• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM YOUTH FORUM DALAM MEMPERJUANGKAN HAK PENDIDIKAN BAGI SISWI YANG MENGALAMI KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DI YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM YOUTH FORUM DALAM MEMPERJUANGKAN HAK PENDIDIKAN BAGI SISWI YANG MENGALAMI KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DI YOGYAKARTA."

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI PROGRAM YOUTH FORUM DALAM MEMPERJUANGKAN HAK PENDIDIKAN BAGI SISWI YANG MENGALAMI KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Fitri Ramadhani NIM 12110241003

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Diri yang dibimbing oleh jiwalah yang menjadi pendidikan dalam dunia pergaulan sosial”

(KH. R. Zainuddin Fananie)

“Orang-orang yang mendapatkan pendidikan moral akan mampu bekerja

dengan penuh kegirangan dan ringan hati, meskipun mendapatkan berbagai

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ayahanda dan ibunda serta segenap keluarga saya yang tak pernah lelah memberikan dukungan moral maupun material untuk menyelesaikan studi saya. Semoga saya bisa menjadi kebanggaan keluarga.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

vii

IMPLEMENTASI PROGRAM YOUTH FORUM DALAM MEMPERJUANGKAN HAK PENDIDIKAN BAGI SISWI YANG

MENGALAMI KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DI YOGYAKARTA

Oleh Fitri Ramadhani NIM 12110241003

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi anak yang mengalami kehamilan tidak diinginkan di Yogyakarta, untuk menggambarkan faktor pendukung dan penghambatnya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskripif kualitatif. Subjek penelitian orang yang terdiri dari anggota Youth Forum, Direktur Cabang PKBI, relawan, PE (Peer Educator). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisi dengan pendekatan kualitatif yang meliputi langkah-langkah reduksi data, display data, dan verifikasi data. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi program Youth Forum di Yogyakarta memiliki beberapa program yang telah berjalan dalam memperjuangkan hak siswi yang mengalami KTD di Yogyakarta yaitu: memberikan pemahaman kesehatan reproduksi kepada remaja, PERUT (Pertemuan Rutin), Siaran Radio, Event, PE (Peer Educated), CO (Community Organizer), IYD (International Youth Day) yang terdapat di kota Yogyakarta agar menjaga diri dari pergaulan buruk yang dapat mengakibatkan terjadinya KTD di usia dini. Youth Forum merupakan mitra dari PKBI yang memiliki tujuan sama untuk memperjuangkan hak-hak remaja. Faktor pendukung terlaksananya program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi anak KTD yaitu: pihak sekolah mampu bekerjasama dengan baik, puskesmas bekerjasama dengan Youth Forum untuk memperjuangkan petisi Youth Forum. Faktor penghambat yaitu: sekolah menolak memasukkan kurikulum kesehatan reproduksi di sekolah, guru tidak berani memperjuangkan KTD di sekolah dikarenakan pangkat guru tersebut sebagai taruhannya.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan dalam program studi Kebijakan Pendidikan, jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan tepat pada waktunya.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari tanpa adanya bantuan yang dan dukungan dari berbagai pihak maka skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik, sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, atas segala kebijaksanaanya yang telah memberikan kemudahan bagi penulis untuk melaksanakan studi di kampus tercinta ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan pengesahan skripsi ini.

4. Ketua Jurusan Filsafat Sosiologi Pendidikan, Program Studi Kebijakan Pendidikan, yang telah memberikan dukungan dan kelancaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Siti Irene Astuti, M. Si. dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, motivasi, kritik serta arahan dalam masa perkuliahan. 6. Ibu Prof. Dr. Farida Hanum, M. Si. dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, kritik, masukan dan kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.

(9)

ix

(10)

x

(11)

xi

1. Pengertian Implementasi ... 12

2. Pengertian Program... 14

B. Konsep Pendidikan ... 1

1. Pengertian Konsep ... 16

2. Definisi Pendidikan... 17

(12)

xii

C. Hak Anak Mendapat Pendidikan... 25

D. Pengertian Youth Forum Yogyakarta ... 26

E. Kebijakan Pemenuhan Hak Pendidikan Bagi Warga Negara ... 30

F. Peserta Didik Perempuan Hamil dalam Memenuhi Hak Pendidikan . ... 36

G. KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) ... 44

H. Hak-hak Seksual dan Hambatan Pemenuhannya ... 48

I. Penelitian Yang Relevan ... 49

J. Kerangka Pikir.... ... 50

K. Pertanyaan Penelitian ... 53

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 54

B. Tempat dan Waktu ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Lembaga ... 65

B.Hasil Penelitian... 74

1. Program Youth Forum Dalam Memperjuangkan Hak Pendidikan Bagi Siswi yang Mengalami Kehamilan Tidak diinginkan di Yogyakarta .... ... 76

a. PERUT (Pertemuan Rutin) ... 76

b. Pembuatan Event ... 78

1) Media Kampanye... 78

2) MRAN (Malam Renungan Aids Nusantara) ... 81

3) Youth International Day ... 83

c. Siaran Radio ... 87

d. Pemetaan Sekolah... 89

(13)

xiii

f. Layanan Pendamping ... 93

2. Implementasi Youth Forum dalam Memperjuangkan Hak Pendidikan Bagi Siswi yang Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan di Yogyakarta ... 96

a. PE (Peer Education) ... 96

b. Pengorganisasian Remaja ... 98

c. Presensi C0 (Community Organizer) ... 100

d. Dampingan Sekolah ... 101

e. Home Visit ... 104

f. Tour ke Sekolah/Turlap (Turun Lapangan) ... 105

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Program Youth Forum ... 107

C.Pembahasan ... 110

1. Implementasi Program Youth Forum dalam Memperjuangkan Hak Pendidikan Bagi Siswi yang Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan di Yogyakara ... 110

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program Kerja Youth Forum ... 118

1. Implementasi Program Youth Forum dalam Memperjuangkan Hak Pendidikan Bagi Siswi Yang Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan di Yogyakarta ... 121

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Program Kerja Youth Forum ... 121

B.Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-Kisi Observasi ... 60

Tabel 2. Kisi-kisi Wawancara ... 61

Tabel 3. Kisi-kisi Dokumentasi ... 62

Tabel 4. Daftar Nama Relawan dan Youth Forum ... 68

Tabel 5. Jumlah KTD Di DIY Tahun 2015 ... 75

Tabel 6. Data Konseling KTD ... 91

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal Lampiran 1. Pedoman Observasi ... Lampiran 2. Reduksi Display Data ... Lampiran 3. Transkip Wawancara ... Lampiran 4. Catatan Lapangan ... Lampiran 5. Dokumentasi Foto ... Lampiran 6. Surat-Surat Penelitian ...

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan seks untuk remaja dianggap tabu, hal ini berakibat pada maraknya pergaulan seks bebas di kalangan remaja, yang kemudian menimbulkan terjadinya KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) dalam kalangan remaja. Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mempunyai rasa keingintahuan yang cukup besar. Keadaan ini berdampak pada kebanyakan remaja yang mengalami masa kematangan yang lebih awal. Kematangan ini mengarah pada salah satu aspek yaitu pada orientasi seks. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari media, lingkungan, dan juga teman. Seks pada saat ini diartiakan sempit yaitu suatu hubungan badan. Padahal seks merupakan jenis kelamin yang membedakan antara laki-laki dan perempuan secara biologis.

(18)

2

Seksualitas, menunjukkan jati diri manusia yang paling dalam seksualitas adalah esensi kemanusiaan yang paling nyata. Seksualitas yaitu sebuah proses sosial yang mengekspresikan hasrat atau birahi, ia juga dimaknai sebagai ekspresi hasrat erotic yang dikonstruksikan secara sosial (the socially constructed expression of erotic desire). Seksualitas manusia dikonstruksikan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi dengan melibatkan banyak faktor, seperti politik, ekonomi, nilai-nilai budaya dan ajaran masyarakat agama.

Sebagian masyarakat telah mereduksi dan mengerdilkan makna seksualitas. Seksualitas disalahpahami sebagai “sesuatu yang bekerja secara natural” atau “sesuatu yang hanya bekerja dengan fungsi reproduksi”. Fatalnya,

seksualitas juga direduksi menjadi relasi antar tubuh biologis. Gagasan bahwa seksualitas semata soal tubuh menggiring kepada pemahaman bahwa relasi seksual merupakan relasi antar tubuh biologis semata, tidak perlu melibatkan perasaan, pikiran, emosi, dan hasrat terdalam manusia. Lihat saja, relasi seksual dalam bahasa kamus Indonesia disebut bersetubuh, jadi hanya melibatkan jasmani saja, tanpa makna yang lain.

(19)

3

termasuk perkosaan dalam perkawinan, perusak organ reproduksi perempuan, penggunaan obat berbagai obat dan alat berbahaya untuk pemuas hasrat seksual.

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja merupakan salah satu bentuk pendidikan tentang seks di kalangan remaja, pendidikan seks pada hakikatnya menjadi sesuatu yang urgent. Sebab perilaku seksual menyimpang semakin bertambah banyak bahkan seolah menjadi tradisi dalam kehidupan manusia modern maka dapat dipahami bahwa hubungan seksualitas tampaknya telah mengalami perubahan secara drastis artinya seks pada zaman dahulu masih dianggap suci, sakral, serta menjunjung tinggi aturan dan etika. Landasan yuridis pendidikan seks mengacu pada perundang undangan :

“1945 pasal 3 ayat 1 dan 2 bahwa setiap Warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11 Ayat (1) menyatakan bahwa: pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara tanpa diskriminasi”

(20)

4

Dengan ungkapan lain, diperlukan pendidikan yang demokrasi nilai-nilai kebaikan dan moral untuk kebaikan bersama.

Aturan mengenai pemenuhan pendidikan sudah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hasil amandemen kedua. Pasal 28C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Aturan dalam pasal tersebut sudah sangat jelas bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Semua orang berhak memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka meningkatkan kehidupan sosial yang lebih baik. Pemerintah harus melaksanakan isi ketentuan dalam pasal tersebut atas dasar nondiskriminasi.

(21)

5

sisi lain peserta didik wajib mendapatkan pendidikan, tetapi di sisi lain dia juga melakuakn pelanggaran.

Adanya perundang-undangan dapat dilihat bahwa pendidikan itu universal untuk siapa saja dan dimana saja tanpa adanya diskriminasi yang merugikan satu pihak. Dalam hal ini masih banyak saja masalah kenakalan remaja yang dibuat oleh remaja makin hari makin menunjukkan perilaku menyimpang yang dilakukan dalam aksi-aksi kelompok. Gejala ini akan terus bertambah seiring perkembangan teknologi, industriallisasi, dan urbanisasasi. Salah satu masalah yang menjadi sorotan yaitu siswi yang mengalami KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan). Istilah KTD juga bisa diartikan sebagai Kehamilan Tidak Dikehendaki (Unintended Pregnancy). Kehamilan yang tidak dikehendaki adalah kehamilan yang terjadi baik karena alasan waktu yang tidak tepat (mistimed) atau karena kehamilan tersebut tidak diinginkan (unwanted). Kehamilan yang tidak diinginkan pada siswi yang bersekolah akan mempengaruhi terhadap kelanjutan pendidikan mereka. Terjadi problem tentang hak pendidikan mereka.

(22)

6

Kematangan organ-organ seks ini diikuti dengan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual sekaligus dorongan untuk melakukan hubungan tersebut. Pada era sekarang, teori pendidikan seks telah banyak disajikan sejak usia dini hingga usia dewasa namun masih tetap saja banyak perilaku free seks serta kekerasan seksual di Indonesia. Misalnya kekerasan terhadap wanita dilakukan kaum pria, kemudian terhadap anak, serta kehamilan tidak diinginkan yang berujung aborsi di kalangan remaja.

Aktivitas seks yang dilakukan terlalu dini oleh remaja dikarenakan beberapa faktor yaitu faktor interen dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh pemenuhan gizi yang baik pada anak anak sekarang sehingga menjadikan perkembangan fisiki termasuk organ-organ dan naluri seksual lebih cepat. Sementara kondisi mental yang dimilikinya belum berkembang secara sempurna. Sedangkan faktor ekstern dapat dicermati melalui perkembangan teknologi dan alat-alat komunikasi, terjadinya perubahan-perubahan sosialyang diakibatkan oleh bervariasinya ide-ide ekonomi, religi, dan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi adat kehidupan serta pola pola seks konvensional. Ditambah lagi dengan semakin vulgarnya suguhan berbagai gaya seks yang bersumber barat melalui berbagai media masa. Dengan perihal tersebut jika remaja tidak memiliki keseimbangan mental dan spiritual yang baik akan sangat mudah terjebak dalam jeratan seks bebas.

(23)

7

kehamilan tersebut bisa dikategorikan sebagai kehamilan yang tidak diinginkan (Unwanted). Jika demikian, kehamilan yang dikehendaki (intended) merupakan kehamilan yang kejadiannya diinginkan atau kehamilan yang diharapkan akan terjadi karena sedang direncanakan. (Guttmacher, 2012:4). Bisa juga ketika suatu kehamilan harus dialami oleh seorang perempuan, pada suatu kondisi dimana perempuan tersebut belum melakukan suatu ikatan yang sah menurut norma-norma yang ada (baik norma-norma agama maupun norma-norma hukum yang berlaku), maupun secara psikis belum siap menerima kehamilan yang dialaminya. Kejadian semacam ini sering kita dengar atau jumpai baik di kalangan mahasiwi atau kalangan pelajar sekolah.

Perlu adanya penanganan serta perhatian dari kalangan setempat dan kerjasama antara masyarakat, keluarga, guru, serta wali murid itu sendiri agar dapat memberikan pengarahan terbaik terkait pendidikan seks di kalangan remaja agar remaja pada saat ini tidaklah terjerumus dalam pergaulan yang dapat merusak dan menjerumuskan diri mereka, salah satunya adalah dengan memberikan bimbingan pengertian pendidikan seks dan kesehatan reproduksi remaja sedini mungkin dan dapat memberikan pengarahan karena masa remaja merupakan masa yang sangat rawan dalam mencari jati diri.

(24)

8

pengertian seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja serta mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi komprehensif termasuk bagi para remaja.

Korban KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) di sekolah terkadang mengalami diskriminasi sosial serta gangguan mental yang mengakibatkan mereka mengalami stress juga gangguan kejiwaan lainnya seperti halnya merasa tidak berguna serta merasa sendiri juga terkucilkan ditambah lagi sekolah yang tidak ingin memperjuangkan hak-haknya dalam dunia pendidikan agar mereka tetap bersekolah. Perlu adanya sosialisasi untuk pemenuhan hak-hak reproduksi dikalangan remaja serta pendampingan korban kehamilan tidak diinginkan agar mereka mendapatkan hak pendidikanya serta dapat menjalani kehidupan dengan aman dan tentram tanpa adanya masalah diskriminasi sosial yang mengganggu dirinya.

(25)

9

pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan dirinya. Penelitian ini akan menggali dan mendeskripsikan implementasi program kegiatan yang dimiliki Youth Forum tersebut, untuk dapat dikomunikasikan kepada masyarakat luas. B. Identifikasi Masalah

Dari beberapa penjelasan latar belakang di atas dapat dijabarkan identifikasi masalah yang ditemukan adalah sebagai berikut:

1. Masih kurangnya pemahaman tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja yang mengakibatkan beberapa remaja salah jalan dan mengalami penyimpangan seksual.

2. Para remaja korban kehamilan tidak diinginkan/kehamilan di luar nikah masih enggan untuk menceritakan masalah KTD yang dialaminya secara terbuka. 3. Pendidikan seks untuk remaja yang masih dianggap tabu, sehingga banyak

remaja yang tidak paham tentang perilaku seks yang menyimpang.

4. Banyaknyak remaja yang mengalami KTD umumnya tidak memiliki hak untuk melanjutkan sekolahnya.

5. Youth Forum merupakan program yang dibentuk oleh remaja untuk remaja, yang memiliki tugas memperjuangkan hak-hak pendidikan bagi siswi KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan).

C. Batasan Masalah

(26)

10

memperjuangkan pendidikan untuk anak yang mengalami KTD di Yogyakarta DIY.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Program-program apa saja yang ada di Youth Forum untuk memperjuangkan hak pendidikan anak yang mengalami KTD ?

2. Bagaimana implementasi Youth Forum di dalam memperjuangkan hak pendidikan anak yang mengalami KTD ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Implementasi program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi anak yang mengalami KTD.

2. Program-program yang ada di Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan anak yang mengalami KTD.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

(27)

11 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijasikan bahan masukan dan pertimbangan dalam mengambil sebuah kebijakan serta dapat dijadikan bahan evaluasi dalam membuat kebijakan pendidikan yang berkaitan dengan hak pendidikan bagi anak yang mengalami KTD.

a. Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada para anggota masyarakat terkait dengan program Youth Forum dalam memperjuangkan pendidikan bagi anak yang mengalami KTD di kota Yogyakarta, diharapkan di masyarakat timbul kepedulian sosial untuk ikut berpartisipasi dalam memecahkan masalah remaja di sekitarnya terutama yang berkaitan dengan pendidikan seks.

b. Bagi Remaja

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi serta meningkatkan pengetahuan dan perhatian remaja terkait program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi anak yang mengalami KTD.

(28)

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Implementasi Program 1. Pengertian Implementasi

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap tepat. Pengertian tentang implementasi menurut para ahli:

Edward III (1980) dan Emerson, Grindle, serta Mize menjelaskan bahwa terdapat empat variabel kritis dalam implementasi kebijakan publik atau program diantaranya, komunikasi atau kejelasan informasi, konsistensi informasi (communications), ketersediaan sumberdaya dalam jumlah dan mutu tertentu (resources), sikap dan komitment dari pelaksana program atau kebijakan birokrat (disposition), dan struktur birokrasi atau standar operasi yang mengatur tata kerja dan tata laksana (bureaucratic strucuture).

Kamus Besar Webster (Arif Rohman, 2009:134) mengartikan implementasi sebagai to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).

(29)

aktivitas-13

aktivitas fungsional. Menurutnya, implementasi adalah suatu aktivitas yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program.

Berdasarkan pengertian-pengertian implementasi menurut beberapa ahli di atas, maka implementasi dapat diartikan tindakan yang dilakukan secara tersusun dan terencana serta memiliki tujuan untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan yang telah direncanakan, dan dalam pelaksanaannya memerlukan pelaksana tindakan serta adanya mekanisme yang telah diatur.

2.Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:

a. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

b. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

c. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. d. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

e. Strategi pelaksanaan.

(30)

14

mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones,dalam Arif Rohman, 1996:295).

Pengertian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi di dalam sebuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang. Pengertian program yang dikemukakan di atas adalah pengertian secara umum (Suharsimi Arikunto, 2004: 3). Kesimpulan yang dapat ditarik program adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan untuk melaksanakan suatu kebijakan dengan kata lain program adalah produk dari suatu kebijakan. B. Konsep Pendidikan

Konsep adalah istilah yang memberikan makna abstrak dan general sebagai contoh di dalam administrasi adalah standarisasi, kepemimpinan, motivasi, budaya, kewenangan. Ilmuwan menemukan konsep yang dapat membantu mereka mengkaji dan menganalisis fenomena yang ada secara sistematis. Konsep yang operasional disebut variabel. Asumsi diterima tanpa bukti karena sudah terbukti sendiri (self evident). Contoh asumsi dalam mengajar “tidak ada satu cara yang paling baik dalam dalam mengajar atau cara mengajar yang berbeda beda hasilnya tidak akan sama”. Asumsi pertama

(31)

15

prinsip yang menjadi panduan. Generalisasi adalah peryataan yang memiliki ciri saling berhubungan dari dua atau lebih konsep. Dengan kata lain generalisasi terkait dengan konsep.

1. Definisi Pendidikan

Berikut definisi pendidikan yang dikemukakan oleh beberapa ahli: a. Drikarya (1980)

Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda (pemanusian manusia muda)

b. Dictionary Of Education:

Pendidikan adalah: (a) proses ketika seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat dia hidup, (b) proses sosial ketika orang dihadapkan pada pengaruh yag terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum

c. Sir Godfrey Thomsom

Pendidikan adalah pengaruh lingkungan atau individu untuk menghasilkan perubahan yang tetap (permanen) di dalam kebiasaan kebiasaan tingkah lakunya, pikiranya, dan sikapnya.

(32)

16

kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, maupun sebagai warga Negara ataupun warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja dan terencana dalam memlilih materi, strategi kegiatan dan teknik penilaian yang sesuai. Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, pendidikan formal dan pendidikan nonformal.

2. Kebijakan Pendidikan

a.Pengertian Kebijakan Pendidikan

Kebijakan berasal dari istilah policy. Policy sering dicampurkan dengan kebijaksanaan (wisdom). Kedua istilah tersebut mempunyai makna yang sangat berbeda. Suatu kebijaksanaan lebih menekankan pada faktor-faktor emosional dan irasional, tetapi bukan berarti suatu kebijaksanaan tidak mengandung unsur-unsur rasional. Kebijaksanaan dipahami sebagai tindakan yang bijaksana. Sedangkan kebijakan merupakan tindakan yang berwenang untuk menyelesaikan masalah.

(33)

17

perhatianya pada kegiatan Negara bukan pada kegiatan perusahaan swasta yang sering hanya untuk kepentingan Negara.

Fokus kepada kegiatan sektor publik pendidikan, kebijakan publik pendidikan merupakan suatu jaminan kependidikan menjadi kepentingan publik selanjutnya sekolah diciptakan oleh pemerintah untuk seluruh warga dan ditetapkan oleh pemerintah yang mengatur pengelolaan kurikulum, pedagogic, dan penilaiannya, tetapi juga kondisi guru dan pemeliharaan sarana fisik sekolah. Fungsi kebijakan dalam pendidikan adalah: 1) menyediakan akuntabilitas norma budaya yang menurut pemerintah perlu ada dalam pendidikan dan 2) melambangkan mekanisme akuntabilitas untuk mengukur kinerja siswa dan guru.

H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho (2009:140) mengatakan kebijakan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langakah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu.

Mark Olsen, John Codd, dan Anne-Marie O’Neil (dalam Riant Nugroho, 2008: 36) mengungkapkan:

(34)

18

that education central to such a goal. Thus, the strong education state is necessary to sustain democracy at the national level so that strong democratic nation-states can buttress forms of international governance and ensure that globalization becomes a force for global sustainability and survival…”

Kebijakan pendidikan merupakan kunci terjaminnya keunggulan, ketahanan dan kelangsungan, bahkan eksistensi bagi setiap negara dalam persaingan global, sehingga perlu menjadi prioritas utama.

Arif Rohman (2014) mengatakan kebijakan pendidikan sebagai keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta rencana-rencana tertentu dan menyelenggarakan pendidikan.

(35)

19

masalah pendidikan, dalam metode ini meliputi uraian (deskripsi), ramalan (prediction), penilaian (appraisal), resep (prescription), dan definisi (definition). Proses ini pada dasarnya selalu dicirikan dengan terjadinya pertentangan antar berbagai kelompok politik yang memiliki kepentingan berbeda-beda bahkan bertentangan satu dengan yang lainnya. Sedangkan prosedur meliputi pengawasan/pemantauan (monitoring), peramalan (forecasting), evaluasi (evaluation), rekomendasi (recommendation) dan struktur masalah (problem structuring). Selanjutnya analisis kebijakan dalam melihat kebijakan dengan cara prospektif dan retrospektif.

b.Teori Implementasi Kebijakan Pendidikan

Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena di sini masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai di dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu, ancaman utama adalah konsisten implementasi. Ada banyak Teori yang digagas oleh para ahli yang menjelaskan tentang implementasi kebijakan pendidikan

1) Teori Van Meter dan van Horn

(36)

20

publik yaitu: a) aktivitas implementasi dan komunikasi antara organisasi, b) Karakteristik dari agen pelaksana/implementor, c) kondisi ekonomi, sosial dan politik, d) kecenderungan (dispotition) dari pelaksana.

2) Teori Mazmanian dan Sabatier

Teori ini dikembangkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1987) mengemukakan bahwa implementasi adalah upaya melaksanakan keputusan kebijakan. Terdapat tiga variabel di dalam teori Mazmanian dan Sabatier ini

Pertama adalah variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksana keragaman objek dan perubahan seperti apa yang dikehendaki.

(37)

21

sikap dan sumber daya dari konstituen, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dari komitmen dan kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.

Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan, yaitu pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan objek, mengarah kepada revisi atas kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar.

3) Teori Edward

(38)

22

penyelenggaraan implementasi kebijakan publik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Edward untuk mendasari penelitian. Alasan mengapa peneliti menggunakan penelitian ini dikarenakan peneliti merasa ada kecocokan teori Edward dengan penelitian yang diteliti.

3. Pendekatan dalam Perumusan kebijakan Pendidikan

Dua pendekatan dalam perumusan kebijakan pendidikan yaitu social demand dan man-power approach (Arif Rohman, 2014:114-216). Social demand merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk merumuskan sebuah kebijakan yang berlandaskan pada aspirasi, tuntutan, serta aneka kepentingan yang didesakan oleh masyarakat. Pada pendekatan ini para pengambil keputusan kebijakan terlebih dahulu mendeteksi aspirasi masyarakat sebelum para pengambil kebijakan merumuskan kebijakan pendidikan yang akan dilaksanakan.

(39)

23 C. Hak Anak Mendapat Pendidikan

Hak untuk memperoleh pendidikan merupakan bagian dari HAM. Pendidikan adalah suatu hal yang luar biasa pentingnya bagi Sumber Daya Manusia, demikian pula dengan perkembangan sosial ekonomi dari suatu negara. Hak untuk memperoleh pendidikan telah dikenal sebagai salah satu HAM (Hak Asasi Manusia), sebab HAM tidak lain adalah suatu hak dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang. Hak memperoleh pendidikan sangat berkaitan erat dengan HAM. Tanpa adanya pendidikan, kehidupan tidak akan mempunyai arti dan nilai martabat dan inilah sebenarnya maksud dari HAM itu sendiri, dimana setiap orang mempunyai hak untuk menjadi seorang manusia seutuhnya.

Hak anak adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Hak-Hak yang dimiliki anak banyak sekali di antaranya adalah hak memperoleh pendidikan. Hak memperoleh pendidikan sangat berkaitan erat dengan HAM. Tanpa adanya pendidikan, kehidupan tidak akan mempunyai arti dan nilai martabat.

D. Youth Forum Yogyakarta

(40)

24

Seperti halnya Forum remaja seluruh Yogyakarta, dan setiap daerah terdapat Youth Forum yang memiliki misi kesetaraan gendere dan mengedukasi remaja mengetahui hal-hal yang dianggap tabu, wadah untuk remaja untuk membantu remaja lain yang mempunyai masalah dan memberikan informasi terkait seks education.

(41)

25

masalah yang dialami siswi salah satunya beberapa siswi yang mengalami KTD yang menyebabakan remaja tidak mendapatkan tempat yang layak dalam pendidikan, bahkan hak-hak mereka sebagai anak yang mendapatkan pendidikan terkadang kurang diperhatikan serta mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan, banyak faktor terjadinya KTD salah satunya adalah KDP (kekerasan dalam pacaran), pelecehan seksual, atau pemerkosaan. 1. Youth Forum sebagai Gerakan Sosial

Gerakan sosial yang kekurangan perspektif teoritis yang lebih luas dan menjelaskan dari macam apa yang akan ditimbulkan. Teori sosial kritis bahkan berdampak pada bagaimana manusia menjalankan analisis kuantitatif dengan menunjukkan ketidakmenentuan yang melekat secara inherean dalam operasionalisasi empiris atas berbagai vaiabel.

(42)

26

akan tetapi Youth Forum juga berupaya untuk memberikan informasi melalui media massa agar dapat menjangkau setiap kalangan dimasyarakat.

2. Youth Forum Sebagai Komunikasi Massa

Organisasi Youth Forum juga sebagai komunikasi massa. Komunikasi massa disini adalah jenis khusus dari komunikasi sosial yang melibatkan berbagai kondisi pengoperasian, terutama sifat khalayak, sifat bentuk komunikasi dan sifat komunikatornya. Komunikasi khalayak ini ditunjukkan kerah khalayak luas atau juga bisa di komunikasi massa adalah tunjukan sebagai komunikasi umum, bukan bersifat pribadi. Pesan-pesan tidak hanya ditujukan kepada satu individu saja akan tetapi pesan pesan tersebut dimaksudkan untuk menjangkau khalayak luas.

Komunikasi massa dan sosialisasinya. Sosialisasi adalah proses ketika individu mendapatkan kebudayaan kelompok dan menginternalisasikan (sampai tingkat tertentu) norma-norma sosialnya, sehingga membimbing orang itu untuk memperhitungkan harapan-harapan orang lain penting untuk ditegaskan bahwa sosialisasi tidak pernah “total” dan merupakan proses yang terus berlangsung bergerak

(43)

27

sosialisasi yang dilakukan Youth Forum ini disampaikan apakah memperkuat atau memperlemah control sosial di masyarakat.

C. Kebijakan Pemenuhan Hak Pendidikan Bagi Warga Negara 1. Hak Pendidikan Bagi Warga Negara

Pemerintah merupakan pihak yang diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut dapat diketahui dalam alenea ke empat pembukaan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Alenia tersebut berisi tentang :

“Kemudian dari pada itu membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang dasar Negara Indonesia”

Berdasarkan ketentuan dalam alenia tersebut bahwa pemerintah mempunyai kewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dilakukan dengan cara menyelenggarakan pendidikan di setiap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(44)

28

Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri mealalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni budaya demi meningkatkan kualitas hidup dan demi kesejahteraan umat manusia.

Pendidikan merupakan hak asasi manusia. Pasal 2 Undang -Undang Nomor 39 Tahun 1999 HAM (Hak Asasi Manusia) berisi ketentuan bahwa :

Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak yang secara kodrat melekat dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan.

(45)

29

kehidupan bangsa dengan membuat kebijakan yang bersifat nondiskriminasi.

2. Hak Perlindungan Anak dan Peserta Didik

Anak merupakan potensi penerus cita cita penerus bangsa. Setiap anak telah dianugrahi Tuhan Yang Maha Esa berbagai macam potensi yang dimilikinya. Potensi yang dimiliki setiap anak merupakan bekal untuk mendedikasikan kepada bangsa dan Negara. Anak perlu mendapat kesempatan tumbuh dan berkembang dengan wajar, baik secara rohani dan jasmani, maupun sosial dalam rangka memikul tanggung jawab untuk mendedikasikan kepada bangsa dan Negara. Pemenuhan terhadap kesempatan tumbuh kembang anak memberikan pengaruh besar terhadap cara pandang mengenai nilai nilai kehidupan secara ideal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

(46)

30

hal yang diharapkan secara hukum. Kedua hal tersebut sangat erat kaitanya dengan upaya mewujudkan pembangunan nasiaonal Undang (Undang Nomer 4 Tahun 1979 Kesejahteraan Anak).

Pembangunan nasional merupakan usaha yang hendak dicapai masyarakat untuk melakukan pembangunan bangsa dan Negara. Usaha untuk mencapai pembangunan nasional disesuaikan dengan nilai- nilai Pancasila dan Undang-Undang dasar Negara Indonesia tahun 1945. Nilai-nilai Pancasila merupakan pedoman bagi bangsa Indonesia untuk mencapai pembangunan nasional demi mencapai hidup sejahtera. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan jaminan dasar bagi hak-hak warga Negara untuk mendapatkan hidup sejahtera.

Jaminan terhadap hak kesejahteraan telah diatur dalam pasal 31 ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal tersebut mengisi 4 pokok yaitu pemajuan Ilmu Pengetahuan, teknologi dan menjunjung nilai-nilai agama, serta persatuan bangsa. keempat hal pokok tersebut sangat penting untuk menjamin kesejahteraan rakyat sangat mendukung berhasilnya pembangunan nasional.

(47)

31

apabila ada kepastian hukum. Bentuk kepastian hukum terhadap kesejahteraan anak yaitu Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Undang-Undang tersebut memberikan kepastian hukum dalam rangka memberikan kesejahteraan kepada anak. Bentuk kesejahteraan yang diperoleh anak terhadap suatu tata kehidupan dan penghidupan antara lain menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak secara wajar, baik secara rohani, jasmani, dan sosial.

(48)

32

Pada dasarnya kewajiban pemerintah sudah tercantum sebagaimana yang terdapat dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kewajiban Negara tersebut didasarkan pada tujuan Negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Kata “mencerdaskan kehidupan bangsa’’ merujuk

pada usaha membangun manusia Indonesia yang mempunyai kualitas yang baik dan sumber daya manusia yang unggul. Untuk mencapai itu maka tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa harus dilakukan. Bagaimana cara mencerdaskan kehidupan bangsa? Pertanyaannya ini tentu akan ditanyakan oleh setiap orang. Mencerdaskan kehidupan bangsa dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik yaitu pendidikan yang nondiskriminasi. Kata ‘’nondiskriminasi’’ memperlihatkan suatu pendidikan yang

menyamaratakan seluruh peserta didik, baik itu perempuan maupun laki-laki.

D. Peserta Didik Perempuan Hamil dalam Memenuhi Hak Pendidikan 1. Pendidikan Seks bagi Remaja

(49)

33

banyak masalah seksualitas, anak akan semakin meningkatkan rasa penasaran dan keberaniannya untuk mempraktikan seks tersebut.

Mencegah pengaruh dari luar untuk memenuhi rasa keingin tahuannya anak mungkin tak perlu dilakukan. Pasalnya, setiap anak sehat pasti ingin sekali mengetahui perkembangan dan perbedaan anggota tubuhnya degan orang lain. Ingin merasakan dan mengetahui arti ciuman dan sentuhan seperti yang sering dilihatnya, baik di TV atau lingkungan sekitarnya. Bisa juga anak tersebut ingin mengetahui perasaan, khayalan seksual, dan proses terjadinya reproduksi yang mungkin masih membingungkan. Pendidikan seks disini dapat membantu para remaja laki-laki maupun perempuan untuk mengetahui risiko dari sikap seksual mereka dan mengajarkan pengambilan keputusan seksualnya secara dewasa, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang tua.

(50)

34

Memberikan pendidikan seks pada remaja, maksudnya membimbing dan menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia. Selain itu harus memasukan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku.

2. Peserta didik sebagai subjek pendidikan

Subjek pendidikan sangat mempengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan. Subjek pendidikan dapat dibagi menjadi dua yaitu subjek penerima dan pemberi. Subjek penerima yaitu peserta didik dan subjek pemberi pendidik. Begitu pentingnya kedua subjek ini sehingga Noeng Muhadjir sebagaimana dikutip Dwi Siswoyo, dkk (2008:86) menyatakan bahwa kedua subjek tersebut menjadi unsur dasar pembentukan aktivitas pendidikan.

(51)

35

kualitas manusia yang ikut menentukan kemajuan suatu bangsa ke depan (Rohman M, Noor, 2012:25)

Pasal 12 ayat (1) Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional memberikan hak kepada peserta didik. Hak yang diberikan tersebut merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan peserta didik dan perlindungannya pemerintah kepada peserta didik atas hak pendidikan. Pasal tersebut mengisyaratkan bahwa pemerintah berupaya menghilangkan diskriminasi terhadap peserta didik atas hak pendidikan. Hak peserta didik berdasarkan Pasal 12 ayat (1) Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut.

a. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.

b. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

c. Mendapat beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

d. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.

(52)

36

Berdasarkan Hak-Hak Peserta Didik yang diutarakan di atas, dapat dilihat bahwa pemerintah berupaya memberikan akses pemenuhan hak pendidikan kepada semua warga Negara. Pemenuhan hak pendidikan kepada semua warga Negara merupakan kewajiban Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain mempunyai hak pendidikan, peserta didik juga mengembangkan kewajiban dalam program pemenuhan pendidikan 3. Pemenuhan Hak Perempuan

Wanita dan perempuan memiliki arti yang bermacam-macam. Sejatinya perempuan dan wanita memiliki ciri alamiah yang sama. Wanita dalam bahasa Jawa wani ditata, artinya berani ditata. Pemahaman diri ini merupakan salah satu bentuk awal terjadinya perbedaan peran antara perempuan dan laki-laki. Perempuan dalam konteks tersebut dapat dimaknai sebagai seseorang yang bisa diatur atau menurut bila di atur (Zaitunah Subhan, 2014:2). Kata perempuan sering digunakan oleh para femini menurut kaum feminis, kata wanita merupakan kata halus bahasa Indonesia sedangkan kata perempuan merupakan kata halus dalam bahasa Melayu (Zaitunah Subhan, 2014:6).

(53)

37

lain merupakan saudara. Perempuan seyogyanya diberikan akses yang sama dengan laki-laki dalam rangka memenuhi kebutuhan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial.

Mansour Fakih (2013:9) menyatakan bahwa sejatinya perbedaan antara perempuan dan laki laki hanyalah sebuah konstruksi sosial. Hal senada di sampaikan Zaitunah Subhan (2004: 13) bahwa faktor-faktor yang mengkonstruksi lahirnya perbedaan perempuan dan laki-laki yaitu kultur dan struktur sosial. Pembentukan kultur ini dipengaruhi oleh ideologi dan system keyakinan selama berabad-abad. Dengan demikian, sesuatu yang relative tersebut kemudian terkonstruksi seakan akan alami.

Permasalahan yang dihadapi perempuan salah satunya adalah KTD dan aborsi serta proses kelahiran. Hal tersebut merupakan permasalahan yang serius, bukan berkenaan dengan perempuan saja tetapi dengan kelangsungan hidup manusia. Apabila perempuan mengalami keguguran kandungan atau kematian bayi secara sengaja maka secara otomatis telah terjadi pelanggaran hak terhadap perempuan dan anak yang dikandung.

(54)

38

kemampuan dalam potensi diri. Hak perempuan sebagai seorang istri yaitu hak mendapatkan perlakuan dan penghormatan yang baik dari suami dan seluruh anggota keluarga. Hak perempuan sebagai seorang ibu yaitu hak mengurus anak dan membesarkannya serta membimbing anak.

Perempuan seharusnya diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya. Dia bisa mengembangkan potensi diri sesuka hatinya sesuai minat dan bakat yang dimiliki dan tentu harus memperhatikan nilai norma dalam masyarakat. Seorang perempuan yang telah menikah tentu bisa menempatkan dirinya tidak hanya sebagai seorang istri suami. Dia juga bisa berkontribusi di masyarakat. Pengekangan terhadap aktualisasi diri yang dilakukan kepada perempuan merupakan pelanggaran hak asasi manusia.

Perempuan mempunyai hak mendapatkan rasa aman dan nyaman dalam keluarga. Dia patut diperlakukan baik sebagai seorang istri dalam lingkungan keluarga. Suami seyogyanya memberi dukungan terhadap peran istri dalam keluarga. Dukungan suami sangat pentig dalam membantu menciptakan pemenuhan hak seorang istri.

(55)

39

Pemenuhan hak-hak perempuan tersebut harus dilakukan secara seimbang. Perempuan yang sudah menikah dan mempunyai anak bisa mendapatkan ketiga hak tersebut. Akan tetapi perlu diperhatikan oleh perempuan bahwa pemenuhan hak tersebut tidak menjadi benar apabila mengesampingkan hak-hak yang lain. Secara alamiah perempuan yang menjadi istri dan ibu harus mengedepankan pemenuhan hak-hak tersebut terlebih dahulu karena pemenuhan kedua hak tersebut akan berhubungan secara langsung dengan kewajibannya dan pemenuha hak orang lain. Jadi, dalam hak ini pemenuhan hak perempuan sebagia istri dan ibu akan berhubungan langsung dengan kewajibanya. Walaupun begitu, hak perempuan secara pribadi tidak menjadikanya termarjinalkan. Dia juga bisa memenuhi hak-hak pribadinya secara seimbang, sebagai contoh dia seorang wanita karier dan ibu rumah tangga serta seorang istri tidak sedikit perempuan yang bisa memerankannya.

4. Kesempatan Perempuan dan Laki- Laki dalam Pendidikan

(56)

40

mendapatkan hak secara wajar sebagai peserta didik. Perbuatan tersebut merupakan pelanggaran hukum. Berbagai peraturan perundang-undangan mengatur bahwa semua warga Negara berhak mendapatkan pendidikan.

Peraturan perundang-undangan tidak mendiskriminasikan peserta didik dalam memenuhi haknya. Peraturan perundang-undangan justru memberikan hak penuh dan khusus kepada semua peserta didik tanpa terkecuali. Dalam beberapa kasus menunjukan adanya ketidaksesuaian antara hal yang seharusnya dengan realita yang terjadi seperti adanya peserta didik yang tidak bisa mengikuti UN (Ujian Nasional) karena hamil. Hal ini tentu dapat diindikasikan adanya ketimpangan dalam pengimplementasian hak perlindungan terhadap peserta didik perempuan hamil. Tindakan tersebut sudah merebut hak pendidikannya yang berakibat orang tersebut gagal mewujudkan pribadi yang cerdas, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

E. KTD (Kehamilan Tidak di Inginkan) 1. Pengertian KTD

(57)

41

tidak menghendaki adanya proses kelahiran akibat dari kehamilan. Kehamilan juga merupakan akibat dari suatu perilaku seksual yang bisa disengaja maupun tidak disengaja. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa tidak sedikit orang yang tidak bertanggung jawab atas kondisi ini.

Kehamilan yang tidak diinginkan ini dapat dialami, baik oleh pasangan yang sudah menikah maupun belum menikah (PKBI, 1998). Istilah kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kehamilan yang tidak menginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang diinginkan tetapi tidak pada saat itu mistimed pregnancy (kehamilan terjadi lebih cepat dari yang telah direncanakan), sedangkan kehamilan yang diinginkan adalah kehamilan yang terjadi pada waktu yang tepat. Sementara itu konsep kehamilan yang diinginkan merupakan kehamilan yang terjadinya direncanakan saat seorang ibu menggunakan metode kontrasepsi atau tidak ingin hamil namun tidak menggunakan kontrasepsi apapun. Kehamilan yang berakhir dengan aborsi dapat diasumsikan sebagai kehamilan yang tidak diinginkan. Semua definisi ini menunjukkan bahwa kehamilan merupakan keputusan yang disadari (Santelli, 2003:4).

(58)

42

disaat itu (mistimed preganancy). Kehamilan tidak diinginkan berhubungan dengan meningkatnya risiko morbiditas wanita dan dengan perilaku kesehatan selama kehamilan yang berhubungan dengan efek yang buruk. Sebagai contoh, wanita yang mengalami kehamilan tidak diinginkan mungkin menunda pelayanan prenatal yang pada akhirnya akan mempengaruhi kesehatan bayinya.

a. Perkembangan Seksual

Seksualitas tidak semata-mata merupakan body chemistry, tetapi lebih merujuk pada situasi sosial dan pengharapan. Laki-laki dan perempuan yang dihasilkan dari peran-peran tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa seksualitas adalah sesuatu yang dipelajari dan merupakan konstruksi sosial. Seksualitas adalah hasil belajar dalam interaksi dengan orang lain (Plummer, 1975:30).

(59)

43 b. Seks di Luar Nikah

Menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan hubungan seks di luar nikah ini terbagi dalam beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.

1) Tekanan yang datang dari teman sepergaulan

Lingkungan pergaulan yang telah dimasuki oleh seseorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks. Bagi remaja tersebut tekanan dari teman-temannya itu dirasakan lebih kuat daripada tekanan yang didapat dari pacarnya sendiri. Pada umumnya remaja melakukan hal tersebut hanya sebatas ingin membuktikan bahwa dirinya sama dengan teman-temanya, sehingga dapat diterima menjadi bagian dari anggota kelompoknya seperti yang di inginkan.

2) Adanya Tekanan dari Pacarnya

Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan risiko yang nanti dihadapi.

3) Adanya kebutuhan Badaniah

(60)

44

hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya tersebut tidak sepadan dibandingkan dengan risiko yang akan dihadapi. 4) Rasa Penasaran

Pada usia remaja, rasa keingintahuannya begitu besar terhadap seks apalagi dengan ditambahnya informasi yang tidak terbatas masuknya. Rasa penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan yang diharapkan.

5) Pelampiasan Diri

Faktor ini tidak datang dari diri sendiri, misalnya, karena terlanjur berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat bahwa sudah tidak ada lagi yang dapat di banggakan di dalam dirinya. Dengan pikiran putus asanya tersebut ia akan mencari pelampiasan yang malah akan menjerumuskanya ke dalam pergaulan bebas.

(61)

45

Namun juga menyangkut seluruh tanggung jawab diatara kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan).

F. Hak-Hak Seksual dan Hambatan Pemenuhanya 1. Pengertian Hak-Hak Seksual

Hak seksual adalah bagian integral dan merupakan unsur penting dari HAM (Hak Asasi Manusia). HAM adalah hak yang melekat pada semu manusia tanpa diskriminasi apapun warga negara, tempat tinggal, gender, kebangsaan atau keturunan, warna kulit, agama, bahasa, atau status lain kita, seperti umur, kecacatan, status kesehatan, orietasi seksual atau identitas gender kita. Hak-hak ini, apakah hak sipil ataupun hak politik (seperti hak hidup, kesetaraan di hadapan hukum dan kebebasan berekspresi) atau hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (seperti hak untuk bekerja, jaminan sosial dan pendidikan) tak terpisahkan, universal, saling terkait dan saling tergantung.

(62)

46 G. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan Amrina Rosada (2015) dengan judul “Implementasi kebijakan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada Anak

Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Luar Biasa Kota Yogyakarta”. Penelitian

ini memiliki kesamaan yaitu meneliti tentang pendidikan kesehatan reproduksi di Yogyakarta perbedaanya adalah peneliti ini fokusnya kepada pendidik untuk anak luar biasa sedangkan “Implementasi Program Youth

Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi siswi yang mengalami Kehamilan Tidak di Yogyakarta lebih fokus dengan program yang dimiliki oleh Youth Forum dalam memperjuangkan hak-hak pendidikan untuk siswi Kehamilan Tidak Diinginkan.

Hasil dari penelitian ini. Implementasi kebijakkan kesehatan reproduksi di sekolah luar biasa dilaksankan dengan cara yang berbeda sesuai dengan kebijakan dan kebutuhan sekolah. Di SLB-A Yaketinus implementasi pendidikan kesehatan reproduksi ini dilaksanakan pada mata pelajaran khusus pendidikan kesehatan reproduksi.

H. Kerangka Pikir

(63)

47

kualitasnya agar dapat berperan di dalam banyak kegiatan khusunya pembangunan dalam kehidupan masyarakat serta pengembangan potensi yang terdapat di dalam dirinya agar dapat memberdayakan fungsi kehidupanya secara mandiri dan tidak tergantug dengan orang lain

Landasan hukum yang menyangkut hak pendidikan untuk anak memperoleh kesempatan mendapatkan pendidikan tertuang pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 60, Undang-Undang-Undang-Undang Nomer 20 tahun 2003 tentang sistempendidikan nasional. Demikian anak yang mengalami KTD mempunyai hak dan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan mendapatkan kesempatan yang sama seperti warga Negara lainya untuk bisa mendapatkan hak pendidikan dan memperoleh akses semua bidang tanpa diskriminasi

Sekarang ini banyak remaja yang sudah mengenal tentang seksualitas, bahkan banyak remaja yang menjadi korban dari seks yang bebas. Hal tersebut terjadi karena kurangnya informasi kesehatan reproduksi bagi remaja. Saat ini hanya sebagian kecil remaja yang telah mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi. Banyaknya masalah yang terkait seksualitas dikalangan remaja yag masih kurang diperhatikan dan penyalahan arti dari pengertian seksualitas yang terjadi di masyarakat serta khususnya di kalangan remaja. Hal tersebut disebabkan salah satunya adalah informasi mengenai reproduksi masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat kita.

(64)

48

permasalah pada sat ini masih sulitya akses pendidikam terhadap anak yang mengalami KTD yang mengakibatkanya seoranga anak tidak dapat mengikuti pelajaran pendidikan seperti biasa karena sedang dalam mengandung.

Berdasarkan hal tersebut lembaga Youth Forum membuat suatu program yang memberikan bimbingan terhadap permasalahan remaja saat ini. Salah satunya dengan memberikan bimbingan terhadap korban pergaulan bebas, serta memberikan bimbingan psikologi untuk membantu memberikan semangat terhadap korban dan memperjuangkan hak pendidikanya, karena pada dasarnya seseorang yang mengalami KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan) itu bukanlah murni kesalahan yang disengaja tetapi karena adanya tindakan kejahatan yang dialaminya.

(65)
(66)

50 K. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah hak siswi KTD dalam Memperoleh Pendidikan?

2. Bagaimanakah keberadaan lembaga Youth Forum asuhan PKBI dalam memperjuangkan hak pendidikan anak KTD?

3. Bagaimana program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan Bagi anak yang mengalami KTD di Yogyakarta?

4. Bagaimana Implementasi program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi anak yang mengalami KTD?

5. Hambatan apa saja yang di hadapi dalam Pelaksanaan Program tersebut?

(67)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Nana Syaodih Sukmadinat, 2006:60). Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2012:9).

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif melakukan penelitian yang

(68)

52

kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi secara naratif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar bukan angka. Namun, jika terdapat angka angka itu sifatnya sebagai penunjanng atau hanya pendukung dari penelitian tersebut (Nana Syaodih Sukmadinata, 2006:62). Data dihimpun dengan melakukan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan hasil wawancara yang mendalam, catatan lapangan, serta hasil analisis dokumen dan catatan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk memberikan sebuah gambaran atau mendeskripsikan bagaimana proses dan hasil dari implementasi program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan untuk anak yang mengalami KTD di Yogyakarta serta faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi proses pelaksanaan dari program tersebut.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

(69)

53

Sambisari No 99, Duwet, Sedangadi, Mlati. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih sekitar 3 bulan yaitu bulan Mei-Juli 2016

C. Subjek Penelitian

Suharsimi Arikunto (2005:90) menerangkan bahwa subyek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukanya sentral karena pada subyek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Subjek penelitian merupakan benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian yang melekat. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah ketua Youth Forum, anggota Youth Forum, komunitas Youth Forum itu sendiri yang terlibat dalam menjalankan program yang terdapat di Youth Forum. Penentuan subjek penelitian berdasarkan keterlibatan narasumber terhadap masalah penelitian yang diteliti. Pemilihan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbagan tertentu (Sugiyono, 2014: 54). Adapun subjek penelitian ini adalah ketua Youth Forum tersebut, anggota Youth Forum dan segenap anggota yang terlibat di dalam Youth Forum, karena subjek tersebut adalah orang yang menjalankan program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi anak yang mengalami KTD di Yogyakarta.

D.Teknik Pengumpulan Data

(70)

54

83). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diataranya yang terpenting adalah proses penglihatan dan pengamatan (Sutrisno Hadi:1986). Hakikat dari kegiatan observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan panca indra baik penglihatan, penciuman, pendengaran yang bertujuan untuk memperoleh data atau informasi guna menjawab pertanyaan penelitian.

(71)

55 2. Wawancara

Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi yang dilakukan antara peneliti dan informan untuk bertukar pikiran dan ide melalui tanya jawab, sehingga peneliti dapat mengkonstruksikan makna dalam suatu topik. Jenis wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur. Wawancara tidak terstruktur maksudnya adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam melakukan wawancara tidak struktur, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang disampaikan oleh informan. Tujuan dari wawancara tidak terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara lebuh terbuka, dimana pihak yang diwawancarai diminta mengemukakan pendapat serta ide-idenya.

3. Dokumentasi

(72)

56

dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data program Youth Forum, data lembaga, visi misi tujuan data-data yang berhubungan dengan implementasi program Youth Forum dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi anak KTD, serta data penunjnag berupa buku terkait dengan KTD .

E. Instrument Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi sebuah instrument atau alat peneliti adalah peneliti itu sendiri. Peneiliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus peneliti, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data analisis data menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2012:222). Adapun instrument pembantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, pedoman wawancara, pedoman analisis dokumen sekolah dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Lembar observasi

(73)

57

dan prasarana penujang proses kegiatan berlangsung. Fungsi utama observasi adalah untuk mencatat segala kegiatan dan hal menarik selama penitian dilakukan.

Tabel 1 . Kisi-Kisi Observasi

6. Pedoman Wawancara

Sebelum melaksanakan wawancara dilapangan peneliti menyiapakan terlebih dahulu pedoman wawancara, pedoman wawanacara berisi sejumlah pertanyaan yang akan di jawab oleh responden. Isi pedoman wawancara menurut garis besar, pokok-pokok, dan topik yang akan dijadikan pegangan dalam melakukan wawancara yang mencakup tentang fakta, data, pendapat mengenai suatu masalah yang akan dikaji

(74)

58 Tabel 2 . Kisi – Kisi Wawancara

No. Aspek Yang Akan Dikaji Indikator Sumber Data 1 Implementasi Program Youth

Forum

Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melalui kegiatan pengambilan gambar atau perekaman suara pada saat wawancara dan observasi dengan bantuan alat bantu berupa kamera, handycam, perekam atau perekam suara yang berkaitan dengan kegiatan kegiatan pelaksanaan implemntasi program Youth Forum.. Berikut ini tabel mengenai kisi-kisi dokumentasi:

Tabel 3. Kisi-kisi Dokumentasi No Aspek yang

dianalisis

(75)

59 F. Teknik Analisi Data

Milles & Hubberman (Moleong, 2005:282-283) mengatakan tahap-tahap analisis data adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan menulis seluruh data yang diperoleh dari lapangan secara terperinci. Setelah seluruh data telah dicatat dilakukan pemilihan data-data yang penting-penting. Dalam reduksi data ini peneliti memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting, kemudian membuang data-data yang tidak penting.

2. Display Data

Setelah dilakukan reduksi data, maka selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Melalui penyajian data tersebut maka data akan tersusun secara sistematis sehingga mudah untuk dipahami, dan memudahkan langkah kerja selanjutnya.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

(76)

60 G. Keabsahan Data

Keabsahan data atau kepercayaan terhadap hasil penelitian dapat diperoleh dengan menggunakan cara atau langkah-langkah. Tahap akhir dalam penelitian, dilakukan triangulasi data yakni untuk memeriksa kembali kebenaran pada data tertentu dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Sugiyono, (2010:372) mengatakan terdapat beberapa macam bentuk triangulasi data, yaitu sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Data hasil wawancara dari narasumber dibandingkan kesamaan dan perbedaannya, kemudian dikategorikan. Data yang sama akan semakin memperkuat informasi yang diperoleh.

2. Triangulasi Teknik

(77)

61 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lembaga 1. Profil Youth Forum

a. Gambaran umum Youth Forum

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 1 . Kisi-Kisi Observasi
Tabel 3. Kisi-kisi Dokumentasi
Tabel 4. Daftar Nama Relawan dan Youth Forum
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pengelompokan ini dilakukan berdasarkan pada variabel-variabel yang menjadi alasan konsumen dalam memilih provider layanan telekomunikasi selular di Bandung,

melakukan peninjauan kembali anggaran Hibah dan Bantuan Sosial yang saat ini masuk didalam Belanja Langsung SKPD;. • Peninjauan dilihat dari

Sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode bootstrap dengan jackknife untuk mengetahui masing-masing metode untuk taksiran parameter regresi linear ganda dengan

Qtrap digunakan untuk mendeteksi email-email yang masuk apakah mengandung kata-kata tertentu yang dilarang atau tidak. Jika mengandung kata-kata yang dilarang, maka program ini

Berapakah harga yang Anda anggap pantas untuk mencetak selembar foto pada mesin cuci cetak otomatis dengan ukuran 4R?. Apakah Anda pernah melakukan pengeditan foto di studio

Karena Indonesia adalah sebuah negara dan sebuah negara memerlukan sebuah ideologi untuk menjalankan sistem pemerintahan yang ada pada negara tersebut, dan masing-masing negara

keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Kompetensi pedagogis ini terkait dengan cara mengajar yang baik dan tepat, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan