret, siswa sudah dapat berpikir konkret tentang benda – benda yang ada di lingkungan sekitar mereka. Oleh karena itu guru perlu memperhatikan tahap perkembangan masing – masing anak. Guru perlu memberikan contoh yang konkret dalam kegiatan pembelajaran agar siswa menjadi tertarik dan terpusat. Apalagi untuk siswa kelas I SD yang merupakan siswa kelas rendah yang sangat sulit untuk berkonsentrasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu bagi siswa kelas 1 sekolah dasar penjelasan guru tentang materi pembelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakannya

(21)

4 sendiri atau bisa juga bermain sambil belajar. Maka dari itu guru harus mencari inovasi – inovasi baru agar siswa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran dan selalu berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Penleiti melakukan wawancara dan observasi kepada 3 (tiga) guru kelas I SD di 2 (dua) SD daerah Sleman dan 1 (satu) SD daerah Kota Yogyakarta yang menerapkan Kurikulum 2013. Berdasarkan hasil wawancara tersebut guru kelas I sekolah dasar melaksanakan pembelajaran hanya terpaku pada buku pegangan yang ada tanpa melakukan variasi dalam melakukan pembelajaran di kelas. Ketika peneliti menanyakan tentang model pembelajaran inovatif, guru mengetahui tetapi tidak menguasai model-model pembelajaran inovatif tersebut. Para guru tersebut sudah mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah tentang kurikulum 2013. Namun, guru belum memahami sepenuhnya mengenai Kurikulum 2013 sebagai pembelajaran inovatif. Mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) guru hanya menyalin dari buku pegangan guru atau mengunduh dari internet dengan mengeditnya sedikit. Guru yang diwawancarai menginginkan contoh pengembangan dari perangkat pembelajaran inovtif sebagai referensi dalam mengembangkan pembelajaran di kelas khususnya yang menyangkut Kurikulum 2013.

Peneliti juga melakukan observasi kegiatan pembelajaran kelas I di 2 (dua) SD daerah Sleman dan 1 (satu) SD daerah Kota Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi tersebut, pertama guru hanya melakukan metode ceramah selama kegiatan berlangsung, hanya sesekali guru memberikan pertanyaan kepada siswa, selebihnya siswa mencatat. Kedua guru sama sekali tidak menggunakan media konkret, guru hanya menggunakan buku cetak sebagai acuan dalam penyampaian materi. Ketiga guru tidak melakukan refleksi, motivasi, dan evaluasi pada saat kegiatan penutup. Selain itu peneliti mengamati siswa menjadi kurang aktif dikelas, banyak siswa yang hanya mainan sendiri dengan temannya, ada juga siswa yang tidak mencatat ketika guru menyuruh untuk mencatat. Melihat kondisi tersebut, guru yang diwawancarai memerlukan contoh perangkat pembelajaran inovatif yang baik mengacu pada Kurikulum SD 2013 untuk menambah wawasan dan referensi dalam melakukan

(22)

5 pembelajaran di kelas khususnya pada Tema 3 Kegiatanku Sub Tema 1 Kegiatan Pagi Hari.

Terjadi kesenjangan antara kondisi ideal dan faktual, yaitu guru belum membuat perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didiknya. Sehingga dalam penyampaian materi pembelajaran tidak akan maksimal. Guru hanya mengikuti urutan kegiatan di buku cetak tanpa mengembangkan urutan tersebut, sehingga pembelajaran terkesan monoton dan hanya itu – itu saja. Perlunya inovasi – inovasi pembelajaran dari guru akan membuat siswa semakin aktif dan bersemangat. Hal tersebut perlu didasari pada keinginan guru untuk mengembangkan materi dengan dukungan model pembelajaran inovatif dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Tematik (RPPTH) yang baik.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dan berdasarkan kebutuhan guru, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran inovatif yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran inovatif dalam Sub Tema Kegiatan Pagi Hari Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar”. Peneliti memilih Sub Tema Kegiatan Pagi Hari karena pada pagi hari adalah awal bagi siswa memulai kegiatannya. Apabila suasana hati siswa pada pagi hari kurang baik atau kurang bersemangat, maka pada kegiatan selanjutnya siswa akan malas untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Maka dari itu untuk mengawali kegiatan awal siswa harus diisi dengan kegiatan yang dapat merangsang siswa untuk bersemangat dan ceria dalam menerima pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti memilih Sub Tema Kegiatan Pagi Hari dalam penelitian ini.

Peneliti memilih penelitian di kelas I Sekolah Dasar (SD) karena kelas I (satu) merupakan kelas rendah, dimana siswanya sangat aktif dan rasa ingin tahunya sangat tinggi. Apabila guru tidak mengembangkan kegiatan pembelajaran yang bervariasi, maka siswa akan kurang bersemangat dan menjadi bosan ketika mengikuti pembelajaran. Proses pembelajaran yang bervariasi antara lain seperti bermain sambil belajar, bernyanyi, dan lain sebagainya. Dengan perangkat pembelajaran inovatif diharapkan dapat meningkatkan semangat siswa untuk belajar. Selain itu agar siswa

(23)

6 menjadi terbiasa dengan pembelajaran inovatif. Oleh karena itu, peneliti memilih kelas I dalam penelitian ini.

Peneliti menggunakan dua model pembelajaran inovatif yaitu model Cooperative Learning tipe Number Head Together dan model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). Peneliti memilih model Cooperative Learning tipe Number Head Together karena model tersebut mengedepankan kepada aktivitas siswa untuk mencari, mengolah, dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber secara mandiri maupun dalam kelompok. Selain itu model NHT memiliki beberapa keunggulan antara lain, dapat melatih tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan tugas bersama kelompok, melatih kerjasama, melatih sosialisasi siswa dengan temannya, dan siswa menjadi lebih aktif. Peneliti juga memilih model Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) karena model ini membantu siswa untuk menjadi pribadi yang utuh, berkompeten, dan berhati nurani. Model PPR ini juga memiliki beberapa keunggulan antara lain, siswa dapat merefleksikan sendiri berdasarkan pengalamannya, tidak terhambat kurikulum baru, melatih kejujuran siswa, pembentukan moral siswa menjadi lebih baik, dan melatih kepedulian terhadap orang lain.

Pembelajaran inovatif diharapkan mampu membantu siswa kelas I (satu) sekolah dasar yang sulit untuk berkonsentrasi atau bosan di kelas menjadi lebih aktif, mandiri, dan menyenangkan. Sehingga dalam penyampaian materi akan lebih efektif. Selain itu, pembelajaran inovatif ini mampu membantu siswa belajar secara menyeluruh, tidak menyita waktu yang terlalu banyak, dan membuat siswa memiliki pengetahuan yang utuh. Oleh karena itu, pengembangan perangkat pembelajaran ini akan membantu guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum 2013 khususnya pembelajaran inovatif.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema Kegiatan Pagi Hari mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar?

(24)

7 C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kualitas perangkat pembelajaran inovatif dalam Sub Tema Kegiatan Pagi Hari Mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Peneliti memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun penelitian Research and Development (R&D) khususnya pada perangkat pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema kegiatan pagi hari mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar. 2. Bagi guru

Guru dapat menjadikan penelitian ini sebagai contoh untuk melaksanakan pembelajaran inovatif melalui perangkat pembelajaran inovatif mengacu kurikulum 2013

3. Bagi sekolah

Sekolah mendapatkan bahan pustaka untuk pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema kegiatan pagi hari mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar.

4. Bagi Prodi PGSD

Menambah bahan pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma untuk pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam sub tema kegiatan pagi hari untuk siswa Kelas 1 SD mengacu Kurikulum 2013.

E. Batasan Istilah

1. Pembelajaran Inovatif adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya meliputi; materi pelajaran, model,

(25)

8 metode, strategi atau teknik, yang bisa mengembangkan hasil belajar siswa secara konsisten dan dinamis.

2. Perangkat pembelajaran inovatif adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti membatasi pada perangkat meliputi, program tahunan, program semester, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3. Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

4. Model pembelajaran inovatif Number Head Together adalah model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.

5. Model pembelajaran inovatif Paradigma Pedagogi Reflektif adalah pola pikir dalam menumbuh kembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kemanusiaan.

F. Spesifikasi Produk 1. Cover Produk

Cover depan produk terdiri dari judul pengembangan perangkat pembelajaran inovatif yaitu pengembangan perangkat pembelajaran inovatif dalam tema 3 Kegiatanku sub tema 1 Kegiatan Pagi Hari mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas I sekolah dasar; nama penulis; logo universitas, keterangan yang berisi program studi yaitu pendidikan guru sekolah dasar, jurusan yaitu ilmu pendidikan, fakultas yaitu keguruan dan ilmu pendidikan, universitas yaitu sanata dharma Yogyakarta. Cover belakang berisi sinopsis dan biodata singkat penulis.

(26)

9 2. Ukuran Kertas A4

Produk dicetak dalam ukuran kertas A4 dengan berat 70 gram, sedangkan sampul dicetak dengan kertas ivory 230 supaya terlihat kokoh.

3. Format Penulisan

Produk ditulis mengguanakan theme font “Times New Roman” dengan spasi 1,5 supaya setiap bagian dalam RPP terlihat jelas.

4. Kata Pengantar

Kata pengantar terdiri dari ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa; penjelasan kerangka berpikir seputar pembelajaran inovatif; ucapan terimakasih kepada pihak yang membantu dan terlibat dalam penyusunan produk; dan kesediaan penulis menerima kritik dan saran terkait dengan produk yang dikembangkan.

5. Daftar Isi

Daftar isi terdiri dari garis besar isi buku beserta nomor halaman.

6. Perangkat pembelajaran program tahunan (Prota) untuk kelas 1 SD semester gasal dan genap. Program Tahunan adalah rencana umum pelaksanaan pembelajaran muatan pelajaran berisi antara lain rencana penetapan alokasi waktu satu tahun pembelajaran. Program tahunan dibuat sesuai dengan kalender pendidikan dari tahun 2018/2019. Komponen-komponen dalam menyusun Program Tahunan: Identitas (antara lain muatan pelajaran, kelas, tahun pelajaran) dan Format isian (antara lain tema, subtema, dan alokasi waktu). Program tahunan terdapat 2 sampai 3 halaman berbentuk landscape. 7. Perangkat pembelajaran program semester (Prosem) untuk kelas 1 SD semester

gasal. Program Semester merupakan penjabaran dari program tahunan sehingga program tersebut tidak bisa disusun sebelum tersusun program tahunan. Program semester dilihat melalui kalender pendidikan dari semester gasal tahun 2018/2019. Program Semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal

(27)

10 yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester terdapat 2 sampai 3 halaman berbentuk landscape.

8. Perangkat pembelajaran silabus untuk kelas 1 SD semester gasal tahun 2018/2019

Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum berisikan garis-garis besar materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan rancangan penilaian. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu ataukelompok mata pelajaran/ tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar.

9. Komponen perangkat pembelajaran RPP disusun lengkap terdiri dari (1) kelengkapan identitas, (2) tujuan dan indikator pembelajaran, (3) KI (kompetensi Inti), (4) kompetensi dasar dan indikator, (5) materi pembelajaran, (6) pendekatan, model, dan metode pembelajaran, (7) langkah-langkah pembelajaran, (8) media, alat, dan sumber belajar, (9) penilaian, (10) lampiran yang berisi materi pembelajaran, media pembelajaran, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), instrument penilaian, lembar penilaian, rubrik penilaian, dan pedoman penilaian, lembar refleksi. Dalam satu subtema terdapat enam pembelajaran, sehingga menghasilkan enam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

10. Model pembelajaran inovatif yang digunakan

Model pembelajaran inovatif yang digunkan dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu Number Head Together dan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR). NHT lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Selain itu NHT memiliki 6 langkah yaitu persiapan, pembentukan kelompok, memiliki buku paket/buku panduan, diskusi masalah, pemberian jawaban, dan memberi kesimpulan. Model pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) bertujuan membantu

(28)

11 siswa menjadi pribadi yang utuh, berkompeten, dan berhati nurani. Model ini identic dengan 3C yaitu Competence, Conscience, dan Compassion. Model ini memiliki 3 sintaks yaitu konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. 11. Terdapat pendekatan scientific yang merupakan proses pembelajaran yang

dirancang supaya peserta didik mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahap mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan.

12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dikembangkan berdasarkan karakteristik pembelajaran terpadu yaitu berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat fleksibel atau guru dapat mengaitkan mata pelajaran yang satu dengan yang lain, dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

13. Penguatan pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam pembelajaran. Pendidikan karakter yang dikembangkan memuat aspek spiritual dan aspek sosial. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

14. Menerapkan High Order Thinking Skill (HOTS) mengacu pada kata kerja operasional yang dikembangkan berdasarkan Taksonomi Bloom hasil revisi yang meliputi C4, C5, dan C6. C4 merupakan kegiatan menganalisis yang menggunakan kata kerja operasional memilih, membandingkan, menguraikan, mengaitkan, dan lain-lain. Sedangkan C5 yaitu kegiatan mengevaluasi yang menggunakan kata kerja operasional mengkritik, memeriksa, menilai, membuktikan, dan lain-lain. C6 yaitu kegiatan mencipta yang menggunakan

(29)

12 kata kerja operasional merumuskan, merencanakan, memproduksi, membuat hipotesis, mendesain, menciptakan, dan lain-lain.

15. Keterampilan abad 21

Mengembangkan keterampilan dasar abad 21 yaitu (4C- Communication skill, Collaboration skill, Critical thinking and problemsolving skill, Creativity and innovation skill) yang termuat dalam RPP

16. Menerapkan penilaian otentik mengandung aspek sikap spiritual dan sosial, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan. Penilaian dilengkapi dengan instrumen penilaian yang memuat kunci jawaban dari soal tertulis, daftar cek atau pedoman observasi bagi penilaian dengan teknik observasi, dan cara skoring.

17. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar

Penyusunan RPP memperhatikan ketentuan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yang meliputi tanda baca, huruf kapital, nama orang, nama tempat, dan kata penghubung.

(30)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini berisi tentang kajian teori, penelitan yang relevan, kajian teori, dan pertanyaan penelitian. Kajian teori membahas teori – teori yang mendukung. Penelitian yang relevan membahas penelitian – penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan judul yang peneliti rumuskan. Kerangka berpikir berisikan kerangka pemikiran.

A. Kajian Pustaka

1. Karakteristik Esensial Kurikulum SD 2013

Sebelum membahas mengenai karakteristik Kurikulum 2013 perlu dipahami pengertian kurikulum itu sendiri. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sanjaya (dalam Yani, 2014:6) juga memberikan pengertian kurikulum yang mirip dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, yaitu kurikulum merupakan suatu dokumen perencanaan yang memiliki sebuah tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa, strategi dan cara yang harus dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

Fadlillah (2014: 13) menyatakan bahwa kurikulum merupakan sebuah wadah yang akan menentukan arah pendidikan dimana kurikulum ini sebagai ujung tombak bagi terlaksanya kegiatan pendidikan. Kurikulum ini sangat penting bagi pendidikan, sebab kurikulum merupakan salah satu penentu kunci keberhasilan dalam upaya untuk menggapai tujuan pendidikan. Menurut Saylor dalam Rusman (2011: 3), mengartikan bahwa kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa agar dapat

(31)

14 belajar, baik dalam ruangan kelas maupun di luar sekolah. Sementara itu, Alberty dalam Rusman (2011: 3) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah.

Sesuai dengan pendapat Fadlillah tersebut, Mulyasa (2013:66) juga mengungkapkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum KBK yang pernah diujicobakan di tahun 2004. Kurikulum KBK sendiri dijadikan acuan dalam mengembangkan kurikulum yang menyangkut berbagai ranah pendidikan yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan (Permendikbud, 2016).

Berdasarkan pembahasan pengertian kurikulum dan Kurikulum 2013 tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan seperangkat rencana dan cara yang telah ditetapkan pemerintah untuk menyempurnakan kurikulum KBK maupun KTSP, dimana sasaran pendidikan diarahkan pada pengembangan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan. Kurikulum SD 2013 mempunyai karakteristik sendiri dibandingkan dengan kurikulum yang pernah berlaku sebelumnya. Berikut adalah karakteristik esensial dari Kurikulum SD 2013:

a. Menggunakan pembelajaran terpadu.

Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik terpadu (Yani, 2014:93). Pembelajaran tematik terpadu pada Kurikulum 2013 diadopsi dari model pembelajaran spider webbed atau model jaring-jaring laba-laba (Yani, 2014:118). Model pembelajaran spider webbed merupakan salah satu contoh dari 10 (sepuluh) model pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh Robin Fogarty. Pengembangan model pembelajaran spider webbed dimulai dari menentukan tema pembelajaran kemudian mengembangkan menjadi subtema dengan tetap memperhatikan keterkaitan antar mata pelajaran. Kadir dan Asrohah (2014:9)

(32)

15 menuturkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang memadukan antara berbagai mata pelajaran atau bidang studi dengan menggunakan tema tertentu. Selain itu, Prastowo (2014:45) mengatakan bahwa pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu (integrated intruction) yang merupakan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.

Dari paparan diatas Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran. Proses pembelajaran melalui suatu tema dimaksudkan supaya memberikan pengalaman bermakna bagi siswa karena siswa akan belajar secara utuh. Oleh karena itu, Kurikulum 2013 dapat dikatakan sebagai kurikulum yang menggunakan pembelajaran terpadu karena memadukan beberapa mata pelajaran ke dalam suatu tema.

b. Menggunakan pendekatan scientific

Majid (2014:211) menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Pendekatan ilmiah/scientific meliputi proses mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Kemendikbud (2013) menyatakan bahwa pendekatan scientific atau ilmiah merupakan suatu cara atau mekanisme pembelajaran untuk memfasilitasi siswa agar mendapatkan pengetahuan atau keterampilan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Pembelajaran scientific terdapat metode ilmiah yang menjadi dasar pembelajaran. Sujarwanta (2012:75) memaparkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung baik menggunakan

(33)

16 observasi, eksperimen maupun cara yang lainnya, sehingga realitas yang akan berbicara sebagai informasi atau data yang diperoleh selain valid juga dapat dipertanggungjawabkan.

Daryanto (2014: 59) memaparkan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan scientific meliputi lima proses atau biasa disebut dengan 5M yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan untuk semua mata pelajaran. Dalam proses pembelajaran dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengamati (observasi)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, serta mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Siswa difasilitasi untuk melakukan pengamatan, melatih merek untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. 2) Menanya

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari

(34)

17 informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Di dalam kegiatan ini diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis.

3) Mencoba

Dalam Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian, aktivitas wawancara dengan narasumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar.

4) Menalar

Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan menyimpulkan.

(35)

18 5) Mengomunikasikan

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan mengomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Sesuai dengan paparan tersebut, pendekatan scientific dalam Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran dimana siswa diberi pengalaman langsung secara ilmiah melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba/mencipta, menalar, menyajikan/ mengomunikasikan.

c. Mengembangkan pendidikan karakter

Terdapat perubahan mindset dalam Kurikulum 2013 yaitu penekanan pada pendidikan karakter. Terdapat perubahan penggunaan istilah baru dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu istilah Kompetensi Inti atau KI. Lahirnya konsep KI diawali dari pengelompokan kompetensi pokok atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Awalnya, kompetensi sikap hanya berdiri satu rumusan saja namun dalam perkembangannya kompetensi sikap dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sikap spiritual dan sikap sosial (Yani, 2014:54). Melalui sikap spritual akan mendorong peserta didik memiliki moral dan etika yang baik dalam kehidupannya. Aspek sosial merupakan gambaran bentuk hubungan dengan sesama manusia dan lingkungannya (Fadlillah, 2014:49).

Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 dapat diintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran pada setiap disiplin ilmu yang terdapat dalam suatu

(36)

19 pembelajaran. Guru dituntut untuk memasukkan muatan pendidikan karakter pada setiap pembelajaran yang dilakukan. Mulyasa (2013:7) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang mendasari perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah.

Dari penjelasan diatas pendidikan karakter dapat diintegrasikan kedalam seluruh mata pelajaran, apabila tersampaikan sepenuhnya kepada siswa, maka pendidikan karakter akan sesuai target yang digagas oleh guru maupun siswa. d. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)

Yani (2014:73) menegaskan bahwa mindset Kurikulum 2013 adalah mengembangkan keterampilan menalar, mengomunikasikan, dan mencipta. Siswa dianggap berhasil jika memiliki kemampuan menalar/menganalisis, mengomunikasikan, dan mencipta. Kemampuan tersebut jika dilihat merupakan kompetensi tingkat tinggi sesuai dengan Taksonomi Bloom hasil revisi. Sedangkan Saputra (2016: 91) berpendapat High Order Thinking Skills (HOTS) merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran.

Tabel 2.1 Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl (2014)

Tingkatan Anderson dan Krathwohl

C1 Mengingat C2 Memahami C3 Mengaplikasikan C4 Menganalisis C5 Mengevaluasi C6 Mencipta

(37)

20 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa HOTS merupakan suatu proses untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa melalui keterampilan menalar, mengomunikasikan dan mencipta dalam level kognitif yang lebih tinggi. e. Penilaian otentik

Pada Kurikulum 2013 proses penilaian pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) (Fadlillah, 2014:178). Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Abidin (dalam Yani, 2014:146) menjelaskan bahwa penilaian otentik merupakan proses mengukur, memonitoring, dan menilai semua aspek hasil belajar (kognitif, afektif, dan psokomotorik). Penilaian otentik adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan, keberlanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik (Pusat Kurikulum dalam Majid, 2014:238).

Berdasarkan pemaparan tersebut, penilaian otentik dalam Kurikulum 2013 merupakan penilaian secara komprehensif untuk menilai semua aspek hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotorik) sesuai dengan bukti otentik pekerjaan atau tingkah laku siswa.

f. Berpusat pada siswa

Akbar, dkk (2013:19) menjelaskan pada proses pembelajaran Kurikulum 2013 memerankan siswa sebagai subjek belajar yang utama. Guru lebih sebagai fasilitator dan motivator. Guru sebagai fasilitator yaitu guru memfasilitasi proses pembelajaran untuk menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa terlibat secara aktif. Siswa didorong untuk aktif untuk mendapatkan informasi

(38)

21 informasi atau pengetahuan baru pada saat pembelajaran berlangsung (Fadlillah, 2014:180). Guru sebagai motivator yaitu guru memberikan motivasi supaya siswa lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan paparan tersebut bahwa pembelajaran pada Kurikulum 2013 harus berpusat pada siswa dengan tujuan untuk membuat siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

g. Berbasis kompetensi

Kurikulum 2013 menekankan pada kompetensi atau kemampuan harus dicapai oleh peserta didik. Mulyasa (2013:68) menjelaskan bahwa melalui kompetensi yang dicapai peserta didik akan memberikan seperangkat kompetensi tertentu. Terdapat 6 (enam) kompetensi yang harus dicapai siswa yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), kemampuan (skill), nilai (value), sikap (attitude), dan minat (interest). Dalam konteks Kurikulum 2013, kompetensisi lulusan berhubungan dengan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan (Fadlillah, 2014:177).

Sementara itu, Fadlillah (2014: 175) menyatakan bahwa dalam kurikulum terdapat karakteristik yang menjadi pembeda dengan kurikulum lain yang ada. Karakteristik tersebut yaitu:

a. Pendekatan pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dan tematik-integratif. Pendekatan scientific yaitu pendekatan yang dilakukan melalui proses ilmiah dimana siswa akan mempelajari secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu. Proses yang digunakan yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan (communicating) akan diimplementasikan pada saat memasuki kegiatan inti pembelajaran. Sementara pendekatan tematik-integrasi yaitu pada pembelajaran akan dibuat per-tema dengan mengacu pada

(39)

22 karakteristik peserta didik dan dilaksanakan secara integrasi (satu tema dengan yang lainnya). Maka dari itu akan terjadi keterpaduan antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang didapat.

b. Kompetensi lulusan, ditentukan dari teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dikenal luas di kalangan para ahli. Capaian pembelajaran menurut taksonomi ini dikelompokan dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penerapan teori ini dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Ketiga ranah tersebut diharapkan dapat berjalan secara seimbang dan setelah selesai menempuh bangku pendidikan peserta didik mempunyai kemampuan hard skill dan soft skill yang mumpuni.

c. Penilaian, pada kurikulum 2013 dalam pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assessment). Sunarti (2014: 27) menyatakan bahwa penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Dari penilaian itulah guru dapat mengetahui proses yang dilakukan siswanya dan dengan begitu kemampuan siswa akan terpantau dengan akurat.

2. Keterampilan Dasar Abad 21

Menurut Trilling (2009: 48) fokus kompetensi pembelajaran abad ke-21 adalah keterampilan dalam menguasai media, informasi, dan teknologi atau TIK (dalam Abidin, 2014: 10). Keterampilan ini menghendaki siswa untuk melek informasi, media, dan TIK. Sejalan dengan hal itu, Kemdikbud merumuskan bahwa paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berfikir analitis dan bekerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Litbang Kemdikbud, 2013 dalam Daryanto, 2017: 2). Menurut Abidin (2015: 4) pendidikan abad 21 adalah pendidikan

(40)

23 yang kritis dalam intelektual, kreatif dalam pemikiran, etis dalam pergaulan, dan berkarakter dalam kehidupan.

Menurut Hosnan (2014: 87), keterampilan abad 21 adalah tuntutan siswa untuk memiliki kecakapan berfikir dan belajar. Pendidik diharapkan untuk mengembangkan model pembelajaran abad 21 yang meliputi:

a. Communication skill, tuntutan siswa untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia;

b. Collaboration skill, siswa menunjukan kemampuan dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif satu sama lain, menempatkan empati pada tempatnya, dan menghormati perspektif yang berbeda;

c. Critical thinking and problemsolving skill, siswa berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antar sistem;

d. Creativity and innovation skill, model dan metode serta keterampilan yang akan digunakan dalam pembelajaran masa kini dituntut untuk lebih bersifat multimodel metode, sehingga model pembelajaran berbasis proyek lebih banyak dituntut. Proses pembelajaran lebih berpusat pada siswa serta meninggalkan perlakuan yang bersifat menyamakan semua siswa tetapi lebih bersikap individual.

(41)

24 Gambar 2.1 Paradigma pembelajaran abad 21

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan dasar abad 21 merupakan suatu keterampilan dalam pendidikan dimana siswa dituntut kritis, kerja keras, tangguh, handal, disiplin, dan tidak pernah menyerah mencari sumber informasi melalui sumber media yang berkembang dimasa sekarang ini. Tidak hanya siswa, pendidik juga harus dibekali dengan kemampuan penggunaan IT untuk menunjang kegiatan belajar yang semakin modern.

3. Perangkat Pembelajaran

KBBI (2008) mengartikan bahwa perangkat merupakan alat perlengkapan, sedangkan pembelajaran merupakan proses, cara menjadikan orang belajar. Perangkat pembelajaran merupakan perangkat yang dipergunakan dalam proses pembelajaran.

(42)

25 Perangkat yang dimaksud bisa berupa buku siswa, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), instrumen evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB) (Ibrahim dalam Trianto, 2012:96). Lebih lanjut, Prasetyo, dkk (2011:16) perangkat pembelajaran adalah alat atau perlengkapan untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Sesuai dengan pemaparan tersebut, perangkat pembelajaran merupakan perlengkapan yang digunakan sebagai cara menjadikan orang belajar dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang sering digunakan adalah silabus dan RPP. Penyusunan dan pengembangan silabus di Indonesia pada umumnya dilakukan oleh pemerintah pusat dalam hal ini departemen yang mengurusi pendidikan. Kurikulum 2013 penyusunan silabus sangat mungkin dilakukan oleh pemerintah pusat, namun pengembangannya perlu disesuaikan dengan kondisi di lapangan (Akbar, 2013:7-8).

Perangkat Pembelajaran RPP disusun oleh guru sesuai dengan panduan pemerintah. Permendikbud (2014) Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau berkelompok di sekolah/madrasah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah/madrasah. Pengembangan RPP dapat juga dilakukan oleh guru secara berkelompok antar sekolah atau antar wilayah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan atau kantor kementerian agama setempat. Selain itu, RPP disusun sesuai dengan kreasi dan kebijakan guru terkait proses pembelajaran yang akan dilakukan.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan peneliti adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran inovatif. Perangkat pembelajaran disusun tanpa silabus dengan alasan RPP model pembelajaran inovatif ini sebagai kreasi dalam model pembelajaran yang dilakukan guru. Silabus dalam Kurikulum 2013 sudah disusun pemerintah sehingga dalam menyusun RPP model pembelajaran inovatif peneliti menggunakan silabus tersebut sebagai acuan. Oleh karena itu, silabus tidak dibuat supaya tidak merubah program semester yang telah disusun. Salah satu komponen dalam silabus Kurikulum 2013 adalah identitas mata

(43)

26 pelajaran atau tema pelajaran (Amri, 2015:50). Silabus disusun sesuai tema dalam pembelajaran. Jaringan KD dan indikator yang dibuat peneliti beberapa lintas tema dalam Kurikulum 2013. Oleh karena itu, peneliti tidak membuat silabus karena jaringan KD dan indikator beberapa lintas tema.

Berikut akan dibahas 3 (tiga) perangkat pembelajaran yaitu program tahunan dan semester, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP):

a. Program Tahunan dan Semester

Menurut Marno (2014: 165) Penyusunan program pembelajaran selama tahun pelajaran dimaksudkan agar keutuhan dan kesinambungan program pembelajaran atau topik pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam dua semester tetap terjaga. Menurut Hamalik (2004: 34) program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Marno (2014: 166) penyusunan program semester didasarkan pada hasil analisis hari efektif dan program pembelajaran tahunan.

Menurut Mulyasa (2013: 68) Sumber-sumber yang digunakan sebagai pengembangan program tahunan adalah

1) Daftar kompetensi standar sebagai consensus nasional, yang dikembangkan dalam SK KD setiap mata pelajaran yang akan dikembangkan.

2) Skope dan sekuensi setiap kompetensi. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan materi pembelajaran yang kemudian disusun dalam pokok-pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang mengandung ide-ide pokok sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran.

3) Kalender pendidikan. Penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu pada efesiensi, efektifitas dan hak-hak peserta didik.

Tujuan penyusunan program tahunan adalah untuk menata materi secara logis, sistematis dan hierarkis; mendistribusikan alokasi waktu untuk setiap pokok bahasan;

(44)

27 mendorong proses pembelajaran menjadi efektif dan efesien berdasarkan tik yang telah ditetapkan; memudahkan guru untuk mengetahui target kurikulum per pokok bahasan atau per bulan (Wawan S. Suherman, 2001: 120). Langkah-langkah penyusunan program tahunan yaitu mengidentifikasi jenis kegiatan non tatap muka (ujian, libur); menghitung pokok bahasan (kegiatan tatap muka); dan menghitung alokasi waktu yang tersedia dari GBPP untuk setiap jenis kegiatan (Wawan S. Suherman, 2001: 119).

Penyusunan Program Semester berfungsi sebagai acuan menyusun satuan pelajaran; acuan kalender kegiatan belajar mengajar; dan untuk mencapai efesiensi dan efektifitas penggunaan waktu belajar yang tersedia (Moh. Uzer Usman, 2002: 54). Dalam penyusunan program semester, referensi yang digunakan adalah kalender pendidikan, GBPP mata pelajaran, hasil analisis mata pelajaran, format program semester (Wawan S. Suherman, 2001: 120).

Unsur-unsur yang biasanya terkandung di dalam program semester meliputi (Syaiful Sagala, 2003: 165):

1) Tujuan

Tujuan yang dicantumkan dalam program semester adalah tujuan tujuan yang masih bersifat umum yang diambil dari SKKD yaitu tujuan kurikuler dan tujuan instruksional.

2) Pokok bahasan

Pokok bahasan merupakan judul materi yang akan dipelajari atau diajarkan dalam satu caturwulan yang bersangkutan. Perencanaan pembelajaran menyusun pokok bahasan dan sub pokok bahasan dalam satu semester, dengan memperhitungkan bahwa pokok bahasan tersebut dapat diselesaikan dalam satu semester dengan pemenuhan kualitas yang disyaratkan.

(45)

28 3) Metode mengajar

Metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran. Dalam program semester hendaknya dicantumkan metode-metode mengajar yang direncanakan akan digunakan dalam mengajarkan setiap pokok bahasan yang bersangkutan. Penentuan metode mengajar ditentukan juga oleh tujuan yang dirumuskan oleh guru.

4) Media dan Sumber

Disamping metode mengajar untuk setiap pokok bahasan dicantumkan pula media dan buku sumber yang digunakan. Pencantuman buku sumber meliputi nama penulis, nama buku, tahun dan penerbit, dan juga bagian atau bab yang diacu dalam pengajaran pokok bahasan yang bersangkutan. Media akan memudahkan siswa dalam mengalami, memahami dan mengerti pelajaran yang disampaikan oleh guru.

5) Evaluasi pengajaran

Dalam program semester hendaknya dicantumkan kegiatan-kegiatan evaluasi yang dilaksanakan di luar masing-masing pokok bahasan, seperti evaluasi/ tes sumatif. Evaluasi digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Evaluasi digunakan juga untuk memperbaiki bahan ataupun juga metode pengajaran.

6) Waktu

Untuk setiap pokok bahasan dan kegiatan evaluasi dalam semester yang bersangkutan, perlu dicantumkan jumlah waktu yang dialokasikan, sehingga dapat diketahui sejak awal apakah program semester yang dibuat tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

(46)

29 Langkah-langkah penyusunan program semester adalah (Wawan S. Suherman, 2001: 122):

a) Menghitung jumlah minggu/ hari efektif dalam satu semester yang ada dalam kalender pendidikan.

b) Menghitung jumlah jam pelajaran efektif untuk tatap muka dan non tatap muka. Dihitung dengan jumlah minggu efektif dikalikan dengan jam pertemuan.

c) Mendistribusikan alokasi waktu berdasarkan pokok bahasan dalam GBPP, jumlah jam efektif tatap muka dan kegiatan pada jam efektif non tatap muka. d) Merumuskan program alokasi waktu per semester.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa program tahunan merupakan suatu rencana pembelajaran yang sudah dirancang dan dimatangkan selama 1 tahun ajaran baru, hal ini bertujuan sebagai acuan guru pada 1 tahun kedepan yang akan dilakukan. Langkah penyusunannya yaitu mengidentifikasi jenis kegiatan non tatap muka (ujian, libur); menghitung pokok bahasan (kegiatan tatap muka); dan menghitung alokasi waktu Sementara program semester hampir sama dengan program tahunan, namun yang membedakan yaitu pada lingkup batasannya. Dalam penyusunan program semester, referensi yang digunakan adalah kalender pendidikan, GBPP mata pelajaran, hasil analisis mata pelajaran, format program semester.

b. Silabus

Majid (2009:38) menjelaskan bahwa silabus adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Sedangkan Permendikbud (2016) menuturkan bahwa silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Selain itu, Kurniawan, (2014:113) mengemukakan bahwa silabus merupakan susunan topik

(47)

30 bahasan dari satu pelajaran. Sesuai dengan pengertian tersebut, silabus merupakan acuan dalam menyusun rencana pembelajaran yang berisikan garis besar dari bahan ajar mata pelajaran tertentu.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa silabus merupakan acuan bagi pendidik untuk lebih memudahkan dalam menyiapkan bahan ajar suatu mata pelajaran.

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 menjelaskan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Akbar (2016:39) menerangkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran adalah seperangkat perencanaan yang dibuat dan disusun oleh guru sebelum mengajar sebagai pegangan seorang guru dalam mengajar di dalam kelas. Kurniawan (2014:122) memaparkan bahwa rencana kegiatan pembelajaran adalah detail rencana aktivitas pembelajaran untuk mencapai satu KD tertentu, atau gabungan KD apabila dalam pembelajaran terpadu. Melalui KD yang ada dibedah menjadi beberapa indikator kemudian dijabarkan melalui rencana pembelajaran yang akan dilakukan.

Sementara Fadlillah (2014: 143) menyatakan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan suatu bentuk perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran, dimana pendidik memperhatikan secara cermat, baik materi, penilaian, alokasi waktu, sumber belajar, maupun metode pembelajaran yang digunakan sehingga detail pembelajaran sudah tersususun secara rapi dalam pelaksanaan pembelajaran.

Sesuai dengan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran adalah detail rencana aktivitas tatap muka sebagai pedoman guru untuk satu pertemuan atau lebih guna mencapai tujuan suatu Kompetensi Dasar

(48)

31 (KD). Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses, komponen RPP terdiri atas:

1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; 2) identitas mata pelajaran atau tema/subtema; 3) kelas/semester;

4) materi pokok;

5) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;

6) tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

7) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

8) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi;

9) metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai; 10) media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk

menyampaikan materi pelajaran;

11) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan;

12) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan

13) penilaian hasil pembelajaran.

RPP disusun untuk setiap kompetensi dasar yang akan dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih (Akbar, 2013:142). Kompetensi Dasar (KD) merupakan

Gambar

Tabel 2.1 Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh   Anderson dan Krathwohl (2014)
Gambar 2.3 Penelitian yang relevan           C.  Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Bagan Langkah-langkah dan Pengembangan Research and Development  (R&D) menurut Borg and Gall
Tabel 3.1 Konversi Nilai Skala Lima
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

“The Pink Ribbon” 2003 further advances the inquiry into the relationship between ageing, the body and subjectivity, by linking them to issues of personhood and agency in a person

Di samping itu, pembelajaran bahasa Indonesia mendorong kepedulian untuk menggunakan bahasa secara cermat (menyunting teks), kepedulian terhadap nilai-nilai kemanusiaan

profitabilitas baik. Kinerja keuangan PT. Astra Otoparts berdasarkan rasio likuiditas kurang baik. Berdasarkan rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat adanya dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun material terutama kepada Bapak Dr.Kuswaji

ISBN : 978-4-87424-635-1 岩﨑 典子 1 .はじめに

Toinen tapa suorittaa luotauksia on CMP-luotaus (Common Mid Point), jota toisinaan kutsutaan myös CDP-luotaukseksi (Common Depth Point), missä sekä antenni että vastaanotin

Pada dasarnya setiap manusia yang terlibat dalam aktivitas perekonomian akan mengalami hal yang sama dalam dilema atau permasalahan dalam aktivitas ekonomi, baik masyarakat