• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar biologi siswa kelas X D SMA Negeri Depok Yogyakarta pada pokok bahasan ekosistem melalui pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar biologi siswa kelas X D SMA Negeri Depok Yogyakarta pada pokok bahasan ekosistem melalui pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation"

Copied!
243
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-D SMA NEGERI 1 DEPOK YOGYAKARTA PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

GROUP INVESTIGATION

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Geterudis Kerans

NIM : 091434021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-D SMA NEGERI 1 DEPOK YOGYAKARTA PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

GROUP INVESTIGATION

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Geterudis Kerans

NIM : 091434021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Kita bermegah dalam kesengsaraan kita, karena kesengsaraan itu

menimbulkan ketukunan dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan

uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan

karena kasih allah telah dicurahkan dalam hati hati kita oleh roh kudus

yang telah dikaruniakan kepada kita”.

(Roma 5: 3-5)

Kupersembahkan karya ini untuk:

Allah Tri Tunggal Maha kudus yang selalu menyertaiku dalam setiap

perjuanganku.

Alm. Bapa Markus Uje Kerans dan Mama Margaretha Arif yang selalu

mendukungku dalam Doa

Keluarga besar Flores dan Sumba yang selalu mendukung dan mendoakanku

Dosen Pembimbing yang selalu sabar dalam membimbing dan memberikan arahan

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Guru Biologi di SMA Negeri 1 Depok, didapatkan adanya dua permasalahan yaitu keaktifan dan hasil belajar siswa yang rendah. Permasalahan ini disebabkan oleh faktor suasana kelas yang kurang menyenangkan dan metode pembelajaran yang kurang bervariasi. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XD SMA Negeri 1 Depok pada pokok bahasan Ekosistem dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada setiap siklus terdiri dari 5 tahapan yaitu 1) Perencanaan, dilakukan observasi untuk melihat permasalahan, analisis studi pustaka, dan merencanakan kegiatan pembelajaran. 2) Pelaksanaan, melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan Metode Group Investigation. 3) Observasi, pengambilan data dibantu oleh observer untuk melihat tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 4) Evaluasi, dilakukan postest untuk melihat peningkatan pemahaman siswa dan merangkum lembar observasi untuk melihat peningkatan keaktifan siswa. 5) Refleksi, dilakukan untuk menganalisis data hasil penelitian untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan telah mencapai target dan digunakan juga untuk melihat kelebihan dan kekurangan metode yang digunakan.

Subyek penelitian adalah 32 siswa kelas XD SMA Negeri 1 Depok. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Pada siklus I keaktifan siswa sebesar 56,25% dan meningkat pada siklus II menjadi 87,5%. Untuk hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 59,37% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 100% siswa yang hasil belajarnya tuntas atau mencapai KKM. Hasil belajar siswa dilihat dari rata-rata kelas juga mengalami peningkatan. Pada siklus I, rata-rata kelas sebesar 71,45 dan mengalami peningkatan menjadi 82,17. Berdasarkan data, dapat disimpulkan bahwa Metode Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar biologi siswa kelas XD SMA Negeri 1 Depok pada pokok bahasan Ekosistem.

(9)

viii

ABSTRACT

Based on observations and interviews with Biology teacher at SMAN 1 Depok, it was found that the lowness of the student activity and learning outcomes as a problem which needs to be solved. This problem is caused by factors such as the classroom activities lacking of varied learning methods. The research was conducted to determine how far there is an increase of student activity and learning outcomes at classroom XD SMA Negeri 1 Depok on the subject Ecosystem by implementing cooperative learning methods Group Investigation.

Classroom action research was conducted in two cycles. Each cycle consists of 5 stages: 1) Planning, making observation to look at the issues, literature analysis, and planning learning activities. 2) Implementation, implementing the learning activities with Group Method of Investigation. 3) Observation, data collection aided by the observer to see the level of involvement of the student in the learning process. 4) Evaluation, performing postest to see an increase in student understanding and summarize the observation sheet to see an increase in student activity. 5) Reflection, analyzing the data to determine whether the activities undertaken have achieved the target and to look at the advantages and disadvantages of the methods used.

Subjects were 32 tenth grade students of SMA Negeri 1 Depok XD. The results showed an increase of student activity and learning outcomes. Student activities in the first cycle of 56.25% increased in the second cycle to 87.5%. For student learning outcomes in the first cycle of 59.37% showed an increase in the second cycle to 100% as related to student who completed the learning outcomes or achieve KKM. When viewed from the classroom average grade is an increase also. In the first cycle, the average grade of 71.45 increased to 82.17. Based there on the data, it can be concluded that Group Investigation type of cooperative learning method can improve the student activity and student learning outcomes at Biology class of XD SMA Negeri 1 Depok on the subject of Ecosystem.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Pujian dan Syukur berlimpah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha

pengasih dan Penyayang atas segala kemurahan dan kasihnya yang begitu melimpah

selama penulis mengerjakan Skripsi ini dari awal sampai akhir sehingga peneliti

dimampukan untuk menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul

“Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Biologi Siswa kelas XD SMA Negeri 1 Depok

Yogyakarta pada Pokok Bahasan Ekosistem melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Group

Investigation” . Penyususnan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Tuhan yang Maha Kuasa atas perlindungan dan kuasa Roh Kudusnya yang senantiasa

menyertaiku dalam setiap perjuanganku.

2. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ selaku Rektor Universitas Sanata Dharma,

dosen pembimbing I dan dosen penguji.

3. Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma yang telah memberi ijin penelitian.

4. Ibu Luisa Diana Handoyo, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dalam rangka penyelesaian skripsi ini

5. Bapa Drs. Maskur, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Depok yang telah

memberikan ijin penelitian

6. Bapak Agus Sartono selaku guru bidang Studi Biologi kelas XD SMA Negeri 1 Depok

yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian

7. Siswa kelas XD SMA Negeri 1 Depok yang telah bekerjasama selama pelaksanaan

penelitian

8. Para dosen yang telah membantu dalam perkuliahan. Terima kasih atas ilmu dan

bantuan yang telah saya dapat

9. Alm. Bapak Markus Uje Kerans dan Mama Margaretha Arif, Bapak Petrus Ratu Kerans

dan Mama Hildygard Dada, Kakak Maria Veronika dan Kakak Timce, Kakak

Lorensisus Kerans dan Adik Yohanes Uje Kerans serta semua keluarga besar Flores dan

Sumba atas dukungan dan doa yang selalu diberikan.

(11)

x

11.Keluarga besar Gamaflora dan Keluarga besar KMKS atas doa dan dukungannya

12.Teman-teman Apri, Aga, Triel, Jojo, Zem, Frater Jimmy, Ana Rambu, Eran, Siska,

Lasar yang telah membantu dalam penelitian serta teman-teman Pendidikan Biologi

Universitas Sanata Dharma angkatan 2009 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Terimakasih atas dukungan, semangat, dan doa dalam mengerjakan skripsi ini

13.Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Sekecil

apapun bantuan itu sangat berarti untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga

kebaikan bapa, ibu, serta rekan-rekan sekalian selalu diberkati oleh Tuhan yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,

penulis terbuka menerima kritik dan saran yang membangun. Kritik dan saran yang

diberikan bagi penulis akan sangat membantu penulis dalam mengerjakan tugas di masa

mendatang.

Atas perhatian yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.

(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Persembahan ... iv

Pernyataan Keaslian Karya ... v

Pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah untuk kepentingan akademis vi

Abstrak ... vii

Daftar Lampiran ... xv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran …... 8

B. Keaktifan ... 11

C. Hasil Belajar ... 14

D. Pembelajaran Kooperatif ... 25

E. Group Investigations ... 29

(13)

xii

G. Bahasan Hasil Penelitian yang Relevan ... 38

H. Kerangka Berpikir ... 39

I. Hipotesis ... 40

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

B. Setting Penelitian ... 41

C. Rancangan Tindakan ... 42

D. Instrumen Penelitian ... 46

E. Analisis Data ... 49

F. Indikator Ketercapaian ... 51

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS ...52

A. Deskripsi Umum Proses Pembelajaran Siswa Kelas X-D SMA Negeri 1 Depok ...52

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian di Kelas X-D SMA Negeri 1 Depok ... 53

C. Hasil Penelitian ... 67

D. Pembahasan ... 74

BAB V : PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 81

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1. Indikator Keberhasilan ... 51

Tabel 4. 1. Hasil Pretest kelas XD ... 67

Tabel 4. 2. Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus I ... 68

Tabel 4. 3. Tingkat Aktivitas siswa Siklus I ... 69

Tabel 4. 4. Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus II ... 71

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagan Klasifikasi Hasil Pembelajaran ... 17

Gambar 4. 1. Memberikan Topik dan Pembentukan Kelompok Siklus I...,. 57

Gambar 4. 2. Kelompok Merencanakan Investigasi Siklus I ... 58

Gambar 4. 3. Kelompok Mempresentasikan Hasil Investigasi Siklus I ... 58

Gambar 4.4. Observasi oleh Observer Siklus I ... 60

Gambar 4.5. Siswa Mengerjakan Soal Postest Siklus I ... 60

Gambar 4.6. Memberikan Topik dan Pembentukan Kelompok Siklus II……... 63

Gambar 4.7. Kelompok Merencanakan Investigasi Siklus II... 63

Gambar 4.8. Kelompok Mempresentasikan Hasil Investigasi Siklus II...64

Gambar 4.9. Observasi oleh Observer Siklus II ...65

Gambar 4.10. Siswa Mengerjakan Soal Postest Siklus II. ... 66

Gambar 4.11. Grafik Hasil Belajar siswa secara Klasikal ... 74

Gambar 4.12. Grafik Nilai Rata-rata Siswa kelas XD ……... 76

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus ... 85

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 89

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 99

Lampiran 4 : Handout Siklus I ... 108

Lampiran 5 : Handout Siklus II ... 117

Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 120

Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 121

Lampiran 8 : Format Laporan Akhir ... 122

Lampiran 9 : Lembar Penilaian Hasil Laporan Akhir ... 123

Lampiran 10 : Hasil Laporan Akhir Siswa Siklus I ... 124

Lampiran 11 : Hasil Laporan Akhir Siswa Siklus II ... 135

Lampiran 12 : Nilai Laporan Akhir siklus I ... 143

Lampiran 13 : Nilai Laporan Akhir siklus II ... 144

Lampiran 14 : Lembar Penilaian Hasil Presentasi ... 145

Lampiran 15 : Hasil Presentasi siklus I ... 146

Lampiran 16 : Hasil Presentasi siklus II ... 147

Lampiran 17 : Instrumen dan Pedoman Penilaian pretest ... 148

Lampiran 18 : Daftar Nilai Siswa pretest ... 157

Lampiran 19 : Hasil Pretest Siswa Tuntas KKM ... 158

Lampiran 20 : Hasil Pretest Siswa Tidak Tuntas KKM ... 164

(17)

xvi

Lampiran 22 : Daftar Nilai Siswa Postest I ... 177

Lampiran 23 : Hasil Postest Siswa Tuntas KKM Siklus I ... 178

Lampiran 24 : Hasil Postest Siswa Tidak Tuntas KKM Siklus I ... 184

Lampiran 25 : Instrumen dan Pedoman Penilaian Postest Siklus II ... 189

Lampiran 26 : Daftar Nilai Siswa Postest Siklus II ... 197

Lampiran 27 : Hasil Postest Siswa Tuntas KKM Siklus II ... 198

Lampiran 28 : Hasil Postest Siswa Tidak Tuntas KKM Siklus II ... 204

Lampiran 29 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 210

Lampiran 30 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ...212

Lampiran 31 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 214

Lampiran 32 : Hasil Kuesioner Penilaian Siswa terhadap Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Group Investigation ... 216

Lampiran 33 : Surat Permohonan Ijin dan surat Pernyataan telah melaksanakan Penelitian ...217

Lampiran 34 : Daftar Hadir Peserta Didik Kelas X-7 SMA Negeri 1 Depok ... 220

Lampiran 35 : Dokumentasi Penelitian Siklus I ... 221

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang

untuk memperdalam dan memperluas pengetahuannya. Pendidikan memegang

peran penting dalam pembangunan serta kemajuan suatu negara. Menurut UU

No.20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta ketrampilan diri.

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak hal

antara lain guru sebagai fasilitator dan motivator, sarana dan prasarana yang

digunakan, dan juga adanya keaktifan dari siswa itu sendiri. Untuk mencapai hasil

yang optimal dibutuhkan adanya kontribusi yang maksimal dari semua

unsur-unsur tersebut. Sebagai fasilitator dan motivator, guru memegang peranan yang

sangat penting. Dorongan dan dukungan dari guru dengan berbagai metode

didukung dengan sarana prasarana lainnya akan sangat membantu siswa untuk

terdorong menjadi aktif. Faktor lain yang juga dapat mendukung kegiatan belajar

mengajar adalah situasi kelas, situasi yang nyaman dan menyenangkan. Situasi

seperti ini akan membuat proses belajar mengajar menjadi menyenangkan bagi

siswa.

Dalam kurikulum sekolah, Biologi merupakan salah satu Ilmu

Pengetahuan Alam yang memegang peran dalam pembentukan ketrampilan dan

daya berpikir kritis siswa. Sebagai salah satu Ilmu Pengetahuan Alam yang sangat

(19)

Biologi. Bagi sebagian besar siswa, Biologi merupakan salah satu ilmu yang

penuh dengan materi hafalan dan bahasa latin. Siswa cenderung malas dan

ngantuk ketika mengikuti pembelajaran Biologi karena materi-materi yang padat

dan tanpa adanya variasi metode pembelajaran. Pembelajaran Biologi, diberikan

sejak kelas X. Salah satu materi yang diberikan adalah Ekosistem. Materi ini

memiliki cakupan yang sangat luas sehingga siswa mengalami kesulitan dalam

proses pembelajaran di kelas. Materi yang begitu banyak akan menyulitkan siswa

untuk memahami materi tersebut.

Berdasarkan pengalaman dalam masa PPL di SMA Negeri 1 Depok

Yogyakarta, siswa memiliki minat yang cukup rendah dalam mempelajari

Biologi. Hal ini dapat diketahui dari kurangnya aktivitas siswa saat proses belajar

mengajar berlangsung. Siswa lebih cenderung beraktivitas lain yang tidak

mendukung proses belajar mengajar. Siswa lebih senang mengganggu

teman-temannya atau saling bercerita tentang hal-hal di luar pembelajaran. Kurangnya

minat belajar Biologi juga ditunjukan dengan nilai hasil ulangan yang tidak

mencapai KKM.

Dari hasil observasi selama PPL ini dan dari hasil tulisan refleksi siswa,

diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya minat siswa

terhadap pelajaran Biologi. Faktor-faktor tersebut meliputi suasana kelas yang

kurang mendukung, kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang

terlihat dari kurangnya siswa bertanya dan menjawab, serta metode pembelajaran

yang tidak bervariasi. Metode yang digunakan guru adalah ceramah, diskusi dan

penugasan.

Kondisi ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap hasil belajar

(20)

Ekosistem, dapat dilihat hasil belajar siswa sangat rendah. Hal ini terbukti dari

hasil belajar siswa, Kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada materi Ekosistem

adalah 70 sedangkan siswa yang mendapat nilai ≤ 70 ada 55% dan ≥70 ada 45%.

Hal ini menunjukan ketidakberhasilan proses pembelajaran ini dalam mencapai

tujuan yang diharapkan.

Untuk dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada materi

Ekosistem, diperlukan adanya suatu tindakan untuk memperbaiki proses

pembelajaran ini. Salah satu perbaikan yang bisa dilakukan adalah dengan

melakukan perubahan pada metode pembelajaran agar lebih bervariasi. Salah satu

metode yang telah diteliti dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa adalah

metode Cooperative Learning. Metode Cooperative Learning mampu

meningkatkan pencapaian prestasi siswa dan juga memberikan akibat-akibat

positif yang dapat mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan

terhadap teman kelas yang lemah dalam bidang akademik dan meningkatkan rasa

harga diri. Selain itu Metode Cooperative Learning mampu menumbuhkan

kesadaran bahwa siswa perlu belajar berpikir, menyelesaikan masalah, dan

mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka.

Dari berbagai macam metode atau tipe pembelajaran Cooperative

Learning, tipe yang dirasa sesuai dengan kondisi kelas X SMA Negeri 1 Depok

Yogyakarta adalah tipe Group Investigation ( kelompok investigasi). Metode ini

dikembangkan oleh John Dewey (1970), dan telah diperbaharui dan diteliti pada

beberapa tahun terakhir ini oleh Shlomo dan Yael Sharan, serta

Rachel-Lazarowitz di Israel. Group Investigation (kelompok investigasi) adalah

perencanaan kooperatif siswa atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota

(21)

dari proyek mereka. Dalam kelompok, siswa menentukan apa yang ingin

diinvestigasi sehubungan dengan upaya mereka untuk menyelesaikan masalah

yang mereka hadapi; sumber apa yang mereka butuhkan; siapa akan melakukan

apa; dan bagaimana mereka akan menampilkan proyek mereka yang sudah selesai

ke hadapan kelas. Dalam kelas yang melaksanakan proyek Group Investigation,

guru bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru berkeliling diantara

kelompok-kelompok untuk melihat mereka mengelola tugas dan membantu setiap

kesulitan yang mereka hadapi (Robert Slavin, 2005).

Bertolak dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ MENINGKATKAN

KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-D SMA NEGERI 1 DEPOK YOGYAKARTA PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah Metode Cooperative

Learning tipe Group Investigation dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

siswa kelas X SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta pada materi Ekosistem?”

C. Batasan Masalah

Agar masalah yang akan diteliti tidak meluas dan terarah, maka perlu

dilakukan pembatasan masalah pada penelitian ini. Batasan masalah merupakan

(22)

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas X-D SMA Negeri 1 Depok

Yogyakarta semester genap tahun pelajaran 2012/2013;

2. Obyek dalam penelitian adalah:

a. Keaktifan siswa

Merupakan segala aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

berlangsung. Dalam Penelitian ini menitikberatkan pada keaktifan siswa

selama proses pembelajaran yaitu keaktifan dalam bertanya dan

menjawab;

b. Hasil belajar

Hasil belajar berkaitan dengan perubahan atau peningkatan pemahaman

kognitif siswa. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari hasil pre-test

yang dibandingkan dengan hasil penjumlahan beberapa komponen

penelitian yaitu laporan hasil penyelidikan, presentasi kelompok, dan

Post-test pada setiap siklusnya. Setiap komponen penilaian memiliki

bobot tersendiri. Laporan hasil penyelidikan bobotnya 40%, presentasi

kelompok bobotnya 20%, dan nilai post-test bobotnya 40%;

3. Materi : Ekosistem

a. Materi Ekosistem yang dimaksud adalah tentang komponen penyusun

ekosistem, interaksi antar komponen ekosistem, dan aliran energi.

b. Standar Kompetensi : 4. Menganalisis hubungan antara komponen

ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam

keseimbangan ekosistem

c. Kompetensi Dasar : 4.1. Mendeskripsikan peran komponan ekosistem

dalam aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan

(23)

D. Variabel

Pada penelitian ini saya menggunakan beberapa variable yaitu

Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation yang ditempatkan sebagai

variabel bebas, keaktifan dan hasil belajar siswa ditempatkan sebagai variabel

terikat dan jumlah siswa dalam kelompok ditempatkan sebagai variabel kontrol.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XD SMA Negeri 1 Depok Yogyakarta pada

materi Ekosistem melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat, baik bagi sekolah, guru, bagi siswa dan

bagi peneliti sendiri. Manfaat tersebut sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

a. Memberikan tambahan pengetahuan dan informasi tentang metode

pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa.

b. Sebagai masukan untuk mengembangkan metode Pembelajaran Kooperatif

Tipe Group Investigation

2. Bagi Guru

a. Memberikan tambahan pengetahuan bagi guru tentang metode-metode

pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan

(24)

b. Membantu guru mengatasi masalah di kelas yang tidak aktif dan hasil

belajar siswa yang tidak mencapai KKM.

3. Bagi Siswa

a. Membantu siswa dalam memahami materi Ekosistem dengan lebih

menyenangkan.

b. Memberikan pengalaman bagi siswa untuk terjun langsung ke lapangan

dan membantu siswa untuk bekerja sama.

4. Bagi Peneliti

a. Mengembangkan pengetahuan khususnya tentang penelitian tindakan

kelas dalam pembelajaran Biologi.

b. Membantu memotivasi siswa untuk lebih aktif dan memperbaiki proses

(25)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan

mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh

pengetahuan, menurut pemahaman sains secara konvensional (pembelajaran yang

langsung berhubungan dengan apa yang ada di alam), kontak manusia dengan

alam diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi

berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge) atau a body of knowledge

(Suyono & Hariyanto, 2010).

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan

tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat

didefinisikan sebagai berikut : “ Belajar ialah suatu proses atau usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”( Slameto, 2010: hal. 2).

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat

maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri

seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Ciri-ciri perubahan tingkah

(26)

a. Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya

perubahan itu atau sekurangnya-kurangnya ia merasakan telah terjadi

adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa

pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya

bertambah (Slameto, 2010).

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang

berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang

terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi

kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya seorang anak

belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat

menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga

kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Disamping itu,

dengan kecakapan menulis yang telah ia miliki, ia dapat memperoleh

kecakapan-kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat, menyalin

catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya (Slameto, 2010).

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa

bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari

sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan,

makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang

(27)

melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya perubahan tingkah laku

karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan

dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar (Slameto,

2010).

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya

untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menagis dan

sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar.

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau

permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan

bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan

piano seteah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus

dimiliki bahkan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih

(Slameto, 2010).

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada

tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan

tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar

mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai

dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan

dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa

(28)

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses

belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang

belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah

laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan

sebagainya. Sebagai contoh, jika seorang anak telah belajar naik sepeda,

maka perubahan yang paling tampak ialah dalam keterampilan naik sepeda

itu. Akan tetapi, ia mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti

pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis

sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki

sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan

sebagainya. Jadi aspek perubahan satu berhubungan erat dengan aspek

lainnya (Slameto, 2010).

B. Keaktifan dalam Pembelajaran

Aktivitas adalah melakukan suatu kegiatan tertentu secara aktif. Aktivitas

menunjukkan adanya kebutuhan untuk aktif bekerja atau melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu baik fisik maupun non-fisik. Aktivitas yang dimaksudkan disini

penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu

sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental

intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan

antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Hamalik, 2001).

Keberhasilan pencapaian kompetensi satu mata pelajaran bergantung

(29)

bagaimana cara seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan

pembelajaran saat ini masih berpusat pada guru dengan bercerita atau berceramah.

Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya tingkat

pemahaman siswa terhadap materi pelajaran rendah. Disamping itu, media jarang

digunakan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi kering dan kurang

bermakna.

Beberapa ciri dari pembelajaran yang aktif sebagaimana dikemukakan

dalam panduan pembelajaran model ALIS (Active learning In school, 2009)

adalah sebagai berikut: 1.) pembelajaran berpusat pada siswa, 2.) pembelajaran

terkait dengan kehidupan nyata, 3.) pembelajaran mendorong anak untuk berpikir

tingkat tinggi, 4.) pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda,

5.) pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru), 6.)

pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar, 7.)

pembelajaran berpusat pada anak, 8.) penataan lingkungan belajar memdahkan

siswa untuk melakukan kegiatan belajar, 9.) guru memantau proses belajar siswa,

dan 10.) guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa (Mel

Silberman,2002).

Untuk menciptakan pembelajaran aktif, beberapa penelitian (Hamzah,

2009) menemukan salah satunya adalah anak belajar dari pengalamannya, selain

anak harus belajar memecahkan masalah yang dia peroleh. Anak-anak juga belajar

dengan baik dan memahami bila apa yang dipelajari terkait dengan apa yang

sudah diketahui dan metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan gaya

belajar mereka (gaya belajar mendengarkan, melihat, dan bergerak atau

(30)

Hamzah, 2008) seperti bahasa, musik, gerak, logika, antarpribadi, dan

interpribadi.

Strategi pembelajaran yang aktif adalah siswa diharapkan aktif terlibat

dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba,

menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sebaliknya anak tidak

diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi.

Siswa bukanlah gelas kosong yang pasif yang hanya menerima ceramah sang guru

tentang pengetahuan atau informasi sebagaimana yang digambarkan

diatas.Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas Belajar Siswa. Gagne

dan Briggs (2010) dalam Yamin (2007) menyatakan faktor-faktor yang

menumbuhkan timbulnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran,

yaitu:

a. Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada peserta

didik).

b. Mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik.

c. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari).

d. Memberikan petunjuk kepada peserta didik cara mempelajarinya.

e. Memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran.

f. Memberikan umpan balik (feedback).

g. Melakukan tagihan-tagihan terhadap peserta didik berupa tes, sehingga

kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur.

(31)

C. Pengertian Hasil Belajar

Proses pembelajaran melibatkan dua subyek yaitu guru dan siswa yang

akan menghasilkan suatu perubahan dalam diri siswa sebagai hasil dari kegiatan

pembelajaran. Perubahan yang terjadi dalam diri siswa sebagai akibat kegiatan

pembelajaran bersifat non-fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan maupun

kecakapan. Berbagai perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil proses

pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu output dan outcome. Output

merupakan kecakapan yang dikuasai siswa yang segera dapat diketahui setelah

mengikuti serangkaian proses pembelajaran. Ada juga yang menyebut output

pembelajaran merupakan hasil pembelajaran yang bersifat jangka pendek. Output

pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu soft skills dan hard

skills.

Hard skills merupakan kecakapan yang relatif lebih mudah untuk

dilakukan pengukuran. Hard skills dibedakan menjadi dua, yaitu.

a. Kacakapan Akademik (Academic Skills)

Kecakapan akademik (academic skills) merupakan kecakapan untuk

menguasai berbagai konsep dalam bidang ilmu-ilmu yang dipelajari,

seperti kecakapan mendefinisikan, menghitung, menjelaskan,

mendeskripsikan, memprediksi menganalisis, membandingkan,

membedakan, dan menarik kesimpulan dari berbagai konsep, data maupun

fakta yang berkaitan dengan bidang studi atau mata pelajaran yang

(32)

b. Kecakapan Vokasional (Vocational Skills).

kecakapan vokasional (vocational skills) sering disebut juga sebagai

kecakapan kejujuran, yaitu kecakapan yang berkaitan dengan bidang

pekerjaan tertentu. Misalnya, dalam bidang seni dan kerajinan ukir kayu,

yang termasuk kecakapan vokasional diantaranya kecakapan mendesain

ukiran, kecakapan memegang alat ukir, kecakapan mengoperasikan alat

ukir, kecakapan mengukir.

Soft skills merupakan strategi yang diperlukan untuk meraih sukses hidup

dan kehidupan dalam masyarakat. Kecakapan ini merupakan kecakapan yang

relatif sulit untuk dilakukan pengukuran dibandingkan kecakapan akademik dan

kecakapan vokasional. Soft skills dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Kecakapan personal ( personal skills)

Merupakan kecakapan yang diperlukan agar siswa dapat eksis dan

mampu mengambil peluang yang positif dalam kondisi kehidupan yang

berubah dengan sangat cepat. Kecakapan personal tersebut diantaranya

meliputi : kecakapan beradaptasi, kecakapan berpikir kritis dan kreatif,

kecakapan memecahkan masalah, dan kecakapan mengambil keputusan

,semangat, jujur, tangguh menghadapi tantangan, ulet dan sebagainya.

Anwar (2004: 29-30) dalam buku Evaluasi Program Pembelajaran

menyatakan bahwa kecakapan personal, seperti pengambilan keputusan

dan pemecahan masalah merupakan kecakapan utama yang menentukan

(33)

b. Kecakapan sosial (social skills)

Merupakan kecakapan yang dibutuhkan untuk hidup (life skill)

dalam masyarakat yang multikultur, masyarakat demokrasi dan

masyarakat global yang penuh persaingan dan tantangan. Kecakapan

sosial meliputi kecakapan berkomunikasi dengan empati, baik secara lisan

maupun tertulis dan kecakapan bekerja sama dengan orang lain, baik

dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Empati merupakan sikap

penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena

yang dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan tetapi

isi dan sampainya pesan disertai kesan baik yang akan menumbuhkan

hubungan harmonis.

Dengan menguasai berbagai kecakapan tersebut diharapkan siswa akan

mempunyai prestasi sosial (social achievement) dalam masyarakat, mampu

mengatasi berbagai macam permasalahan maupun tantangan hidup, mampu

melihat dan mengambil peluang yang ada dalam lingkungan hidupnya yang pada

akhirnya siswa diharapkan mampu eksis dan sukses dalam hidup bermasyarakat

baik dalam lingkup local, regional, nasional maupun internasional. Prestasi sosial

siswa dalam masyarakat merupakan hasil pembelajaran yang bersifat jangka

panjang atau outcome. Beragam kecakapan siswa sebagai hasil pembelajaran

(34)

Gambar 2.1. Bagan klasifikasi hasil pembelajaran

Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Sudjana, 2000):

a. Faktor Internal

Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan

keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau

melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain

pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk

menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup.

Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar.

Faktor-faktor tersebut diantaranya:

1) Adanya keinginan untuk tahu

2) Agar mendapatkan simpati dari orang lain.

3) Untuk memperbaiki kegagalan

(35)

b. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut

mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua,

sekolah, dan masyarakat.

1) Faktor yang berasal dari orang tua

Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagai

cara pendidikan orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini dapat

dikaitkan suatu teori, apakah orang tua mendidik secara demokratis,

pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire. Cara atau tipe

mendidik yang demikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan

ada pula kekurangannya.

Dalam kaitan dengan hal ini, Tim Penyusun Buku Sekolah

Pendidikan Guru Jawa Timur (1989: 8) menyebutkan, “Di dalam

pergaulan di lingkungan keluarga hendaknya berubah menjadi situasi

pendidikan, yaitu bila orang tua memperhatikan anak, misalnya anak

ditegur dan diberi pujian….” Pendek kata, motivasi, perhatian, dan

kepedulian orang tua akan memberikan semangat untuk belajar bagi

anak.

2) Faktor yang berasal dari sekolah

Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata

pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru

banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang

menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya. Terhadap

(36)

kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang

diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan,

kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari

pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi

tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.

3) Faktor yang berasal dari masyarakat

Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor

masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan

anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung

atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut

mempengaruhi.

Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dapat disebutkan sebagai berikut.

1) Minat

Seorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan

berhasil dengan baik, tetapi kalau seseorang memiliki minat terhadap

objek masalah maka dapat diharapkan hasilnya baik. Masalahnya adalah

bagaimana seorang pendidik selektif dalam menentukan atau memilih

masalah atau materi pelajaran yang menarik siswa. Berikutnya mengemas

materi yang dipilih dengan metode yang menarik. Karena itu pendidik/

pengajar perlu mengenali karakteristik siswa, misalnya latar belakang

(37)

2) Kecerdasan

Kecerdasan memegang peranan penting dalam menentukan

berhasil tidaknya seseorang. Orang pada umumnya lebih mampu belajar

daripada orang yang kurang cerdas. Berbagai penelitian menunjukkan

hubungan yang erat antara tingkat kecerdasan dan hasil belajar di sekolah

(Sumadi, 1989 dalam Huzaifal Hamid).

3) Bakat

Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu

dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud (Utami, 1992: 17). Bakat

memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan

pada masa yang akan datang. Selain kecerdasan bakat merupakan faktor

yang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar (Sumadi,

1989 dalam Huzaifal Hamid). Belajar pada bidang yang sesuai dengan

bakatnya akan memperbesar kemungkinan seseorang untuk berhasil.

4) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk

melakukan sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak dipengaruhi

oleh kebutuhan individu yang ingin dipenuhi (Suharsimi, 1993: 88). Ada

dua macam motivasi yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang

yang bersangkutan. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang

timbul oleh rangsangan dari luar atau motivasi yang disebabkan oleh

(38)

hadiah, persaingan, pertentangan, sindiran, cemoohan dan hukuman.

Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah karena tidak semua pelajaran

sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Dengan memiliki kemampuan pada suatu mata pelajaran, baik itu

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu dikembangkan, siswa

diharapkan dapat mengalih gunakan kemampuan-kemampuan tersebut

dalam menghadapi masalah-masalah dalam berbagai bidang pelajaran.

Kemampuan bernalar, kemampuan memilih strategi yang cocok dengan

permasalahannya, maupun kemampuan menerima dan mengemukakan

suatu informasi secara tetap dan cermat merupakan kemampuan umum

yang dapat digunakan dalam berbagai bidang.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni

Ranah Kognitif, Ranah Afektif, dan Ranah Psikomotorik.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental

(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak

adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan

dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan

menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan

kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek

atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan

jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud

(39)

1) pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali

(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,

rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk

menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses

berfikir yang paling rendah.

2) pemahaman (comprehension)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami

sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,

memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya

dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami

sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian

yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya

sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang

setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

3) penerapan (application)

Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau

menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode,

prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi

yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses

(40)

4) analisis (analysis)

Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan

suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan

mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau

faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor-faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis

setingkat lebih tinggi dari pada jenjang aplikasi.

5) sintesis (syntesis)

Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari

proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang

memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga

menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk

pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi

daripada jenjang analisis. Salah satu hasil belajar kognitif dari jenjang

sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang

pentingnya kedisiplinan sebagaimana telah diajarkan.

6) penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

Adalah jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif

dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan

kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu

kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada

beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang

(41)

b. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,

emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat

diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan

kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada

peserta didik dalam berbagai tingkah laku.

Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif,

karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah: Menerima

(memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan

Karakteristik suatu nilai. Skala yang digunakan untuk mengukur ranah

afektif seseorang terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap.

Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak

(negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan

berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi,

afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang

tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam

menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengan

kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu, sikap

selalu bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu.

c. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan

keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang

(42)

yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat,

melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah

psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa

hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu.

Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari

hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang

baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).

Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar

psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau

perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah

kognitif dan ranah afektif.

D. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivis. Pembelajaran

kooperatif muncul dari adanya konsep bahwa siswa akan lebih mudah

menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi

dengan temannya. Ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja bersama

untuk belajar bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar

kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat

dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi

(Slavin, 1995). Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi

heterogen kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling

(43)

Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992) dalam buku

Cooperative Learning, terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif yaitu:

a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa

Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja

sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa

tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa

akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga

mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.

b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat

Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Hal ini terjadi

dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai

anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung

secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok

mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa

yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman

sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah

dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari

bersama.

c. Tanggung jawab individual

Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa

tanggung jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan

bantuan dan (b) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada

(44)

d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil

Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang

diberikan, seorang siswa dituntut untuk mempelajari bagaimana

berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa

bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam

kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

e. Proses kelompok

Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses

kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana

mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja

yang baik.

Selain unsur-unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran

kooperatif, model pembelajaran kooperatif juga mengandung prinsip-prinsip yang

membedakannya dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari belajar

kooperatif menurut Slavin (1995), adalah sebagai berikut.

a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai

kriteria yang ditentukan.

b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok

tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung

jawab ini berfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan

memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi

tanpa bantuan yang lain.

c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah

(45)

Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan

rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa

kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

Johnson & Johnson (1994) dalam Slavin (2005), menyatakan bahwa

tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk

peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun

secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan

sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar

belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan

proses kelompok dan pemecahan masalah.

Zamroni (2000) dalam dalam Slavin (2005), mengemukakan bahwa

manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan

pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Selain itu, belajar

kooperatif juga dapat meningkatkan solidaritas sosial di antara siswa sehingga

diharapkan kelak akan muncul generasi yang memiliki prestasi akademik yang

cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.

Struktur tujuan kooperatif terjadi apabila siswa dapat mencapai tujuan

mereka hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan

tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan penting, yaitu

hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial (Ibrahim, dkk., 2000: 7 dalam Slavin (2005)). Para ahli telah

menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa

dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami

konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir

(46)

yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan,

dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada

siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja bekerja dan saling

bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan

struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

Keterampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk

melatihkan keterampilan-keterampilan kerja sama dan kolaborasi, dan juga

keterampilan-keterampilan tanya jawab.

E. Group Investigation (Kelompok Investigasi)

Group Investigation (Kelompok Investigasi), merupakan penelitian yang

paling luas dan sukses dari metode-metode spesialisasi tugas. Group Investigation

(Kelompok Investigasi) merupakan suatu metode pembelajaran dari jaman John

Dewey (1970), tetapi telah diperbaharui dan diteliti pada beberapa tahun terakhir

ini oleh Shlomo dan Yael Sharan, serta Rachel-Lazarowitz di Israel (Slavin,

2005).

Group Investigation (Kelompok Investigasi) memiliki akar filosofis, etis,

psikologi penulisan sejak awal tahun abad ini. Yang paling terkenal di antara

tokoh-tokoh terkemuka dari orientasi pendidikan ini adalah John Dewey (1970).

Pandangan Dewey tentang kooperasi di dalam kelas sebagai sebuah prasyarat

untuk bisa menghadapai berbagai masalah kehidupan yang kompleks dalam

masyarakat demokrasi. Kelas adalah sebuah tempat kreatifitas kooperatif dimana

guru dan murid membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada

(47)

masing-masing. Pihak yang belajar adalah partisipan aktif dalam segala aspek

kehidupan sekolah, membuat keputusan yang menentukan tujuan terhadap apa

yang mereka kerjakan. Kelompok dijadikan sebagai sarana sosial dalam proses

ini. Rencana kelompok adalah satu metode untuk mendorong keterlibatan

maksimal para siswa.

Sebuah metode investigasi-kooperatif dari pembelajaran di kelas diperoleh

dari premis bahwa baik domain sosial maupun intelektual proses pembelajaran

sekolah melibatkan nilai-nilai yang didukungnya. Group Investigation (Kelompok

Investigasi) tidak akan dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan

yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak memperhatikan

dimensi rasa sosial dari pembelajaran di dalam kelas. Komunikasi dan interaksi

kooperatif diantara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik apabila

dilakukan dalam kelompok kecil, dimana pertukaran diantara teman sekalas dan

sikap-sikap kooperatif bisa terus bertahan. Aspek rasa sosial dari kelompok,

pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya

dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para

siswa untuk belajar.

Kesuksesan implementasi dari Group Investigation (Kelompok

Investigasi) sebelumnya memerlukan pelatihan dalam kemampuan komunikasi

dan sosial. Fase ini sering disebut sebagai meletakan landasan kerja atau

pembentukan tim. Guru dan siswa melaksanakan sejumlah kegiatan akademik dan

non-akademik yang dapat membangun norma-norma perilaku kooperatif yang

sesuai di dalam kelas.

Seperti yang terkesan dari namanya, Group Investigation (Kelompok

(48)

dengan hal-hal semacam penguasaan, analisis, dan mensintesiskan informasi

sehubungan dengan upaya menyelesaikan masalah yang bersifat multi-aspek.

Tugas akademik haruslah menyediakan kesempatan bagi anggota kelompok untuk

memberikan berbagai macam kontribusi, dan tidak boleh dirancang hanya sekedar

untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat faktual (siapa, apa,

kapan, dan sebagainya). Misalnya , Group Investigation (Kelompok Investigasi)

akan sangat tidak ideal untuk mengajari pelajaran sejarah dan budaya dari sebuah

Negara. Secara umum, guru merancang sebuah topik yang cakupannya luas,

dimana para siswa selanjutnya membagi topik tersebut ke dalam subtopik yang

merupakan hasil perkembangan dari ketertarikan dan latar belakang siswa, yang

sama halnya dengan pertukaran gagasan di antara para siswa.

Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari informasi dari

berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber-sumber seperti

(buku, institusi, orang) menawaran sederetan gagasan, opini, data, solusi, ataupun

posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Para siswa

selanjutnya mengevaluasi dan mensintesiskan informasi yang disumbangkan oleh

tiap anggota kelompok supaya dapat menghasilkan buah karya kelompok.

Dalam kelas yang melaksanakan proyek Group Investigation (Kelompok

Investigasi), guru bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator. Guru tersebut

berkeliling di antara kelompok-kelompok yang ada dan melihat apakah mereka

bisa mengelola tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam

interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-tugas khusus

yang berkaitan dengan proyek pembelajaran. Yang pertama dan terpenting adalah,

guru harus membuat model kemampuan komunikasi dan sosial yang diharapkan

(49)

untuk memikirkan berbagai variasi peran kepemimpinan, seperti dalam diskusi

dengan seluruh kelas atau dengan kelompok-kelompok kecil. Dalam diskusi ini,

guru membuat model-model dari berbagai kemampuan mendengarkan, membuat

ungkapan, member reaksi yang tidak menghakimi, mendorong partisipasi, dan

sebagainya. Diskusi ini dapat ditambahkan dan ditujukan pada penentuan tujuan

pembelajaran jangka pendek dan sebagai saran untuk meraihnya.

Dalam Group Investigation (Kelompok Investigasi), para murid bekerja

dalam enam tahap. Tahap-tahap tersebut akan dijabarkan secara rinci dibawah ini

(Slavin, 2005).

1. Tahap 1: Mengidentifikasikan topik dan mengatur ke dalam kelompok-kelompok penelitian.

Tahap ini secara khusus ditujukan untuk masalah pengaturan. Guru

mempresentasikan serangkaian masalah dan para siswa mengidentifikasi dan

memilih berbagai macam subtopik untuk dipelajari berdasarkan pada

ketertarikan dan latar belakang mereka. Tahap ini dimulai dengan perencanaan

kooperatif yang melibatkan seluruh kelas, yang dapat dijabarkan sebagai

berikut :

a. Guru mempresentasikan sebuah masalah kepada kelas dan bertanya, “

apakah yang ingin kalian ketahui tentang masalah ini?”. Tiap siswa

memberikan pertanyaan mengenai aspek-aspek dari masalah tersebut yang

ingin mereka investigasi.

b. Para siswa berkumpul dalam diskusi menuliskan semua gagasan dan

(50)

kelas akan menghasilkan daftar usulan bersama mengenai suptopik yang

akan menjadi bahan investigasi.

c. Perencanaan dimulai dengan setiap siswa menuliskan usulannya, dan

dilanjutkan dengan kelompok yang semakin besar, mulai dari kelompok

yang beranggotakan dua orang sampai yang beranggotakan empat bahkan

delapan siswa. Pada setiap tahap anggota kelompok membandingkan

daftar mereka, menghilangkan usulan sama, dan mengompilasikan satu

daftar bersama. Daftar akhir ini mewakili ketertarikan dari seluruh

anggota.

2. Tahap 2 : Merencanakan Investigasi di dalam kelompok

Setelah mengikuti kelompok-kelompok penelitian masing-masing,

para siswa mengalihkan perhatian mereka kepada subtopik yang mereka pilih.

Pada tahap ini, anggota kelompok menentukan aspek dari subtopik yang

masing-masing akan mereka investigasi. Sebagai akibatnya, tiap kelompok

harus memformulasikan sebuah masalah yang dapat diteliti, memutuskan

bagaimana melaksanakannya, dan menentukan sumber-sumber mana yang

akan dibutuhkan untuk melakukan investigasi tersebut.

Banyak kelompok menemukan bahwa sangat berguna jika mengisi

sebuah lembar kegiatan yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang relevan

terhadap tahap perencanaan ini. Lembar kegiatan tersebut mungkin bisa

berbentuk seperti ini:

Topik penelitian kami:

(51)

Apa saja sumber-sumber kami? Bagaimana kami membagi tugasnya?

Guru dapat memasang selembar fotokopi dari tiap lembar kerja

kelompok dengan tujuan untuk menampilkan bukti grafis bahwa kelas tersebut

adalah sebuah “kelompok yeng terdiri dari kelompok-kelompok”. Tiap siswa

berkontribusi terhadap Group Investigation (Kelompok Investigasi)-

kelompok kecil, dan tiap kelompok berkontribusi terhadap pembelajaran

seluruh kelas atau unit yang lebih besar.

3. Tahap 3 : Melaksanakan Investigasi

Dalam tahap ini tiap kelompok melaksanakan rencana yang telah

diformulasikan sebelumnya. Biasanya ini adalah tahap yang paling banyak

memakan waktu. Walaupun para siswa mungkin memang diberikan batas

waktu kerja, tetapi jumlah pasti dari sesi yang mereka perlukan untuk

menyelesaikan investigasi tidak selalu dapat dipastikan jumlahnya. Guru harus

mengupayakan berbagai cara untuk memungkinkan sebuah proyek kelompok

berjalan tanpa terganggu sampai investigasinya selesai, atau paling tidak

sampai sebagian besar dari pekerjaan tersebut selesai.

Pada tahap ini, para siswa, satu demi satu atau secara berpasangan atau

berkelompok mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi,

membuat kesimpulan-kesimpulan, dan mengaplikasikan pengetahuan baru

yang menjadi bagian mereka untuk menciptakan sebuah resolusi atas masalah

yang diteliti kelompok. Tiap siswa menginvestigasi aspek proyek kelompok

(52)

kontribusi satu bagian yang diperlukan untuk menciptakan sebuah keseluruhan

kelompok.

Ketika individu atau pasangan telah menyelesaikan porsi mereka atau

tugas kelompok, maka kelompok akan berkumpul kembali dan para anggota

saling membagikan pengetahuan mereka. Kelompok boleh memilih salah satu

anggota untuk mencatat kesimpulan mereka, atau tiap anggota boleh

mempresentasikan sebuah rangkuman tertulis dari penemuan mereka.

Kelompok yang pertama kali melakukan investigasi, khususnya pada kelas

yang lebih rendah, boleh cukup meminta tiap anggotanya menampilkan

sebuah rangkuman singkat sebagai respon terhadap pertanyaan yang

diinvestigasi. Dengan pengalaman, tampilan dari rangkuman ini akan menjadi

sebuah diskusi penyelesaian masalah.

4. Tahap 4 : Menyiapkan Laporan Akhir

Tahap ini merupakan transisi dari tahap pengumpulan data dan

klasifikasi ke tahap dimana kelompok-kelompok yang ada melaporkan hasil

investigasi mereka kepada seluruh kelas. Ini terutama merupakan sebuah tahap

pengaturan, tetapi seperti pada tahap 1 juga memerlukan semacam

kegiatan-kegiatan intelektual yang mengabstraksikan gagasan utama dari proyek

kelompok, mengintegrasikan semua bagiannya menjadi satu keseluruhan, dan

Gambar

Tabel 4. 2. Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus I
Gambar 2.1. Bagan klasifikasi hasil pembelajaran
Tabel 3.1. Indikator Ketercapaian
Gambar 4.1. Memberikan topik  dan pembentukan kelompok
+7

Referensi

Dokumen terkait

2013 pada Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Musi Banyuasin, kami Pejabat Pengadaan pada Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Musi Banyuasin, dengan

The ability to evaluate the variation of isovist properties is very important, as it allows to understand how visibility varies along a path and, therefore, define its complexity

Anova pada perlakuan zat pengatur tumbuh sitokinin yang dikombinasikan dengan konsentrasi untuk peubah jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah buku, jumlah akar dan

MIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, nasehat dan masukan dalam

Suasana yang seharusnya tercipta dalam suatu proses pembelajaran adalah bagaimana peserta didik berperan secara aktif, sehingga komunikasi yang terjalin secara dua

Program pertanian perkotaan merupakan salah satu program baru yang diperuntukkan bagi masyarakat Kota Surakarta. Program ini memanfaatkan sisa lahan pekarangan yang

[r]

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis pemberian ekstrak tempe lebih banyak dari 0.5 g/ekor/hari pada saat tikus jantan lepas sapih hingga memasuki usia