• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konseling Kelompok Behavioral untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Singorojo Kendal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konseling Kelompok Behavioral untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Singorojo Kendal"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Motivasi merupakan hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sebuah pekerjaan maupun kegiatan seperti halnya belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi belajar. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif ke arah yang lebih baik. Jadi motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Motivasi merupakan energi yang dimiliki seseorang untuk belajar” (Sardiman, 2010: 62).

Schunk (2008: 4) menyatakan bahwa: motivation as something that gets us going, keep us working and

helps us complete task. Motivation is the process

whereby goal-dorected activity is instigated and sustained. Pendapat tersebut memberikan gambaran bahwa motivasi merupakan hal penting karena sebagai pendorong seseorang (siswa) untuk melakukan aktivitas belajar.

(2)

2

kurang stabil secara psikis banyak mengalami kesulitan dalam memotivasi cara belajar, akibatnya aktivitas belajarnya menurun dan prestasi yang diperolehnya kurang memuaskan.

Berkaitan dengan motivasi untuk melakukan sesuatu bukan hanya tentang motivasi itu saja, namun perlu mengenal diri, mampu mengenal orang lain , maupun mampu mangatasi masalah yang terjadi karena diri sendiri atau sebab orang lain. Suatu modal utama untuk memiliki semua itu adalah dengan cara berkomunikasi baik dengan Tuhan Yang Maha Esa, berkomunikasi dengan diri sendiri maupun berkomunikasi dengan orang lain. Pemberian pemahaman tentang pentingnya tujuan belajar masih sangat sulit untuk dipahami oleh siswa pada umumnya. Sehingga dibutuhkan layanan-layanan yang bisa membantu siswa dalam menyelesaikan konflik yang ada pada dirinya. Salah satunya ada pada layanan bimbingan dan konseling.

Layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai kemandirian, dalam wujud kemampuan memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan merealisasikan diri secara bertanggung jawab sehingga mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupannya (Permendikbud No 111 Tahun 2014)

(3)

3 diperlukan manajamen baik pula. Manajemen pada hakikatnya merupakan seni mengelola berbagai kegiatan oleh sekelompok orang dalam suatu organisasi dengan menggunakan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis pada kegiatannya untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien (Siagian, 2007: 1). Seni yang dimaksud adalah bagaimana mengkolaborasi pengetahuan, pengalaman dan kreativitas dalam wadah manajemen. Manajemen dapat juga berarti suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan, pengarahan pada sekelompok orang ke arah tujuan organisasional atau tujuan yang nyata (Terry dan Rue, 2009: 1).

Pelaksanaan layanan konseling kelompok diperlukan perencanaan, organizing, actuating dan evaluting. Salah satu bentuk perencanaanya, seorang guru Bimbingan dan Konseling perlu melakukan identifikasi masalah, melakukan perencanaan pemecahan masalah dalam bentuk satuan layanan. Organizing yang diperlukan guru Bimbingan dan Konseling terkait dengan pengaturan tempat, waktu, koordinasi dengan konseli sehingga diharapkan pelaksanaannya dapat berlangsung dengan baik. Layanan konseling perlu dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan di saat pelaksanaan perlu dilakukan evaluasi proses maupun hasil.

(4)

4

motivasi dalam belajarnya rendah atau sekitar 12,63%. Prosentase rata-rata kehadiran tergolong rendah, siswa sering bolos pada jam jam mata pelajaran tertentu. Nilai prestasi belajar rendah dari ketiga permasalahan tersebut masih banyak permasalahan yang menyertai siswa seperti siswa tidak memperhatikan guru yang sedang menerima materi pembelajaran, tidak konsentrasi, tidak mengerjakan tugas baik tugas–tugas yang dibebankan maupun tugas dikerjakan di rumah.

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner tentang motivasi belajar kepada 94 siswa kelas XI diperoleh rata-rata 72,93 dengan nilai terendah 58,33 dan tertinggi 94,23. Dari 94 siswa tersebut terdapat 11 siswa (11,70%) yang memiliki nilai motivasi belajar pada kisaran 43,75-62,50 dalam kategori rendah. Data tersebut memberikan konsekuensi bagi pemimbing untuk melakukan layanan konseling untuk mengatasi permasalahan tersebut. Meskipun kecil persentase siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, perlu segera diatasi, karena tanpa penanganan yang serius akan menjalar ke yang lainnya karena akan mempengaruhi siswa lainnya. Ibarat suatu penyakit, siswa yang terdeteksi memiliki motivasi belajar rendah perlu segera diobati sehingga tidak menularkan perilaku negatifnya kepada siswa lain.

(5)

5 siswa kerena siswa dipanggil secara pribadi dan mendapatkan pandangan yang buruk dari siswa-siswa yang lainya, sehingga diperlukan sebuah layanan yang melibatkan partisipasi keseluruhan.

Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan suasana yang hidup, bergerak yang ditandai dengan adanya interaksi sesama anggota kelompok (Prayitno, 2008:63). Menurut Winkel (2004:198), layanan kon seling kelompok merupakan suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina dalam suatu kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesame anggota dan konselor, dimana komukasi antara pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik.

Terdapat beberapa pendekatan yang dilakukan dalam layanan konseling antara lain: psikoanalitifk, eksistensial-humanistik, client-centered, terapi gestalt, analisis transaksional, tingkah laku, rasional-emotif dan terapi realitas. Pembimbing perlu memilih pendekatan yang sesuai dengan permasalahan yang muncul.

(6)

6

sering bolos pada jam-jam mata pelajaran tertentu, ketika pembelajaran siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak konsentrasi, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru. Perilaku tersebut perlu segera diatasi dan diperbaiki melalui layanan konseling kelompok berbasis Behavioral. Menurut Corey (2013 : 193) terapi tingkah laku (Behavioral) merupakan penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar. Terapi ini menyertakan penerapan yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif.

Penelitian sebelumnya oleh Indayani (2014) menyatakan bahwa melalui penerapan konseling Behavioral dengan teknik penguatan positif mampu menurunkan perlaku membolos.

Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut.

1. Masih ada 12,63% siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah, terbukti dari kehadiran tergolong rendah, siswa sering bolos pada jam jam mata pelajaran tertentu, ketika pembelajaran siswa tidak memperhatikan penjelasan guru, tidak konsentrasi, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru.

2. Hasil pengisian kuesioner terdapat 11,70% siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dengan nilai pada interval 43,75- 62,50.

(7)

7 konseling kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar.

4. Tingkat partisipasi siswa dalam memanfaatkan layanan konseling masih rendah, karena adanya anggapan bahwa siswa yang dipanggil ke ruang BK dianggap yang bermasalah, sehingga layanan konseling kelompok dengan Behavioral belum dilakukan oleh pembimbing.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini, apakah layanan konseling kelompok dengan pendekatan Behavioral dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Singorojo?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan motivasi belajar melalui layanan konseling kelompok dengan pendekatan Behavioral pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Singorojo.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian eksperimental berupa layanan konseling kelompok dengan pendekatan Behavioral dalam meningkatkan motivasi belajar siswa diharapkan membawa manfaat secara teroritis maupun praktis. Manfaat hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan: 1. Memberikan bukti empirik tentang layanan

konseling kelompok dengan pendekatan Behavioral dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

(8)

8

untuk meningatkan motivasi belajar siswa.

Secara praktis penelitian ini harapkan dapat memberikan bermanfaat:

1. Bagi guru bimbingan dan konseling sebagai pendekatan yang dapat dipilih masalah individu siswa yang dilayani.

Referensi

Dokumen terkait

Kalimat simpulan yang tepat untuk melengkapi paragraf generalisasi tersebut adalah ….. Dengan demikian pedagang daging pasti meraup untung yang

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan Universitas Negeri Semarang, sebagai pelatihan untuk

Nilai koefisien yang positif dan OR yang lebih dari 1 pada faktor risiko status gizi kurus menunjukkan bahwa dengan semakin rendah IMT atau semakin kurus siswi maka

Contoh-contoh teknologi yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu komputer dengan menyajikan power point oleh guru maupun siswa, pemberian tugas internet agar siswa

Diharapkan pihak puskesmas dapat memotivasi dan memfasilitasi kader kesehatan lansia untuk meningkatkan pengetahuan tentang perawatan aktivitas hidup sehari-hari dengan

Efek dari mantra dingin yang intens pada kunjungan rawat jalan anak untuk asma.. pada

Identifikasi terhadap faktor-faktor konflik kerja dan keluarga pada penelitian ini didasarkan pada pandangan Greenhaus dan Beutell (1985) yang menjelaskan tiga

Penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas sistem saraf otonom mahasiswa empat tahun dalam keadaan istirahat adalah rendah, ada hipotensi parasimpatis dan ada kecenderungan aktivitas