• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu. No Penelitian Terdahulu Uraian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu. No Penelitian Terdahulu Uraian"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tinjuan penelitian terdahulu merupakan dasar pijakan didalam penyusunan

penelitian, yang akan digunakan untuk mengetahui perbandingan dengan

penelitian yang ada sebelumnya. Beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai

berikut :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Penelitian Terdahulu Uraian

1

Judul Penelitian

Pengaruh Organizational Commitment Dan Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention Di PT. Kediri Matahari Corn Mills

(Wonowijoyo, 2018)

Variabel Penelitian

a. Komitmen organisasi b. Kepuasan kerja c. Turnover intention Alat Analisis Regresi berganda

Hasil Penelitian

Organizational commitment berpengaruh signifikan negatif terhadap turnover intention

Kepuasan kerja berpengaruh signifikan negatif terhadap turnover intention.

Organizational commitment dan kepuasan kerja berpengaruh signifikan negatif terhadap turnover intention di PT Kediri Matahari Corn Mills.

(2)

No Penelitian Terdahulu Uraian

2

Judul Penelitian

Job Satisfaction, Turnover Intention And Organizational Commitment (Robert, P, 2016)

Variabel Penelitian

a. Kepuasan kerja b. Turnover intention c. Komitmen organisasi Alat Analisis Regresi linear sederhana

Hasil Penelitian

Pengaruh yang signifikan secara statistik ditemukan antara kepuasan kerja

karyawan dan tiga dimensi komitmen organisasi.

Pengaruh yang signifikan antara intensi turnover dan komitmen organisasi. Pengaruh signifikan kepuasan kerja karyawan dan turnover intention terhadap komitmen organisasi.

3

Judul Penelitian

Organizational Commitment, Job Satisfaction And Their Possible Influences On Intent To Turnover (Ramalho Luz et al., 2018)

Variabel Penelitian

a. Komitmen Organisasi b. Kepuasan Kerja c. Turnover intention Alat Analisis Regresi linear berganda

Hasil Penelitian

Variabel yang paling berpengaruh terhadap turnover intention adalah komitmen afektif, kepuasan terhadap gaji dan komitmen normatif.

Kepuasan kerja berpengaruh terhadap turnover intention secara signifikan Komitmen organisasi berpengaruh terhadap turnover intention secara signifikan

(3)

No Penelitian Terdahulu Uraian

4

Judul Penelitian

Pengaruh Employee Retention Terhadap Turnover Intention Dan Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Lubuk Buasa Cabang Padang

(Purnama, Dewi Ria, 2019)

Variabel Penelitian

a. Employee retention b. Turnover intention c. Kinerja karyawan Alat Analisis Regresi linear sederhana

Hasil Penelitian

Employee Retention berpengaruh positif dan signifikan terhadap turnover

intention

Employee Retention Terhadap Kinerja Karyawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan,

5

Judul Penelitian

Pengaruh Komitmen Organisasional dan Kompensasi terhadap Turnover Intention dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening pada PT. Persada Lines Pekanbaru (Rasyid & Indarti, 2017)

Variabel Penelitian

a. Komitmen organisasi b. Kompensasi

c. Turnover intention Alat Analisis Path analysis

Hasil Penelitian

Pengaruh komitmen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap turnover intention secara langsung.

Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap turnover intention secara langsung.

Kepuasan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap turnover intention secara langsung.

Komitmen organisasi melalui kepuasan kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap terhadap turnover intention

(4)

No Penelitian Terdahulu Uraian

6

Judul Penelitian

The Influence Of Job Saticfaction And Organizational Commitement On Turnover Intention (Tnay et al., 2013) Variabel Penelitian a. Kepuasan Kerja b. Komitmen Organisasi c. Turnover intention

Alat Analisis Regresi Sederhana

Hasil Penelitian

Pengaruh variabel komitmen organisasi tidak memiliki hubungan yang

signifikan terhadap turnover intention secara langsung.

Pengaruh variabel kepuasan kerja tidak memiliki hubungan negatif dan

signifikan.

7

Judul Penelitian

Garuh Kepuasan Kerja Terhadap Turnover Intention Dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening Pada PT. Autobagus Rent Car Bali. (Putra & Wibawa, 2015)

Variabel Penelitian

a. Kepuasan Kerja b. Komitmen Organisasi c. Turnover intention Alat Analisis Path analysis

Hasil Penelitian

Kepuasan kerja memiliki pengaruh yang signifikan negatif secara langsung terhadap turnover intentions dan

Terdapat pengaruh tidak langsung antara kepuasan kerja terhadap turnover

intentions yang dimediasi melalui komitmen organisasional.

Dari tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa didalam penelitian yang dilakukan

oleh peneliti terdahulu memiliki persamaan dan perbedaan, persamaan variabel

(Komitmen, kepuasan kerja dan turnover intention) dapat dilihat pada penelitian

(5)

(Ramalho Luz et al., 2018) dangan perbedaan tidak adanya variabel mediasi

kepuasan kerja, variabel employee retention dan alat analisis yang akan

digunakan yaitu menggunakan path analisis sedangkan didalam penelitian

terdahulu menggunakan regresi linear berganda sebagai variabel bebas yang

akan dilakukan didalam penelitian ini.

Persamaan variabel bebas (employee retention) didalam penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh (Purnama, Dewi Ria, 2019) dengan perbedaan

penggunaan kinerja karyawan sebagai salah satu variabel bebas yang tidak

digunakan didalam peneliitian yang akan dilakukan. Dan adanya persamaan

penggunaan variabel mediasi kepuasan kerja dan pengunaan path analysis

sebagai alat analisis didalam penelitian yang dilakukan oleh (Rasyid & Indarti,

2017) dengan perbedaan variabel konpensasi sebagai variabel bebas.

B. Landasan Teori 1. Turnover Intention

a. Pengertian Turnover Intention

Turnover intention merupakan dorongan atau keinginan suatu karyawan untuk berhenti atau berpindah dari suatu perusahaan,

sehingga keinginan ini dapat mendorong beberapa hal positif dan

negatif bagi suatu perusahaan, intensi turnover berpengaruh negatif

diakibatkan banyaknya biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan untuk melaksanakan perekrutan serta pelatihan sumber

daya manusia yang baru serta kehilangannya tenaga professional

perusahaan, segala efek negatif yang ada, turnover juga dapat

(6)

individu yang memiliki keterampilan, motivasi dan loyalitas yang

tinggi.

Dalton dan Todor (1981) dalam Irwandi (2002), keinginan karyawan

untuk berpindah disikapi dengan sebuah keadaan dimana karyawan

mulai mendapati kondisi kerjanya sudah tidak sesuai lagi dengan apa

yang diharapkan (Witasari, 2009). Intensi serta dampak positif dari

adanya retensi karyawan ini adalah munculnya individu-individu baru

yang memiliki kemampuan lebih baik serta timbulnya kesempatan

untuk individu yang memiliki keterampilan, motivasi dan loyalitas

yang tinggi.

Turnover intention dapat didefinisikan sebagai pemberhentian secara sukarela dan tidak sukarela, pemberhentian secara sukarela adalah

pemberhentian permanen yang dilakukan oleh seorang karyawan atas

dasar evaluasi mandiri yang dilakukan dengan harapan adanya

pekerjaan yang lebih baik yang mampu meningkatkan kualitas diri

karyawan dan pemberhentian secara tidak sukarela dapat diartikan

sebagai pemberhentian yang dilakukan secara permanen yang

dilakukan oleh organisasi atau perusahaan terhadap karyawan atas

pertimbangan-pertimbangan yang telah dilakukan. Perputaran tenaga

kerja secara sukarela dan tidak sukarela dari sebuah organisasi

(Robbins & Judge, 2007), intensi turnover adalah langkah kognitif

terakhir dalam urutan kognisi penarikan dan perantara antara evaluasi

yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang meninggalkan

(7)

b. Faktor – Faktor Turnover Intention

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya turnover

intention menurut Mobley (1986) dalam (Prawitasari, 2016) antara lain: 1) Kepuasan Kerja

Kepuasan merupakan variable psikologis yang paling sering

diteliti dalam suatu model intention turnover. Aspek kepuasan kerja

karyawan dari internal perusahaan, yaitu meliputi segala sesuatu

kepuasan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan seperti

pemberian motivasi berupa intensif, gaji, promosi, dan kepuasan

didalam berorganisasi dengan rekan kerja, serta pemberian beban

kerja dan stress kerja berdasarkan kemampuan karyawan.

2) Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi mengacu pada respon atau timbal balik

karyawan terhadap apa yang telah diberikan oleh perusahaan kepada

karyawan, dari faktor inilah sebagai penentu dimana karyawan akan

melakukan evaluasi mandiri untuk memutuskan apakah melakukan

turnover intention atau menetap didalam organisasi tersebut. Faktor-faktor turnover intention yang telah dikemukakan oleh

Mobley (1986) didukung oleh Rekha dan Kemalanabhan (2012)

dalam Yoga wateknya, setyabudi indartono, (2015) dengan

penambahan dua faktor yaitu :

a) Perfeived organizational justice yang berarti proses pengambilan keputusan yang tidak adil akan membentuk niat

(8)

b) Perfeceived organizational support yang berarti dukungan

organisasi atau perusahaan dalam mempertahankan karyawan

didalam organisasi, organisasi yang tidak mampu menciptakan

kenyaman bagi karyawan akan menimbulkan niat karyawan

untuk berhenti ataupun berpindah.

3) Indikator Turnover Intention

Menurut Michaels dan Spector dalam Sa’diyah & Faida, n.d

(2017). Niat berpindah diukur dengan mendapatkan 3 informasi

dimensi niat berpindah yang berlainan yaitu:

a) Niat untuk keluar (intention to quit). Mencerminkan individu

berniat untuk keluar adalah dilihat dari perilaku seseorang

selama bekerja, perilaku ini biasanya diawali dengan mulai

berubahnya kebiasan-kebiasaan karyawan seperti mulai

tingginya tingkat absensi, akibat ketidakpuasan kerja yang

mulai dirasakan yang akan memicu timbulnya dorongan untuk

keluar dari organisasi.

b) Pencarian pekerjaan (Job search). Mencerminkan individu

berkeinginan untuk mencari pekerjaan lain, karyawan yang

mulai mencari pekerjaan diluar organisasi menunjukkan

ketidakpuasan karyawan saat berada perusahaan saat ini.

c) Memikirkan keluar (Thinking of quit). Mencerminkan individu

untuk memikirkan sebelum mengambil sikap keluar, indicator

(9)

sikap atau tindakan keluar atau menetap didalam suatu

organisasi.

Dimensi-dimensi dari pengukuran turnover intention menurut

Mobley (1978) dalam (Ardiyanti, 2019) yaitu:

a) Intention to quit, keinginan untuk keluar dari organisasi

b) Intention to search, keinginan untuk mencari pekerjaan atau

tempat baru

c) Thingking of quiting, karyawan yang memiliki pikiran untuk

keluar dari organisasi akibat faktor-faktor tertentu

d) Probability of finding acceptable job, adanya kemungkinan

pekerjaan lain

2. Employee Retention

a. Pengertian Employee Retention

Mempertahankan karyawan potensial merupakan salah satu suatu

capaian dalam suatu organisasi, hal ini menjadi tolak ukur kualitas SDM

didalam suatu perusahaan. Menurut Purnama & Mayliza, n.d.(2019)

Tujuan dari retensi karyawan ialah untuk mempertahankan karyawan

mempertahankan yang dianggap berkualitas yang dimiliki perusahaan

selama mungkin, karena karyawan yang berkualitas merupakan harta

yang tidak berwujud (intangible asset) yang tak ternilai bagi perusahaan.

Employee Retention (X1), yaitu upaya perusahaan dalam

mempertahankan karyawan potensial dengan harapan mampu

tercapainya target dan tujuan dari perusahaan atas campur tangan

(10)

b. Indikator employee retention

Adapun indikator mengacu pada Yazinski (2009) dalam (Victoria,

2018) sebagai berikut :

1) Pengakuan akan prestasi kerja (X1,1), yang dianggap telah memenuhi target

individu yang ditetapkan perusahaan. Studi yang dilakukan oleh Yazinski

(2009) menunujukkan bahwa pemenuhan kebutuhan karyawan berdasarkan

pengakuan kerja yang didapatkan didalam perusahaan mampu menurunkan

retensi karyawan.

2) Pengembangan diri karyawan (X1,2), yaitu bimbingan pembelajaran yang

diberikan oleh perusahaan untuk meningkatkan kemampuan karyawan

dalam melaksanan tugas dan tanggungjawab yang diberikan.

3) Hubungan kerja (X1,3), retensi karyawan juga dapat dilihat dengan

hubungan yang dimiliki antar karyawan, semakin kuat hubungan antar kerja

maka semakin rendah tingkat intensi karyawan yang akan terjadi. Intraksi

yang dimiliki antar karyawan mampu memberikan dorongan dukungan

emosional terhadap tekanan yang diberikan oleh organisasi.

4) Pelatihan kerja (X1,4), merupakan upaya perusahaan didalam

mempertahankan karyawan potensial dengan memberikan pelatihan untuk

meningkatkan kinerja karyawan.

5) Peluang pengembangan karir (X1,5), diberikan oleh perusahaan dengan

tujuan mempererat hubungan dengan karyawan. Peluang yang diberikan

oleh perusahaan berupa peluang promosi dalam organisasi dan memberikan

kesempatan yang sama kepada semua karyawan.

(11)

1) Strategi menurut Taconline dalam (Sa’diyah & Faida, 2017) sebagai

berikut :

a) Strategi lingkungan, yaitu upaya peningkatan lingkungan kerja

yang lebih baik baik lingkungan internal maupun eksternal.

b) Strategi hubungan, yaitu strategi yang berfokus kepada hubungan

antar karyawan yang mampu berdampak kepada perusahaan.

c) Strategi dukungan, yaitu pemberian peralatan – peralatan yang

mampu pendukung karyawan dalam mempermudah dalam

melakukan pekerjaan.

d) Strategi pertumbuhan, yaitu berfokus kepada pertumbuhan

karyawan baik pertumbuhan dalam kinerja maupun hubungan

antar personal karyawan.

e) Strategi konpensasi, yaitu berupa entuk pemberian reward berupa

konpensasi bagi karyawan yang berperan lebih didalam perusahaan.

2) Macam-Macam Strategi Retensi Karyawan Menurut Terrington (2003)

sebagai berikut :

a) Konpensasi, merupakan salah satu pemicu utama dalam

peningkatan retensi karyawan didalam perusahaan.

b) Pemenuhan harapan, merupakan harapan-harapan yang dimiliki

oleh seorang karyawan saat memasuki suatu organisasi harapan

tersebut dapat berupa promosi, dan harapan ketenangan didalam

(12)

c) Induksi, adalah pemberian pembelajaran dasar kepada karyawan

baru yang bertujuan untuk membantu penyesuaian emosi dan

budaya-budaya baru didalam organsasi.

d) Praktik SDM, yaitu perhatian yang diberikan oleh organisasi

teradap kehidupan karyawan baik didalam maupun diluar

perusahaan.

e) Bidang pelatihan dan pengembangan karyawan, yang bertujuan

untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam

menyelesaikan pekerjaan

3. Komitmen Organisasi

a. Pengertian Komitmen Organisasi

Menurut Mayer dan Allen (1991) dikutip dari (Meithiana

Indrasari1, 2017) didefinisikan sebagai komitmen organisasi sebagai

sejauh mana pekerja mengidentifikasikan diri mereka dengan organisasi

dan sejauh mana keterlibatan dalam organisasi. Komitmen organisasi

didefinisikan oleh Allen & Meyer (1990) dikutip dari (Youcef et al.,

2016) sebagai keadaan psikologis yang mengikat individu ke organisasi

yaitu membuat pergantian lebih kecil kemungkinannya. Kumar dkk.

(2012) dalam (Alzubi, 2020) menyatakan bahwa komitmen karyawan

dapat meminimalkan turnover intention, dan organisasi dengan tingkat

komitmen karyawan yang tinggi akan dapat mencapai tujuannya secara

efisien dan efektif. Komitmen karyawan dapat timbul akibat

dorongan-dorongan tertentu sehingga menyebabkan karyawan memiliki keinginan

(13)

dan memberikan hasil seoptimal mungkin demi tercapainya tujuan

perusahaan.

b. Teori Komponen Organisasi

Teori tiga komponen dikembangkan oleh Mayer dan Allen (1990). Teori

ini menggambarkan komitmen sebagai persepsi multifaset dengan tiga

komponen utamanya, yang diteorikan sebagai komitmen afektif,

kontinuitas, dan normatif (Baksh, 2010). WeiBo, Kaur, dan Jun (2010)

menyatakan bahwa metode ini berasal dari penelitian Becker (1960) dan

Porter et'al (1974) sebelumnya dan dikutip dari (Setiyanto & Hidayati,

2017) mencatat bahwa komitmen efektif adalah “keinginan” dari

komitemn organisasi. Seorang karyawan yang memiliki dorongan atau

keinginan untuk berpartisipasi lebih dalam melakukan pekerjaannya demi

kepentingan perusahaan sehingga memiliki keinginan untuk terus

mengembangkan perusahaan.

Menurut Streers (2011) dalam (Prasetyaningrum, 2020) terdapat tiga

faktor yang mempengaruhi komitmen antara lain:

1) Faktor personal individu, meliputi kepuasan kerja, psychological

contract, job choice factors dan karakteristik personal. Faktor personal merupakan faktor pembentuk awal komitmen.

2) Faktor organisasi, meliputi initial works expriences, job scope,

supervisi, goal consistency organiYational. Faktor organisasi akan

(14)

3) Non-organiYational factors, meliputi available of alternatife job.

Faktor ini merupakan faktor pilihan yang akan diambil oleh karyawan

karena tidak adanya pekerjaan yang lebih baik.

Komitmen berkelanjutan yang berarti elemen “penting” yang

diartikan sebagai evaluasi yang dilakukan oleh perusahaan sejauh mana

komitmen yang telah dilakukan oleh karyawan terhadap organisasi

berdasakan pengalaman kerja yang telah didapatkan sebelumnya. Dan

komitmen normatif yaitu komitmen yang dilakukan berdasarkan

kewajiban yang muncul dari perasaan pribadi karyawan.

c. Indikator komitmen organisasi

Allen & Mayyer (A. Firdaus, 2017) dan (Adnyani, 2020)

mengemukakan ada tiga yang sama dalam mendefinisikan komitmen kerja

atau mengukur komitmen antara lain:

1) Komitmen afektif, yaitu keterikatan emosional dan keterlibatan

individu dalam organisasi dan pekerjaannya yang menyebabkan

individu atau karyawan menetap atas dasar keinginan pribadi.

2) Komitmen berkelanjutan, yaitu komitmen individu atas dasar

berbagai pertimbangan dalam menentukan apakah tetap tinggal atau

perpindah dengan segala hal yang nantinya akan dikorbankan.

3) Komitmen normatif, yaitu komitmen yang tercipta dari pola pikir

individu yang beranggapan bahwa kewajiban seorang karyawan untuk

komitmen dalam satu perusahaan dan berusaha untuk loyal.

4. Kepuasan Kerja

(15)

Kepuasan kerja merupakan langkah awal menuju komitmen

karyawan terhadap organisasi, sehingga kepuasan karyawan didalam

melaksanakan pekerjaannya dapat menjadi tolak ukur seberapa besar

kontribusi perusahaan dalam memenuhi kebutuhan psikologis, sosial dan

materi karyawan. Perasaan puas akan mengakitabkan munculkan presepsi

bawah pekerjaan yang diterima telah memenuhi kebutuhan karyawan

(Setiyanto & Hidayati, 2017). Dalam Robbins (2008) dikutip dari

(Widagdo & Roz, 2020) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sikap

umum setiap individu terhadap pekerjaannya. Menurut (Eva Gayatri, Ani

Muttaqiyathun, 2020) kepuasan kerja yaitu sikap positif individu dalam

hal yang berhubungan dengan pekerjaannya, sehingga karyawan

memberikan respon positif terhadap organisasi dalam segala hal

penyebabnya.

b. Teori Kepuasan Kerja

Teori kepuasan kerja muncul akibat dari persepsi bahwa pekerjaan

merupakan kebutuhan setiap individu dalam menjalankan kehidupannya

didalam pekerjaan (Setiyanto & Hidayati, 2017). Beberapa teori

kepuasankerja yang dikemukakan oleh para ahli dikutip dalam (Irma &

Gawi, 2016) berikut :

1) Teori Hierarki Kebutuhan (Hierarki of need)

a) Kebutuhan fisiologis, yaitu meliputi kebutuhan dasar individu.

b) Kebutuhan akan rasa aman, meliputi kebutuhan akan rasa aman

(16)

c) Kebutuhan sosial, mencakup kebutuhan akan perasaan individu

kepada individu lain.

d) Kebutuhan akan penghargaan, mencakup faktor penghormatan

internal yaitu penghormatan terhadap harga diri dan pengakuan

atas prestasi serta perhatian.

e) Kebutuhan akan aktualisasi diri, mencakup keinginan untuk

menjadi diri sendiri.

2) Study kepuasan kerja Herzberg (1987)

Study kepuasan kerja Herzberg yaitu adanya beberapa kondisi

dari suatu pekerjaan terutama penyebab ketidakpuasan pegawai, dan

beberapa kondisi membentuk tingkat motivasi dan kepuasan kerja yang

tinggi, faktor motivator yang dijelaskan oleh Herzberg diantaranya,

prestasi, penghargaan, kenaikan pangkat, pekerja itu sendiri,

pertumbuhan pribadi dan tanggungjawab.

Tabel 2.1

Tabel kepuasan Herzberg (1987) Faktor Pemeliharaan Faktor Motivator (Hygiene factor) (Motivator factor) Kebijakan perusahaan Prestasi

Supervise Penghargaan

Hubungan kerja dengan atasan,

bawahanm dan rekan kerja Kenaikan pangkat

Gaji Pekerjaan itu sendiri

Keamanan kerja Pertumbuhan pribadi Kehidupan pribadi Tanggung jawab

(17)

3) Teori X dan Y McGregor

Douglas Mc Gregor (Robbins de Judge, 1990) dalam (Irma &

Gawi, 2016) mengemukakan dua persepsi nyata mengenai manusia

yaitu Teori X, terdapat empat asumsi yang dimiliki oleh supervisor

yaitu:

a) Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan, dan sebisa

mungkin menghindarinya.

b) Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus

dipaksa, dikendalikan atau diancam dengan hukuman untuk

mencapai tujuan-tujuan.

c) Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari

perintah formal bila mungkin.

d) Sebagian karyawan menempatkan keamanan diatas semua

faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi

bertentangan dengan persepsi-persepsi negatif diatas,

Sehingga dapat disimpulkan bahwa teori X mengarah kepada

kebutuhan-kebutuhan yang lebih rendah mendominasi individu yang

tidak disukai oleh karyawan sehingga menyebabkan karyawan sebisa

mungkin beradaptasi dan mengendalikan pikiran yang bertentangan

dengan apa yang disukai. Sedangkan teori Y mengarah kepada 4

asumsi berlawanan sebagai berikut :

a) Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan,

(18)

b) Karyawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk

mencapai berbagai tujuan.

c) Karyawan bersedia belajar untuk menerima, bahkan mencari

tanggung jawab.

d) Karyawan mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang

diedarkan keseluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka

yang menduduki posisi manajemen.

Hubungan kerangka dasar yang dibuat oleh Maslow dengan

teori X dan Y adalah teori Y merupakan teori kebalikan dari teori X

yang menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan tinggi akan

mendominasi individu, seperti ketenangan dalam melakukan hal-hal

yang lebih disukai dan nyaman menurut individu yang

menimbulkan dorongan-dorongan keinginan untuk lebih dalam

melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan perusahaan

bersama-sama. Mc Gregor sendiri yakin bahwa asumsi-asumsi Teroi Y lebih

valid daripada Teori X, hal ini didasari pada partisipatif karyawan

yang diberikan yang mampu meningkatkan keinginan dan

mendukung terciptanya komitmen organisasi yang lebih tinggi.

Kepuasan kerja, menurut Robbins, (1996) menyatakan dalam

(Prasetya & Suryono, 2014) bahwa kepuasan kerja sebagai sikap

umum seseorang individu terhadap pekerjaanya, selanjutnya

dijelaskan pula bahwa seseorang dengan kepuasan kerja yang tinggi

menunjukkan sikap positif terhadap pekerjaan.

(19)

Faktor kepuasan kerja menurut Robbins & Judge (2009) dalam

(Sutama & Stiven, 2014) yaitu :

a) Kepuasan terhadap pekerjaan, dapat diartikan bahwa pekerjaan

saat ini merupakan pekerjaan yang sesuai kemampuan dan minat

karyawan.

b) Kepuasan terhadap gaji, karyawan merasa puas terhadap imbalan

yang diterima dari perusahaan

c) Kepuasan terhadap supervise dari atasan, merupakan peran

penting atasan dalam memberikan motivasi, dukungan serta

bantuan teknik terhadap kesulitan yang dialami karyawan.

d) Kepuasan terhadap rekan kerja, merupakan rasa puas akan rekan

kerja atau kolega yang mampu memberikan bantuan teknik

maupun dorongan social.

e) Kesempatan promosi, merupakan kesempatan yang dimiliki oleh

semua karyawan untuk meningkatkan posisi jabatan didalam

perusahaan yang diberikan berdasarkan konstribusi yang telah

(20)

C. Kerangka Pikir dan Hipotesis 1. Kerangka Pikir

Gambar 2.1.Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka pikir diatas terdapat dua pengaruh yang

diberikan yaitu pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung, dimana

pengaruh langsung yaitu pengaruh yang diberikan variabel employee

retention terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja dan kepuasan kerja terhadap turnover intention sedangkan pengaruh

tidak langsung yang diberikan variabel employee retention terhadap

turnover intention melalui kepuasan kerja dan komitmen organisasi terhadap turnover intention melalui kepuasan kerja, pembuatan kerangka

pikir didukung oleh hasil penelitian terdahulu yang menemukan adanya

pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung secara signifikan yang

diberikan oleh masing-masing variabel..

2. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan dugaan sementara hubungan antar dua

variabel atau lebih (Karliger, 1983) dimana pernyataan tersebut dituliskan

(21)

a. Pengaruh Employee Retention Terhadap Kepuasan Kerja

Employee retention dapat diartikan sebagai upaya perusahaan dalam mempertahankan karyawan demi mencegah terjadinya hilangnya

karyawan potensial dalam perusahaan. Kepuasan kerja karyawan

merupakan dapat mempengaruhi kualitas kerja karyawan yang

berdampak pada capaian tujuan perusahaan (Awad, 1977). Tingginya

employee retention dalam sebuah organisasi dapat berasal dari banyak faktor, termasuk dukungan kepercasaan organisasional, kepuasan kerja,

lingkungan kerja, dan model kepemimpinan organisasi dalam

perusahaan (Anitha & Begum, 2016) dalam (Wibowo et al., 2017).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Adzka &

Surya Perdhana, 2017) faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap

retensi karyawan adalah kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan oleh

(Wibawa, Diva Ditya Mersita Wandara, 2020) menemukan bahwa

kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap retensi

karyawan. Didukung oleh (Wibawa et.al, 2020) dan (Suwandana, 2019)

menemukan bahwa employee retention berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja artinya, semakin tingginya tingkat

kepuasan karyawan akan meningkatkan tingkat retensi karyawan.

sehingga hipotesis yang dapat diambil yaitu :

H1 : Employee retention berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

(22)

Komitmen organisasi merupakan sikap positif yang diberikan

karyawan terhadap organisasi, semakin tinggi komitmen organisasi

yang diberikan oleh karyawan maka loyalitas perusahaan semakin baik.

(Prasetyaningrum, 2020), mengungkapkan bahwa faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja yaitu komitmen organisasi, karakteristik

pekerjaan dan motivasi pekerja.

Komitmen organisasi semakin tinggi menandakan bahwa

kepuasan kerja karyawan telah terpenuhi didukung oleh hasil penelitian

yang dilakukan oleh (Prasetiyo et al., 2020) menyatakan bahwa

komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja,

sehingga semakin baik komitmen organisasi dapat dijadikan tolak ukur

kepuasan kerja karyawan dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawab dalam perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Januardi, 2020) dan (Prasetyaningrum, 2020) menemukan bahwa

komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja. sehingga hipotesis yang dapat diambil yaitu :

H2 : Komitmen Organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

c. Pengaruh Employee Retention Terhadap Turnover Intention

Upaya perusahaan dalam mempertahankan karyawan dapat dilihat melalui tinggi rendahnya intensi turnover dalam suatu perusahaan. Semakin baik maintenance atau upaya perusahaan dalam melakukan pemberdayaan karyawan maka akan semakin rendah tingkat intensi turnover perusahaan. employee retention merupakan salah satu penyebab terjadinya turnover intention sehingga perusahaan harus meningkatkan retensi karyawan dalam

(23)

segi internal dan eksternal perusahaan berupa peningkatan motivasi baik dalam segi intensif maupun hal yang dapat meminimalisir turnover intention.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widya Nindi

(2020) , Halimatusa Sa’diyah (2017) dan (Wulansari & Meilita, 2020) menemukan bahwa employee retention berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap turnover intention, artinya semakin tinggi retensi

karyawan maka akan semakin rendah intensi turnover dalam suatu

perusahaan, sehingga hipotesis yang dapat diambil yaitu :

H3 : Employee retention negatif dan signifikan berpengaruh tehadap turnover intention

d. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Turnover Intention

Komitmen organisasi merupakan suatu keadaan dimana

karyawan menetapkan untuk tinggal atau menetap dalam suatu

pekerjaan dalam suatu organisasi dengan berbagai pertimbangan yang

telah dilakukan. Teori yang dikembangkan oleh Mayer dan Allen (1990)

mencatat bahwa komitmen afektif (keinginan) memiliki kaitan positif

terhadap karyawan pada suatu organisasi, Weibo et.,al (2010)

menemukan bahwa komitmen berkelanjutan merupakan tahapan

evaluasi yang dilakukan karyawan terhadap feedbeck yang diberikan

oleh perusahaan dan Allen dan Mayer (1990) menemukan bahwa

komitmen normative merupakan perasaan karyawan yang mewajibkan

komitmen dalam mencapai tujuan perusaaan.

Semakin tinggi minat karyawan dalam melakukan komitmen

organisasi dalam perusahaan akan semakin menurunkan intensi

(24)

& Rivai, 2019), (Gishella et al., 2017) dan (H. L. Firdaus, 2020)

menemukan bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap turnover intention. sehingga hipotesis yang dapat

diambil yaitu :

H4 : Komitmen organisasi berpengaruh negatif dan signifikan tehadap turnover intention

e. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Turnover intention

Kepuasan kerja merupakan suatu hasil kerja karyawan dalam

melakukan pekerjaannya, karyawan merasa puas terhadap

pekerjaannya lebih menikmati apa yang telah didapat dalam perusahaan

seperti kepuasan dalam perlakuan, suasana, dan lingkungan kerja dalam

perusahaan. Beberapa penghargaan diberikan kepada setiap karyawan

yang telah memberikan konstribusi lebih terhadap perusahaan hal ini

bertujuan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan yang mana

akan menghasilkan pekerjaan dengan penuh semangat dalam

melaksanakan pekerjaan. Hanifiah (2014) menyatakan bahwa kepuasan

kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap intensi turnover

dalam perusahaan. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi

kepuasan kerja karyawan akan menurunkan intensi turnover dalam

perusahaa didukung oleh

Didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh (Putri &

Rivai, 2019), (Prabawa, M., 2017), (H. L. Firdaus, 2020), dan

(25)

negatif dan signifikan terhadap turnover intention. sehingga hipotesis

yang dapat diambil yaitu :

H5 : Kepuasan kerja berpengaruh negatif dan signifiakn terhadap turnover intention

f. Pengaruh Employee Retention Terhadap Turnover Intention Melalui

Kepuasan Kerja

Peningkatan kepuasan kerja merupakan salah satu upaya yang

dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan tingkat retensi

karyawan yang akan berdampak kepada penurunan turnover intention

(Adzka & Surza Perdhana, 2017). Didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh (Zhang & Kunci, 2016) menyatakan bahwa semakin

tinggi employee retention akan berdampak kepada kenaikan kepuasan

kerja yang menyebabkan penurunan intensi turnover.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Adzka &

Surya Perdhana, 2017) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi retensi karyawan merupakan kepuasan kerja dan

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Sumarni & 2011, n.d.)

menyatakan bahwa retensi karyawan memiliki pengaruh negative dan

signifikan terhadap intensi turnover sehingga hipotesis yang dapat

diambil yaitu :

H6 : Employee Retention terhadap kepuasan kerja berpengaruh negatif dan signifikan melalui turnover intention

g. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Turnover Intention Melalui

(26)

Komitmen organsasi yang terjadi dalam suatu perusahaan terjadi

melalui tahapan-tahapan yang cukup panjang, karyawan yang memiliki

komitmen bagi organisasi tentu memberikan hasil semaksimal mungkin

bagi perusahaan demi tercapainya kepuasan kerja karyawan secara

tidak langsung berdampak pada penurunan intensi turnover perusahaan,

didukung oleh (Setiyanto & Hidayati, 2017) dan (Narti1 et al., 2020).

menyatakan bahwa kepuasan kerja mampu menimbulkan komitmen

organsiasi yang berpengaruh terhadap intensi turnover dan berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh (Rasyid & Indarti, 2017)

menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh secara tidak

langsung melalui kepuasan kerja terhadap intensi turnover.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Eva Gasatri,

Ani Muttaqizathun, 2020) dan (Putri & Rivai, 2019) yang menyatakan

bahwa Kepuasan kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

intensi turnover artinya semakin tinggi kepuasan kerja maka intensi

turnover semakin rendah dan Komitmen organisasional berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap intensi turnover, sehingga hipotesis

yang dapat diambil yaitu:

H7 : Komitmen organisasi terhadap turnover intention berpengaruh negatif dan signifikan melalui kepuasan kerja

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1.Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Faktor ini berhubungan situasi kejiwaab individu yang terdiri dari ketentraman dan kenyamanan, sikap dalam memandang suatu pekerjaan, bakat dan keterampilan

Keputusan investasi juga merupakan suatu keputusan diambil dalam penanaman modal yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan investasi yang telah

Penelitian yang dilakukan oleh Reza Lainatul Rizky, Grisvia Agustin dan Imam Mukhlis pada tahun 2016 dengan judul “Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam

Terdapat lima tahap dari proses keputusan pembelian yang dikembangkan oleh (Kotler & Keller, 2016). 1) Pengenalan masalah : Proses keputusan pembelian diawali dengan

Berdasarkan Gambar 2.2 tersebut menunjukkan bagaimana nantinya pengaruh Country of Origin (X1) atau negara asal terhadap keputusan pembelian selain itu, mencari pengaruh

Pada variabel independen keselamatan dan kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2002:163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin

keinginan membeli secara umum didasarkan pada upaya mencocokkan motif pembelian dengan atribut atau karakteristik merek yang tengah dipertimbangkan dengan melibatkan

Variabel bebas lingkungan kerja (X2) menggunakan teori Sedarmayanti (2001) dengan indikator lingkungan kerja fisik yang meliputi semua keadaan berbentuk fisik di sekitar tempat