• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL REGIONAL

6.1. SEKTOR UNGGULAN DAERAH

Sebagaimana hasil tipologi klassen, NTT memliki beberapa sektor unggulan yaitu (1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, (2) administrasi pemerintahan, pertahanan dan Jamsos Wajib, (3) Jasa Pendidikan.

6.1.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, Dan Perikanan

Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB NTT yakni sebesar Rp 18,52 triliun (ADHK). Dengan kontribusinya yang mencapai 27% terhadap PDRB, sektor ini mampu menyerap 54 persen dari total penduduk yang bekerja di NTT. Selanjutnya, pendekatan perbandingan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) digunakan untuk mengetahui sejauh mana sumbangsih sektor pertanian terhadap tingkat kesejahteraan pelaku usaha di sektor ini.

Grafik 6.2 Perbandingan NTP dan NTUP NTT dan Nasional 2019

Sumber : BPS NTT

Indikator utama yang digunakan dalam pengukuran kesejahteraan petani adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Metodologi yang digunakan Badan Pusat Statistik dalam Perhitungan NTP adalah dengan membandingkan indeks harga yang diterima petani (hasil produksi/panen) terhadap indeks harga yang dibayar petani (barang yang

77

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

dikonsumsi maupun barang faktor produksi). Sehingga petani di suatu daerah dianggap sejahtera jika nilai NTP diatas 100 (>100) yang berarti hasil yang diproduksi/panen lebih besar dari kebutuhan konsumsi yang dibelinya. Selain NTP, untuk melihat lebih rinci terhadap sektor ini, akan digunakan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP). NTUP lebih dapat mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan Grafik 6.2, sepanjang tahun 2019 terlihat bahwa NTP dan NTUP Nusa Tenggara Timur lebih tinggi dari NTP dan NTUP nasional. Secara rata-rata NTP NTT tercatat sebesar 106,17 sedangkan NTP nasional hanya mencapai 103,2, sementara itu nilai NTUP Nusa Tenggara Timur secara-rata rata berada pada kisaran 114-115 sedangkan NTUP Nasional hanya mencapai kisaran 111-114. Kondisi ini menunjukkan, bahwa tingkat kesejahteraan petani pada sektor ini relatif cukup baik dibandingkan nasional. Sehingga tidak heran jika sektor pertanian masih menjadi leading sector pada perekonomian NTT dan mampu menyerap tenaga kerja terbesar yakni mencapai 1,17 juta orang atau 48,70 persen dari total penduduk yang bekerja.

Lebih lanjut, jika dilihat dari subsektornya, secara rata-rata subsektor perternakan dan perikanan merupakan yang terbesar dari segi produktifitasnya. Kondisi ini tidak terlepas dari keunggulan geografis NTT yang memiliki potensi padang rumput dan tegalan yang mencapai lebih dari 1 juta hektar dan mendominasi luas lahan pertanian.

Gambar 6.1 Pemetaan Potensi Luas Padang Rumput di Nusa Tenggara Timur

Sumber : Hasil Pengujian ArcView Gis 3.3

Jika dilihat secara spasial, dengan menggunakan metode natural breaks dalam ArView Gis 3.3 dapat dipetakan bahwa potensi wilayah dengan padang rumput terluas berada

78

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

pada wilayah selatan Nusa Tenggara Timur yaitu Pulau Sumba dan Pulau Timor. Sedangkan kabupaten dengan padang rumput terluas berada di Kabupaten Sumba Timur, kemudian kategori sedang terdapat di 5 kabupaten yaitu Kabupaten Sumba Tengah, Kupang, Timor Tengah Selatan, Timur Tengah Utara dan Alor.

Selain itu, menurut hasil kajian LPPM Universitas Brawijaya, dampak program Desa Mandiri Anggur Merah (DeMAM) 2009-2017 dimana setiap desa diberikan dana 250 juta untuk pengembangan potensi usaha masyarakat, dinilai cukup berhasil terutama aspek pengembangan jenis usaha peternakan. Sistem usaha peternakan yang dulunya sendiri-sendiri kini telah dikembangkan secara berkelompok dan terbukti mampu meningkatkan skala ekonominya menjadi semakin besar. Terbukti, data terakhir populasi ternak besar di NTT sudah mulai diperhitungkan produktivitasnya secara nasional.

Tabel 6.2 Populasi Hewan Ternak NTT 2018 (ekor)

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Selanjutnya, subsektor perikanan dan kelautan juga memiliki nilai produktifitas tertinggi kedua setelah peternakan. Berdasarkan data potensi investasi dari Dinas Penanaman Modal Provinsi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Timur memiliki luas laut mencapai ± 200.000 km² (4 kali luas daratan) dan panjang garis pantai 5.700 km sehingga Potensi lestari perikanan tangkap mencapai 491.700 ton/tahun dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 393.360 ton/thn.

Nusa Tenggara Timur juga memiliki potensi luas lahan budidaya laut yang mencapai 53.727 Ha yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya rumput laut dan kerapu. Potensi budidaya air payau sebagai peluang pengembangan kawasan budidaya bandeng, dan udang mencapai 35.455 Ha serta potensi budidaya air tawar (gurame, lele, nila, dan patin) yang mencapai 51,870 Ha. Masih di subsektor ini, Nusa Tenggara Timur juga memiliki 808 Desa Pesisir dengan jumlah penduduk pesisir mencapai ± 1,3 Juta jiwa sehingga memiliki potensi lahan pengembangan garam sebesar 49.760 Ha.

Hewan

Ternak NTT Nasional % Keterangan

Babi 2.141.246 8.542.488 25% Peringkat 1 Nasional

Kuda 114.514 421.104 27% Peringkat 2 Nasional setelah SulSel Kerbau 165.551 1.356.390 12% Peringkat 2 Nasional setelah Aceh Sapi Potong 1.027.256 17.050.006 6% Peringkat 5 Nasional

79

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Gambar 6.2 Sebaran Potensi Pengembangan Perikanan Tangkap (ton)

Sumber : Dinas Koordinasi Penanaman Modal Daerah

Dukungan fiskal terhadap sektor ini senantiasa dijaga oleh pemerintah guna menjaga momentum pertumbuhannya. Sebagaimana tabel 6.2, belanja pemerintah pada sektor ini masih tetap berada pada kisaran 2% dibandingkan tahun lalu, 1% lebih rendah dari Provinsi Bali. Untuk Nusa Tenggara Timur, pada tahun 2019 terjadi switching belanja sektor pertanian dimana meskipun terjadi penurunan di belanja K/L sektor pertanian, namun alokasi belanja DAK Fisik sektor pertanian meningkat sebesar 54% dibandingkan tahun lalu. Beberapa output yang telah terealiasasi antara lain Penyediaan Alat dan Mesin Pertanian Pra Panen, Pendidikan Vokasi Kelautan dan Perikanan, Fasilitas Penyediaan Benih Bersertifikat, Pengembangan Desa Pertanian Organik, Pengembangan Tanaman Kakao dan Kopi, serta Rehabilitasi Hutan dan Lahan secara Vegetatif.

Tabel 6.3 Belanja Pemerintah pada Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (miliar Rp)

Sumber: OM SPAN, diakses 8 Februari 2019

Keterangan : a) APBN Sektor Pertanian = Realisasi Belanja APBN Kementerian Pertanian, KLHK, dan KKP di NTT b) DAK Fisik = Alokasi Dak Fisik Bidang Pertanian, serta Bidang Kelautan dan Perikanan

80

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Namun demikian, meskipun sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan ini memiliki share tertinggi terhadap PDRB dan juga menyerap paling banyak tenaga kerja, namun dalam pengembangannya masih terdapat beberapa kendala, antara lain :

1. Singkatnya musim hujan di NTT (3-4 bulan) dan kondisi kemarau yang relatif panjang menyebabkan minimnya ketersediaan air untuk kepentingan pertanian, sehingga masa tanam menjadi cukup pendek.

2. Minimnya kompetensi para petani dalam pengolahan lahan dan penguasaan teknik pertanian serta belum adanya pengembangan kelembagaan petani sampai dengan akses terhadap pasar.

3. Adanya kendala penyediaan pakan ternak, khususnya pada musim kemarau 4. Meskipun penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapai 48,7 pesen namun

mayoritas merupakan pekerja informal yang terdiri dari pekerja dengan status Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/Buruh Tidak Dibayar dan Pekerja Keluarga/Tak Dibayar sehingga manfaat ekonomi dari sektor ini tidak terdistribusi secara maksimal.

Berdasarkan kondisi tersebut, terdapat beberapa rekomendasi yang dapat diberikan dalam rangka mendorong peningkatan produktifitas dan kontribusinya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu:

1. Perlunya dikembangkan teknologi dan komoditas pertanian di lahan kering, serta penyediaan alat pengolahan lahan (Traktor dll) untuk pengolahan pertanian lahan kering.

2. Peningkatan Sumber Daya Manusia pertanian, melalui kegiatan penyuluhan pertanian secara klasterisasi secara berkesinambungan melalui strategi tehnical assistance melalui pengembangan masyarakat (community development), training/pelatihan, knowledge transfer teknologi informasi.

3. Perlunya adanya pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan petani melalui optimalisasi BUMDES serta perlunya penciptaan jalur/akses pasar oleh pemerintah daerah

4. Penguatan modal/pembiaayan kepada para petani/peternak melalui pemanfaatan program Kredit Usaha Rakyat yang telah disediakan pemerintah.

5. Sinergitas antara Pemda dan Kementerian/Lembaga terkait dalam menyusunan/pemetaan skala prioritas kegiatan sehingga alokasi belanja pemerintah dapat dimanfaatkan secara optimal

81

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 6.1.2 SEKTOR JASA PENDIDIKAN DAN SEKTOR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN,