• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KAJIAN FISKAL REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN KEUANGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KAJIAN FISKAL REGIONAL

Tahun 2019

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya maka Kajian Fiskal Regional Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2019 dapat disusun dan diselesaikan dengan baik. Kajian Fiskal Regional merupakan analisis fiskal dan dampak yang dihasilkan dari kebijakan fiskal terhadap perekonomian regional serta analisis atas ekonomi regional dan pengaruhnya terhadap efektivitas fiskal pemerintah regional.

Kajian Fiskal Regional berperan dalam mendukung pencapaian fungsi APBN terkait alokasi, distribusi, dan stabilisasi seperti menyediakan informasi untuk penyusunan kerangka ekonomi makro yang menjadi dasar penyusunan kebijakan

fiskal/penyusuna n APBN/APBD. Kajian Fiskal Regional disajikan sebagai alat analisis dan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kebijakan fiskal pemerintah telah sesuai dengan tujuan makro ekonomi yang telah ditetapkan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk perbaikan penyusunan Kajian Fiskal Regional periode mendatang. Dengan kerendahan hati, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian Kajian Fiskal Regional Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2019.

Harapan kami, semoga Kajian Fiskal Regional Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2019 dapat memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan maupun Pemerintah Daerah dalam menjalankan kebijakan perekonomian di Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk menunjang perekonomian nasional.

Kupang, 28 Februari 2020

Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Nusa Tenggara Timur,

(3)
(4)

46

64

72

91

108

(5)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Tahun 2019, laju pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Timur berada di level 5,20 persen, naik 0,07 basis poin dari tahun sebelumnya dan lebih tinggi 0,18 poin dari pertumbuhan nasional yang mencapai 5,02 persen. Sektor industri pengolahan, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib penyumbang pertumbuhan tertinggi, disusul sektor perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor. Hadirnya sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebagai sektor yang menjadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi NTT tertinggi Tahun 2019 menunjukkan bahwa kebijakan fiskal pemerintah dalam hal ini belanja pemerintah baik APBN maupun APBD mampu berkontribusi dan memberikan dampak bagai perekonomian Nusa Tenggara Timur.

Pada tahun 2019 IPM NTT tercatat mencapai 65,23 (sedang) tertinggal dari NTB (68,14), Bali (75,38) dan IPM nasional (71,92). Meskipun IPM NTT selalu menjadi yang terendah jika dibandingkan dengan provinsi dalam koridor Bali Nusra lainnya, namun selama sepuluh tahun terakhir, IPM NTT meningkat secara gradual sejalan dengan pencapaian nasional. Kondisi ini menunjukkan adanya perbaikan kualitas sumber daya manusia Nusa Tenggara Timur.

Kemiskinan yang masih menjadi momok bagi Provinsi Nusa Tenggara Timur, secara gradual sejak tahun 2015 berhasil diturunkan setiap tahunnya rata-rata sebesar 0,39 persen per tahun. Pada posisi September 2019, jumlah penduduk miskin di NTT mencapai 1,12 juta penduduk atau turun sebanyak 16.860 jiwa dibandingkan tahun sebelumnya. Naiknya IPM dan turunnya tingkat kemiskinan menunjukan semakin baiknya kinerja pemerintah dalam memerangi kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

PDRB NTT pada tahun 2019 menunjukan angka yang menggembirakan, sumbangan PDRB pengeluaran diberikan oleh komponen konsumsi rumah tangga sebesar Rp 53,25 triliun atau mencapai 71,93 persen dari total PDRB NTT. Kontribusi terbesar kedua berada pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar Rp 32,96 triliun atau sebesar 46,6 persen. Selain konsumsi Rumah Tangga, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah juga masih memberikan kontribusi besar mencapai Rp 18,8 triliun.

(6)

Dari sis PDRB penawaran Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2019 masih didominasi lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dengan nilai Rp 18,52 triliun (ADHK) tumbuh 3,75 persen daripada tahun sebelumnya yang mencapai Rp 17,88 triliun. Dibanding tahun sebelumnya PDRB penawaran tahun 2019 mengalami kenaikan yang signifikan, namun karena hanya memiliki share yang relatif kecil ke total PDRB maka kenaikan pertumbuhan ini belum dapat berdampak secara signifikan terhadap total pertumbuhan PDRB.

Ketimpangan di Nusa Tenggara Timur masuk dalam kategori “sedang” dengan nilai koefisien Gini mencapai 0,355 pada September 2019, turun tipis 0,04 poin dari periode yang sama tahun lalu. Hal ini juga menunjukan bahwa rakyat NTT semakin tahun semakin menurun ketimpangannya, yang berarti selisih pendapatan antara diantara kelompok masyarakat semakin merata.

Belanja pemerintah pusat yang dialokasikan untuk Provinsi Nusa Tenggara Timur dari tahun ke tahun terus meningkat, yang memberikan dampak bagi tumbuhnya perekonomian rakyat NTT terus bertumbuh semakin baik. Demikian juga dengan belanja transfer ke daerah dan dana desa, semakin naik secara signifikan. Hal ini sebagai bukti program pemerintah membangun Indonesia dari pinggiran, dari desa untuk Indonesia.

Alokasi Dana Desa untuk 3.026 desa di Nusa Tenggara Timur tahun 2019 mencapai Rp3,02 triliun, naik 18,5 % dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan alokasi tersebut merupakan proporsi tambahan dari naiknya alokasi Dana Desa dalam APBN 2019 secara nasional yang tercatat sebesar Rp 70 triliun atau naik sebesar Rp 10 triliun dari tahun 2018. Demikian juga dengan serapannya, selama kurun waktu dua tahun terakhir, serapan Dana Desa hampir mendekati seratus persen. Selisih ketidakserapan tersebut disebabkan masih adanya sisa dana di RKUD, sehingga mengurangi besaran penyaluran dana dari RKUN ke RKUD pada tahun berjalan.

Saai ini, hanya terdapak 2 jenis kredit program pemerintah yang difokuskan dalam membangun UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu KUR dan UMi. Total jumlah debitur KUR di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 50.326 orang dengan total akad Rp1,52 Triliun dimana penyaluran terbesar terjadi pada sektor perdagangan besar dan eceran (59%). Sejalan dengan ini, penyaluran pembiayaan UMi tahun 2019 juga mengalami kenaikan jumlah debitur mencapai 24 persen dibandingkan tahun

(7)

sebelumnya. Tercatat jumlah debitur UMi di NTT mencapai 8.655 orang dengan total penyaluran UMi sebesar Rp 54,5 milyar.

Pelaksanaan APBD di Nusa Tenggara Timur secara umum juga menunjukkan peningkatkan pada realisasi pendapatan dan belanja. Pendapatan daerah tahun 2019 terealisasi sebesar Rp 28,378 triliun naik sebesar 13,27 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, realisasi belanja APBN terealisasi sebesar Rp 30,11 triliun naik 21,7 persen dibandingkan tahun lalu.

Terdapat 4 kegiatan prioritas nasional yang menjadi manuver pemerintah dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang memilki daya saing yakni 1) Penguatan Kelembagaan Satuan Pendidikan, 2) Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Akademik, 3) Penyediaan Afirmasi Pendidikan, 4) Penyediaan Pendidik yang Berkualitas dan Merata. Secara rerata serapan keempat kegiatan PN tersebut menunjukan capaian yang baik, tentunya dapat memberi dampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia NTT.

Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan masih menjadi salah satu sektor unggulan bersama dengan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan Jamsos Wajib, dan sektor jasa pendidikan. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB NTT yakni sebesar Rp 18,52 triliun (ADHK). Dengan kontribusinya yang mencapai 27% terhadap PDRB, sektor ini mampu menyerap 54 persen dari total penduduk yang bekerja di NTT. Selain sektor unggulan juga terdapat sektor ekonomi yang potensial, diantaranya (1) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, (2) Pengadaan Listrik dan Gas, (3) Jasa Keuangan dan Asuransi, (4) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi, (5) Industri Pengolahan, (6) Real Estate, dan (7) Pertambangan dan Penggalian.

Satu isu besar yang saat ini sedang hangat di Provinsi NTT adalah pembangunan infrastruktur yang menunjang Pariwisata Super Prioritas Labuan Bajo. Pagu total dari proyek tersebut sebesar Rp26,34 Milyar, dan telah terealisasi sebesar Rp25,87 Milyar atau sebesar 98,2%. Selain pembangunan infrastruktur tahun 2020 program pemerintah di Provinsi NTT masih berfokus pada penurunan angka stunting. Juga penyelesaian dan pembangunan beberapa bendungan.

Pemerintah berhasil menurunkan angka prevalensi stunting hingga mencapai 30,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 42,6 persen. Total pagu yang teralokasi untuk penanganan stunting di Nusa Tenggara Timur tahun 2019 adalah

(8)

sebesar Rp.1,2 triliun dari belanja K/L dalam APBN, Rp Rp 7,2 miliar dari APBD, Rp. 244,67 miliar DAK Fisik, Rp. 1,295 triliun dari Dana Desa. Besarnya alokasi anggaran untuk penanganan kasus stunting di Provinsi NTT menunjukan upaya serius pemerintah untuk menurunkan dan menihilkan kasus stunting.

(9)

Realisasi APBN

3,34 T

(Pendapatan)

34,05 T

(Belanja +TKDD) Realisasi APBD

28,37 T

(Pendapatan)

30,11 T

(Belanja)

(10)

Tema Rencana Kerja Pemerintah Daerah 2019 adalah “Pemerataan

Pembangunan untuk Pertumbuhan Yang Berkualitas” dengan target

indikator Pertumbuhan Ekonomi mencapai 5,45% dan Tingkat Kemiskinan

hanya19%. Nusa Tenggara Timur masih memiliki beberapa tantangan di

bidang infrastruktur pendukung konektivitas, pendidikan, kesehatan,

ketahanan pangan, dan juga air bersih.

Selain itu, pemerintah juga berfokus dalam pengembangan pariwisata untuk

(11)

1

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I SASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH

1.1. PENDAHULUAN

Tujuan penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di daerah adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Oleh sebab itu, untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur pendanaan yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian anggaran belanja baik pada APBN maupun APBD. Sesuai dengan Undang-Undang Keuangan Nomor 17 Tahun 2003, pemegang kekuasaan tertinggi pengelolaan keuangan negara adalah Presiden, sedangkan di daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota, oleh karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah, maka diperlukan sinergi dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Selanjutnya, kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan daerah dalam memastikan efektifitasnya. Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat alokasi, distribusi, dan stabilisasi, maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu meningkatkan perbaikan dan kualitas indikator-indikator ekonomi makro dan kesejahteraan di daerah. Oleh karena itu, kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan.

Tidak terlepas dari hal tersebut, maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi, sosial-kependudukan, serta tantangan wilayahnya, sehingga intervensi kebijakan fiskal melalui program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang dihadapi.

Pasar Inpres Kota Kupang, Melihat Kekayaan di Desa-desa Pulau Timor dan Sekitarnya

Pasar Inpres Kota Kupang, Melihat Kekayaan di Desa-desa Pulau Timor dan Sekitarnya

(12)

2

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

1.2. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

1.2.1. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPJMD Provinsi NTT pada tahun 2019 menggunakan RPJMD 2018-2023 yang memiliki visi “NTT Bangkit Mewujudkan Masyarakat Sejahtera Dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia” dengan misi pembangunan antara lain mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera, membangun NTT sebagai salah satu gerbang dan pusat pariwisata nasional (ring of beauty), meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur dalam rangka percepatan pembangunan, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), mewujudkan birokrasi pemerintahan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik.

Tabel 1.1 Tujuan dan Sasaran RPJMD 2018-2023 Provinsi NTT

Sumber : RPJMD Provinsi NTT 2018-2023

Untuk mewujudkan visi dan misi RPJMD tersebut, pembangunan NTT berorientasi pada daerah kepulauan yang berbasis pada, pertama, “ekonomi biru” dengan memanfaatkan komoditas unggulan perikanan dan kelautan; kedua, “ekonomi hijau”

1 Meningkatnya ketersediaan, aksesibiitas, kualitas, dan keamanan pangan 2 Meningkatnya kinerja industri dan perdagangan

3 terciptanya keamanan dan iklim investasi dan usaha 4 Meningkatnya lapangan pekerjaan

1 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup 2 Meningkatnya ketangguhan bencana daerah

1 Meningkatnya akses layanan pendidikan 2 Meningkatnya kualitas layanan pendidikan

1 Meningkatnya akses layanan kesehatan 2 Meningkatnya kualitas layanan kesehatan 3 Terwudunya penanggulangan masalah gizi balita

1 Meningkatnya kualitas tatakelola penyelenggaraan pemerintah 2

Misi Tujuan Sasaran

Meningkatkan mutu dan akses layanan kesehatan kepada semua penduduk

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Menciptakan birokrasi yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan bersih dari KKN Mewujudkan birokrasi

pemerintahan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik

Meningkatnya kualitas pelayanan publik yang efektif, akuntabel, transparan, dan partisipatif

Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur dalam rangka percepatan pembangunan

Mempercepat pembangunan infrastuktur yang berkualitas dalam pengembangan ekonomi masyarakat

Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas infrastruktur

Meningkatkan mutu, akses, dan relevansi layanan pendidikan kepada semua penduduk usia sekolah Mewujudkan masyarakat

sejahtera, mandiri, dan adil

Terwujudnya pengembangan pariwisata NTT melalui pemenuhan unsur 5A (attraction, accessibility, accommodation, amenities, dan awareness) Mewujudkan pariwisata sebagai

penggerak utama ekonomi daerah (prime mover)

Membangun NTT sebagai salah satu gerbang dan pusat pariwisata nasional (ring of beauty)

menciptakan kemandirian dan stabilitas perekonomian daerah

Meningkatkan akses pelayanan dasar rumah layak huni bagi penduduk miskin

meningkatnya ketersediaan rumah layak huni, air minum, dan sanitasi bagi penduduk miskin

Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta pemanfaatan SDA secara berkelanjutan

(13)

3

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

yang mengandalkan komoditas marungga, jagung, serta ternak sapi: ketiga, “ekonomi emas” dengan mengandalkan pariwisata sebagai penggerak ekonomi; dan keempat, posisi geopolitik dan geoekonomi NTT sebagai provinsi perbatasan memiliki peluang menjalin kerjasama dagang dengan Timor Leste, Australia, New Zealand, dan Negara pasifik lainnya. Sehingga nantinya Provinsi NTT diharapkan dapat mencapai tujuan dan sasaran seperti tabel 1.1

1.2.2. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Tema Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2019 adalah “Pemerataan Pembangunan untuk Pertumbuhan Yang Berkualitas”. Adapun sasaran dan indikator dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah sebagai berikut :

Tabel 1.2 Target RKPD Tahun 2019 Pemprov NTT

Indikator Target 2019

Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,45

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,56

Tingkat Kemiskinan (%) 18 – 19

Indeks Gini 0,32

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 64,5

Inflasi (%) 4,1 – 4,5

Sumber : RKPD Pemerintah Provinsi NTT 2019

Dalam mewujudkan sasaran dan indikator diatas, ditetapkan prioritas pembangunan Provinsi NTT antara lain :

1. Pembangunan manusia melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar melalui dua program yakni program prioritas percepatan pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat;

2. Pengurangan kesenjangan antar wilayah melalui pembangunan infrastruktur yang menunjang konektivitas termasuk wilayah perbatasan dengan program prioritas peningkatan jalan, pengembangan sarana dan prasarana kawasan transmigrasi, pembangunan pabrik es, tanggap darurat bencana banjir, dan pembangunan sarana air bersih;

3. Pertanian, perdagangan, pariwisata, dan industry dengan program prioritas tersedianya modal usaha, pelatihan kewirausahaan, bantuan paket budidaya

(14)

4

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

rumput laut dan bioflok, dan penumbuhan/pengembangan industry makanan hasil laut/perikanan;

4. Pemantapan ketahanan pangan, sumber daya air dan energy dengan program prioritas pembangunan bendungan, kawasan mandiri pangan, dan pembangunan PLTMH;

5. Reformasi birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik dengan program prioritas penguatan pokja di daerah.

1.3. TANTANGAN DAERAH 1.3.1. Tantangan Ekonomi Daerah

Pemerintah Provinsi NTT telah melaksanakan pembangunan dan hasilnya cukup menggembirakan. Namun demikian, harus diakui belum semua indikator menunjukkan hasil yang maksimal. Tantangan pembangunan di NTT tahun 2019 bila dilihat dari sisi ekonomi daerah erat kaitannya dengan penyediaan infrastruktur dalam rangka konektivitas antar daerah, dukungan terhadap pertanian dan perikanan terkait sarana dan prasarana, peningkatan kebutuhan energi listrik, peningkatan keterampilan tenaga kerja, dan reformasi birokrasi. Rincian tantangan pembangunan NTT dari sisi keekonomian tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 1.3

Tabel 1.3 Tantangan Ekonomi NTT tahun 2019

Sumber : RKPD NTT Tahun 2019

Infrastruktur Pembangunan dan kualitas infrastruktur jalan, jembatan, dan embung Perhubungan -Konektivitas antar wilayah

-Dukungan pelaksanaan tol laut

-Terdapat permasalahan pengadaan tanah yang harus diselesaikan Pertanian dan Perikanan -Sarana dan prasarana pertanian dan perikanan

-Ketersediaan bibit unggul dan pupuk

-Keterampilan tenaga kerja di bidang pertanian dan perikanan -Illegal Fishing

-Kelembagaan di tingkat masyarakat Energi Listrik Peningkatan kebutuhan listrik masyarakat Ketenagakerjaan -Peningkatan keterampilan tenaga kerja

-Upah dibawah standar minimum Reformasi Birokrasi -Peningkatan kualitas pelayanan publik

-Penerapan e-government

(15)

5

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

1.3.2. Tantangan Sosial Penduduk

Tantangan pembangunan NTT tahun 2019 juga terdapat pada sosial penduduk. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya angka kemiskinan yang dapat dilihat dari sisi pendidikan maupun kesehatan, pemenuhan rumah layak huni, penyediaan air bersih, dan permasalahan terkait ketahanan pangan. Rincian tantangan sosial penduduk yang dihadapi masyarakat NTT pada tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 1.4

Tabel 1.4 Tantangan Sosial Penduduk NTT tahun 2019

Sumber : RKPD NTT Tahun 2019

1.3.3. Tantangan Geografi Wilayah

Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi kepulauan yang memiliki luas wilayah 247.931,54 km² dengan luas daratan 47.931,54 km² dan luas lautan 200km². NTT yang terdiri dari 1.192 pulau berbatasan darat dengan Timor Leste (Timur) dan berbatasan laut dengan Australia (Selatan). Secara topografi, NTT berbentuk bukit-bukit dan gunung-gunung dengan dataran-dataran yang sempit yang umumnya memanjang sepanjang pantai dan diapit oleh dataran tinggi atau perbukitan. NTT juga masuk dalam circum pacific (Pulau Flores) yang dapat dikategorikan subur namun rawan bencana geologis. Selain itu juga iklim yang kering dan kondisi lahan yang kurang subur mengakibatkan NTT rentan terhadap bencana kekeringan dan kerawanan pangan.

Pendidikan -Terdapat sarana dan prasarana pendidikan yang belum memadai -Kualitas SDM pendidikan dan belajar mengajar

-Pengalihan kewenangan (gaji, aset, data dll) Kesehatan -Angka gizi buruk, stunting, AKI, dan AKB

-Belum optimalnya pelayanan kesehatan

-Keterbatasan mutu dan jumlah tenaga kesehatan

-Pembiayaan kesehatan secara preventif dan promotif masih kurang Perumahan dan Permukiman Rumah layak huni

Lingkungan Hidup Sampah, pencemaran udara, perubahan iklim, dan rumah kaca. Penataan Ruang

Air Bersih -Akses dan cakupan air bersih

-Persediaan air baku (ketergantungan pada sumur bor) Ketahanan Pangan -Ketersediaan pangan masyarakat

-Aksesibilitas pada pangan -Mutu dan keamanan pangan

Bidang Permasalahan/Tantangan

Kecepatan perubahan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang menjadi perhatian dan perlu dilakukan secara konsisten

(16)

6

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Berdasarkan kondisi geografis tersebut, memberikan tantangan tersendiri dalam pembangunan daerah terkait konektivitas antar daerah dan terkait mata pencaharian masyarakatnya dimana pertanian dan perikanan menjadi mata pencaharian utama.

(17)

Perekonomian NTT tahun 2019 tumbuh sebesar 5,20 persen meningkat lebih

tinggi 0,18 poin dari pertumbuhan nasional dengan kontribusi terbesar masih

pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (27%).

Secara prosentase, jumlah penduduk miskin di NTT tercatat sebesar 20,62

persen, turun 0,41 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan

pendapatan per Kapita NTT mencapai Rp19,59 juta, tingkat ketimpangan (Gini

rasio) NTT berada di level sedang (0,35).

(18)

7

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 2.1. INDIKATOR EKONOMI MAKRO FUNDAMENTAL

Di dalam perencanaan kebijakan pembangunan ekonomi di daerah diperlukan indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian daerah pada suatu periode tertentu. Indikator tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi pembangunan ekonomi yang telah dicapai dan bahan perencanaan di masa yang akan datang. Salah satu indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian di suatu daerah dalam suatu periode tertentu adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) pada periode waktu tertentu.

Perekonomian Nusa Tenggara Timur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) tahun 2019 tercatat sebesar Rp106,89 triliun dan atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 telah mencapai 69,37 triliun. Dengan capaian PDRB tersebut,

perekonomian NTT mampu tumbuh sebesar 5,2 % dari tahun 2018. Secara spasial, kontribusi terhadap PDRB NTT terbesar masih disumbang oleh Kota Kupang sebesar 22,4 persen. Dilihat dari sebaran kontribusinya sebagaimana Tabel 2.1, kabupaten yang memberikan kontribusi yang relatif tinggi diberikan oleh kabupaten yang berada disekitar Kota kupang yaitu Kab. Kupang dan Kab. Timor Tengah Selatan. Kondisi ini menunjukkan bahwa konsentrasi ekonomi di NTT terbesar masih berada di Pulau Timor

Pasar Inpres Kota Kupang, Melihat Kekayaan di Desa-desa Pulau Timor dan Sekitarnya

Pasar Inpres Kota Kupang, Melihat Kekayaan di Desa-desa Pulau Timor dan Sekitarnya

Tabel 2.1 Persentase Kontribusi TerbesarKab/Kota Terhadap PDRB NTT (persen)

Sumber : BPS Prov. NTT

Grafik 2.1 Kontribusi Perekonomian Koridor Bali dan Nusa Tenggara Terhadap PDB Nasional (persen)

(19)

8

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

dan lebih khusus berada di daerah sekitar ibukota Provinsi.

Lebih lanjut, apabila dilihat kontribusi PDRB atas dasar harga konstan terhadap PDB nasional dalam kurun waktu 6 tahun terakhir nampak bahwa perekonomian NTT hanya berkontribusi secara rata-rata sebesar 0,6 persen secara nasional dan menjadi yang terndah dalam koridor ekonomi Bali dan Nusa Tenggara.

A. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian NTT tahun 2019 tumbuh sebesar 5,20 persen meningkat 0,07 basis poin dari tahun sebelumnya dan lebih tinggi 0,18 poin dari pertumbuhan nasional yang mencapai 5,02 persen. Setelah sempat turun dibawah angka pertumbuhan 5 persen di tahun 2015 secara gradual kinerja pertumbuhan perekonomian NTT mampu naik dan berada pada kisaran di atas 5 persen samapi dengan tahun 2019.

Secara umum kinerja ekonomi seluruh lapangan usaha pada tahun 2019 mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh sektor Industri Pengolahan yaitu sebesar 9,14 persen, diikuti oleh sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 8,17 persen dan Sektor Perdagangan Besar-Eceran; Reparasi Mobil-Sepeda Motor yang tumbuh sebesar 7,64 persen.

Adanya pertumbuhan 9,14 persen pada Industri Pengolahan tentunya memberikan sinyal yang baik bagi perekonomian NTT karena hal ini akan mendorong adanya peningkatan nilai tambah dari pengolahan terhadap barang komoditas yang selama ini hanya langsung dijual tanpa diolah sebelumnya.

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhannya pada tahun 2019, sektor

Grafik 2.2 Perkembangan Laju Perekonomian, Tahun 2014-2019 (persen)

Sumber : BPS,diolah

Grafik 2.3 SumberPertumbuhanEkonomiNTT Tahun2019 Menurut Lapangan Usaha (persen)

(20)

9

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,05 persen, diikuti oleh sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 1,01 persen dan sektor Perdagangan Besar-Eceran; Reparasi Mobil-Sepeda Motor sebesar 0,90 persen.

Hadirnya sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebagai sektor yang menjadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi NTT tertinggi Tahun 2019 menunjukkan bahwa kebijakan fiskal pemerintah dalam hal ini belanja pemerintah baik APBN maupun APBD mampu berkontribusi dan memberikan dampak bagai perekonomian Nusa Tenggara Timur. Kondisi ini bisa diartikan bahwa kinerja belanja pemerintah telah dilakukan secara efektif (spending better) sesuai dengan output yang direncanakan, yang tergambar pada nilai indikator kinerja pelaksanaan anggara Kementerian/Lembaga (IKPA) yang mencapai 95,13 poin meningkat daripada tahun lalu yang mencapai 94,97.

B. Nominal Produk Domestik Regional Bruto

Pendekatan dan metodologi yang lazim digunakan dalam pengukuran Nominal PDRB adalan Pendekatan Produksi/ Sektoral, Pendekatan Pendapatan (upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan sebelum pajak) dan Pendekatan Pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi. Namun demikian, BPS menggunakan dua pendekatan saja yaitu Pendekatan Pengeluaran (Sisi Permintaan) dan pendekatan Produksi/ Sektoral/Lapangan Usaha (Sisi Penawaran).

PDRB Sisi Permintaan / Pengeluaran

Ditinjau dari sisi pengeluaran, sumbangsih tertinggi terhadap PDRB NTT pada tahun 2019 diberikan oleh komponen konsumsi rumah tangga sebesar Rp 53,25 triliun atau mencapai 71,93 persen dari total PDRB NTT. Kontribusi terbesar kedua berada pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar Rp 32,96 triliun atau sebesar 46,6 persen. Selain konsumsi Rumah Tangga, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah juga masih memberikan kontribusi besar mencapai Rp 18,8 triliun.

Namun demikian, jika dilihat dari kemampuan daerah dalam memenuhi kebutuhannya terlihat bahwa NTT masih sangat mengandalkan impor barang dari luar NTT

(21)

10

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

mencapai Rp 44,99 triliun dimana nilai ini tentunya menjadi pengurang dari PDRB NTT secara keseluruhan.

Tabel 2.1. PDRB dari Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan (triliun rupiah)

Sumber : BPS Provinsi NTT

Kinerja investasi dan juga belanja pemerintah pada tahun 2019 masih dalam koridor yang baik sehingga mampu menjadi sumber pertumbuhan sebesar 2,3 persen. Terealisasinya investasi sebesar Rp. 5,57 triliun yang terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp.1,71 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 3,86 triliunpada tahun 2019, dan terealisasinya belanja pemerintah sebesar Rp 29,4 triliun terbukti berdampak signifikan dalam menggerakan ekonomi NTT.

Sementara itu, pada periode secara triwulanan nampak bahwa Pengeluaran Pemerintah melalui belanja negara sudah terealisasi cukup proporsional dan tidak terlalu menumpuk pada akhir tahun, yakni 15 persen (TwI1), 23 persen (Tw II), 29 persen (Tw III), dan 33 persen (Tw IV) . Demikian juga dengan realisasi PMTB yang didalamnya juga merepresentasikan Belanja Modal, juga telah terealisasi secara proporsional, meskipun yang tertinggi masih ada di akhir tahun sebagai dampak dari penyelesaian pekerjaan fisik. Kondisi ini tentunya berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dirasakan masyarakat dalam tahun berjalan.

2018

Tahunan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tahunan

Pengeluaran Konsumsi RT 50,52 12,79 13,29 13,43 13,74 53,25 4,14 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,41 0,63 0,66 0,62 0,64 2,54 0,19 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 18,70 2,87 4,32 5,54 6,27 18,80 0,70 Pembentukan Modal Tetap Bruto 33,35 7,57 8,36 8,76 9,23 32,96 1,63 Perubahan Inventori 0,53 0,13 0,15 0,15 0,16 0,59 0,10 Ekspor Luar Negeri 6,66 1,32 0,97 1,54 1,73 6,22 -0,40 Impor Barang dan Jasa (-) (46,22) (9,03) (10,50) (12,31) (13,63) (44,99) 1,16

PDRB 65,94 16,29 17,26 17,73 18,12 69,37 5,2

Komponen

2019 Sumber

Pertumbuhan (%)

(22)

11

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PDRB Sisi Penawaran / Lapangan Usaha

Pembentuk PDRB dari sisi penawaran merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang dipakai/terlibat dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Informasi mengenai perkembangan PDRB dari sisi penawaran bermanfaat untuk mengetahui peran atau kontribusi sektor-sektor tertentu yang menjadi unggulan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi regional. PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagaimana tabel 2.2.

PDRB Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2019 masih didominasi lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dengan nilai Rp 18,52 triliun tumbuh 3,75 persen daripada tahun sebelumnya yang mencapai Rp 17,88 triliun. Berdasarkan koposisi subsektor pembentuknya, pada tahun 2018, subsektor peternakan menjadi penyangga utama yakni sebesar 9,26 persen dari pembentukan nilai tambah sektor ini terhadap PDRB NTT, selanjutnya diikuti oleh sub sektor tanaman pangan sebesar 8,36 persen dan subsektor perikanan sebesar 5,43 persen

(23)

12

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Sumber : BPS Provinsi NTT

Jika dilihat kinerja triwulanannya, pada triwulan I, produktifitas lapangan usaha ini mencapai Rp4,21 triliun dan menjadi yang terendah selama satu tahun. Kondisi ini adalah siklus tahunan mengingat pada awal tahun adalah awal musim tanam untuk produk tanaman pangan yang bertepatan dengan musim penghujan. Oleh karena itu, pada triwulan I menjadi triwulan dengan pertumbuhan ekonomi terendah sebagai akibat dari adanya penurunan konsumsi masyarakat yang diakibatkan oleh adanya penurunan penghasilan. Dengan kontribusinya yang mencapai 27 persen pada tahun 2019, dan menjadi sektor yang menyerap jumlah tenaga kerja terbesar yakni sekitar 54% dari total pekerja di NTT sudah tentu lapangan usaha ini selayaknya menjadi salah satu fokus pemerintah daerah.

Selain lapangan usaha Pertanian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, lapangan usaha dengan kontribusi terbesar kedua dan ketiga dimiliki oleh Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan yaitu sebesar Rp 9,18 triliun (13,2%) serta Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor senilai Rp 8,38 triliun (12,1%). Lebih lanjut, terlihat bahwa kinerja seluruh sektor ekonomi pada tahun 2019 menunjukkan pertumbuhan yang positif. Beberapa Sektor yang mencatatkan pertumbuhan diatas 6 persen antara lain Lapangan usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib (8,17 %), Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (7,64%), dan Jasa Lainnya (6,55%). Namun demikian dikarenakan hanya memiliki share yang relatif kecil ke total PDRB maka kenaikan pertumbuhan ini belum dapat berdampak secara signifikan terhadap total pertumbuhan PDRB.

C.

Pendapatan Per Kapita

PDRB perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah, yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan penduduk suatu daerah (PDRB) dengan jumlah penduduk regional tersebut. PDRB Perkapita Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagaimana grafik 2.4.

Pada tahun 2019, PDRB per Kapita NTT mencapai Rp19,59 juta, meningkat 4,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun belum sebanding, kenaikan ini sejalan dengan adanya kenaikan pertumbuhan PDRB NTT sebesar 5,2 persen. Jika

(24)

13

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

dibandingkan dengan PDB per kapita nasional yang mencapai Rp 59,1 juta, posisi PDRB per kapita NTT masih tertinggal cukup jauh.

Jika dilihat tren perkembangannya selama 4 tahun terakhir, PDRB per kapita NTT menunjukkan perbaikan dalam setiap tahun. Namun demikian, hal yang perlu menjadi perhatian adalah semakin melebarnya gap/selisih dengan PDB per kapita secara nasional yang semakin melebar yakni -31,84 juta pada tahun 2016 menjadi – 39,51 juta pada tahun 2019.

Kondisi ini perlu diantisipasi mengingat hal ini bisa menjadi indikasi adanya ketimpangan penghasilan yang semakin melebar di wilayan Nusa Tenggara Timur.

2.1.2 Suku Bunga

Kebijakan terkait suku bunga memiliki hubungan yang erat dengan laju inflasi, dan kondisi perekonomian secara keseluruhan. Suku bunga mempengaruhi jumlah uang yang beredar yang berpengaruh terhadap tingkat inflasi. Suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI) ditetapkan agar suku bunga kebijakan dapat secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil.

Sebagaimana dalam Grafik 2.5, pada semester pertama, Bank Sentral memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate tetap berada pada besaran 6% mengingat cukup terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta untuk menjaga daya tarik investasi dan arus kapital ke dalam negeri.

Memasuki semester II 2019, sejalan dengan kebijakan fiskal yang ekspansif guna mendorong aktivitas perekonomian, bank sentral juga melakukan penurunan BI 7-day Reverse Repo Rate. Bank Indonesia melakukan penyesuaian dengan menurunkan suku bunga acuan sebanyak empat kali, yaitu masing-masing sebesar 0,25 basis poin mulai bulan Juli, Agustus, September dan Oktober. Sehingga sampai dengan akhir

- 31,84 - 34,65

- 37,28 - 39,51

Grafik 2.4 PDRB Perkapita Indonesia dan NTT, (juta rupiah)

(25)

14

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

tahun, suku bunga Bank Indonesia (BI 7-day Reverse Repo Rate) turun menjadi 5 persen dari sebelumnya sebesar 6 persen per tahun.

Grafik 2.5

Perkembangan Suku Bunga BI Rate 7-Day Repo Rate, dan SBDK BRI 2019 (% per tahun)

Sumber: BI, data diolah

Keputusan penurunan suku bunga acuan ini dilakukan didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya masih rendahnya perkiraan inflasi hingga tahun depan, kepercayaan bahwa imbal hasil investasi masih akan menarik dimata investor, dan sebagai instrument untuk mendorong meningkatkan penyaluran kredit yang diharapkan bisa mendorong percepatan perekonomian nasional.

Sejalan dengan itu, nampak bahwa penurunan suku bunga acuan ini telah diikuti oleh penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) oleh Perbankan (BRI) sebesar 0,25 persen di sektor mikro dan 0,05 persen di sektor retail.

2.1.3 Inflasi

Inflasi merupakan keadaan perekonomian yang ditandai oleh kenaikan harga secara cepat sehingga berdampak pada menurunnya daya beli, sering pula diikuti menurunnya tingkat tabungan dan atau investasi karena meningkatnya konsumsi masyarakat dan hanya sedikit untuk tabungan jangka panjang.

Pada tahun 2019, tingkat inflasi Provinsi Nusa Tenggara Timur terjaga pada besaran 0,67 persen dan masih dibawah tingkat inflasi nasional yaitu sebesar 3,13 persen. Kelompok pengeluaran yang memiliki andil cukup besar terhadap inflasi di NTT masih

(26)

15

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

berada pada kelompok Bahan Makanan (0,20) ; Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,19); serta pengeluaran pada Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga (0,17).

Grafik 2.6 Inflasi/Deflasi Bulanan NTT dan Nasional ( persen)

Sumber: BPS, data diolah

Secara m-to-m dalam Grafik 2.6, sepanjang tahun 2019 NTT mengalami deflasi sebanyak 5 kali lebih banyak daripada deflasi yang terjadi pada tahun 2018. Meskipun memiliki tren yang hampir sama dengan nasional, namun terdapat anomali pada pertengahan tahun (bulan Juni) dimana di NTT justru mengalami deflasi sebesar – 0,19 persen disaat secara nasional terjadi inflasi sebesar 0,55%. Kondisi ini terkonfirmasi dikarenakan adanya penurunan kelompok Bahan Makanan yaitu sebesar 1,11 persen, dan kelompok kesehatan sebesar 0,08 persen.

Secara umum, pola pergerkan inflasi NTT relatif sama yakni inflasi akan cenderung tinggi di awal tahu sebagai akibat puncak musim hujan dan tingginya gelombang laut sehingga menggagu jalur distribusi sebagian besar bahan makanan. Selanjutnya inflasi akan berangsur turun pada bulan berikutnya dan akan mulai meningkat pada momen hari besar keagamaan seperti Ramadhan, Idul Fitri dan Natal. Oleh karena itu, salah satu kegiatan dan rekomendasi dari tim TPID adalah perlunya menjaga ketersediaan pasokan dan percepatan distribusi barang dan stabilitas harga bahan makanan.

2.1.4 Nilai Tukar

Nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan unit mata uang negara lain. Tujuan analisis nilai tukar adalah

(27)

16

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

untuk mengetahui nilai mata uang rupiah terhadap mata uang asing khususnya USD, EUR, JPY, dan CNY yang mempengaruhi indikator ekonomi lainnya khususnya terkait dengan neraca perdagangan/pembayaran, ekspor impor, dan cadangan devisa. Perkembangan nilai kurs tengah transaksi rupiah dengan mata uang tersebut selama tahun 2019 disajikan dalam Grafik 2.7

Grafik 2.7 Kurs Jual Transaksi USD,EUR,JPY,CNY terhadap IDR (dalam rupiah)

Sumber: BI, data diolah

Sepanjang tahun 2019, pergerakan kurs mata uang USD, EUR, JPY, dan CNY terhadap rupiah menunjukkan pola yang relatif sama dan berulang. Setelah sempat menguat (apresiasi) pada saat akhir triwulan I, pergerakan rupiah kembali mengalami tekanan sepanjang kuartal II. Setelah mengalami tekanan di sepanjang kuartal III tren penguatan rupiah kembali terjadi ketika memasuki awal triwulan III dan kencerungannya semakin terjaga sampai dengan akhir tahun. Nilai tukar terendah untuk rupiah (IDR) selama 2019 berada pada nilai Rp13.565,3 per CNY, Rp 13.619,7 per 100JPY, Rp 16.646,3 per EUR dan Rp 14.560 per USD.

Fluktuasi nilai kurs ini trentunya berdapak pada komoditas ekspor dan juga impor. Terdepresiasinya nilai tukar rupiah tentunya dapat mendorong ekspor karena harga semakin murah di luar negeri. Namun sebaliknya, bagi NTT yang kebutuhan impornya

(28)

17

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

lebih besar dari kinerja ekspornya, adanya depresiasi nilai tukar ini berdampak kepada melebarnya nilai defisit perdagangan NTT hingga mencapai sekitar Rp 75 miliar.

2.2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN

Salah satu outcome dari suatu kebijakan fiskal yang telah dilaksanakan baik oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat pada suatu wilayah adalah perbaikan kualitas kesejahteraan yang umumnya terefleksikan pada indikator Indeks Pembangunan Manusia, Tingkat Pengangguran dan Tingkat Kemiskinan.

2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM dikelompokkan dalam beberapa kategori, IPM < 60 (Rendah), 60 ≤ IPM < 70 (sedang), 70 ≤ IPM < 80 (Tinggi), IPM ≥ 80 (Sangat Tinggi). Perkembangan IPM Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2010s.d. 2017dijelaskan dalam Grafik 2.8.

Grafik 2.8 Perkembangan IPM Indonesia dan NTT, 2010 s.d. 2019

Sumber: BPS, data diolah

Selama sepuluh tahun terakhir, IPM NTT meningkat secara gradual sejalan dengan yang pencapaian nasional. Kondisi ini menunjukkan adanya perbaikan kualitas sumber daya manusia Nusa Tenggara Timur.

Meskipun demikian, dari tahun ke tahun, IPM NTT selalu menjadi yang terendah jika dibandingkan dengan provinsi dalam koridor Bali Nusra lainnya. Pada tahun 2019

(29)

18

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

tecatat IPM NTT mencapai 65,23 (sedang) tertinggal dari NTB (68,14), Bali (75,38) dan IPM nasional (71,92).

Peningkatan IPM ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan pemerintah melalui intrumen belanja negara untuk penyediaan akses dan pelayanan dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan peningkatan standar kehidupan yang layak bagi masyarakat sudah on the track.

Secara spasial, realita ini juga terlihat dari peningkaan IPM pada tingkat Kab/Kota dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Secara umum terjadi peningkatan niali IPM pada semua kab/kota. Disamping itu terdapat 2 kabupaten yakni Kabupaten Manggarai Timur (IPM 60,47) dan Kabupaten Malaka (IPM 60,34) yang telah berhasil naik kategori menjadi level “sedang” dari tahun sebelumnya. Nilai IPM tertinggi masih terdapat pada Kota Kupang sebesar 79,55 dan menjadi satu-satunya daerah yang berada dalam kategori “tinggi”. Sedangkang IPM terendah dimiliki oleh Kabupaten Sabu Raijua dengan nilai IPM sebesar 56,66 dan menjadi satu-satunya daerah dengan IPM berkategori “rendah” di NTT. Sisanya, sebanyak 20 kab/kota masih berada pada kategori “sedang”.

2.2.2 Tingkat Kemiskinan

Penurunan tingkat kemiskinan adalah salah satu ukuran keberhasilan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Perbaikan kesejahteraan penduduk miskin tidak hanya tercermin pada penurunan angka kemiskinan saja namun juga terdapat perbaikan kualitas hidup penduduk miskin. Perkembangan tingkat kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2010 s.d. 2019 sebagaimana Grafik 2.9.

(30)

19

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Sejak tahun 2015, secara gradual angka kemiskinan di NTT berhasil diturunkan setiap tahunnya rata-rata sebesar 0,39 persen per tahun. Pada posisi September 2019, jumlah penduduk miskin di NTT mencapai 1,12 juta penduduk atau turun sebanyak 16.860 jiwa dibandingkan tahun

sebelumnya. Secara prosentase, jumlah penduduk miskin di NTT tercatat sebesar 20,62 persen, turun 0,41 dibandingkan periode yang sama tahun 2018. Namun jika dibandingkan dengan tingkat nasional yang mencapai 9,22 persen, maka kondisi kemiskinan di NTT perlu menjadi prioritas penanganan oleh pemerintah. Berdasarkan daerah tempat tinggal, kemiskinan tertinggi terjadi di pedesaan dibandingkan dengan penduduk yang diperkotaan.

Meskipun terjadi penurunan, angka disparitas persentase penduduk miskin ini masih sangat tinggi, yaitu 24,45 persen di desa dibandingkan dengan 8,34 persen di kota. Jika dilihat dari jenis komoditas yang berkontribusi besar terhadap garis kemiskinan, baik di desa maupun di kota masih berada pada kelompok bahan makanan engan angka diatas 70 persen.

Tabel 2.3 Indek Kedalaman Kemiskian (P1) dan Indeks keparahan Kemiskinan (P2) Menurut daerah, periode September 2018 s.d September 2019.

Grafik 2.10 Presentase Penduduk Miskin Menurut Perkotaan dan Perdesaan, 2018 – 2019 (%)

Kontribusi Thd

Garis Kemiskinan Perdesaan Perkotaan

Makanan 80,51 72,13

Bukan Makanan 19,49 27,87

Sumber : BPS NTT

(31)

20

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Pengukuran kemiskian tidak hanya berhenti pada jumlah dan persentase penduduk miskin, namun perlu juga diperhatikan dimensi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan akan menggambarkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, sedangkan indeks keparahan kemiskinan akan menunjukkan sejauh mana sebaran pengeluaran diantara penduduk miskin.

Secara total, Indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) mengalami penurunan. Pada periode September 2018 – September 2019 indeks P1 turun mencapai 0,423 sedangkan indeks P2 juga mengalami penurunan sebesar 0,32 poin. Penurunan ini justru terjadi di pedesaan, sementara untuk di perkotaan kedua indeks ini justru mengalami kenaikan. Kondisi ini diduga merupakan dampak awal dari keberhasilan dana desa pemerintah dimana meskipun belum bisa menurunkan disparitas jumlah penduduk miskin yang signifikan namun paling tidak telah dapat menurunkan indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan yang ada di desa.

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan pada September 2019 diantaranya adalah adanya kenaikan daya beli masyarakat sebai akibat adanya kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) yaitu dari 105,63 menjadi 106,26, serta adanya penurunan indeks harga kelompok pengeluaran yang berkontribusi terhadap garis kemiskinan NTT yaitu bahan makanan sebesar -1,98 persen.

2.2.3 Tingkat Ketimpangan (Rasio Gini)

Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek penting sebagai ukuran pemerataan pendapatan masyarakat di suatu daerah. Sebagai ukuran pemerataan yang juga merefleksikan ukuran ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat, biasanya digunakan koefisien Gini (Ratio Gini). Nilai koefisien Gini berkisar antara 0 (sangat merata) sampai dengan 1 (sangat timpang). Adapun kriteria ukuran ketimpangan Gini Ratio meliputi Ketimpangan Rendah (Gini Ratio< 0,3), Sedang (0,3 ≤ Gini Ratio ≤ 0,5) dan Tinggi(Gini Ratio> 0,5). Nilai koefisien Gini Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Indonesia menurut provinsi pada tahun 2011 s.d. 2019 dijelaskan sebagaimana Grafik 2.11.

(32)

21

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Grafik 2.11 Nilai Gini Ratio Provinsi NTT periode 2011-2019

Sumber: BPS Provinsi NTT, data diolah

Ketimpangan di Nusa Tenggara Timur masuk dalam kategori “sedang” dengan nilai koefisien Gini mencapai 0,355 pada September 2019, turun tipis 0,04 poin dari periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan

lokasi tempat tinggalnya, kencenderungan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan lebih tinggi terjadi pada masyarakat di perkotaan dibandingkan dengan perdesaan. Secara nasional, ketimpangan pendapatan di NTT masih dibawah rata rata nasional. NIlai Gini Ratio NTT tercatat masih berada di bawah rata-rat Gini Ratio nasional yang mencapai 0,380 (sedang). Lebih lanjut, tingkat ketimpangan NTT juga menjadi yang terendah di wilayah Bali Nusra dimana Provinsi NTB menjadi yang tertinggi dengan Gini Ratio sebesar 0,374 dan Provinsi Bali dengan nilai koefisien sebesar 0,370.

Grafik 2.10 Nilai Gini Ratio Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2019

(33)

22

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

2.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran

Pengangguran terbuka merupakan bagian dari angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah bekerja), atau sedang mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Sebagaimana dalam Grafik 2.12, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di NTT periode Agustus 2019 mencapai 3,35 persen, naik 0,34 poin dari periode yang sama tahun lalu.

Grafik 2.12 Komposisi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di NTT (dalam persen)

Kenaikan pengangguran ini tercatat mencapai 8.300 orang sehingga total pengangguran di NTT mencapai 83 ribu orang dimana jumalah penganggur wanita 0,52 persen lebih banyak daripada laki-laki. Pada tataran nasional, tingkat pengangguran NTT tersebut masih dibawah tingkat pengangguran nasional yang mencapai 5,28 persen di tahun 2019.

Secara spasial, terdapat tiga kabupaten/kota yang ada di Pulau Timor memiliki tingkat pengangguran yang tertinggi, yakni tertinggi pertama berada di kota Kupang (9,78 persen), kedua di Kabupaten Belu (7,19 persen) dan ketiga terjadi di Kabupaten Kupang (4,48 persen). Sementara itu, tingkat pengangguran terendah terdapat pada Kabupaten Manggarai Timur (0,95 persen).

Sumber : BPS NTT

(34)

23

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Total penduduk yang bekerja di NTT pada Agustus 2019 mencapai 2,39 juta orang, berkurang 16,9 ribu orang dibandingkan keadaan pada Agustus 2018. Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, distribusi pekerja di NTT mayoritas berada di sektor informal. Tercatat, sebanyak 72,56 % penduduk yang bekerja berada di sektor informal dan sisanya 27,44% berada di sektor formal pada Agustus 2019.

Grafik 2.13 Distribusi Penduduk Yang Bekerja di NTT (dalam persen)

Dari komposisi tersebut, sebagian besar bekerja pada kategori Pertanian yakni sebanyak sebesar 1,17 juta orang (48,70 persen), diikuti kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil danSepeda Motor (10,97 persen) dan Kategori Industri Pengolahan (10,20 persen).

2.3 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL

Kebijakan Umum APBD merupakan dokumen yang memuat arah pembangunan daerah dalam satu tahun anggaran yang disepakati dan dijadikan pedoman penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara serta rancangan APBD. Penentuan arah pembangunan tersebut dituangkan dalam berbagai kebijakan dan target-target pembangunan yang hendak dicapai.Target dan realisasi indikator makro ekonomi dan pembangunan Nusa Tenggara Timur Tahun 2019 dijelaskan dalam tabel berikut.

48,70%

10,97%

10,20%

Kategori Pertanian Kategori Perdagangan Kategori Industri Pengolahan Sumber : BPS NTT

(35)

24

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Tabel 2.4 Target dan Capaian Indikator Ekonomi Makro Prov. NTT

Indikator Ekonomi Makro 2018 (%) Target 2019 (%) Realisasi 2019 (%) Nasional (%) Pertumbuhan Ekonomi 5,13 5,4 – 5,8 5,2 5,02 Inflasi 3,07 3 – 3,4 0,67 3,13 Tingkat Kemiskinan 21,03 8,5 –9,5 20,62 9,22 Indeks Gini 0,36 0,34 0,355 0,38 IPM 64,39 71,98 65,23 71,92 Tingkat Pengangguran (TPT) 3,01 4,8 – 5,2 3,35 5,28

Sumber: RKPD Provinsi NTT 2018, BPS Provinsi NTT, data diolah

Dalam menetapkan sasaran indikator makro ekonomi dan pembangunan, Pemerintah Nusa Tenggara Timur menggunakan skenario optimis tetapi dengan prinsip kehati-hatian. Dengan mempertimbangkan tantangan dan peluang perekonomian tahun 2019, evaluasi dan capaian tahun sebelumnya, asumsi-asumsi makro ditetapkan meningkat dalam jumlah yang terbatas dibandingkan target tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah 2019, hanya inflasi dan tingkat pengangguran (TPT) yang berhasil direalisasikan sesuai rencana. Namun demikian, jika dilihat secara menyeluruh dari capaian indikator makro ekonomi dan indikator kesejahteraan, efektivitas kebijakan makro ekonomi dan pembangunan regional melalui berbagai alokasi fiskal dalam belanja APBD maupun APBN di Nusa Tenggara Timur sudah cukup efektif, yang terbukti pada adanya peningkatan beberapa indikator dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tidak tercapaianya beberapa target makro ekonomi dalam RKPD dapat dimungkinkan karena beberapa program starategis yang direncankan pemerintah di NTT masih pada tahap awal. Program Masyarakat Ekonomi NTT, Penciptaan Pariwisata Estate, Program Pemberdayaan Kelor, dan beberapa program strategis lain memang baru akan secara masif dilaksanakan pada tahun 2020.

Selanjutnya, untuk melihat lebih dalam terkait kinerja fiskal pemerintah serta dampak yang ditimbulkan bagi efektifitas pembangunan dan perekonomian di Nusa Tenggara Timur, akan dijelaskan lebih lanjut dalam bab –bab selanjutnya.

(36)

25

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Box 1.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Timur

Menggunakan Peramalan Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)

Peramalan (forecasting) digunakan untuk memprediksi laju pertumbuhan ekonomi NTT (PDRB) di tahun 2020, sehingga kebijakan pemerintah yang tepat dapat diformulasikan. Dalam peramalan ini digunakan metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) yang merupakan penggabungan dari metode moving average dan autoregressive dimana menggunakan data runtun waktu secara historis dan data terkini untuk menghasilkan peramalan jangka pendek yang akurat.

Dengan menggunakan data historis PDRB NTT secara triwulanan pada tahun 2012 s.d 2019, ekonomi NTT pada triwulan I tahun 2020 diprediksi hanya mencapai 5,12 menurun sebesar 0,2 persen dibandingkan triwulan IV 2019. Hasil proyeksi yang menunjukkan penurunan ini, kiranya dapat menjadi early warning bagi pengambil kebijakan, sehingga dapat diantisipasi dengan tepat. Khusus dalam koridor fiskal, kebijakan percepatan belanja pemerintah pada awal tahun tentunya perlu diimplementasikan. Peningkatan belanja pada awal tahun diharapkan dapat menggerakan perekonomian lebih awal, sehingga diharapkan juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada awal tahun.

(37)

Alokasi belanja APBN sebesar Rp11,05 Triliun, turun 5,4% dari tahun lalu yang mencapai Rp11,68 Triliun. Realisasi penerimaan pajak naik menjadi Rp2.76 Triliun, sedangakan realisasi belanja tercapai sebesar 92% atau sekitar Rp 10,1 triliun. Porsi TKDD terhadap APBD pemerintah se-NTT tercat mencapai 82% pada tahun 2019. Dengan demikian NTT masih memiliki tingkat ketergantungan t masih sangat tinggi megingat kemandirian fiskal NTT secara rata-rata hanya cukup untuk memenuhi 17% belanja daerahnya.

(38)

FLASH REPORT ANALISIS BELANJA SPASIAL APBN

NUSA TENGGARA TIMURTAHUN 2019

26

3.1. APBN TINGKAT PROVINSI

Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Tahun Anggaran 2019 mendapatkan alokasi belanja sebesar Rp35,43 triliun yang terdiri APBN sebesar Rp11,05 triliun dan TKDD sebesar Rp24,37 triliun. Alokasi belanja pada tahun 2019 naik 3 persen dari tahun 2018 sebesar Rp34,30 triliun. Kenaikan alokasi tersebut terdapat pada komponen alokasi belanja TKDD sebesar 8 persen, sedangkan pada alokasi belanja pemerintah pusat mengalami penurunan sebesar 5 persen dibandingkan tahun 2018. Persentase realisasi belanja pemerintah pada tahun 2019 sebesar 96 persen atau sama dengan tahun 2018.

Tabel 3.1 Alokasi Provinsi Nusa Tenggara Timur (dalam miliar rupiah)

Sumber : Monev PA, OMSPAN, dan SIMTRADA DJPK, 2019 (diolah)

Pada Tahun Anggaran 2019, pendapatan negara Provinsi NTT ditargetkan Rp3.40 triliun dan terealisasi Rp3.34 triliun atau sebesar 98 persen. Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp3.00 triliun dengan persentase sebesar 91 persen dari target 2018.

3.2. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT 3.2.1. Penerimaan Perpajakan

Sebagai sumber penerimaan , target realisasi pajak sangat penting dalam belanja pemerintah. Target realisasi pajak di Provinsi NTT pada tahun 2019 sebesar Rp2,73 triliun atau sebesar 90 persen dari rencana penerimaan pajak.

Penerimaan pajak di Provinsi NTT terbagi atas 4 jenis, yakni PPH, PPN, dan Pajak Lainnya. Persentase target penerimaan pajak terbesar pada PBB sebesar 106 persen dan PPN sebesar

Pagu Realisasi %Real Pagu Realisasi %Real

A Pendapatan Negara dan Hibah 3.290,02 3.008,44 91% 3.409,16 3.343,64 98%

I. Penerimaan Perpajakan 2.970,98 2.433,75 82% 3.035,42 2.768,16 91%

II. Penerimaan Negara Bukan Pajak 319,04 574,69 180% 373,74 575,47 154%

III. Penerimaan Hibah - - - - -

-B -Belanja Negara 34.305,33 33.071,62 96% 35.430,21 34.058,38 96%

I. Belanja Pemerintah Pusat 11.684,38 10.793,91 92% 11.058,24 10.177,98 92%

1. Belanja Pegawai 2.992,81 2.807,14 94% 3.409,16 3.048,04 100%

2. Belanja Barang 4.932,30 4.371,90 89% 3.825,79 3.818,57 100%

3. Belanja Modal 3.737,73 3.594,90 96% 3.297,98 3.297,42 100%

4. Bantuan Sosial 21,54 19,97 93% 13,95 13,95 100%

5. Belanja Lain-lain - - - - -

-II. Transfer ke Daerah dan Dana Desa 22.620,95 22.277,71 98% 24.371,97 23.880,40 98%

1. Dana Perimbangan 20.071,41 19.729,29 98% 21.351,47 20.865,96 98%

2. Dana Otonomi Khusus - - - - -

3. Dana Transfer Lainnya dan Dana Desa 2.549,54 2.548,42 100% 3.020,50 3.014,44 100%

C Surplus (Defisit) - 31.015,31 - 30.063,18 -32.021,05 -30.714,74

2018 2019

Uraian

Janis Pajak Rencana

Penerimaan Realisasi % PPH 1.801.053.222.000 1.471.898.452.678 82% PPN 1.170.634.279.000 1.202.590.294.358 103% PBB 4.583.724.000 4.840.969.676 106% Pajak Lain 59.148.685.000 51.863.813.251 88% Total 3.035.419.910.000 2.731.193.529.963 90%

Sumber: Kanwil DJP Nusa Tenggara (2019)

(39)

FLASH REPORT ANALISIS BELANJA SPASIAL APBN

NUSA TENGGARA TIMURTAHUN 2019

27 103 persen. Sementara untuk yang terendah persentasenya pada PPH dengan 82 persen dan pajak lainnya sebesar 88 persen. Kontribusi nilai penerimaan pajak tertinggi pada PPH dengan Rp1,47 triliun dan kontribusi yang paling kecil pada PBB dengan Rp4,84 miliar

3.2.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

Realisasi PNBP di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2019 mencapai Rp566,51 miliar, yang terdiri dari PNBP

Lainnya sebesar Rp258,39 miliar dan Pendapatan BLU sebesar Rp308,12 miliar. Capaian realisasi tersebut turun sebesar

Rp8,18 miliar atau 1 persen dibandingkan dengan capaian tahun 2018. Kontribusi PNBP terbesar pada pandapatan BLU dengan Rp308,12 miliar atau sebesar 54 persen dari total realisas PNBP. Berdasarkan tabel 3.4, terdapat tren positif pada realisasi PNBP sejak tahun 2016, meskipun mengalami penurunan tipis pada penerimaan PNBP tahun 2019.

3.3 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Alokasi APBN tahun anggaran 2019 sesuai pagu DIPA berjalan sampai dengan akhir periode 2019 berjumlah Rp35,46 triliun, terdiri dari alokasi belanja K/L sebesar Rp10,95 triliun dan alokasi TKDD sebesar Rp24,51 triliun.

Dari alokasi APBN TA 2019 khususnya belanja K/L sebesar Rp10.95 triliun. Terdapat 10 K/L atau Bagian

Anggaran (BA) mempunyai akumulasi pagu terbesar mewakili 82,4 persen dari keseluruhan jumlah alokasi anggaran di seluruh wilayah NTT tang tersebar di 648 satker. Dengan proporsi pagu mencapai 82,4 persen tersebut, maka tingkat penyerapan anggaran sangat signifikan

Sumber: MEBE telah diolah. (diambil 13 Februarii 2020)

Nama Departemen Pagu Realisasi % Sisa Blokir

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 3.692,20 3.245,14 87,9% 441,73 5,33 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1.227,22 1.335,72 108,8% - 108,51 -KEMENTERIAN AGAMA 836,11 813,88 97,3% 22,06 0,17 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 790,96 769,48 97,3% 21,48 -KEMENTERIAN PERTAHANAN 676,41 660,15 97,6% 16,27 -KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 584,65 516,86 88,4% 67,79 -KOMISI PEMILIHAN UMUM 488,81 456,30 93,4% 32,50 -BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM 335,84 193,10 57,5% 142,73 -KEMENTERIAN PERTANIAN 282,83 269,16 95,2% 13,67 -KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BPN 221,50 192,88 87,1% 28,61 -35 K/L Lainnya 1.816,86 1.733,83 95,4% 83,03 0,10 Total 10.953,37 10.186,51 93,0% 766,87 5,60

2016 2017 2018 2019

Sumber Daya Alam (421) - - -

-Bagian Laba BUMN (422) - - -

-PNBP Lainnya (423) 396,83 308,15 357,52 258,39 Pendapatan BLU (424) 30,58 195,46 217,17 308,12

JUMLAH 427.41 503,61 574,69 566,51

Jenis PNBP Realisasi Pendapatan Tabel 3.4 PNBP Provinsi NTT (dalam miliar rupiah)

Sumber: OM SPAN, e-Rekon LK telah diolah. (diambil 13 Februarii 2020)

Tabel 3.5 Alokasi K/L dengan Pagu Tertinggi, 2019 (dalam miliar)

(40)

FLASH REPORT ANALISIS BELANJA SPASIAL APBN

NUSA TENGGARA TIMURTAHUN 2019

28 berkontribusi terhadap tingkat penyerapan anggaran di wilayah NTT secara agregat. Berdasarkan tabel 3.5 menunjukkan bahwa Kepolisian Republik Indonesia merupakan K/L dengan tingkat penyerapan tertinggi yaitu 108,8 persen yang diikuti oleh Kementerian Pertahanan, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Agama yang memiliki persentase sama yaitu 97 persen. Sedangkan Kementerian PUPR yang memiliki pagu terbesar, sampai dengan akhir tahun 2019 hanya dapat menyerap anggarannya sebesar 87,9 persen. K/L dengan pagu tertinggi. Selain Kementerian

PUPR, terdapat 3 K/L lagi yang penyerapan anggarannya dibawah 90 persen yaitu Bawaslu (57,5%), Kementerian ATR/BPN (87,1%0, dan Kementerian Ristekdikti (88,4%).

Tren penyerapan 10 K/L dengan kontribusi pagu terbesar pada tahun anggaran 2019 dapat dilihat pada grafik 3.1. Tren realisasi sesuai grafik tersebut bergerak naik pada periode April s.d Mei dan Triwulan IV tahun 2019. Kenaikan tersebut sangat dipengaruhi

oleh pemilihan umum maupun pilkada serentak dalam rangka memilih presiden, wakil presiden, anggota dewan, dan kepala daerah di beberapa daerah.

Porsi anggaran per jenis belanja di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2019 sebesar Rp17,45 triliun yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bantuan sosial, DAK Fisik, dan Dana Desa. Alokasi pada tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 1 persen dibandingkan alokasi pada tahun 2018 sebesar Rp17,30 triliun

Alokasi belanja barang menjadi alokasi dengan kontribusi terbesar yakni sebesar Rp4,17 triliun atau 24 persen dari total alokasi. Sedangkan untuk alokasi yang memiliki kontribusi terhadap alokasi per jenis belanja terdapat pada belanja bantuan sosial dengan jumlah Rp14,02 miliar atau memiliki kontribusi sebesar 0,00008 persen dari total alokasi per jenis belanja tahun anggaran 2019.

Sumber: MEBE telah diolah. (diambil 06 Januari 2020)

Sumber: MEBE telah diolah. (diambil 13 Februari 2019) Grafik 3.1 Tren realisasi anggaran 10 K/L

(41)

FLASH REPORT ANALISIS BELANJA SPASIAL APBN

NUSA TENGGARA TIMURTAHUN 2019

29 Untuk alokasi per jenis

belanja tahun 2019 hampir seluruhnya mencapai target penyerapan diatas 90 persen, hanya belanja modal yang targetnya dibawah 90 pesen yaitu sebesar 88,2 persen. Kontribusi penyerapan terbesar dari belanja

pegawai dengan 100,9 persen, diikuti dengan Dana Desa dan Dana Alokasi Khusus Fisik yang secara berurutan mencapai 99,8 persen dan 99,5 persen. Pada tahun 2019, terdapat jenis belanja yang sampai dengan akhir tahun anggaran 2019 mendapat blokir yaitu belanja barang sebesar Rp1,03 triliun dan belanja modal sebesar Rp4,57 triliun. Persentase akumulasi penyerapan dari tahun 2018 mengalami kenaikan tipis sebesar 0,2 persen pada tahun 2019. Rincian alokasi per jenis belanja dapat diuraikan sebagai berikut :

3.4 TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

Terdapat beberapa tujuan pengalokasian Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) dalam APBN, antara lain : (1) Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dalam rangka menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. (2) Mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara pemerintahan pusat dan daerah serta antar daerah. (3) Meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah.(4) Memprioritaskan penyediaan pelayanan dasar di daerah tertinggal, terluar, terpencil, terdepan, dan pascabencana.(5) Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan infrastruktur dasar. (6) Meningkatkan kualitas pengalokasian Transfer ke Daerah dengan tetap memperhatikan akuntabilitas dan transparansi. (7) Meningkatkan kualitas pemantauan dan evaluasi dana Transfer ke Daerah, (8) Menetapkan alokasi Dana Desa sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, (9) Mendorong peningkatan kualitas pengelolaan keuangan daerah yang lebih efisien, efektif, transparan, dan akuntabel. Alokasi TKDD di Nusa Tenggara Timur disajikan dalam Tabel 3.7.

2018

2019

2018

2019 2018 2019 2018

2019

BELANJA PEGAWAI

2.992,47

3.021,41

2.807,14

3.048,84

-

-

93,8% 100,9%

BELANJA BARANG

4.930,90

4.179,76

4.371,46

3.825,40

1,0 1,03

88,7% 91,5%

BELANJA MODAL

3.722,98

3.738,17

3.594,90

3.298,32

4,6 4,57

96,6% 88,2%

BELANJA BANTUAN SOSIAL

21,54

14,02

19,97

13,95

-

-

92,7% 99,5%

DANA ALOKASI KHUSUS FISIK 3.089,61

3.482,48

2.928,33

3.251,52

-

-

94,8% 93,4%

DANA DESA

2.549,55

3.020,50

2.548,42

3.014,44

-

100,0% 99,8%

-Total

17.307,05

17.456,36

16.270,22

16.452,47

5,6 5,60

94,0% 94,2%

% Realisasi

Pagu

Realisasi

Blokir

Jenis Belanja

Sumber: MEBE telah diolah. (diambil 06 Januari 2020) Tabel 3.6 Alokasi per Jenis Belanja (dalam miliar rupiah)

Gambar

Tabel 2.1. PDRB dari Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan (triliun rupiah)
Tabel 2.2 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (dalam triliun rupiah)
Grafik 2.6  Inflasi/Deflasi Bulanan NTT  dan Nasional ( persen)
Grafik 2.7 Kurs Jual Transaksi USD,EUR,JPY,CNY terhadap IDR (dalam rupiah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

mampu membuat kebijakan atas hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pendampingan hukum kepada individu dan/atau Lemsaneg dimana kebijakan tersebut dapat memberikan

Abstrak—Fungsi hash dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit bilangan acak semu karena pada tiap pemrosesan blok pesan, dihasilkan nilai message digest yang jauh

(2) Beberapa faktor yang mempengaruhi penanganan kasus keterlibatan Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam pemilihan umum, yaitu: a) Kurang Alat Bukti. b) Tidak adanya

=ila dilihat berdasarkan hasil pengamatan, maka diketahui koloni  bakteri = memiliki kemampuan menghidrolisis amilum dengan sedang, sedangkan koloni bakteri A sama sekali

Pengkajian terhadap draft Standar Operasional Prosedur (SOP), draft Surat Keputusan Direksi dan Ketentuan Intern lainnya terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk memastikan

Pada proses Open-Hearth ( dapur Siemens Martin ) digunakan campuran besi mentah (pig iron) padat atau cair dengan baja bekas (steel scrap) sebagai bahan isian (charge).. Pada

Dengan menggunakan metode latihan Standing Jump Over Barrier, mempunyai efek yang positif dalam peningkatan kecepatan dalam permainan sepakbola.. Journal Pendidikan

Kesukaan Rasa, Tekstur, Aroma dan Keseluruhan Dosis ragi 1 persen dengan gula pada pengamatan hari ke-3 cenderung menghasilkan nilai kesukaan rasa tertinggi meskipun tidak berbeda