• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Pe (6)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERCIK. Media Informasi Air Minum dan Pe (6)"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

Edisi IV, 2010

Surabaya Green and Clean: Menuju Kota Surabaya Sehat

Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik

Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

(2)

Edisi IV, 2010

Media Informasi Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan

Diterbitkan oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

(Pokja AMPL)

Penanggung Jawab

Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas

Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Direktur Pengembangan Air Minum

Kementerian Pekerjaan Umum Direktur Bina Sumber Daya Alam dan

Teknologi Tepat Guna Kementerian Dalam Negeri Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Kementerian Dalam Negeri

Pemimpin Redaksi Jl. RP Soeroso 50, Jakarta Pusat.

Telp./Faks.: (021) 31904113 Situs Web: http//www.ampl.or.id e-mail: redaksipercik@yahoo.com

redaksi@ampl.or.id

Redaksi menerima kiriman tulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan dengan air minum

dan penyehatan lingkungan. Hari Habitat Dunia 2010 Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik... 5

Hari Habitat Dunia, Meningkatkan Kepedulian atas Tantangan Urbanisasi... 9

Hari Habitat, Air, dan Sanitasi... 11

Sekretariat Nasional Habitat Indonesia... 13

Peraturan Agenda 21... 15

Agenda Habitat... 17

Pembelajaran Surabaya Green and Clean: Menuju Kota Surabaya Sehat... 19

Testimoni dr. M. Basyir Ahmad, Walikota Pekalongan. Rumah kan Hak Asasi Manusia... 22

Sisi Lain 1,2 Miliar Penduduk Dunia Tinggal di Hunian Belum Layak... 24

Wacana Hak Atas Air dan Perumahan (tulisan kedua - habis)... 26

Wawancara Suharso Monoarfa, Menteri Negara Perumahan Rakyat... 30

Inovasi Menjernihkan Air dengan Biji Daun Kelor... 32

Mengubah Udara Jadi Air... 34

Reportase 15 Jurnalis Asia Pasifik Kunjungi Kampung Kumuh Tambora... 36

Jambore Sanitasi 2010, Duta Sanitasi Diterima Wapres... 38

Youth Urban Forum Keterlibatan Kaum Muda dalam Pembangunan Perkotaan... 40

Peluncuran dan Bedah Buku dalam Rangka Acara Puncak Hari Habitat Dunia 2010... 43

Rapat Koordinasi Nasional Program WES UNICEF 2010... 45

Pertemuan Evaluasi dan Perencanaan Pembangunan AMPL Tahun 2010-2011... 46

Lokakarya Sinergi Pembangunan AMPL Provinsi Banten... 47

Panduan Alternatif Jamban yang Dapat Menjadi Pilihan... 48

Resensi Buku... 50 Mengapa Jamban di Rumah Anda Harus Sehat?... 56

Perubahan Iklim dan Kota-kota... 59

D

R

POKJA

S

udah menjadi suatu rutinitas sejak tahun 1986,

bahwa setiap hari Senin minggu pertama bulan Oktober diperingati sebagai Hari Habitat di seluruh dunia. Pada tahun ini Hari Habitat jatuh pada 4 Oktober 2010 dengan tema menuju kota dan kehidupan lebih baik (better city better life). Peringatan Hari Habitat sudah sering kali dilaksanakan di Indonesia. Namun masih sering terjadi salah kaprah bahwa peringatan hari habitat menjadi porsi dari para pemangku kepentingan pembangunan perumahan saja. Sebenarnya hal ini kurang tepat dengan mempertimbangkan keterkaitan yang erat antara

perumahan dan permukiman (air minum dan penyehatan lingkungan). Terbukti misalnya dari tema Hari Habitat pada tahun 2003 yang berjudul Water and Sanitation for Cities (Air dan Sanitasi Perkotaan).

Keterpaduan pembangunan AMPL dan perumahan merupakan suatu keniscayaan, terutama ketika berbicara tentang pembangunan perkotaan. Sebagaimana dipahami bersama bahwa keberadaan permukiman kumuh sudah menjadi ‘trade mark’ bagi hampir seluruh kota. Sehingga penanganannya menjadi agenda bersama semua kota. Sementara permasalahan permukiman kumuh selalu berputar pada kualitas rumah dan lingkungan beserta

prasarana, sarana dan utilitas (PSU). Penanganan yang tidak menyeluruh tidak akan maksimal hasilnya. Pesan ini yang ingin juga disampaikan melalui peringatan Hari Habitat sejak sekitar 10 tahun terakhir.

Dalam semangat keterpaduan inilah kemudian edisi Percik kali ini mengangkat tema Hari Habitat. Harapannya bahwa pembangunan perumahan dan permukiman bisa lebih terpadu ke depannya. Tidak hanya dalam konsep tetapi juga dalam pelaksanaannya di lapangan. Semoga.

(3)

L

U

Tampilan Percik Makin Menarik

Perkenalkan nama saya Wardi, pemerhati

masalah air minum dan kesehatan lingkungan

tinggal di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Saya merupakan pembaca setia Majalah Percik se -jak majalah ini pertama kali saya dapatkan

ke-tika masih bekerja di Direktorat Jenderal Bina

Pembangunan Daerah, Departemen Dalam Negeri pada tahun 2004.

Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada pengelola Majalah Percik karena

in-formasi dan sejumlah pembelajaran penting

saya dapatkan untuk dikembangkan di te ngah masyarakat terkait persoalan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Saya terkesan de-ngan tampilan Majalah Percik yang desain-nya, isi serta tampilannya terkesan semakin

bagus, tidak kalah dengan majalah komersial

sekelas Majalah Tempo.

Semoga pengelola Majalah Percik dapat terus hadir dan memberikan sejumlah infor-masi serta pembelajaran dan pemberdayaan bagi masyarakat dibidang AMPL. Bravo Ma-jalah Percik.

Mawardi Kalibata Tengah, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

Terimakasih banyak atas perhatian serta apresiasi yang telah diberikan kepada pe­ ngelola majalah percik. Kami memang terus berusaha melakukan perbaikan dan pening­ katan kualitas isi informasi serta penampilan majalah ini sehingga dapat diterima dengan baik oleh seluruh masyarakat luas. Semoga majalah ini dapat terus hadir memberikan in­ formasi terbaik.

Berlangganan Majalah Percik

Sudah hampir satu tahun ini saya dan

te-man-teman aktivis Lingkungan dan Pember -dayaan Masyarakat, Pelangi Dunia di seputar Sungai Ciujung, Banten mendapat Majalah Percik Yunior dan Majalah Percik dari teman-teman Pokja Air Minum dan Penyehatan Ling-kungan Provinsi Banten. Namun, dalam

be-berapa bulan ini saya tidak lagi mendapatkan

majalah tersebut.

Saya mendapatkan Majalah Percik terba-ru dari salah satu teman di Dinas Kesehatan

Kabupaten Lebak ketika secara tidak sengaja

saya berkunjung ke kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak. Akhirnya saya meminjam majalah tersebut untuk saya copy dan saya letakan di perpustakaan kami.

Kepada pengelola Majalah Percik kami berharap dapat secara regular mendapatkan majalah ini. Jika memang diperlukan

peng-ganti ongkos cetak, saya siap menjadi pelang

-gannya. Terimakasih atas perhatiannya.

Sukemi Kampung Rukun Rt06/Rw07 Desa Bojongsari Serang, Banten

Terimakasih atas perhatiannya dan su­ dah menjadi pembaca setia majalah Percik. Nama dan alamat anda sudah kami masukan sebagai pembaca yang akan kami kirimkan majalahg percik secara berkala. Selamat me­ nikmati majalah kami.

Air Menjadi Sebuah Rahmat

Sedari sekarang kita sudah mulai merasa-kan kesulitan mendapatmerasa-kan air bersih. Apalagi musim kemarau. Tanpa kita sadari, air lama kelamaan akan menjadi barang yang sangat mewah. Maksudnya, kita akan kesulitan un-tuk mendapatkannya karena barangnya yang langka atau harga yang mahal.

Tanda-tanda bahwa air akan menjadi barang yang mewah mulai kita rasakan. Per-tama, hilangnya resapan air tanah di daerah penyangga karena banyaknya penebangan pohon yang membabi buta. Ditambah lagi dengan penciutan situ-situ yang berfungsi se-bagai penampung air karena digunakan untuk pemukiman.

Kedua, pencemaran air yang semakin

lama tidak tertangani secara serius. Polutan

yang ada tentunya menjadi penyebab utama

air tidak sehat untuk dikonsumsi. Ketiga,

swastanisasi air. Air yang menguasai hajat hidup orang banyak hanya akan dikuasai oleh kelompok tertentu yang bisa memainkan

pengelolaan air. Setiap orang berhak atas air. Dengan swastanisasi, setiap orang tidak di -akui berhak atas layanan air.

Untuk itu, mulai sekarang pengelolaan air perlu dibenahi. Jangan sampai air hanya men-jadi bencana saja, namun dapat juga menmen-jadi suatu rahmat.

Thomas Sutasman Cilacap. Jawa Tengah

Tanam Pohon Muliakan Air

Saya prihatin atas musnahnya hutan yang

ada di negeri ini akibat penebangan liar. Di musim hujan terjadi bencana alam, dimusim kemarau terjadi kekeringan. Sebenarnya itu dapat dihindari jika kita peduli terhadap hu-tan atau pohon-pohon yang ada disekitar kita dan memuliakan air.

Bencana alam yang terjadi di Negeri ini bisa jadi peringatan bagi kita semua agar kita

peduli dan memperhatikan alam. Banyaknya

pembalakan hutan liat mengakibatkan tanah longsong. Hal itu karena air hujan yang turun

tidak diserap oleh Hutan kita, sehingga men -jadi tanah longsor.

Tanpa air hidup kita tidak akan bertahan

lama, untuk itu mari kita muliakan air seba-gaimana kita memuliakan diri kita sendiri. Air hujan yang turun harus mendapatkan tempat yang menjadi haknya.Mari kita tanam pohon-pohon yang dapat menyerap air hujan, agar

kita tidak kekurangan air. Kalau air hujan di-serap pohon, maka tempat tinggal kita akan

terhindar dari banjir dan bencana alam.

Ahmad Riyadi Umar Bojonegoro, Jawa Timur

Jangan Gunakan Air Berlebihan

Manfaat air tidak lain sebagai pendukung sarana kehidupan perlu diperhatikan dalam

penggunaannya. Keberadaannya sebagai ka-runia Tuhan seharusnya disyukuri dan diman-faatkan semaksimal mungkin. Rasa syukur itu

tidak hanya berbentuk ucapan yang keluar

dari mulut kita, tapi juga melalui

serangkai-an tindakserangkai-an atau sikap arif dserangkai-an bijak dalam

menggunakan air, sesuai dengan standar ke-butuhannya.

Seperti kita ketahui bahwa air merupakan

sumber daya alam yang tak dapat

diperbaha-rui. Pemanfaatan secara efektif dan efisien sangat penting dalam rangka mengantisipasi

terjadinya penggunaan air secara berlebihan.

Demikian pula, tindakan atau sikap ber -lebih-lebihan itu sangat dilarang oleh agama karena termasuk dalam ketegori “isyraf”. Apalagi dalam masalah air yang sudah ba-rang tentu menyangkut hajat hidup manusia, lingkungan secara umum. maka, perlu ada sarana pembinaan bagi masyarakat terhadap pemakaian air yang baik dan benar.

Muhammad Erfan Ciputat, Tanggerang

S

A

I

su habitat merupakan isu kru-sial yang menjadi perhatian banyak pihak karena terkait dengan upaya-upaya peme-nuhan kesejahteraan masya-rakat. Dalam menghadapi isu terkait habitat, negara-negara dunia menun-jukkan komitmen kepeduliannya melalui beberapa kesepakatan antara lain melalui Deklarasi Vancouver pada 1976 dan Agenda Habitat yang disepakati di Istanbul, Turki pada ta-hun 1996.

Agenda Habitat yang ditanda-tangani 171 negara (termasuk Indo-nesia) berisi lebih dari 100 komitmen dan 600 rekomendasi. Setiap negara yang menandatangani Agenda Habi-tat mempunyai komitmen untuk melaksanakan Rencana Aksi Global yang sudah disepakati. Berbagai

ke-giatan terkait pelaksanaan Agenda Habitat telah aktif diikuti pemerin-tah, seperti Habitat+5 di New York pada tahun 2001 dan pertemuan dua tahunan Governing Council UN Habi-tat di Nairobi. Bahkan Prof. Johan Si-las selaku inisiator KIP (Kampong Im-provement Program) pernah menjadi salah satu penerima Habitat Scroll of Honours untuk komitmen dan dedi-kasinya dalam pengembangan bidang perumahan, terutama bagi masyarakat miskin.

Isi dalam Deklarasi Vancouver dan Agenda Habitat menjadi pesan yang berusaha disampaikan ke masyarakat luas melalui peringatan Hari Habitat Dunia setiap tahunnya. Hari Habi-tat Dunia ini sekaligus menjadi salah satu cara untuk mengingatkan para penduduk dunia akan fenomena dan

tantangan yang dihadapi masyarakat perkotaan.

Salah satu tantangan dunia saat ini adalah meningkatnya perkotaan se-cara pesat. Jika sebelumnya mayoritas penduduk dunia tinggal di perdesaan, saat ini lebih dari separuh penduduk dunia sudah tinggal di kawasan perkotaan dan diperkirakan akan meningkat menjadi dua per tiga pada tahun 2030. Dengan keterbatasan ke-mampuan pengelolaan sumberdaya di perkotaan, maka terjadi banyak dampak negatif dari meningkatnya persoalan seperti kurangnya hunian layak, tumbuhnya permukiman ku-muh, polusi, kemacetan lalu lintas, kesenjangan sosial, dan seba-gainya.

Hari Habitat Dunia 2010

Menuju Kota dan

Kehidupan Lebih Baik

(4)

Edisi IV, 2010

Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik

Tahun 2010 ini, terkait peringat-an Hari Habitat Dunia, Indonesia kembali ikut berpartisipasi seperti juga tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2008, Hari Habitat Dunia di-selenggarakan di Bali dan pada tahun 2009, Hari Habitat Dunia diseleng-garakan di kota Palembang. Untuk perayaan di tingkat global, Indonesia pernah menjadi tuan rumah pada

ta-hun 2005 ketika Hari Habitat Dunia mengambil tema The Millenium Goals and the City (Tujuan Pembangunan Milenia dan Kota). Pada tahun terse-but, peringatan Hari Habitat Dunia dipusatkan di Rusun Cengkareng, Ja-karta dan tema yang dipilih bertujuan untuk mengingatkan pada Millenium Development Goals yang diluncurkan pada lima tahun sebelumnya.

Dengan mengangkat tema Bet-ter City, BetBet-ter Life atau “Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik”

untuk tahun 2010, peringatan tahun ini berusaha menekankan pada pen-tingnya kualitas kota untuk menun-jang kehidupan yang lebih baik, yang dapat mendorong potensi dan pe-luang, mengurangi kesenjangan serta menyediakan hunian yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat.

Dalam pesan global UN Habitat yang disampaikan oleh Inga Björk-Klevby (Assistant Secretary-General of the United Nations and Deputy Execu-tive Director, UN-HABITAT), untuk menuju kehidupan yang lebih baik tersebut, perlu adanya perwujudan kota yang lebih cerdas atau smarter city. Inga mengemukakan, hanya kota yang cerdas yang akan dapat

memberikan kehidupan yang lebih baik bagi warganya. Dalam menuju

smarter city untuk kehidupan yang lebih baik tersebut, ada lima lang-kah strategis yang dihimbau oleh UN Habitat yaitu: (1) Memperbaiki kualitas hidup, (2) Berinvestasi dalam modal manusia, (3) Mendorong per-tumbuhan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan, (4) Meningkatkan par-tisipasi politik, dan (5) Meningkatkan keterlibatan budaya. Lima langkah ini diharapkan menjadi katalis penting untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi semua.

Untuk peringatan Hari Habitat Dunia di Indonesia, seperti juga pe-nyelenggaraan Hari Habitat Dunia untuk beberapa tahun terakhir ini, diselenggarakan secara bersama-sama oleh Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum. Dalam konferensi pers yang diseleng-garakan tepat pada Hari Habitat Dunia 2010 yang jatuh pada Senin, 4 Oktober 2010, Menteri Peru mahan Rakyat, Suharso Monoarfa mengung-kapkan bahwa rumah layak huni ada-lah sebuah isu Hak Asasi Manusia (HAM) yang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah dan permu-kiman yang lebih baik merupakan tanggung jawab bersama untuk masa depan. Pernyataan ini tentunya se-jalan dengan misi dari Agenda Habi-tat, yaitu hunian layak untuk semua dan urbanisasi berkelanjutan.

Kegiatan Hari Habitat Dunia 2010 di Indonesia

Di Indonesia, Peringatan Hari Habitat Dunia tahun 2010 diseleng-garakan dengan maksud untuk me-ningkatkan kepedulian semua pihak baik pemerintah pusat maupun dae-rah, pihak swasta, perguruan tinggi, serta masyarakat. Hari Habitat Dunia juga bertujuan untuk mendorong timbulnya pemikiran baru atas

kon-Laporan Utama

disi permukiman saat ini. Secara lebih jauh, peringatan Hari Habitat Dunia Tahun 2010 bertujuan untuk mem-berikan pemahaman ke masyarakat mengenai isu perumahan dan permu-kiman serta mendorong peran serta pemangku kepentingan bidang peru-mahan dan permukiman dalam ke-giatan yang mendukung peningkatan pemahaman akan makna Hari Habi-tat Dunia dan implementasi Agenda Habitat, terutama generasi muda karena tanggung jawab keberlanjutan

dunia di masa depan berada di tangan mereka.

Pantas jika kemudian, rangkaian peringatan Hari Habitat Dunia di-warnai dengan kegiatan Seminar dan

Workshop, Jambore Sanitasi, Pelun-curan Buku sebagai acara puncak dan juga kegiatan Youth Urban Forum un-tuk kaum muda di ITS Surabaya. Di luar kegiatan-kegiatan tersebut, Hari Habitat Dunia juga diperkenalkan ke masyarakat umum melalui kampanye media baik melalui televisi, radio,

me-dia cetak, maupun internet.

Rangkaian Peringatan Hari Habitat Dunia 2010 diawali dengan kegiatan Seminar Nasional Habitat 2010 “ Bet-ter City, BetBet-ter Life” yang digelar di Ho-tel Sultan, Jakarta pada 30 September 2010. Seminar yang mengangkat tema Konsep Penanganan Perumahan dan Permukiman Perkotaan yang Humanis dan Berkelanjutan ini membahas kota dari aspek kelayakan huni – baik aspek sosial, ekonomi, keamanan dan ling-kungan. Seminar yang diselenggara-kan oleh Deputi Formal Kementerian Perumahan Rak yat ini menghadirkan pembicara antara lain Mantan Menteri Kimpraswil, Erna Witoelar, Pengamat Sosiologi Perkotaan Imam B. Prasodjo, Ketua Ikatan Ahli Perencanaan Indo-nesia (IAP) Iman Soedrajat dan juga perwakilan dari pemerintah kota Yog-yakarta, Manado, dan Palembang.

Terkait dengan sanitasi, pada 12-16 Oktober 2010, Direktorat Jenderal Cipta Karya menyelenggarakan kegi-atan Jambore Sanitasi di Wisma Hijau Cimanggis dengan tajuk “Peduli Sani-tasi, Peduli Kualitas Air”. Peserta Jam-bore Sanitasi terdiri dari 128 pelajar dari 32 provinsi di Indonesia. Dalam sambutan pembukaannya, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengungkapkan bahwa Jambore Sa-nitasi merupakan kampanye nasional yang berfokus pada anak sebagai ti-tik sentral. Mereka diharapkan dapat menjadi agen perubahan di daerah masing-masing. Sebagai rangkaian Jambore Sanitasi, diadakan juga tur dengan peserta dari siswa SD di seki-tar Cimanggis ke Waste Water Treat-ment Lippo Karawaci dalam rangka mengenalkan secara dini pengelolaan air limbah kepada anak SD.

Sementara itu, pada Minggu pagi, 17 Oktober 2010, diselenggara-kan Kegiatan Fun Bike (Sepeda Santai) Habitat. Kegiatan ini dilepas

Data dan Fakta

Perkotaan:

l Lima puluh persen penduduk dunia

tinggal di per kotaan

l Tiga milyar penduduk dunia tinggal di

perkotaan, 1 milyar diantaranya tinggal di kawasan kumuh. Di kawasan Afrika Sub-Sahara, 70 % penduduk perkotaan tinggal di kawasan kumuh.

l Tahun 2005, jumlah penduduk

perko-taan lebih banyak 1,4 milyar orang dibanding dengan tahun 1980

l Urbanisasi lebih banyak ditemui di

Negara berkembang. Sebaliknya, Ne-gara-negara Eropa justru mengalami penurunan karena dengan kemajuan transportasi dan komunikasi menu-runkan kecenderungan konsentrasi penduduk di satu tempat.

Sumber:The State of the World Atlas

Wilayah 1990 2000 2009 2010* 2020* 2030* Dunia 42.6 46.4 50.1 50.5 54.4 59.0

Asia 31.5 36.8 41.7 42.2 47.2 52.9

Oseania/

Pasifik

70.7 70.4 70.2 70.2 70.4 71.4

Eropa 69.8 70.8 72.5 72.8 75.4 78.4

Amerika Utara 75.4 79.1 81.9 82.1 84.6 86.7

Amerika Latin 70.3 75.5 79.3 79.6 82.6 84.9

Afrika 32.1 36.0 39.6 40.0 44.6 50.0

*Prediksi, Sumber: PBB

Penduduk Dunia yang Tinggal di Perkotaan, 1990-2030 (%)

KEMENPERA

(5)

Edisi IV, 2010

oleh Menteri Perumahan Rakyat dan diikuti sekitar 150 orang peserta baik dari unsur pimpinan Kementerian maupun karyawan serta karyawati di lingkungan Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum. Sepeda santai ini dimulai pu-kul 06.30 WIB serta mengambil start dari halaman Kemenpera melewati Bundaran Senayan, Jalan Sudirman kemudian melalui Bundaran HI dan kembali ke Kantor Kemenpera. Saat di Bundaran HI, peserta membagi-bagi-kan stiker tentang HHD 2010 kepada masyarakat umum untuk lebih menge-nalkan tentang Hari Habitat Dunia

Puncak Hari Habitat Dunia 2010 diadakan pada 18 Oktober 2010 dan ditandai dengan peluncuran, pa-mer an dan bedah buku “Kilas Balik Perumah an 1900-2000” dan “Meng-usik Tata Penyelenggaraan Lingkung-an Hidup dLingkung-an PemukimLingkung-an”. Menteri Perumah an Rakyat mengharapkan penerbit an buku ini bisa menjadi ins-pirasi bagi generasi muda selanjutnya dalam perencanaan dan perancangan perumahan dan permukiman yang

lebih inovatif dan kreatif. Kegiatan puncak melalui peluncuran buku ini memang bertujuan untuk meningkat-kan pengetahuan atas permukim an sebagai dasar menuju kota yang lebih baik. Peluncuran buku ini diisi oleh sambutan dari Menteri Negara Peker-jaan Umum dan Menteri Perumahan Rakyat yang diikuti dengan pelun-curan buku secara resmi kepada para

stakeholder yang terdiri dari pelaksana pembangunan, akademisi, LSM, me-dia serta sesepuh dilanjutkan dengan bedah buku yang menghadirkan pem-bahasa dari berbagai kalangan.

Kegiatan lain yang menjadi bagian dari Rangkaian Peringatan Hari Ha-bitat Dunia 2010 adalah Workshop

Nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembangunan Permukim-an dPermukim-an Direktorat PenataPermukim-an BPermukim-angunPermukim-an Lingkungan, Cipta Karya, Kementeri-an PU yKementeri-ang diselenggarakKementeri-an pada 26 Oktober 2010 di Kementerian PU.

Workshop bertajuk “Daya Dukung Perkotaan dan Adaptasi Perubahan Iklim” ini menghadirkan pembicara antara lain Onno W. Purbo dan Imam

B. Prasodjo. Dalam workshop ini di-adakan juga dua kelas paralel yang terdiri dari kelas “Menata Bangunan dan Lingkungan Menuju Kota yang Berkualitas” dan “ Penataan Kawasan Kumuh yang Menjawab Tantangan Perubahan Iklim”.

Sebagai penutup rangkaian Hari Habitat Tahun ini diselenggarakan kegiatan Youth Urban Forum di ITS Surabaya. Dalam acara yang ber-langsung dua hari yaitu pada 8-9 November 2010 ini, Menteri Peru-mahan Rakyat Suharso Monoarfa dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini memberikan kuliah umum kepada sekitar 300 mahasiswa. Kuliah umum ini kemudian dilanjutkan dengan dis-kusi antar mahasiswa dan kunjungan lapangan ke kampung Tempe, Suko-manunggal, Surabaya. Youth Urban Forum sebagai penutup rangkaian Hari Habitat Dunia ini mempertegas bahwa keberlanjutan perkotaan dunia berada di tangan generasi muda, un-tuk menuju kota dan kehidupan lebih baik (LNP).

Laporan Utama

HARSYA PAMBUDI

S

etiap tahun, dunia selalu memperingati Hari Habitat Dunia atau World Habitat Day

pada Senin pertama bulan Oktober. Hari Habitat Dunia ini merupakan salah satu dari peringatan hari internasional yang ditetapkan oleh PBB dan diperingati sebagai wujud kepedulian terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan dan

permukiman yang layak untuk semua lapisan masyarakat. Hari Habitat Dunia juga bertujuan untuk mengingatkan perlunya tanggung jawab bersama bagi masa depan habitat manusia.

Cikal bakal Hari Habitat Dunia tidak bisa dilepaskan dari konferensi Habitat I atau Habitat: United Nation Conference on Human Settlement di Vancouver, Kanada pada 1976. Dalam konferensi yang diselenggarakan sekitar 34 tahun lalu ini, dunia mulai menyadari akan fenomena meningkatnya urbanisasi beserta segala dampaknya terutama yang terjadi di negara berkembang. Sebelumnya, persoalan mengenai urbanisasi dan

dampaknya hampir tidak pernah menjadi prioritas PBB. Konferensi Habitat I menjadi konferensi internasional pertama dari PBB dalam hal permukiman dan kemudian melahirkan Vancouver Declaration on Human Settlements

yang menyerukan kepada semua organisasi baik di dalam dan di luar sistem PBB untuk mendukung upaya

nasional dalam perancangan, penerapan formulasi, dan evaluasi proyek-proyek untuk meningkatkan kualitas permukiman. Konferensidi Vancouver ini sekaligus mendasari dibentuknya United Nations Human Settlements Programme (UN–HABITAT), badan PBB yang membidani bidang permukiman.

Sekitar 9 tahun kemudian, pada tahun 1985, dalam

Commission on Human Settlement Resolution tanggal 8 Mei 1985, muncul usulan mengenai penyelenggaraan Hari Habitat Dunia. Usulan ini kemudian diadopsi dan ditetapkan dalam Resolusi Sidang PBB tahun 1985 (Resolution 40/202 of 17 Desember 1985) sehingga Hari Habitat Dunia mulai dirayakan pada tahun 1986. Dimulainya peringatan Hari Habitat Dunia pada tahun 1986 sekaligus menandai peringatan 10 tahun dilaksanakannya Habitat I.

Dalam peringatan pertama yang digelar di Nairobi, Kenya tersebut, peringatan Hari Habitat Dunia memiliki tema “Rumah adalah Hak Saya” (Shelter is My Right). Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1996, digelar kon-ferensi Habitat II di Istanbul, Turki yang menghasilkan Agenda Habitat. Agenda Habitat merupakan komit-men 176 kepala negara termasuk Indonesia untuk mendukung masa depan habitat manusia yang lebih baik.

Hari Habitat Dunia

Meningkatkan Kepedulian atas

Tantangan Urbanisasi

ISTIMEWA

Peserta Yonth Urban forum

(6)

Edisi IV, 2010

S

etiap tahun, UN Habitat men-jadi badan PBB yang mengor-ganisasikan peringatan Hari Habitat Dunia. UN Habitat melak-sanakan tugasnya berdasarkan man-dat dokumen Vancouver Declaration on Human Settlements bersama sama dengan dokumen lainnya seperti the Habitat Agenda dan the Millenium Declaration. Dokumen-dokumen tersebut menekankan pada hunian yang layak bagi semua. Hunian yang layak dan pelayanannya merupakan hak dasar manusia dimana peme-rintah mempunyai kewajiban untuk membantu masyarakat yang kurang mampu memperoleh tempat tinggal.

Hunian yang layak bagi semua ini tidak bisa dipisahkan dari penyediaan dan kondisi air dan sanitasi. Dalam Agenda Habitat sendiri disebutkan pula secara khusus untuk

mempromo-sikan akses terhadap air minum yang aman, sanitasi, serta fasilitas dasar lainnya, terutama bagi orang yang hidup dalam kemiskinan, perempuan dan mereka yang termasuk rentan serta kelompok marjinal.

Secara khusus, Hari Habitat Du-nia pernah mengangkat tema menge-nai Water and Sanitation pada tahun 2003. Pada tahun tersebut, Hari Habitat Dunia menyorot kondisi air perkotaan di dunia dan krisis sanitasi. Sebuah situasi yang jauh lebih buruk daripada statistik-statistik yang ada.

Dalam pesan global Hari Habitat Dunia 2003, Anna Tibaijuka, Direk-tur UN Habitat saat itu mengemuka-kan bahwa pembangunan berkelan-jutan dimulai dari kesehatan. Oleh karenanya, kondisi berkelanjutan tidak dapat dipenuhi tanpa investasi berkelanjutan dalam air bersih dan

sanitasi dasar. Sementara itu, Kofi An-nan selaku Sekretaris Jenderal menge-mukakan dalam pesannya bahwa kota-kota tidak dapat dipungkiri akan selalu menjadi pusat kegiatan dan kesempatan, namun tanpa hunian layak dan fasilitas dasar yang cukup, lingkungan perkotaan dapat menjadi lingkungan yang paling berbahaya di muka bumi.

Di dunia yang sete ngah dari pen duduknya hidup di kota-kota, setidaknya 1 milyar orang meng alami bahaya yang terkait de ngan kekurang-an air bersih dkekurang-an skekurang-anitasi ykekurang-ang me-madai. Di kota-kota Asia, terdapat 700 juta orang yang mengalami keku-rang an air bersih serta 800 juta tanpa sanitasi memadai. Terlebih, di banyak tempat, orang miskin cenderung membayar l e b i h

Hari Habitat,

Air, dan Sanitasi

POKJA

Konferensi Habitat II ini menjadi semacam titik balik tentang fokus dari isu permukiman. Tema peringatan Hari Habitat Dunia yang ditentukan PBB pada tahun-tahun awal lebih menekankan pada “shelter” atau hunian/ rumah. Sejak tahun 1996, tema Hari Habitat Dunia menjadi lebih bergeser ke masalah city (lihat kotak). Kencederungan ini mungkin muncul karena adanya perkembangan pemikiran bahwa masalah permukiman adalah masalah kota (city) dan masalah kekotaan (urban). Agenda Habitat sebagai keluaran dari Habitat II pun mencerminkan manifestasi dari kecenderungan tersebut. Melalui Agenda Habitat, negara-negara di dunia berusaha untuk mewujudkan Adequate Shelter for All (Hunian yang Layak bagi Semua) dan Sustainable Urbanization

(Urbanisasi yang Berkelanjutan).

Tema-tema dari peringatan Hari Habitat Dunia memang selalu berbeda setiap tahunnya, namun tema-tema yang diangkat tersebut tetap sejalan dengan dua pesan utama Agenda Habitat yaitu Adequate Shelter for All (Hunian yang Layak bagi Semua) dan Sustainable Urbanization (Urbanisasi yang Berkelanjutan).

Peringatan Hari Habitat Dunia menjadi momentum mempromosikan pesan-pesan utama dari Agenda Habitat tersebut. Peringatan Hari Habitat dari tahun ke tahun pun justru menjadi semakin penting. Tiga puluh empat tahun lalu, ketika Habitat I diselenggarakan, dua per tiga penduduk dunia masih tinggal di perdesaan. Kini, proporsi tersebut berbalik, sudah lebih dari separuh penduduk dunia tinggal di perkotaan dan pada 2030 diperkirakan dua per tiga penduduk dunia tinggal di kota yang tentunya akan memberikan konsekuensi yang lebih besar.

Untuk tahun 2010 ini, Hari Habitat Dunia jatuh pada Senin, 4 Oktober 2010 dan mengangkat tema “Better City, Better Life atau “Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik”. Tema ini menekankan pada pentingnya kualitas kota untuk menunjang kehidupan yang lebih baik, yang dapat mendorong potensi dan peluang, mengurangi kesenjangan serta menyediakan hunian yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat.

LNP, Dari berbagai sumber.

Tema Hari Habitat Dunia

2010 – Better City, Better Life (Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik)

2009 – Planning Our Urban Future (Merencanakan Masa Depan Perkotaan Kita) 2008 – Harmonious Cities (Kota yang Harmonis)

2007 – A Safe City is a Just City (Kota yang Aman adalah Kota yang Berkeadilan) 2006 – Cities, Magnets of Hope (Kota, Magnet Harapan)

2005 – The Millenium Goals and the City (Tujuan Pembangunan Milenia dan Kota)

2004 – Cities-Engines of Rural Development (Perkotaan – Mesin Pembangunan Perdesaan) 2003 – Water and Sanitation for Cities (Air dan Sanitasi bagi Perkotaan)

2002 – City-to-City Cooperation (Kerjasama Antar Kota) 2001 – Cities without Slums (Kota tanpa Permukiman Kumuh)

2000 – Women in Urban Governance (Perempuan dalam Pemerintahan Kota) 1999 – Cities for All (Kota untuk Semua)

1998 – Safer Cities (Kota yang Lebih Aman) 1997 – Future Cities (Kota Masa Depan)

1996 – Urbanization and Human Solidarity (Urbanisasi dan Solidaritas Kemanusiaan) 1995 – Our Neighborhood Curitiba (Lingkungan Kita, Curitiba)

1994 – Home and the Family (Rumah dan Keluarga)

1993 – Women and Shelter Development (Perempuan dan Pembangunan Rumah) 1992 – Shelter and Sustainable Development (Rumah dan Pembangunan Berkelanjutan) 1991 – Shelter and the Living Environment (Rumah dan Lingkungan Hidup)

1990 – Shelter and Urbanization (Rumah dan Urbanisasi)

1989 – Shelter, Health and the Family (Rumah, Kesehatan, dan Keluarga) 1988 – Shelter and Community (Rumah dan Komunitas)

1987 – Shelter for the Homeless (Rumah untuk Tunawisma) 1986 – Shelter is my Right (Rumah adalah Hak Saya)

(7)

Edisi IV, 2010

I

su perumahan dan perkotaan merupakan isu yang kompleks dan multi disiplin. Tuntutan meningkatkan kapasitas Pemerintah dan pemangku kepentingan lain-nya untuk merencanakan dan mengelola kota secara lebih baik sangat diperlukan. Untuk itu, diperlukan peningkat-an pengetahupeningkat-an bidpeningkat-ang perumahpeningkat-an dpeningkat-an pengembpeningkat-angpeningkat-an perkotaan, serta jejaring yang kuat untuk pertukaran in-formasi dan kerjasama.

Pada tahun 1981 pernah dibentuk Sekretariat Nasional Perumahan untuk mengoordinasikan kegiatan organisasi internasional yang terkait perumahan dan perencanaan di Indonesia. Fungsinya sebagai clearing house dan me-nampung serta menyalurkan asosiasi profesi yang terkait kegiat an perencanaan dan perumahan.

Dua puluh tahun kemudian, pada tahun 2001, dibentuk Komite Nasional Agenda Habitat II oleh Presiden RI dengan tugas membantu pelaksanaan Agenda Habitat II di Indonesia dan menyampaikan pertimbangan dan saran kepada Pemerintah terkait pelaksa-naan Agenda Habitat II.

Sekretariat Nasional Habitat Indonesia

Dengan latar belakang tersebut, Sekretariat Nasional Habitat Indonesia atau lebih

dike-nal dengan sebutan Seknas Habitat dibentuk pada tahun 2008 melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Perumahan Rakyat untuk mendukung kerjasama antarlembaga (pemerintah dan non-pemerintah) dan pelaksanaan program terkait Agenda Habitat di Indonesia. Seknas Habitat diharapkan untuk dapat melanjutkan peran yang sebelumnya diemban oleh Komnas Habitat.

Seknas Habitat memiliki fungsi sebagai penyebar pengetahuan (knowledge hub) bidang perumahan dan pengembangan perkotaan. Seknas Habitat diharapkan da-pat menjadi pusat pengetahuan (knowledge center) dalam bidang perumahan dan permukiman, dan rumah bersama

Laporan Utama

mahal untuk air dibandingkan de-ngan orang yang lebih kaya.

Mengenai peringatan Hari Habi-tat Dunia tahun 2003 sendiri, saat itu, peringatan global yang bertemakan “Water and Sanitation for Cities” terse-but diselenggarakan di kota Rio De Ja-neiro, Brasil. Peserta dari seluruh dunia mengunjungi kawasan Cajú, kawasan kumuh yang dihuni oleh sekitar 800 keluarga. Kawasan ini tipikal dengan kawasan kumuh yang ada di bagian kota lainnya di mana hampir 20 per-sen dari penduduk kota Rio De Janeiro tinggal. Yang menarik dari Cajú adalah penduduk memiliki akses yang sangat baik terhadap air dan sanitasi, listrik, transportasi, dan layanan sosial.

Be-rada di tepian sungai, Cajú adalah hasil positif dari percontohan inisiatif kota “Slum to Neighbourhood” yang dimulai pada tahun 1993. Menteri Perkotaan Brazil waktu itu mengungkapkan, akses yang lebih baik terhadap air dan sanitasi menjadi prioritas Brazil dalam pemenuhan kebutuhan dasar kaum miskin perkotaan. Komitmen ini menunjukkan keseriusan pemerintah Brazil dalam memberikan kesetaraan hak akan kota untuk kaum miskin perkotaan.

Sementara itu, di Indonesia, per-ingatan Hari Habitat Dunia tahun 2003 tersebut dilaksanakan di Den-pasar, Bali. Presiden Republik Indo-nesia saat itu, Megawati Soekarnopu-tri, berkesempatan mencanangkan

Pengembangan 1.000.000 unit Ru-mah Sederhana, dan “Percepatan Pe-nanganan Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Bagi Masyarakat Berpeng-hasilan Rendah di 1.500 Kampung/ Kelurahan Setiap Tahun”.

Saat ini, di tahun 2010, isu air dan sanitasi tetap menjadi isu yang krusial, terlebih, hanya 5 tahun lagi menjelang tahun 2015 ketika tujuan MDG’s Goal harus dicapai. Dari segi pemenuhan air, sudah lebih banyak orang yang memiliki akses terhadap air layak dan lebih banyak orang yang da-pat mengakses fasilitas sanitasi. Meski demikian, untuk bisa memenuhi tar-get MDG’s, usaha pemenuhan tartar-get harus dilakukan secara dua kali lipat.

Sekretariat Nasional Habitat Indonesia

Meningkatkan Pengetahuan dan Jejaring Bidang

Perumahan dan Pengembangan Perkotaan

Hampir separuh dari penduduk -

dunia mengalami kekurangan air Hampir satu miliar penduduk dunia -

tidak memiliki akses ke air yang layak

Di negara berkembang, hampir -

setiap satu dari empat penduduk tidak memiliki akses terhadap

sanitasi bahkan yang paling dasar Kaum perempuan memiliki beban -

yang paling besar dalam hal memperoleh air untuk ke rumah tangga

Kawasan pusat di kota-kota besar -

umumnya sudah memiliki akses terhadap air dan sanitasi, namun

kaum miskin kota biasanya tidak

dilayani. Permukiman perkotaan ilegal memiliki kondisi paling merana

dan tidak higienis.

Data dan Fakta

tentang Air dan Sanitasi

Sumber: UN Habitat Urban World - Juni 2010 POKJA

Visi

Meningkatkan pengetahuan dan jejaring bidang perumahan dan pengembangan perkotaan.

Misi

- Meningkatkan pengetahuan bidang perumahan dan pengembangan per-ko taan melalui dokumentasi informasi dan praktek terbaik dan publikasi melalui website dan materi cetak

- Meningkatkan jejaring bidang perumahan dan pengembangan perkotaan melalui pertukaran informasi dan forum diskusi

- Memberikan masukan isu strategi kepada pembuat kebijakan

- Mendukung pelaksanaan kegiatan nasional dan internasional terkait Agenda Habitat II

(8)

Edisi IV, 2010

(common house) bagi para praktisi, akademi-si, dan aktor pemba-ngunan lainnya untuk membahas dan meng-kritisi isu perumah-an dperumah-an permukim perumah-an, memberikan masukan kebijakan serta me-nyelaraskan program kegiatan.

Untuk mendukung

kerjasama antarlembaga, Seknas Habitat meli-batkan 8 kementerian yang terdiri dari

Kemen-terian Pekerjaan Umum, KemenKemen-terian Perumahan Rakyat, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Luar Negeri, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kesehatan untuk duduk sebagai Tim Pengarah, Tim Pelaksana, dan Tim Harian.

Untuk tim pengarah, saat ini diketuai oleh Dirjen Cipta Karya, Budi Yuwono dengan wakil Sekretaris Kementerian Perumahan Rakyat,

Iskandar Saleh. Tim pelaksana yang berada di bawah tim pengarah diketuai oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta Karya, Susmono dan didampingi oleh dua orang wakil yaitu Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat, Oswar Mungkasa dan Direktur

Bina Program Cipta Karya, Antonius Budiono. Saat ini, Ketua Tim Harian dari Seknas Habitat yang bertugas menjalankan kegiatan Seknas sehari-hari adalah Dr. Lana Winayanti dari Kementerian Perumahan Rakyat dengan didampingi Dr. Hadi Sucahyono dari Kementerian Peker-jaan Umum sebagai wakilnya.

Kegiatan Seknas

Lingkup Kerja Seknas Habitat meliputi antara lain pengarusutamaan Agenda Habitat, dukungan kegiatan internasional, dokumentasi praktek terbaik serta peman-tauan dan pengendalian penyelenggaraan habitat nasion-al/internasional.

Peran nyata Seknas Habitat dalam mewujudkan visi dan misinya antara lain adalah melalui penyelenggaraan

Asia Pacific Ministerial Conference on Housing and Urban Development (APMCHUD) di Solo pada 22-24 Juni 2010 dan juga

pelaksanaan Biro APMCHUD Meeting. Dalam pertemuan tersebut pe-jabat dari Negara di Asia Pasifik berkumpul untuk mem-bahas tentang isu perumahan dan permukiman.

Tak hanya kegiatan internasional, Seknas menerbitkan pula beberapa publikasi seperti Country Profile Indonesia

dalam perumahan dan permukiman yang terbagi dalam 5 bidang serta beberapa kali mengadakan diskusi tematik dengan melibatkan berbagai elemen seperti kaum peme-rintah, akademisi, pelajar, LSM dan lembaga penelitian.

Setiap tahun, Seknas Habitat juga berperan dalam pe-nyelenggaraan Hari Habitat. Pada tahun 2009, peringatan Hari Habitat Dunia diselenggarakan di Palembang, Su-matera Selatan dengan tema Planning Our Urban Future

(Merencanakan Masa Depan Perkotaan Kita) dan pada tahun 2010 peringatan dipusatkan di Jakarta dengan tema

Better City, Better Life (Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik). Peringatan tahun 2010 ditandai dengan peluncuran buku yang selaras dengan tujuan Seknas Habitat sebagai pusat pengetahuan (knowledge center) dalam bidang peru-mahan dan permukiman.

Laporan Utama

Rumah bersama bagi

para praktisi, akademisi,

dan aktor pembangunan

lainnya untuk membahas

dan mengkritisi

isu perumahan dan

permukiman. . .

P

Manusia berada di saat yang menentukan dalam sejarah. Kita dihadapkan pada kesenjangan berkepanjangan baik antarnegara maupun di dalam negara, kemiskinan yang meningkat, kelaparan, penyakit dan buta huruf, dan mem-buruknya ekosistem yang menjadi gantungan kita untuk mencapai kesejahteraan. Namun, integrasi lingkungan dan masalah pembangunan memerlukan perhatian yang lebih besar yang akan mengarah pada pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan standar hidup untuk semua, ekosistem yang lebih terlindung dan masa depan yang lebih aman dan sejahtera. Tidak ada bangsa yang bisa mencapai hal ini sendiri, tetapi jika secara bersama-sama hal ini bisa dicapai - melalui kemitraan global untuk pembangunan berkelan-jutan.

Agenda 21, paragraf 1.1

A

genda 21 merupakan rencana tindak komprehen-sif untuk diterapkan baik secara lokal, nasional, maupun global, dan oleh organisasi dalam sistem PBB, pemerintah, dan kelompok yang terkait pada se tiap aspek yang memberikan dampak terhadap

ling kungan.

Agenda 21 bersama dengan Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Pembangunan/Rio Declaration on Environment and Development, dan Pernyataan mengenai Prinsip Pengelolaan Hutan Berkelanjutan/Statement of Principles for the Sustainable Management of Forests meru-pakan dokumen-dokumen yang diadopsi oleh lebih dari 178 Pemerintah pada Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan/

United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) atau Earth Summit

yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brazil, 3-14 Juni 1992.

Agenda 21 menawarkan harapan,

mengun-dang kita untuk merencanakan dan mengambil tindakan sekarang untuk menjaga warisan yang akan diteruskan ke generasi mendatang. Agenda 21 berusaha memastikan masa depan yang berkelanjutan yang membutuhkan kesa-daran yang lebih besar dari kita semua terhadap masalah-masalah serta tekad untuk menemukan solusi.

Dengan substansi yang ada di dalamnya, Agenda 21 menjadi semacam cetak biru untuk kemitraan global yang bertujuan mewujudkan lingkungan yang berkualitas tinggi dan ekonomi yang sehat untuk semua orang di planet ini. Agenda 21 membahas isu-isu kritis yang kita hadapi seba-gai komunitas global seperti kerusakan ekosistem, mening-katnya kemiskinan, kelaparan dan kesehatan yang buruk, peningkatan populasi dunia dan buta huruf. Agenda 21 terdiri dari 40 bab yang mengidentifikasi setiap tantang-an dtantang-an memberiktantang-an solusi ytantang-ang realistis dtantang-an sederhtantang-ana menuju pembangunan berkelanjutan yaitu memenuhi ke-butuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Agenda 21 terdiri dari 5 bagian dengan total 40 bab. Bagian awal merupakan bagian Preambule atau pembu-kaan (bab 1.1-1.6). Pada bagian berikutnya adalah Bagian

1 (bab 2.1-8.54) yang memuat hubungan antara as-pek sosial dan ekonomi. Dalam bagian ini ditekankan mengenai pentingnya kerja sama internasional untuk mengimplementasikan dan mempercepat usaha menuju pembangunan berkelan-jutan.

Bagian selanjutnya yaitu Bagian 2 (bab 9.1-22.9) berisi tentang pengelolaan dan konservasi sumber daya untuk pem-bangunan yang memuat antara lain ten-tang konservasi pegunungan, pence gahan penggundulan hutan, perlin dungan terhadap sumber air, pengelolaan sampah, limbah, dan radioaktif, serta perlindungan terhadap laut. Bagian

Agenda

21

Agenda 21 menjadi

cetak biru untuk

(9)

Edisi IV, 2010

3 dari Agenda 21 kemudian memaparkan tentang pe-nguatan peran dari kelompok mayoritas (bab 23.1-32.14). Dalam bab ini disebutkan bahwa pembangunan berkelan-jutan memang tanggung jawab utama dari setiap peme-rintah namun komitmen dan keterlibatan dari berbagai kelompok sosial penting untuk mewujudkan implemen-tasi efektif dari kebijakan setiap pemerintah yang terkait dnegan Agenda 21.

Bagian terakhir dari Agenda 21 yaitu Bagian 4 berisi hal yang lebih spesifik yaitu mengenai aksi implementasi seperti bagaimana memulai rencana aksi tersebut (bab 33.1-40.30). Beberapa hal yang digaris bawahi dalam bab ini antara lain adalah penggunaan teknologi, peningkatan kesadaran publik melalui pendidikan, serta berbagi data dan informasi untuk dukungan pengambilan keputusan.

Air, Sanitasi, Drainase, dan Pengelolaan Limbah

Air, sanitasi, drainase dan pengelolaan limbah merupa-kan salah satu aspek yang dibahas khusus dalam Agenda 21. Hal yang ditekankan mengenai isu ini dalam Agenda 21 adalah bahwa usaha meningkatkan penyediaan in-frastruktur air, sanitasi, drainase dan pengelolaan limbah perlu dilakukan secara terintegrasi. Pemenuhan infrastruk-tur ini penting karena minimnya infrastrukinfrastruk-tur, terutama di negara berkembang dapat memicu munculnya penyakit dan kematian. Terlebih lagi, negara berkembang

menga-lami kendala di mana pemenuhan kebutuh-an infrastruktur melebihi

pertumbuhan kebutuhannya. Padahal, jika kebutuhan ini bisa dipenuhi melalui pendekatan yang integral maka da-pat sekaligus menjadi modal untuk peningkatan kualitas hidup, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas kesehatan, serta mengurangi biaya investasi dalam hal pengobatan kuratif serta membantu usaha pengentasan kemiskinan.

Sasaran yang ditekankan dalam Agenda 21 terkait isu ini adalah tercukupinya kebutuhan infrastruktur secara memadai pada 2025. Untuk itu, menjadi penting bagi se-tiap negara berkembang untuk mengintegrasikan pemba-ngunan kapasitas baik dalam SDM, pembiayaan maupun teknis ke dalam strategi nasional masing-masing.

Dalam mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan implementasi dalam wujud: (1) pembiayaan dan evaluasi berbasis pengeluaran, (2)

pemanfaat-an ilmu pengetahupemanfaat-an dpemanfaat-an teknologi melalui percepatan riset dalam hal kebijakan integral, analisis dampak lingkungan, dan metode pengukur-an kebutuhpengukur-an ypengukur-ang efektif, serta (3) pengembangan dan pembangunan kapasitas SDM melalui peningkat-an kesadarpeningkat-an, pelatihpeningkat-an keahlipeningkat-an, pe nguatan institusional, dan adopsi instrumen peraturan yang sesuai.

Tindak Lanjut Agenda 21

Di seluruh dunia, pemerintah, kalangan bisnis, organisasi non-pe-merintah dan elemen lainnya sudah menempatkan ide-ide dari Agenda 21 dalam rencana atau kebijakan masing-masing. Ini termasuk juga Indonesia yang pada tahun 1997 te-lah menyusun Agenda 21 Indonesia : strategi nasional untuk pemba ngunan berkelanjutan yang dikeluarkan oleh Kementerian Ling-kungan Hidup. Kini, hampir 20 tahun kemudian, Agenda 21 masih sangat krusial dan usaha untuk dapat menerap-kannya memerlukan usaha berkali lipat dengan adanya tan-tangan yang semakin besar. Untuk itu, keterlibatan lintas elemen dalam menjalankan Agenda 21 sa ngatlah penting. Tugas ini akan membutuhkan tidak hanya kepemimpinan dan pendanaan pemerintah dan kalangan bisnis, tetapi juga visi dan kerjasama setiap warga negara. Pembangun-an berkelPembangun-anjutPembangun-an tidak dapat dicapai tPembangun-anpa semua sektor masyarakat bekerja sama.

Adequate Shelter for All (Hunian yang Layak bagi Semua) Sustainable Urbanization (Urbanisasi yang Berkelanjutan)

D

unia mengalami urbanisasi yang begitu pesat dan banyak pemerintah di banyak negara kurang siap dalam menghadapi fenomena ini. Meski demikian, pada tahun 1996 terdapat satu titik balik di dunia internasional untuk mempromosikan usaha mewujudkan kota yang berkelanjutan baik dari aspek sosial maupun lingkungan.

Pada bulan Juni di tahun tersebut diselenggarakan satu Konferensi Persatuan Bangsa Bangsa tentang

Perkotaan (the United Nations’ 1996 Conference on Human Settlements) di Istanbul, Turki. Konferensi

ini bertujuan untuk menilai kemajuan yang ada selama dua dekade terakhir semenjak Deklarasi Vancouver dicanangkan pada tahun 1976. Sekaligus juga untuk menetapkan tujuan yang lebih sesuai dalam rangka menyambut milenia baru.

Konferensi ini merupakan konferensi yang memiliki pendekatan yang relatif baru karena menawarkan kebijakan, strategi, dan aksi yang lebih menyeluruh, inklusif dan partisipatif untuk menuju kota-kota dunia yang aman, sehat, dan adil. Konferensi ini juga melibatkan tak hanya perwakilan dari pemerintah namun juga organisasi non

pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan kelompok kerjasama.

Konferensi yang disebut juga dengan Habitat II tersebut menghasilkan Deklarasi Istanbul dan juga Agenda Habitat yang ditandatangani 171 negara

termasuk juga Indonesia. Agenda Habitat berisi lebih dari 100 komitmen dan 600 rekomendasi. Setiap negara yang menandatangani Agenda Habitat mempunyai komitmen untuk melaksanakan Rencana Aksi Global yang sudah disepakati.

Agenda Habitat

Agenda Habitat adalah seruan global untuk bertindak di semua lapisan. Di dalam kerangka tujuan, prinsip-prinsip serta komitmennya, Agenda Habitat menawarkan visi positif dari permukiman yang berkelanjutan - dimana

semua orang memiliki hunian yang layak, lingkungan yang sehat dan aman, pelayanan dasar, dan lapangan kerja produktif dan membebaskan. Agenda Habitat akan menjadi panduan agar semua upaya dapat mengubah visi ini menjadi kenyataan

Secara garis besar Agenda Habitat memiliki dua pesan utama yaitu Adequate Shelter for All (Hunian yang Layak bagi Semua) dan Sustainable Urbanization (Urbanisasi yang Berkelanjutan). Agenda Habitat menawarkan visi positif untuk kota-kota dan menyertakan juga road map praktis tentang dunia yang sudah terkena dampak urbanisasi. Pesan lain yang penting dari Agenda Habitat

adalah tata pemerintahan yang baik adalah syarat untuk menuju pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dan pemberantasan kemiskinan.

Selain dua pesan utama Adequate Shelter for All

(Hunian yang Layak bagi Semua) dan

Sustainable Urbanization (Urbanisasi yang Berkelanjutan), Agenda Habitat juga berisi diskusi dalam isu terkait lainnya seperti, kesehatan, nutrisi, serta air dan sanitasi. Agenda Habitat mengaitkan permasalahan perkotaan dengan usaha pengentasan kemiskinan dan penambahan lapangan kerja serta perhatian khusus pada wanita dan kelompok marjinal. Keluaran dari Agenda Habitat tersebut adalah strategi yang komprehensif yang mendorong munculnya kemitraan baru untuk beraksi pada tingkatan baik lokal, nasional, maupun internasional.

Isi dari Agenda Habitat terdiri dari 241 paragraf yang dibagi ke dalam 4 bagian. Bagian pertama adalah bagian

Pengantar (paragraf 1-21). Bagian ini menggarisbawahi tentang tantangan global permukiman dan menyerukan kepada bangsa-bangsa untuk menghadapi tantangan tersebut. Bagian kedua dari dokumen ini memuat Tujuan dan Prinsip (paragraf 22-36) yang memberi arahan terhadap sasaran kebijakan sebagai aksi dari pemerintah dan juga bagaimana strategi untuk mencapainya. Strategi tersebut menyangkut juga tentang kerja sama, partisipasi, berbagi informasi, dan pengawasan. Bagian ketiga

(10)

Edisi IV, 2010

adalah bagian yang berisi Komitmen (paragraf 37-52) yang menggarisbawahi kesepakatan komunitas internasional dalam mencapai hunian layak untuk semua, permukiman berkelanjutan, pelibatan sektor publik, swasta, dan komunitas dalam pembangunan permukiman, kesetaraan gender, pembiyaan perumahan, dan kerjasama internasional.

Bagian Rencana Aksi Global merupakan bagian terakhir dari Agenda Habitat. Bagian ini adalah yang bagian terbesar dari dokumen ini (paragraf 53-241). Pada bagian ini terdapat 5 aksi strategi untuk dapat mewujudkan: (1) hunian layak untuk semua, (2) permukiman berkelanjutan, (3) pembangunan kapasitas dan pengembangan institusi, (4) kerjasama dan koordinasi internasional, dan (5) pengawasan dan pelaksanaan Agenda Habitat.

Infrastruktur dan Pelayanan Dasar

Dalam paragraf 84-87, Agenda Habitat secara khusus membahas mengenai rencana aksi dalam hal infrastruktur dan pelayanan dasar. Infrastruktur dan pelayanan dasar tersebut mencakup air, sanitasi, pengelolaan limbah, kesejahteraan sosial, fasilitas transportasi dan komunikasi, energi, fasilitas kesehatan, sekolah, keamanan, dan ruang terbuka. Agenda Habitat menekankan bahwa pemerintah, komunitas, dan swasta perlu bekerja bersama untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar tersebut.

Pemerintah pusat akan memiliki andil dalam mendukung otoritas lokal dalam mengelola, mengoperasikan, dan merawat infrastruktur dan

pelayanan dasar. Di lain pihak, sektor swasta, komunitas, dan lembaga non pemerintah dapat berpartisipasi dalam penyediaan layanan dan pengelolaan di bawah koordinasi dari pemerintah. Pemerintah juga perlu menyediakan akses infrastruktur dan layanan dasar tersebut terutama untuk kaum miskin dan marginal serta turut melibatkan komunitas lokal dalam menentukan standar dan prioritas.

Sumber: Cities and Homes for All: The Habitat Agenda, UN Habitat, 1996, dari berbagai sumber

Sumber: Cities and Homes for All: The Habitat Agenda,

UN Habitat, 1996

P

S

urabaya kota metropolitan terbesar ke-2 di Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta, ternyata hanya memiliki satu Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yakni TPA Keputih yang menampung limbah dari 155 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Surabaya. Akan tetapi sampah di Keputih tidak tertangani dengan baik sehingga bau dari sampah yang menumpuk mengganggu masyarakat sekitar dan TPA Keputih terpaksa ditutup pada tahun 2001. Hal ini menyebabkan banyaknya tumpukan sampah di lokasi TPS menggunung dan tidak hanya berhenti di situ, setiap sudut jalan di kota pun banyak berserakan sampah. Pada tahun 2004 di kota Surabaya ada sekitar 2.610 ton sampah menumpuk setiap hari.

Situasi mengerikan ini meyakinkan kota Surabaya, LSM, dan masyarakat bahwa mereka harus mulai berurusan dengan masalah sampah secara serius dan mencari solusi bersama. Setelah mengidentifikasi bahwa sumber utama sampah di Surabaya berasal dari rumah tangga, Pemerintah Kota

Surabaya pun memikirkan sebuah alternatif cara untuk mengatasi sampah dan memutuskan untuk menerapkan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang juga dikenal sebagai program Hijau dan Bersih.

Tahun 2004 dengan dukungan dari LSM lokal, Kota Surabaya memulai program pendidikan masyarakat

tentang pengelolaan sampah. Tujuan dari program ini adalah untuk mempopulerkan cara-cara alternatif pemilahan dan pengolahan sampah dari dasar siklus di tingkat rumah tangga, sedangkan strategi yang digunakan adalah dengan memperkenalkan teknologi tepat guna dan bagaimana menerapkannya di tingkat rumah tangga. Substansi program pendidikan termasuk bagaimana memilah sampah organik dan non-organik, bagaimana memanfaatkan limbah dengan cara menerapkan prinsip-prinsip Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang) (3R).

Program ini membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah

berbasis masyarakat (melalui mengurangi, penggunaan kembali dan daur ulang) dan mendorong partisipasi mereka dalam proses. Program ini juga membangun jaringan dan kemitraan dengan pemangku kepentingan yang relevan untuk tindakan yang lebih kolaboratif. Gerakan kecil ini mulai memperoleh popularitas di kalangan masyarakat Surabaya.

Secara menyeluruh program ini mencakup berbagai kegiatan dan inisiatif dalam hal pengelolaan sampah seperti progam Manajemen dan Pendidikan Pengelolaan Sampah, Kompetisi Hijau dan Bersih, Kompetisi Kecamatan Terbersih, Kompetisi Bebas Sampah (Zero Waste

Surabaya

Green and Clean

:

Menuju Kota

Surabaya Sehat

FOTO-FOTO: HARSYA PAMBUDI

(11)

Edisi IV, 2010

Competition) dan Inisiasi Pengelolaan Sampah Mandiri. Pada tahun 2005, untuk memotivasi orang dan untuk mendapatkan peserta yang lebih luas, Kota Surabaya - didukung oleh beberapa mitra menggarap kompetisi tersebut secara serius dan hal itu bertujuan untuk memperkenalkan konsep ‘reward’ (penghargaan) dan

‘punishment’ (penghargaan) tentang bagaimana mengelola lingkungan hidup sekitarnya.

Green and Clean awalnya diadakan di tingkat kelompok lingkungan. Kriteria utama adalah kebersihan lingkungan (termasuk keberadaan jentik di rumah-rumah). Pada tahun 2006, karena meningkatnya

kesadaran pengelolaan sampah, kriteria tersebut diperluas dan termasuk pengelolaan limbah dan inisiatif daur ulang.

Ada beberapa kategori dalam kompetisi Green and Clean: 1. Manajemen Pengelolaan Sampah (pemilahan sampah hingga pengolahan/pembuatan kompos, fasilitas pengelolaan sampah,

dan pemantauan sistem pengelolaan sampah), 2. Daur Ulang Sampah (kreativitas, nilai seni, dan nilai ekonomi), 3. Kebersihan (kebersihan jalan dan lingkungan, kondisi tempat pembuangan limbah dan drainase), 4. Penghijauan (keanekaragaman hayati, penggunaan kompos dalam proses penghijauan), 5.

Kondisi Toilet/Kamar Mandi meliputi kebersihan, ada tidaknya jentik nyamuk hingga pengetahuan masyarakat dalam pencegahan demam berdarah.

Program ‘Bebas dari Sampah’ agak mirip dengan kompetisi ‘Green and Clean’. Penghargaan Green and Clean akan diberikan pada bulan Mei (pada ulang tahun Kota Surabaya) sedangkan ‘Bebas dari Limbah’ Award akan diberikan pada Hari Kemerdekaan pada bulan Agustus. Jika suatu daerah berhasil memenangkan 2 kompetisi ini dalam setahun pihak Pemerintah Kota akan memberikan insentif sebagai bentuk penghargaan dalam upaya mempertahankan lingkungan agar tetap bersih.

Pada tahun 2007, telah terjadi penurunan 18,6% dari sampah yang diangkut ke daerah pembuangan akhir dibandingkan dengan tahun sebelum inisiatif Green and Clean berjalan, jumlah sampah berhasil berkurang menjadi 1.480 ton. Green and Clean telah menginspirasi

orang untuk ambil bagian dalam konservasi lingkungan dan mengelola

sampah secara mandiri. Hal ini juga telah menjadikan Kota Surabaya lebih baik untuk ditinggali. Beberapa hasil yang luar biasa dari program ini adalah:

n kesadaran yang tumbuh dari orang-orang di Surabaya terhadap pentingnya pengelolaan sampah telah menghasilkan 6.500 kader lingkungan yang sampai saat ini memiliki tugas untuk memberitahukan orang di lingkungan mereka tentang bagaimana mengelola limbah mereka; n Di Surabaya ada 750 kelompok lingkungan yang

sudah menerapkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang independen - dengan membuat kompos, masyarakat tidak hanya mendapatkan keuntungan, tapi juga menggunakannya sebagai pupuk untuk kepentingan lingkungan mereka sendiri;

n Banyak pohon dan tumbuh-tumbuhan lainnya ditanam di daerah perumahan, beberapa di

antaranya menjadi terkenal seperti Kampung Anggrek, Kampung Adenium, Kampung Lidah Buaya (Aloe Vera), dan sebagainya;

n Secara umum ruang hijau di Surabaya telah meningkat dari 269,29 hektar pada tahun 2006 dan 274,44 hektar pada tahun 2007; n Setidaknya ada 15 usaha skala kecil-menengah untuk produk daur ulang (payung, tas, dompet, dan kap lampu) di bawah dukungan UNILEVER CARE. Oleh karena itu, masyarakat mampu memperoleh keuntungan dari penjualan sampah non-organik dan menciptakan lapangan kerja baru;

n Memperkuat modal sosial sebagai akibat dari keterlibatan aktif dari anggota masyarakat - termasuk perempuan dan orang tua - dalam program ini;

n Program ini dapat dikatakan telah menginpirasi dan sudah direplikasi di kota-kota besar lainnya seperti Jakarta dan Yogyakarta;

n Kota Surabaya kini mulai menjadi tempat yang lebih baik untuk hidup (lebih hijau, bersih dan sehat) bagi warganya.

Kota Surabaya juga telah mendapatkan beberapa penghargaan sebagai pengakuan atas usaha yang

dilakukan selama ini seperti, Energy Globe Award (EGA) dari Austria (2005) untuk kategori Air dan Lingkungan,

Green Apple & Green Organization dari London (2007) dan United Nation Economic and Social Commission for Asia Pacific (UNESCAP) Award (2007) untuk kategori Peningkatan Kualitas Perkotaan.

Kampung Anggrek - Kampung Terbersih dan Terhijau

Kampung Pesona Anggrek, Jl. Kertajaya IV-C, RT 07 RW XIII, kelurahan Kertajaya, kecamatan Gubeng, adalah pemenang dari kompetisi Surabaya Green and Clean tahun 2006. Berdasarkan kriteria penilaian yang begitu banyak, akhirnya semua juri setuju untuk memilih kampung yang penuh dihiasi oleh anggrek, sebagai kampung terbersih. Dengan demikian kampung ini berhak untuk menerima gratifikasi uang tunai sebesar Rp. 25 juta.

Satu hal unik dari kampung ini adalah adanya ang-grek di setiap rumah penduduk, ini karena didukung oleh solidaritas dan konsistensi dari penduduk untuk mewu-judkan keindahan dan kebersihan kampung. Hal ini juga terlihat dari perilaku warga dalam menyelesaikan masalah sampah. Warga setempat mengelola sampah mereka de-ngan baik dan mereka memiliki komposter untuk me-ngolah sampah organik mereka menjadi kompos.

Kampung Margorukun Gg. VI - Kampung ber-MoU

Kampung Margorukun ini terletak di kelurahan Gundhi, kecamatan Bubutan (daerah Tembok Duhwur) Surabaya. Sebelumnya kampung ini adalah daerah yang terkenal sebagai tempat hitam bahkan orang Surabaya mengenal kampung ini sebagai kampung bromo corah. Dari mulai judi (balapan burung dara), mabuk-mabukan

hingga yang memiliki catatan kriminalitas tinggi. Tahun 2005 perubahan pun dimulai ketika seorang pemuka masyarakat Muhammad Sugiarto terpilih menjadi Ketua Rukun Tetangga.

Sebelum dia setuju untuk menjabat, dia minta persetujuan warganya jika dia diminta memimpin diperbolehkan untuk melakukan perubahan dan hal ini mendapatkan tanggapan yang posistif dari semua warga. Bahkan setelah menjabat sebagai Ketua RT orang yang akrab disapa dengan Abah Giarto ini membuat sebuah inovasi dengan meminta agar setiap menanda-tangani semacam kesepakatan bersama untuk hal-hal tertentu misalnya tidak boleh menjemur pakaian sembarangan sehingga menimbulkan kesan kumuh, kecuali tamu tidak boleh parkir di depan rumah sehingga menghalangi pengguna jalan, mewajibkan warga melakukan pemilahan sampah. Salah satu yang cukup menarik adalah ada hari-hari tertentu yang digunakan untuk menjemur kasur secara bersama-sama.

Tidak berhenti sampai di situ kampung Margorukun juga menggalakkan penghijauan di setiap rumah dan membangun Intalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan mandiri. Bahkan IPAL ini akhirnya kembali dimanfaatkan oleh warga untuk menyirami tanaman yang kini menghijaukan kampungnya. Berkat sebuah usaha yang gigih dan konsisten dari warga kampung Margorukun, saat ini kampung Margorukun telah menjadi kampung yang sangat nyaman untuk ditinggali, selain bersih kampung ini juga berhasil menggerakan warganya untuk membangun modal sosial bersama dalam menjaga lingkungan tempat tinggalnya. (David, dari berbagai sumber)

Pembelajaran

HARSYA PAMBUDI

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan persyaratan dibatasi hanya pada penurunan tingkat bunga/biaya administrasi atas Piutang Negara pada PDAM. Penurunan itu ditentukan sebagai berikut: a) Paling banyak 4

Laporan ini pada dasarnya mengemukakan 4 (empat) tema utama yaitu (i) Kekurangcermatan pemerintah dan lembaga internasional dalam mengantisipasi jumlah penduduk kota yang

[r]

[r]

Keuan gan Desa yan g m em adai (baik dari APBN, APBD, ADD, dan sebagain ya) m en jadi peluan g.. Dalam kon teks pen gelolaan aset AMPL, diberikan beberapa altern atif an tara

Dengan kata lain, PLTSa dapat menjadi bumerang untuk lingkungan, namun bisa pula menjadi penyelamat lingkungan. Kini bagaimana Pemerintah Kota Bandung beserta masyarakat mau

Berangkat dari adanya kebutuhan penyediaan layanan air bersih dan sanitasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat, sebetulnya saat ini telah dikembangkan

Oleh sebab itu, dengan melihat keterbatasan yang dimiliki maka pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan harus memperhatikan dan melibatkan secara aktif kelompok masyarakat