• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN ITS DANA ITS 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN ITS DANA ITS 2020"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN UNGGULAN ITS

(Penelitian Terapan Multi-Disiplin)

DANA ITS 2020

(TAHUN PERTAMA DARI TIGA TAHUN)

PENGEMBANGAN SEARCH AND RESCUE AUTONOMOUS BOAT

(IBOAT): UKURAN UTAMA DAN HULL FORM

Tim Peneliti :

Ketua : Dr. Eng. Yuda Apri Hermawan, S.T., M.T. (Teknik Perkapalan, FTK)

Anggota 1 : Ir. Hesty Anita Kurniawati M.Sc.

(Teknik Perkapalan, FTK)

Anggota 2 : Hasanudin, S.T., M.T

(Teknik Perkapalan, FTK)

Anggota 3 : Pratiwi Wuryaningrum S.T., M.T.

(Teknik Transportasi Laut, FTK)

DIREKTORAT RISET DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

(2)

Daftar Isi

Daftar Isi ... i

Daftar Tabel ... ii

Daftar Gambar... iii

Daftar Lampiran ... iv

BAB I RINGKASAN ... 1

BAB II HASIL PENELITIAN ... 2

2.1. Gambaran Umum ... 2

2.2. Proses Desain Lambung iBoat ... 3

2.2.1. Pola Desain Kapal ... 4

2.2.2 Operasi Search and Rescue ... 5

2.3. Hasil Desain Bentuk Lambung Iboat ... 7

2.3.1 Desain Lambung Iboat yang Dikembangkan dari Awal ... 7

2.3.2 Melakukan Analisa Desain Lambung Eksisting ... 11

2.4. Analisa Teknis Desain Bentuk Lambung Iboat ... 13

2.5. Analisa Pemilihan Bentuk Lambung... 14

BAB III STATUS LUARAN ... 15

BAB IV PERAN MITRA ... 16

BAB V KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN ... 17

BAB VI RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA ... 18

BAB VII DAFTAR PUSTAKA ... 19

BAB VIII LAMPIRAN ... 20

(3)

Daftar Tabel

Tabel 2.1. Pembagian daerah Operasi SAR Indonesia ... 5

Tabel 2.2. Pembagian daerah Operasi SAR Indonesia ... 6

Tabel 2.3. Ukuran utama desain 1 ... 8

Tabel 2.4. Ukuran utama desain 2 ... 9

Tabel 2.5. Ukuran utama desain 4 ... 10

(4)

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Kecelakaan dan penyelamatan korban di laut ... 2

Gambar 2.2. Pola desain kapal ... 4

Gambar 2.3. Daerah operasi SAR Indonesia ... 6

Gambar 2.4. System operasi SAR Indonesia ... 7

Gambar 2.5. Gambar Desain Lambung 1... 8

Gambar 2.6. Gambar Desain Lambung 2... 9

Gambar 2.7. Gambar Desain Lambung 4... 10

Gambar 2.8. Gambar Desain Lambung 2... 11

Gambar 2.9. Gambaran umum 4.7 m Dinghy hull ... 12

Gambar 2.10. Hasil permodelan Lambung iboat ... 12

Gambar 2.11. Hasil permodelan dan desain akhir lambung iboat ... 13 Gambar 2.12. Prediksi Perhitungan Hambatan Desain Lambung iBoat dengan Metode Empiris (Svitsky) 13

(5)

Daftar Lampiran

Lampiran 1. A. Proses Desain dan Analisa Bentuk Lambung... 20 Lampiran 2. B. Proses Pengukuran dan Permodelan Ulang Dinghy Hull... 20

(6)

BAB I RINGKASAN

Indonesia merupakan negara yang rawan kecelakaan yang terjadi di darat, laut dan udara. Kecelakan dapat berasal dari bencana alam, kesalahan operasional manusia dan kesalahan manajemen koordinasi. Kecelakan yang terjadi di laut merupakan kecelakaan dengan jumlah korban jiwa yang hilang terbanyak yang terjadi karena sangat sudah melakukan deteksi lokasi, melakukan pencarian dan penyelamatan karena harus berhadapan dengan gelombang dan angin yang tidak bersahabat. Dalam penelitian ini, secara umum akan dibuat dan didesain bentuk lambung kapal autonomous yang dapat digunakan untuk melakukan search and

recue korban di laut dengan menerapkan autopilot untuk mempercepat respon agar mengurangi dan

mengurangi resiko tim penolong. Secara khusus, pada penelitian ini mengkaji tentang penentuan ukuran utama kapal dan hull form. Ukuran utama berpengaruh pada kapasitas dan performance kapal baik teknis, ekonomis, regulasi dan keselamatan kapal. Bentuk lambung (hull form) menentukan karakteristik hidrostatik dan hidrodinamik dan performance suatu kapal. Hull form yang optimal akan meminimalkan effesiensi mesin dan meminimalkan motion. Dalam penelitian ini difokuskan pada desain dan analisa teknis bentuk lambung (hull form) kapal yang akan digunakan sebagai autonomous search and rescue boat yang selanjutnya disebut intelligence boat (iBoat). Metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pemeriksaan dan analisa teknis beberapa variasi hull form berdasarkan kriteria dan karakteristik teknis desain bentuk lambung kapal. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah satu tipe hull form yang paling optimal baik dari segi teknis maupun operasi yang akan digunakan untuk kapal iBoat.

(7)

Ringkasan penelitian berisi latar belakang penelitian,tujuan dan tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, kata kunci

BAB II HASIL PENELITIAN

2.1. Gambaran Umum

Kecelakaan kapal dari beberapa dekade ini terus naik, ini tentu mengkawatirkan masyarakat dan perlu penanganan khusus untuk membenahinya, kecelakaan ini menimbulkan kerugian ekonomi bahkan korban jiwa [1]. Pemetaan lokasi kecelakaan sangat diperlukan yang dapat digunakan sebagai peringatan dini bagi kapal saat melintasi suatu daerah [2]. Berdasarkan laporan hasil investigasi KNKT pada kurun waktu tahun 2007 sampai dengan tahun 2014 pada wilayah perairan di Indonesia, terjadi kecelakaan kapal dengan berbagai jenis kejadian seperti tenggelam, terguling, kandas dan tubrukan. Dari hasil investigasi KNKT, didapatkan kesimpulan terkait dengan faktor penyebab serta faktor yang berkontribusi, diantaranya kelalaian manusia (human error), teknis dan cuaca [3]. Contoh kecelakaan kapal dan proses penyelamatan korban di laut ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kecelakaan dan penyelamatan korban di laut

Search and Rescue (SAR) adalah kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa

manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah-musibah seperti pelayaran, penerbangan, dan bencana. Istilah SAR telah digunakan secara internasional tak heran jika sudah sangat mendunia sehingga menjadi tidak asing bagi orang di belahan dunia manapun tidak terkecuali di Indonesia. Operasi SAR dilaksanakan tidak hanya pada daerah dengan medan berat seperti di laut, hutan, gurun pasir, tetapi juga dilaksanakan di daerah perkotaan. Operasi SAR seharusnya dilakuan oleh personal yang memiliki ketrampilan dan teknik untuk tidak

(8)

membahayakan tim penolongnya sendiri maupun korbannya. Operasi SAR dilaksanakan terhadap musibah penerbangan seperti pesawat jatuh, mendarat darurat dan lain-lain, sementara pada musibah pelayaran bila terjadi kapal tenggelam, terbakar, tabrakan, kandas dan lain-lain [4]. Untuk kegiatan tersebut SAR sangat memerlukan kapal yang dapat digunakan untuk mencari dan menolong korban. Kapal yang digunakan harus tangguh mampu menghadapi berbagai cuaca ekstrim seperti angin yang kencang, gelombang yang tinggi dan kondisi gelap gulita.

Kemanjuan teknologi dibidang informasi dan digital yang begitu cepat memungkinkan melakukan penyelamatan SAR secara terpadu, sehingga mengurangi resiko korban jiwa dan tim penyelamat yang bekerja [5]. Pengabungan ini memungkinkan pembuatan kapal SAR menggunakan konsep autonomous vessel. Penggunaan kapal autonomous memungkinkan kapal di control dari jarak jauh sehingga menggurangi resiko tim penolong yang bekerja, kapal dapat beroperasi dengan cepat tanpa persiapan yang lama, selain itu memungkinkan kapal untuk melakukan respon secara otomatis terhadap lingkungan sekitar berupa angin dan gelombang lebih sehingga lebih tahan tinggi tingkat survivalnya [6].

Semakin tidak bersahabatnya iklim, semakin banyaknya aktifitas manusia melalui laut dan wilayah Indonesia yang sebagian besar berupa lautan memerlukan kapal SAR yang Tangguh yang dapat dioprerasikan diberbagai medan untuk mengurangi korban jiwa dilaut dan meminimalkan resiko tim penolong. Secara umum pada penelitian diusulkan desain dan pembangunan Search and Rescue Autonomous Boat (iBoat) yang merupakan gabungan berbagai ilmu Naval Architecture Engineering, Marine Engineering, Robotic Engineering and Control Engineering. Khusus pada penelitian ini merupakan pengabungan sub-sub penelitian yang lain yang digabung menjadi satu kesatuan.

2.2. Proses Desain Lambung iBoat

Kapal merupakan sarana transportasi air yang dapat mengangkut barang, kendaraan dan barang didalam ruang muatnya. Dibandingkan dengan transportasi lain sarana ini mempunyai keunggulan mampu mengangkut dalam jumlah yang berat dan banyak. Sarana ini juga sangat diperlukan di negara-negara kepulauan seperti Indonesia. Sarana ini sudah dikenal oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala sehingga dikenal sebagai bangsa maritime terbesar di Asia Tenggara. Kejayaan ini perlu dibangkitkan kembali dengan penguasaan dan pengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. iBOAT merupakan teknologi pengabungan beberapa disiplin ilmu pengetahuan menjadi masa depan kapal-kapal sekarang. Adapung secara teori iBOAT dapat dijabarkan sebagai berikut:

(9)

2.2.1. Pola Desain Kapal

Desain merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pembangunan suatu kapal, desain akan menentukan kualitas dan performance dari suatu kapal. Banyak pola dalam mendesain produk, akan tetapi khusus untuk pola desain kapal menggunakan pola spiral ship design yaitu seperti pada Gambar 2.2 sebagai berikut [7].

Gambar 2.2. Pola desain kapal

Gambar diatas menunjukan pola desain kapal yang semula lurus selnjutnya diteruskan dalam bentuk spiral yang penjelasanya sebagai berikut: [8]

 Mission: ini merupakan langkah awal dalam mendesain kapal, pada langkah ini ditentukan permintaan pemilik kapal dengan melakukan studi kelayakan kapal yang akan didesain. Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data kegunaan kapal, kapasitas ruang muat, area operasi kapal dan performance kapal yang diinginkan.

 Function: hasil studi kelayakan akan menghasilkan system-sitem apa saja yang perlu disediakan oleh kapal, banyaknya DWT yang akan diangkut dikapal dan perkiraan daya mesin yang akan digunakan dikapal.

 Form: selanjunya dipilih geometri ukuran utama kapal yang meliputi Panjang, lebar, tinggi, sarat diikuti dengan penentuan rasio ukuran utama dan koefesient-koefesien geometri kapal. Kesesuaian kapasitas ruang muat dengan muatan yang diangkut dikapal juga dipertimbangkan sehingga kapal tidak kelebihan atau kekurangan kapasitas yang diangkutnya.

 Performance: dalam tahp ini didesain bentuk struktur lambung kapal yang sesuai dengan bentuk lambung, didesain peralatan dan perlengkapan apa saja yang akan dipakai dikapal, selain itu juga dilakukan desain permesinan sebagai penggerak utama kapal. Desain performance ketahanan kapal terhadap gelombang dan lingkungan luar juga dihitung dengan menggunakan seakeeping.

(10)

 Economic: selain pertimbangan teknis harus dipenuhi selanjutnya dilakukan Analisa / perhitungan ekonomis antara lain: biaya pembangunan kapal, operasional kapal, charter dan keuntungan. Biaya pembangunan kapal meliputi: biaya baja, biaya permesinan, biaya perlatan, biaya kelisterikan dan biaya perlengkapan. Biaya operasional meliputi: biaya bahan bakar, biaya air tawar, biaya makanan, gaji crew dan biaya lain yang harus dibayarkan saat kapal berlayar.

Pola spiral desain diatas juga ada beberapa literatur yang agak berbeda dimana tidak terdapat bagian yang lurus tetap hanya berbentuk spiral murni, dimana dalam spiral terbagi menjadi bagian-bagian utama yaitu: Concept Design, Preliminary Design, Contract Design dan Detail Design. Pada tahap concept design dilakukan studi: mission, function, form, performance dan economic selnjutnya akan diulang pada tahap Preliminary Design, Contract Design dan Detail Design. Concept design merupakan studi kelayakan tentang kapal yang akan dibangun. Preliminary design merupakan desain awal pendetailan dari concept design. Contract design merupakan contract design antara pemilik dan galangan kapal yang akan membangun kapal tersebut. Dan detail design merupakan gambar detail sekala sebenarnya atau disebut gambar produksi [9] [10].

2.2.2 Operasi Search and Rescue

Indonesis sebagai negara yang rawan bencana alam agar penanganannya maksimal dibagi menjadi dibagi menjadi 2 daerah operasi type: A disebelah barat dan B disebelah timur seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. Daerah operasi type A terdiri dari 16 daerah, dan type C terdiri 12 secara total terdapat 38 daerah operasi yang dapat dilihat pada table dibawah ini [11].

Tabel 2.1. Pembagian daerah Operasi SAR Indonesia

Daerah tersebut diplot dalam peta Indonesia dapat dilihat pada peta dibawah ini. Semua daerah di Indonesia telah terpetakan Kawasan darat dipulau dan di laut. Legenda peta tanda bintang menunjukan potensi bencana yang terjadi dan tanda lingkaran orange menunjukan pos SAR yang bertanggungjawab. Terdapat 77 pos SAR yang tersebar disluruh Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

(11)

Gambar 2.3. Daerah operasi SAR Indonesia

Dari data yang didapatkan dari BASARNAS didapatkan data kecelakaan darat, laut dan udara pada tahun 2018. Dari data terdapat lima macam jenis kecelakaan antara lain: pesawat udara, kapal, bencana, kondisi membahayakan dan kecelakan khusus. Dari hasil investigasi terdapat 2.146 kejadian kecelakaan kapal, kecelakaan kapal merupakan sumber kecelakaan kedua tersbesar dibandingkan sumber lain. Dari hasil investigasi banyaknya korban hilang dialami oleh kecelakaan kapal, karena untuk melakukan pencarian dan penyelamatan harus berhadapan dengan angin dan gelombang yang tidak bersahabat. Untuk itu kapal autonomous sangat diperlukan untuk melakukan SAR dilaut.

Tabel 2.2. Pembagian daerah Operasi SAR Indonesia

Kejadian kecelakaan terjadi secara mendadak tidak menunggu korban atau tim penolong siap. Setiap saat diperlukan kesiap siagaan supaya korban jiwa dapat ditekan seminimal mungkin. Teknologi informasi untuk melaporkan kecelakaan secepat mungkin diikuti dengan respon pencarian dan penyelamatan yang tepat dan cepat juga akan menurunkan resiko korban jiwa. Ketika terjadi kecelakaan pesawat akan dilaporkan oleh ELT melalui satelit menuju basarnas, sedangkan

(12)

kecelakaan kapal laut melalui EPIRB. Teknologi informasi ini sangat berguna untuk menentukan lokasi kecelakaan ketika tidak terdapat terdapat saksi mata. Teknologi informasi yang sekarang ini ada perlu dikembangkan keakurasian karena seringkali kecelakaan di laut tidak ditemukan. Gambaran system operasi SAR Indonesia ditunjukkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. System operasi SAR Indonesia

Selain dilaporkan melaui teknologi satelit, kecelakaan juga sering dilaporkan secara langsung dengan melihat langsung. Selanjutnya BASARNAS akan berkoordinasi dengan TNI. Polisi, dan Instansi atau swada masyarakat.

2.3. Hasil Desain Bentuk Lambung Iboat

Desain bentuk lambung iboat didasarkan pada proses studi yang dilakukan dari Subbab 2.1 dengan pertimbangan ukuran utama, fungsi, misi, dan karakteristik bentuk lambung. Dari studi yang telah dilakukan desain dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut:

1. Mendesain lambung yang dikembangkan dari awal

2. Melakukan analisa desain lambung dari existing tipe boat yang memungkinkan digunakan untuk iboat

2.3.1 Desain Lambung Iboat yang Dikembangkan dari Awal

Hasil analisa ini menghasilkan beberapa jenis lambung diantaranya adalah sebagai berikut: a. Desain baru khusus autonomous boat dengan single chine (Ori-1_Single Chine) b. Desain lambung berdasarkan bentuk umum lambung speed boat (Speed Boat Type) c. Desain lambung dengan dua chine (Ori-2_Single Chine)

(13)

1) Desain baru khusus autonomous boat

Desain ini dibuat berdasarkan pengembangan bentuk lambung untuk autonomous boat. Ukuran utama ditentukan dengan proses optimasi sederhana dengan menggunakan referensi data kapal yang dapat merepresentasikan ukuran utama iboat. Desain ini dapat disajikan pada Gambar 2.5 berikut,

Gambar 2.5. Gambar Desain Lambung 1

Ukuran utama lambung ini adalah ditunjukkan pada table 2.3 berikut, Tabel 2.3. Ukuran utama desain 1

2) Desain lambung berdasarkan bentuk umum lambung speed boat

Desain lambung ini didesain mengacu pada desain bentuk lambung umum yang pada umumnya digunakan sebagai bentuk lambung speed boat. Desain tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.7 berikut,

(14)

Gambar 2.6. Gambar Desain Lambung 2

Ukuran utama lambung ini adalah ditunjukkan pada tabel 2.4 berikut,

Tabel 2.4. Ukuran utama desain 2

3) Desain lambung dengan dua chine

Desain lambung ini didesain mengacu pada desain bentuk lambung dengan dua chine. Desain tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.7 berikut,

(15)

Gambar 2.7. Gambar Desain Lambung 4

Ukuran utama lambung ini adalah ditunjukkan pada tabel 2.5 berikut,

Tabel 2.5. Ukuran utama desain 4

4) Desain lambung berdasarkan rafnar hull

Desain lambung ini didesain mengacu pada desain rafnar hull. Rafnar hull merupakan salah satu tipe lambung yang anti-tenggelam. Desain tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.6 berikut,

Parameter Notation Value Unit

Length Overall LOA 3.80 m

Length of Perpendicular LPP 3.60 m

Moulded Breadth B 1.50 m

Draught T 0.30 m

Depth H 0.70 m

Max. Speed Vmax 20 kn

Crew - 1-2 person Payload -- On board - 4 person Power - 1 x 45 HP Principle Dimension Main Engine

(16)

Gambar 2.8. Gambar Desain Lambung 2

Ukuran utama lambung ini adalah ditunjukkan pada tabel 2.6 berikut, Tabel 2.6. Ukuran utama desain 2

2.3.2 Melakukan Analisa Desain Lambung Eksisting

Proses desain yang kedua adalah analisa desain berdasarkan eksisting hull. Hull yang digunakan adalah 4.7 m Dinghy boat berbahan aluminium. Gambaran mengenai hull tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.9. Hull tersebut disediakan oleh mitra kerja sama.

(17)

Gambar 2.9. Gambaran umum 4.7 m Dinghy hull

Dalam proses ini, dilakukan tahapan redesign dan reanalysis untuk memeriksa performance dari lambung tersebut. Redesign dilakukan dengan pengukuran lambung dan memodelkan ulang. Hasil dari permodelan ulang adalah dtunjukkan pada Gambar 2.10 sebagai berikut.

Gambar 2.10. Hasil permodelan Lambung iboat

(18)

Gambar 2.11. Hasil permodelan dan desain akhir lambung iboat

Beberapa desain lambung di atas akan dianalisa lebih lanjut untuk penentuan desain lambung yang direkomendasikan untuk lambung iboat.

2.4. Analisa Teknis Desain Bentuk Lambung Iboat

Analisa teknis yang dilakukan untuk memeriksa beberapa desain bentuk lambung iBoat salah satunya dilakukan dengan pemeriksaan estimasi hambatan kapal. Pemeriksaan hambatan kapal dilakukan pada 5 tipe desain lambung yang terdiri dari 4 desain lambung yang dikembangkan dari awal dan 1 desain lambung dari yang sudah ada. Prediksi perhitungan hambatan dilakukan dengan metode empiris menggunakan rumusan yang dikembangkan oleh Savitsky yang merupakan salah satu metode perhitungan hambatan untuk kapal cepat/planning hull. Hasil dari perhitungan hambatan tersebut dapat dilihat dari pada grafik yang ditunjukkan pada Gambar berikut.

(19)

Dari hasil perhitungan hambatan di atas, diketahui bahwa tipe rafnar hull memiliki hambatan yang lebih kecil dibandingkan tipe bentuk lambung lainnya disusul oleh tipe lambung dengan dua chine dan tipe lambung single chine. Adapun tipe speed boat memiliki hambatan yang paling besar di antara lambung lainnya. Hasil perhitungan hambatan ini pada dasarnya dapat dijadikan acuan dalam menentukan tipe bentuk lambung optimal, akan tetapi harus dilihat juga dari aspek lainnya di antaranya stabilitas, seakeeping dan operasional kapal.

2.5. Analisa Pemilihan Bentuk Lambung

Jika ditinjai dari hasil perhitungan hambatan, tipe lambung rafnar hull dan double chine memiliki hambatan yang lebih kecil disbanding tipe yang lainnya. Akan tetapi, ditinjau dari sisi stabilitas dan proses pembuatan lambung, kedua tipe ini relatif lebih sulit dibanding tipe yang lain. Sementara itu, untuk tipe speed boat, hambatan yang dihasilkan jauh lebih besar disbanding tipe yang lainnya. Dengan demikian, untuk desain yang dikembangkan di awal, desain lambung tipe ori-1_single

chine dapat dianggap sebagai tipe lambung yang paling optimal, sementara itu untuk lambung tipe Dinghy secara teknis juga memiliki kriteria teknis yang baik untuk digunakan sebagai autonomous search and rescue boat.

(20)

BAB III STATUS LUARAN

Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapka progress target luaran pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Status Luaran

No. Deskripsi Luaran Progress Status

1

Publikasi 1 (satu) makalah/paper pada jurnal internasional terindeks Scopus atau Thompson

Reuters. Publikasi pada SENTA 2020

Dalam proses

submission on progress

2 Produk unggulan ITS yang dipatenkan

Dalam proses untuk

dipatenkan

(21)

BAB IV PERAN MITRA

Adapun beberapa Kerjasama yang telah dilakukan oleh mitra sebagai berikut:

 Kerjasama fabrikasi oleh galangan PT. Galangan Kapal Madura (Gapura) dan PT. BTS di Madura dalam bentuk penyediaan lambung dinghy sebagai referensi desain

 Kerjasama sea trial lambung kapal oleh PT. Galangan Kapal Madura (Gapura) dan PT. BTS di Madura

 Kerjasama launching iBoat oleh oleh PT. Galangan Kapal Madura (Gapura) dan PT. BTS di Madura

 Kerjasama diberikan oleh JOTUN sebagai pihak penyedia untuk melakukan coating pada kapal autonomous rescue boat

(22)

BAB V KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN

Beberapa kendala dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Pengembangan bentuk lambung yang hanya khusus autonomous rescue boat masih dirasa kurang sehingga minim referensi desain

 Desain untuk general arrangement boat sangat tergantung pada peralatan yang akan diinstall pada autonomous boat. Pada proses ini, peralatan yang akan diinstall masih dalam studi sehingga proses iterasi desain tetap harus dilakukan

(23)

BAB VI RENCANA TAHAPAN SELANJUTNYA

Penelitian dan analisa teknis bentuk lambung iboat ini perlu dilakukan lebih lanjut di antaranya analisa teknis hal-hal sebagai berikut:

Perhitungan stabilitas semua opsi desain lambung

Analisa seakeeping semua desain lambung

Analisa self righting semua desain lambung

Analisa manuver semua desain lambung

(24)

BAB VII DAFTAR PUSTAKA

[1] E. Eliopoulou, A. Papanikolaou, and M. Voulgarellis, “Statistical analysis of ship accidents

and review of safety level,” Saf. Sci., vol. 85, pp. 282–292, 2016.

[2] A. Toffoli, J. M. Lefevre, E. Bitner-Gregersen, and J. Monbaliu, “Towards the identification of warning criteria: analysis of a ship accident database,” Appl. Ocean Res., vol. 27, no. 6, pp. 281–291, 2005.

[3] S. Hasugian, A. I. S. Wahyuni, M. Rahmawati, and A. Arleiny, “Pemetaan Karakteristik Kecelakaan Kapal di Perairan Indonesia Berdasarkan Investigasi KNKT,” War. Penelit.

Perhub., vol. 29, no. 2, pp. 229–240, 2018.

[4] “Pencarian dan penyelamatan,” Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 14-Jun-2019.

[5] M. Kurowski, H. Korte, and B. P. Lampe, “Search-and-rescue-operation with an autonomously acting rescue boat,” in International conference on autonomous and intelligent systems, 2012, pp. 141–148.

[6] M. Haase, R. Bronsart, N. Kornev, and D. Nikolakis, “Simulation of the dynamics of an autonomously acting small catamaran for search and rescue process,” in 8th IFAC Conference

on Control Applications for Marine Systems, Rostock, Germany, 2010, pp. 207–212.

[7] A. Papanikolaou, Ship design: methodologies of preliminary design. Springer, 2014.

[8] H. M. Gaspar, A. M. Ross, D. H. Rhodes, and S. O. Erikstad, “Handling complexity aspects in conceptual ship design,” in International Maritime Design Conference, Glasgow, UK, 2012. [9] T. Lamb, “Ship design and construction,” Ed. Thomas Lamb Publ. SNAME ISBN

0-939773-40-6, 2003.

[10] R. Taggart, Ship design and construction. Society of Naval Architects & Marine Engineers, 1980.

(25)

BAB VIII LAMPIRAN

(26)

B. PROSES PENGUKURAN DAN PERMODELAN ULANG DINGHY HULL

(27)

LAMPIRAN 1 Tabel Daftar Luaran

Program : Penelitian Unggulan ITS

Nama Ketua Tim : Dr. Eng. Yuda Apri Hermawan, S.T., M.T.

Judul : Pengembangan Search and Rescue Autonomous Boat (iBoat): Ukuran Utama dan Hull Form

1.Artikel Jurnal

No Judul Artikel Nama Jurnal Status Kemajuan*)

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, published

2. Artikel Konferensi

No Judul Artikel Nama Konferensi (Nama Penyelenggara, Tempat,

Tanggal)

Status Kemajuan*)

1 Hull design process for autonomous rescue boat

SENTA 2020 proses

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, presented

3. Paten

No Judul Usulan Paten Status Kemajuan 1 Desain lambung autonomous rescue boat proses

*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review

4. Buku

No Judul Buku (Rencana) Penerbit Status Kemajuan*)

*) Status kemajuan: Persiapan, under review, published

5. Hasil Lain

No Nama Output Detail Output Status Kemajuan*)

*) Status kemajuan: cantumkan status kemajuan sesuai kondisi saat ini

6. Disertasi/Tesis/Tugas Akhir/PKM yang dihasilkan

No Nama Mahasiswa NRP Judul Status*)

Referensi

Dokumen terkait

1) Ukuran utama kapal Puskesmas Keliling trimaran dapat ditentukan dengan metode optimasi ukuran utama dari masing-masing lambung dimana pada proses tersebut dilakukan

Real Time Terintegrasi, lebih khusus lagi, invensi ini berhubungan dengan penyusunan sistem monitoring genangan banjir yang meliputi rancang bangun alat pembaca

Konsep awal dari penelitian platform mobil autonomus ITS adalah mengacu pada mobil Yamaha Golf dan akan dikaji lebih lanjut terkait dengan kenyamanan suspensi dan

Kontur anomali regional hasil kontinuasi digunakan untuk pemodelan bawah permukaan yang mencakupi zona dalam, sedangkan anomali residual yang diperoleh digunakan

Pada perancangan mobil listrik dibagi 3 konsep perancangan yaitu perancangan rear part pada sistem suspensi belakang dan sistem penggerak, perancangan front part

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memperkuat data base dalam mempresentasikan pengaruh interferensi komponen hambatan pada lambung kapal katamaran dan

Gambar 2.2 Spektrum FTIR CaTiO 3 disintesis dengan rasio molar CaCO 3 /TiO 2 yang berbeda.. Gambar 2.3 Pola difrasi sinar-X CaTiO 3 disintesis dengan beberapa rasio molar CaCO 3

Dengan memperhatikan vektor arah yang dibentuk pada Gambar II.16 dapat diketahui bahwa pada saat surut perbani sedimen bergerak keluar dari sungai ke pesisir perairan Teluk