• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi balita stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi yang tertinggi secara nasional dengan angka mencapai 42,6 persen

DANA DESA

7.3.3. Belanja APBD

Alokasi Belanja APBD tahun 2019 untuk Dinas Kesehatan dialokasikan sebesar Rp Rp 62,4 miliar. Dari total sebesar Rp 62,4 miliar, alokasi yang diperuntukan untuk penanganan stunting mencapai sekitar 12 persen atau sebesar Rp 7,2 miliar. Dari jumlah tersebut, dalam pelaksanaannya telah terealisasi sebesar 94,5%. Diluar itu, telah dialokasikan Rp 750 juta pada tiap-tiap pemerintah kab/kota melalui DAK Non Fisik khusus untuk pencegahan dan penanganan stunting di NTT. Kondisi ini secara nyata menunjukkan kesungguhan Nusa Tenggara Timur dalam upaya percepatan penangan stunting. Selain dana APBD, Dinas Kesehatan juga mengelola dana dekonsentrasi sekitar Rp 6 miliar yang realisasinya telah disajikan pada kelompok belanja APBN.

BIDANG KEGIATAN REALISASI OUTPUT

Kesehatan Penyediaan obat gizi (Vitamin A Merah, Vitamin A Biru, Tablet Penambah Darah Ibu Hamil, dll), Pengadaan Implant Removal Kit,Bina Keluarga Balita (BKB) Kit dan IUD Kit.

4.246.775.000 543 paket

Pengadaan Sarana Kerja PKB/PLKB

Set Ruangan Kesehatan Ibu, Anak, KB , Obgyn Bed Imunisasi dan Sanitarian Kit

25.047.914.638 1348 paket

Penyediaan Alat Antropometri 9.412.087.985 1052 paket

Pembangunan dan pengembangan Balai Penyuluhan KB 4.989.380.000 218 unit Pengadaan Pengadaan Mobil Unit Penerangan KB,

Kendaraan distribusi alokon, Sepeda Motor PPLKB 7.450.590.249

189 unit

Instalasi Pengelolaan Makanan (Gizi) 4.587.784.700 2 unit Pendidikan Pengadaan Alat Permainan Edukatif (APE) PAUD Dan

Buku Koleksi PAUD 2.071.899.000

151 paket

Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) PAUD Beserta

Perabotnya Rehabilitasi Ruang Kelas PAUD 5.909.821.812

56 ruang

Sanitasi Sistem Pengelola Air Limbah (IPAL, MCK) 92.202.552.300 10.701 Unit Air Minum

Sistem Penyediaan Air Minum 80.676.899.148 15.973 SR Sambungan Regional Air 8.078.320.600 36 Unit

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

NUSA TENGGAR TIMUR

104

Tabel 7.6

Kelompok Penanganan Stunting pada APBD : Intervensi Gizi Spesifik

Sumber : Dinas Kesehatan Pemprov NTT

Berdasarkan data capaian kinerja pelaksanaan anggaran pada keompok penanganan stunting intervensi gizi spesifik sebagaimana pada tabel 7, secara umum dapat terealisasi dengan baik dengan rata-rata diatas 90 persen. Namun demikian, masih terdapat dua kegiatan yang masih memiliki realisasi kurang dari 90 persen yaitu Pemeriksaan Skrining Hipotiroid Kongenital Bayi Baru Lahir (42,48%) dan

SASARAN KEGIATAN REALISASI OUTPUT

Ibu Hamil

Paket Intervensi pada Ibu Hamil KEK dan Balita Kurus 240.000.000 6 Kab (100 %) Peningkatan Pelayanan Kesehatan Ibu 494.847.000 100% Perbaikan Status Gizi Ibu, Bayi dan Balita 4.010.167.500 100% Pelatihan Penggunaan Aplikasi Kobocollect untuk

kader 283.544.000

6 Kab (93,41%) Pengumpulan Data Ordinat Anak, Ibu hamil, Polindes,

dan Puskesmas 187.950.000

6 Kab (99,32 %) Pelaksanaan Revolusi KIA (Kesehatan Ibu dan Anak),

Rencana Aksi Daerah MDGs (Millenium Development Goals) serta Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi

446.172.000 100%

Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-23 bulan

Pelaksanaan Aksi Konvergensi Stunting di NTT 286.700.000 21 Kab (100%) Pemeriksaan Skrining Hipotiroid Kongenital Bayi Baru

Lahir

51,600,000 (42,48%)

11 Puskesmas 1 RS Kota

PMT Balita Kurus di desa model PKK 326.000.000 6 Kab (100 %)

Supervisi Fasilitatif Pelaksanaan AnC, INC Dan PNC

Di 17 Kabupaten / Kota 120.907.200

17 Kab /Kota (94,33 %) Orientasi Peningkatan Pelayanan KB Pasca Salin

Bagi Ketenaga Kesehatan Di 7 Kabupaten di Provinsi NTT 132.593.500 7 Kab (90,60 %) Remaja Putri dan Wanita Usia Subur

Pelatihan Penanganan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT) Bagi Tenaga Kesehatan Dari Puskesmas / Polindes / Postu di 6 Kab. Lokus bagi balita kurus (TTS,TTU,Belu,Alor, S. Barat dan SDB)

390.170.109 6 Kab (91,49%)

Sosialisasi UKS Terintegrasi Tablet Tambah Darah Remaja Putri, Kesehatan Reproduksi Dana Gizi Di 22 Kab/Kota

153.346.080

(77,80%) 22 Kab /Kota

Anak Usia

24-59 bulan Pelatihan PMT Makanan Lokal Terintegrasi PMBA & PGBT bagi Petugas Kesehatan Dan Kader Dan PKK di desa di 3 Kabupaten (TTS, TTU, dan Belu)

149.081.200 3 Kab (96,32%)

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

NUSA TENGGAR TIMUR

105

Sosialisasi UKS Terintegrasi Tablet Tambah Darah Remaja Putri, Kesehatan Reproduksi Dana Gizi Di 22 Kab/Kota (77,80%). Namun demikian, berdasarkan hasil konfirmasi dengan dinas kesehatan, meskipun tidak terealisasi maksimal, namun output kegiatan telah

terlaksana, yakni telah dikirimnya data sampel darah 300 bayi yang berumur 0-48 jam ke RSUP Hasan Sadikin Bandung guna mendeteksi adanya kelainan, serta telah terselenggaranya kegiatan sosialisasi UKS Terintegrasi

Tablet tambah Darah di Kota Kupang dengan dihadiri oleh 47 orang peserta dari 22 kab/kota.

Selain pendanaan untuk intervensi gizi spesifik, pemerintah daerah juga menyediakan alokasi untuk membiayai kegiatan Penanganan Stunting yang tergolong intervensi gizi sensitif. Berdasarkan data dari Bappelitbangda Prov. NTT total alokasi untuk kelompok

kegiatan ini mencapai Rp 32,3 miliar, dengan uraian sebagaimana dalam tabel 7.7 berikut ini.Secara keseluruhan, alokasi terbesar berada pada sasaran untuk Peningkatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi dengan nilai Rp 20,6 miliar. Kondisi alam NTT yang kering dengan curah hujan yang cukup pendek (2-3 bulan) menyebabkan adanya kekurangan air bersih baik itu untuk minum maupun

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

NUSA TENGGAR TIMUR

106

keperluan sehari-hari. Untuk itu, kebutuhan akan air minum ini harus terus diprioritaskan oleh pemerintah dan dicari solusi yang paten dan berkesinambungan. Selain kegiatan intervensi spesifik dan sensitif, dalam Panduan Konvergensi Program Percepatan Pencegahan Stunting yang dikeluarkan Bappenas dan TNP2K terdapat beberapa kegiatan yang bisa dilakukan oleh OPD di Pemerintah Daerah yang masih terkait dengan intervensi gizi sensitif dalam rangka penanganan stunting. Beberapa kegiatan tersebut dan pelaksanaannya di NTT adalah sebagaimana dalam tabel 7.8 Efektivitas pelaksanaan

belanja APBNdan APBD khususnya untuk kegiatan penanganan stunting di NTT mulai menunjukkan hasil yang baik. Berdasarkan data Pemerintah Provinsi NTT, angka prevalensi stunting di Nusa Tenggara Timur sudah menurun signifikan menjadi 30,8 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai 42,6 persen. Namun demikian, masih terdapat 3 kabupaten yang masih memiliki angka prevalensi

cukup tinggi yaitu di atas 40 persen yaitu Kab. Timor Tengah Selatan, Kab. Kupang, dan Kab. Timor Tengah Utara. Satu hal yang disinyalir menjadi penyebab utama masih tingginya prevalensi stunting di beberapa kabupaten adalah masalah sanitasi dan penyediaan air bersih. Adapun penyebabnya antara lain (1) Terdapat 1 dari 25 Rumah Tangga di Provinsi NTT masih melakukan Praktik Buang Air Besar Sembarangan. (2) Terdapat 1 dari 3 Rumah tangga di NTT belum menggunakan septick tank yang memadai dan tidak menyedot lumpur tinja di rumah tangga sehingga menyebabkan pencemaran air tanah yang kemudian memicu lahirnya berbagai kasus penyakit berbasis lingkungan.

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2019

NUSA TENGGAR TIMUR

107

Untuk mengurangi ini, salah satu upaya yang coba diambil adalah mewujudkan gerakan bersama secara masif untuk mencapai NTT Stop Buang Air Besar Sembarangan di Tahun 2023 guna mendukung Eliminasi Stunting dan Kemiskinan.

108

BAB VIII PENUTUP

8.1 KESIMPULAN

Dari uraian dalam bab-bab sebelumnya dapat disampaikan kesimpulan KFR Tahunan Provinsi NTT Tahun 2019 sebagai berikut :

1. Salah satu tujuan pembangunan daerah Nusa Tenggara Timur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah adalah menciptakan kemandirian dan stabilitas perekonomian daerah, untuk mencapai tujuan tersebut masih terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi dari mulai masih tingginya angka kemiskinan, masih kurangnya kualitas penyediaan pendidikan maupun kesehatan, minimnya pemenuhan rumah layak huni, penyediaan air bersih, dan permasalahan terkait ketahanan pangan.

2. Perekonomian NTT tahun 2019 tumbuh sebesar 5,20 persen meningkat 0,07 basis poin dari tahun sebelumnya dan lebih tinggi 0,18 poin dari pertumbuhan nasional yang mencapai 5,02 persen. Setelah sempat turun dibawah angka pertumbuhan 5 persen di tahun 2015 secara gradual kinerja pertumbuhan perekonomian NTT mampu naik dan berada pada kisaran di atas 5 persen samapi dengan tahun 2019. 3. Berdasarkan hasil proyeksi, laju pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan I tahun 2020 diprediksi hanya mencapai 5,12 menurun sebesar 0,2 persen dibandingkan triwulan IV 2019. Hasil proyeksi yang menunjukkan penurunan ini, kiranya dapat menjadi early warning bagi pengambil kebijakan, sehingga dapat diantisipasi dengan tepat.

4. Angka kemiskinan NTT mencapai 20,62 dengan jumlah penduduk miskin mencapai 1,2 juta.Kemiskinan di desa tercatat lebih tinggi dibandingkan di kota dengan disparitas yang cukup lebar yaitu 24 % dibandingkan 8,34%. Meskipun turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 21,09 namun secara nasional NTT masih menjadi yang tertinggi ketiga.

5. Dari enam indikator ekonomi makro (Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Kemiskinan, Pengangguran, Inflasi, Indeks Gini dan IPM),yang ditetapkan targetnya dalam RKPD Provinsi NTT 2019 dua diantaranya masih sesuai target yaitu Tingkat Pengangguran dan Tingkat Inflasi.

109

6. Alokasi belanja APBN di tahun 2019 mencapai sebesar Rp35,43 triliun yang terdiri APBN sebesar Rp11,05 triliun dan TKDD sebesar Rp24,37 triliun. Sampai dengan akhir tahun, realisasi belanja APBN tercatat sebesar 96 persen sedangkan realisasi TKDD mencapai 98 persen.

7. Total realisasi penerimaan pajak di Provinsi NTT pada tahun 2019 mencapai Rp2,73 triliun atau sebesar 90 persen dari rencana penerimaan pajak. Sedangkan total realisasi PNBP mencapai Rp566,51 miliar turun sebesar Rp8,18 miliar atau 1 persen dibandingkan dengan capaian tahun 2018

8. Ketergantungan Pemerintah daerah di NTT terhadap dana transfer dari pemerintah pusat masih tinggi. Di tahun 2019, total pendapatan transfer (TKDD) untuk seluruh pemerintah daerah di NTT memiliki proporsi sebesar 82 persen.

9. Pariwisata telah ditetapkan sebagai penggerak utama (prime mover) peningkatan perekonomian NTT dalam 5 tahun ke depan. Saat ini NTT memiliki 443 Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang berdasarkan tema wisatanya terdiri dari Wisata Alam, Religius/Rohani, Busaya, Pantai, Kampung Tradisional, Diving and Snorkelling, Kuliner, Festival Budaya, Belanja, Sejarah dan Buatan yang sebagian besar telah ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Nasional dengan 5 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Sejalan dengan itu Pemerintah Provinsi juga mengusung program Pariwisata Estate sebagai salah satu misi pembangunan jangka menegah.

10. Tantangan fiskal daerah NTT adalah mewujudkan sektor pariwisata sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian NTT. Hal ini dikarenakan, sektor pariwisata NTT yang diproksikan oleh lapangan usaha Akomodasi dan Makan Minum masih memiliki kontribusi terhadap PDRB yang masih sangat kecil yaitu hanya 0,75 persen dalam 2 tahun terakhir.

11. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Force Field Analysis (FFA), dapat diidentifikasi beberapa faktor yang menjadi pendorong (driving forces) dalam rangka mewujudkan sektor pariwisata menjadi prime mover peningkatan ekonomi NTT. Faktor pendorong atau faktor yang perlu lebih dioptimalkan antara lai (1) telah adanya dukungan kebijakan pemerintah, (2) adanya dukungan fiskal dari pemerintah, (3) Keberagaman daya tarik wisata, (4) Perkembangan Media sosial yang sangat cepat. Selain itu, terdapat juga beberapa faktor penghambat (restraining forces) terwujudnya sektor pariwisata menjadi prime mover peningkatan ekonomi NTT yang perlu diminimalisir, yaitu (1) minimnya infrastruktur pendukung

110

pariwisata, (2) minimnya atraksi dan event pariwisata, (3) keterlibatan mayarakat di daerah wisaya msih rendah, (4) Belum meratanya kualitas SDM pariwisata. U P

99

8.2 REKOMENDASI

Berdasarkan analisis dan kesimpulan yang diambil, dapat diberikan beberapa rekomendasi, yaitu :