• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANGANAN STUNTING OLEH PEMERINTAH

Prevalensi balita stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi yang tertinggi secara nasional dengan angka mencapai 42,6 persen

PROGRAM PENANGANAN STUNTING DI DAERAH

7.3 PENANGANAN STUNTING OLEH PEMERINTAH

Penanganan stunting secara umum dapat dibagai menjadi tiga kategori yaitu intervensi spesifik yang bertujuan untuk mengatasi penyebab langsung masalah gizi, intervensi sensitif yang bertujuan untuk mengatasi penyebab tidak langsung yang mendasari terjadinya masalah gizi, serta kegiatan pendukung berupa kebijakan dan keterlibatan pemerintah dalam bentuk koordinasi dan dukungan teknis.

Gambar 7.4 Strategi Integrasi Pencegahan Dan Penanganan Stunting di NTT

SRATEGI 1. SINERGI PENANGANAN STUNTING DALAM PROGRAM / KEGIATAN

Menetapkan Penanganan Kemiskinan dan Stunting pada Tema RKPD Tahun 2020 , Menetapkan Pokja / Komisi Penanganan Stunting (SK Gubernur), Perencanaan Program/ Kegiatan dan Anggaran Berbasis Isu Strategis, Penetapan Lokasi Kegiatan berdasarkan Data Kemiskinan & Stunting

SRATEGI 2. PENGGALANGAN KOMITMEN SELURUH STAKEHOLDER DI DAERAH

Peningkatan Sinergitas Program / Kegiatan dan Anggaran dari Seluruh Stakeholder, Optimalisasi Peran Lembaga Yang Mengakar di Masyarakat (Lembaga Agama, Adat, Tomas), Perumusan dan Pengawalan, Pelaporan Kegiatan)

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

NUSA TENGGAR TIMUR

97

Sejalan dengan RPJMN, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur juga telah menetapkan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia sebagai salah satu Misi Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2018 – 2023.

Sebagai penjabaran dari misi tersebut, pemerintah provinsi telah menetapkan Pencegahan dan Penanganan Stunting sebagai Quick Wins Pemerintah bersama dengan dua lainnya yaitu moratorium tambang, dan moratorium pekerja migran. Sebagai tindak lanjutnya, pemerintah provinsi telah merumuskan strategi penanganan stunting dengan berfokus kepada 2 pilar strategi penanganan stunting yaitu pilar ke 3 “Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi Program Nasional, Daerah, dan Masyarakat” dan Pilar 5 “Pemantauan dan Evaluasi” melalui Strategi sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 6.3.

Selama tahun 2019, melalui APBN dan ABPD, pemerintah telah melakukan konvergensi penanganan stunting di Nusa Tenggara Timur. Pada tataran pemerintah daerah, saat ini 21 Pemerintah Kabupaten/Kota telah selesai melaksanakan Aksi 1 s.d 4 dari 8 aksi integrasi yang akan memperkuat efektivitas intervensi penurunan stunting. Keempat aksi integrasi tersebut adalah Analisis Situasi Program Penurunan Stunting, Penyusunan Rencana Kegiatan, Rembuk Stunting, Penetapan Peraturan Bupati/Walikota. Sedangkan keempat aksi lainnya yaitu Pembinaan Kader Pembangunan Manusia, Sistem Manajemen Data, Pengukuran dan Publikasi Stunting, dan Reviu Kinerja Tahunan masih dalam tahap pengawalan kegiatan oleh Tim Pokja Stunting NTT.

Dari sisi pemerintah pusat, program penanganan stunting juga telah diintegrasikan ke berbagai kegiatan Kementerian/Lembaga secara konvergen sesuai dengan tugas dan fungsi teknis masing-masing. Secara komprehensi, realisasi dan capaian dari kegiatan penanganan stunting di Nusa Tenggara Timur dijelaskan dalam pembahasan berikut ini.

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

NUSA TENGGAR TIMUR

98

7.3.1 Belanja K/L dalam APBN

Total pagu yang teralokasi untuk penanganan stunting di Nusa Tenggara Timur tahun 2019 adalah sebesar Rp.1,2 triliun. Dari jumlah tersebut capaian realisasinya mencapai Rp 1,04 triliun atau mencapai 86,3 persen. Jika dibandingkan dengan total alokasi pagu Kementerian/Lembaga tahun 2019 yang mencapai Rp 10,7 triliun, maka alokasi belanja untuk penanganan stunting berkisar 11 persen.

Belanja penanganan stunting pada kategori intervensi spesifik di Nusa Tenggara Timur dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui dana dekonsentrasi.

Berdasarkan hasil realisasi belanja dari kelompok penangangan stunting pada kategori intervensi spesifik sebagaimana dalam tabel 7.1, dari 4 kegiatan utama, terdapat 1 kegiatan yang tidak teralokasikan di Nusa Tenggara Timur. Kegiatan tersebut adalah suplementasi gizi makro yaitu berupa pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi kronik dan anak balita kurus. Dilihat dari capaiannya, secara keseluruhan mampu mencapai 99,9 persen dengan capaian output juga mencapai 100 persen. Capaian ini menunjukan bahwa pemerintah telah berupaya maksimal untuk mengupayakan percepatan

Grafik. 7.1 Total Pagu Penanganan Stunting Terhadap Total Pagu APBN 2019

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

NUSA TENGGAR TIMUR

99

penangan stunting di Nusa Tenggara Timur. Diharapkan capaian yang maksimal ini akan diikuti oleh outcome yang baik pula, sehingga kualitas Sumber daya Manusia khususnya di NTT semakin baik ke depan.

Sementara itu, untuk kegiatan dalam kelompok penanganan intervensi sensitif, realisasi terbesar berada pada kegiatan penyediaan air minum yang meliputi Sistem penyediaan air minum (SPAM), Pembangunan SPAM kawasan perkotaan, SPAM berbasis masyarakat melalui pamsimas, pembangunan SPAM di kawasan khusus, pembangunan SPAM regional. Namun demikian, secara prosentase realisasi nampak bahwa kegiatan ini terealisasi paling rendah yakni mencapai 86 persen. Berdasarkan hasil konfirmasi dengan Kementerian/Lembaga teknis terkait, ditemukan bahwa pada Satker Prasarana Pemukiman Wilayah I belum dapat melaksanakan kegiatan dikarenakan tidak cukup waktu dengan nilai kegiatan mencapai Rp 7,153 miliar, diantaranya (1) Pengembangan SPAM IKK Mamboro Kab. Sumba Tengah; (2) Pengembangan Jaringan Perpipaan Mendukung SPAM Rumah Sakit Wirasakti Kec. Kota Raja Kupang (3) Kegiatan Supervisi Pengembangan SPAM dan Jaringan Perpipaan. Rincian lebih lengkap terkait realisasi kegiatan kelompok penanganan intervensi spesifik dan sensitif terdapat pada lampiran.

Berikutnya, disamping kegiatan intervensi spesisfik dan sensitif, pemerintah pusat juga telah mengalokasikan anggaran untuk kegiatan dalam kelompok penanganan stunting yang berupa anggaran untuk pendampingan, koordinasi dan dukungan teknis. Sebagaimana diuraikan

dalam tabel 7.3, dari 2 jenis kegiatan yang masuk lam kelompok ini, hanya teralokasi untuk kegiatan monitoring dan evaluasi berupa publikasi/laporan statistik kesejahteraan rakyat, sementar untuk kegiatan pendampingan daerah belum dialokasikan pada tahun 2019. Khusus untuk kegiatan publikasi, telah terealisasi sebesar Rp 7,3 miliar dengan output berupa 40 laporan publikasi oleh Badan Pusat Statistik.

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

NUSA TENGGAR TIMUR

100

Secara umum, senua kegiatan terkait penanganan stunting yang bersumber dari belanja APBN dapat dilaksanakan dengan baik dan telah mencapai output yang seharusnya, meskipun terdapat 1 kegiatan pengembangan SPAM yang belum dapat dilaksanakan dikarenakan waktu yang terbatas. Selain itu, berdasarkan hasil pendalaman dengan satker, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya seperti terbatasnya sumber daya manusia pada dinas kesehatan dibandingkan dengan luasnya wilayah dan kondisi geografis NTT yang berpulau. Ke depan kendala ini tentunya masih bisa diminimalisir dengan adanya perencanaan yang matang dan proses pelaksanaan kegiatan lebih awal, terkait minimnya SDM, dinas kesehatan provinsi seharusnya bisa berkolaborasi dengan dinas kesehatan kab/kota dalam hal mengalami kendala jarak dan kewilayahan.

Selain kegiatan tersebut di atas, dalam rangka mempercepat penanganan stunting, pemerintah juga masih mengalokasikan beberapa kegiatan lainnya yang dilaksanakan oleh beberapa kementerian/lembaga yang ada di NTT. Pada kelompok ini, seluruh kementerian/lembaga yang mempunyai tugas telah melaksanakan dengan baik. Secara total realisasi kegiatan mencapai Rp 17,6 miliar atau 95,6 persen dari total pagu yang dianggarkan. Kinerja capaian output kegiatan ini juga telah tercapai 100 persen dengan rincian sebagaimana diuraikan dalam tabel 7.4 berikut ini.

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

NUSA TENGGAR TIMUR

101

7.3.2 Belanja DAK Fisik dan Dana Desa

DAK Fisik dan Dana Desa merupakan komponen dari Anggaran Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa (TKDD) dimana merupakan salah satu instrumen belanja negara yang bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang bertujuan untuk

membiayai penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, sebagai pelaksanaan desentralisasi fiskal. Dalam arah kebijakan tahun Anggaran 2019,

kebijakan pengalokasian DAK Fisik dan Dana Desa TA 2019 salah satunya adalah pengintegrasian beberapa bidang terkait dengan pendekatan program (programmatic approach). Salah satu program hasil dari pendekatan programmatic approach dalam pengalokasiannya adalah program penanggulangan stunting. Gambar 7.2 menunjukkan komposisi kegiatan bersumber dari DAK Fisik dan Dana Desa dalam rangka mendukung percepatan penanganan stunting.

Grafik 7.2 Komposisis Realisasi Penanganan Stunting dalam DFDD 2019 (Persen)

Secara keseluruhan, sebagaimana Grafik 7.2, total realisasi program penanaman stunting pada DAK Fisik yang berada pada Bidang Kesehatan, Sanitasi, Air Minum, dan Pendidikan mencapai Rp. 244,67 miliar, atau hanya sebesar 8 persen dari total realisasi DAK