• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPI2JM Bidang PU Cipta Karya Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RPI2JM Bidang PU Cipta Karya Tulungagung"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KABUPATEN TULUNGAGUNG

Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan sampai saat ini merupakan modal

dasar pelaksanaan pembangunan pada tahapan berikutnya. Sehingga dengan demikian

terjadi proses keberlanjutan dan berkesinambungan, peningkatan, perluasan dan

pembaharuan dari pembangunan itu sendiri. Hal ini merupakan upaya-upaya

pembangunan yang akan terus dilaksanakan agar makin tertib dan sesuai sasaran,

yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

Sehubungan dengan itu maka untuk merumuskan strategi Pembangunan Daerah

Kabupaten Tulungagung mutlak diperlukan adanya data/ fakta yang akurat yang memuat

tentang aspek fisik, sosial dan ekonomi.

2.1 Wilayah Administrasi

Kabupaten Tulungagung merupakan sebuah kabupaten yang terletak kurang

lebih 154 km Barat Daya Kota Surabaya dengan luas wilayah sebesar 1.055,65 Km2

atau sekitar 2,2 % dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Secara geografis,

Kabupaten Tulungagung terletak pada posisi 111º43’ - 112º07’ BT dan 7º51’ - 8º18’

LS dengan titik nol derajat dihitung dari Greenwich Inggris. Adapun batas - batas

wilayah administrasi Kabupaten Tulungagung yaitu sebelah utara berbatasan dengan

Kabupaten Kediri, Nganjuk dan Blitar, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Blitar, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia dan sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Trenggalek dan Ponorogo.

(2)

KABUPATEN KEDIRI

(3)

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Tulungagung

Kabupaten Tulungagung terbagi atas 19 Kecamatan, 257 desa dan 14 kelurahan

yang kemudian dipecah lagi dalam lingkup lingkup terkecil yaitu RT yang keseluruhanya

mencapai 6.409 RT. Adapun kecamatan yang memiliki jumlah desa paling banyak adalah

Kecamatan Gondang yang terdiri atas 20 desa. sedangkan kecamatan yang memiliki

jumlah desa paling sedikit adalah Kecamatan Tanggunggunung. Berikut ini adalah tabel

dan gambar digram batang yang menunjukkan rekapitulasi kecamatan, desa/kelurahan

RW dan RT di Kabupaten Tulungagung:

Tabel 2.1 Rekapitulasi Kecamatan, Desa/ Kelurahan, RW dan RT di Kabupaten

Tulungagung

No. Kecamatan Desa/ Kelurahan Dusun RW RT

1. Besuki 10 21 44 226

2. Bandung 18 43 95 333

3. Pakel 19 45 89 316

4. Campurdarat 9 29 78 334

5. Tangunggunung 7 37 76 168

6. Kalidawir 17 56 135 443

7. Pucanglaban 9 24 47 166

8. Rejotangan 16 46 146 480

9. Ngunut 18 37 149 443

10. Sumbergempol 17 46 121 372

11. Boyolangu 17 45 107 463

12. Tulungagung 14 - 93 331

13. Kedungwaru 19 46 131 499

14. Ngantru 13 43 116 361

15. Karangrejo 13 39 72 264

16. Kauman 13 33 90 311

17. Gondang 20 50 105 390

18. Pagerwojo 11 37 64 228

19. Sendang 11 53 98 281

Jumlah 271 730 1.856 6.409

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung

Wilayah administrasi Kabupaten Tulungagung terbagi atas wilayah perdesaan dan

(4)

ini, dimana wilayah peredesaan dan perkotaan tersebut seperti yang tercantum pada tabel

berikut ini.

Tabel 2.2 Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Tulungagung

No. Kecamatan Perkotaan/ Perdesaan Desa/ Kelurahan

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

No. Kecamatan Perkotaan/ Perdesaan Desa/ Kelurahan

18 Pagerwojo Perkotaan Pagerwojo

Samar

Mulyosari

Perdesaan Wonorejo

Kedungcangkring

Segawe

Penjor

Sidomulyo

Kradinan

Gondang Gunung

Gambiran

19 Sendang Perkotaan Sendang

Tugu

Krosok

Perdesaan Kedoyo

Nglutung

Talang

Dono

Picisan

Nyawangan

Nglurup

Geger

Sumber : RTRW Kabupaten Tulungagung Tahun 2012-2032

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Tulungagung

Kabupaten Tulungagung memiliki banyak potensi wilayah yang tidak kalah

dengan kabupaten lain. Potensi tersebut meliputi potensi wisata alam, wisata budaya,

wisata kuliner, potensi bidang industri dan potensi di bidang kelautan dan perikanan.

1. Potensi Wisata Alam

Kabupaten Tulungagung diuntungkan dengan letak geografis yang berada

di tepi Samudera Hindia, sehingga memiliki banyak pantai yang menarik untuk

dikunjungi. Selain Pantai Popoh, di antaranya adalah Pantai Sidem, Pantai

Brumbun, Pantai Sine, Pantai Molang, Pantai Klatak, Pantai Gerangan, Pantai

(12)

Selain objek wisata pantai,

Kabupaten Tulungagung juga memiliki objek

wisata alam lain, di antaranya Air Terjun

Lawean di Kecamatan Sendang, Coban

Alam di Kecamatan Campurdarat, Gua

Selomangleng di Kecamatan Boyolangu,

serta Gua Pasir di Kecamatan

Sumbergempol. Di utara Tulungagung, objek wisata alam yang terkenal adalah

Pesanggarahan Argo Wilis, Perkebunan Teh Penampean, serta Bendungan

Wonorejo.

Selain itu Tulungagung juga mempunyai Beberapa Bangunan Candi yang

tersebar di beberapa tempat, yaitu Candi Dadi yang terletak di Puncak bukit di

Desa Sanggrahan kecamatan Boyolangu,

Candi Cungkup (Candi Sanggrahan) yang

terletak di Desa Sanggrahan Kecamatan

Boyolangu, Candi Gayatri (Boyolangu) yang

terletak di kecamatan Boyolangu, candi

Mirigambar terletak di Kecamatan

sumbergempol, Candi Bodho terletak di

Kecamatan Kalidawir, Candi Penampihan

berada di Lereng Gunung wilis kecamatan

Sendang. Di selatan Tulungagungtepatnya di Kecamatan Campurdarat sebuah

Telaga yang bernama Telaga Buret, telaga ini tak pernah kering walaupun

letaknya di Perbukitan kapur selatan yang terkenal kering dan panas saat musim

kemarau datang. Arca Joko Budhek, adalah sebentuk batu yang ukurannya besar

yang bentuknya seperti seorang pria yang bertapa,arca ini berada di puncakbukit,

dan bisa dilihat dari jalan raya karena ukurannya yang besar

2. Potensi Wisata Budaya

Tulungagung memiliki beberapa kesenian khas yang bisa dijadikan

magnet untuk mengangkat pariwisata Tulungagung, di antaranya: Wayang Kulit

Purwo/Ringgit Purwo, Jaranan sentherewe, Reog Kendang, Tiban, Jedor, Gambar 2.3 Bendungan Wonorejo

(13)

Kentrung, Manten kucing,Langen Beksan, Tayub Tulungagung. Kesenian jaranan

dan reog kendang serta wayang kulit bahkan mendapat dukungan yang luas dari

mayoritas masyarakat Tulungagung untuk maju dan berkembang.dan disukai

masyarakat sekitar bahkan sering ditanggap

3. Potensi Wisata Kuliner

Wisata Kuliner adalah, suatu perjalanan yang di dalamnya meliputi

kegiatan mengonsumsi makanan lokal suatu daerah. Perjalanan dengan tujuan

utamanya adalah menikmati makanan dan minuman dan atau mengunjungi suatu

kegiatan kuliner, serta untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda ketika

mengonsumsi makanan dan minuman. Sama halnya dengan daerah lain,

Kabupaten Tulungagung juga mempunyai makanan-makanan khas yang mungkin

hanya dimiliki Tulungagung saja. Makanan yang menjadi ciri khas Tulungagung

yaitu :

a. Nasi Lodho Tulungagung

Sebenarnya kuliner ini mirip dengan kare ayam, hanya saja ayamnya

dipanggang/diasap terlebih dulu dan disajikan bersama nasi/tiwul (tiwul adalah

nasi yang terbuat dari gaplek/singkong) dengan pelengkap gudhangan

(kudapan) sayur-sayuran, namun dalam perkembangannya lebih banyak yang

disajikan (warung kaki lima) serupa dengan kare ayam. Lodho Tulungagung

dibedakan dalam 2 genre,yaitu Lodho kuah kental dan encer, kekentalannya

berasal dari konsentrasi santan, biasanya rasanya pedas,ayamnya ayam

kampung.

b. Sate dan Gule Kambing

Sate Tulungagung mirip dengan sate lainnya dan tampak sederhana, terdiri

dari daging kambing yang ditusuk dalam sujen (tusuk sate) bambu, disajikan

dengan bumbu kecap yang diberi merica dan petis, serta ditaburi dengan irisan

bawang merah, di beberapa warung ditambah irisan daun jeruk, berbeda

dengan tampilan Sate di kabupaten Trenggalek (Sate Bendo) yang dalam

penyajiannya ditaburi kecambah sama seperti daerah Nganjuk, tidak seperti

sate Madura dan sate Ponorogo dan Kediri, yang bumbu-nya mengandung

(14)

c. Nasi Pecel Tulungagung

Nasi pecel dengan karakter sambal pecel seperti di daerah Kabupaten Blitar,

yang membedakan dengan pecel dari daerah lain seperti Madiun/Ponorogo

adalah karakter sambal kacang yang pedas manis (karena penambahan gula

jawa/gula aren) serta aroma daun jeruk yang kuat.

d. Kerupuk Rambak Tulungagung

Kerupuk yang terbuat dari kulit sapi/kerbau serupa kerupuk jangek di

Padang-Sumatra Barat namun dengan karakter yang lebih renyah, sentra industri

kerupuk ini ada di seputaran Botoran Panggungrejo kota, Sembung.

e. Kue Geti

Geti adalah nuget terbuat dari wijen kadang-kadang dicampur kacang yang

dimasak dengan gula sehingga memunculkan sensasi rasa yang manis-gurih.

f. Sredek

Sredek, Makanan yang terbuat dari gethuk singkong, kemudian digoreng.

Biasa dimakan dengan tempe goreng dan cabe mentah (sebagai lalap), adalah

makanan khas Tulungagung selatan.

g. Krupuk Gadung

Kuliner yang untuk saat ini pembuatannya hanya dikuasai oleh sedikit orang

(umumnya orang tua) karena pengolahannya harus diperam dulu

menggunakan abu untuk menghilangkan kandungan getah gadung agar tidak

menyebabkan efek mabuk/pusing ketika dimakan.

h. Soto Ayam Kampung

Warung soto dengan aroma rempah yang kuat dan kemiri sebagai penguat

rasa banyak ditemui disekitaran Kecamatan Kauman dan Kecamatan Gondang

4. Potensi Dalam Bidang Industri

Tulungagung terkenal sebagai salah satu penghasil marmer terbesar di

Indonesia, yang bersumber di bagian selatan Tulungagung. Tulungagung juga

termasuk salah satu pusat industri marmer di Indonesia, dan terpusat di selatan

Tulungagung, terutama di Kecamatan Campurdarat, yang di dalamnya banyak

terdapat perajin marmer,sayangnya saat ini marmer kualitas terbaik sudah habis.

(15)

yang sama, juga terdapat industri kerajinan batu onyx yang mempunyai kualitas

mirip marmer. Selain industri marmer, di Tulungagung juga tumbuh dan

berkembang berbagai industri kecil dan menengah antara lain memproduksi

alat-alat/perkakas rumah tangga, batik, dan konfeksi termasuk bordir.

Beberapa batik yang terkenal di Tulungagung diantaranya Batik

Tulungagung (sangat minim), Batik Satriomanah, Batik Makmoer, Batik Sarinah,

Batik Barong Gung dan Batik Kalang Kusumo. Di Kecamatan Ngunut terdapat

industri peralatan Tentara seperti tas ransel, sabuk, seragam,tenda dan makanan

ringan seperti kacang atom. Di Kecamatan Ngunut juga terdapat industri batu bata

dan genteng yang berkualitas. Di kelurahan sembung juga di kenal sebagai pusat

industri krupuk rambak. Sedangkan di bagian pegunungan utara, yakni

Kecamatan Sendang terdapat perusahaan air susu sapi perah dan teh. Industri

perikanan, dan gula merah juga Tulungagung juga tidak kalah, ini telah dikenal

secara nasional. salah satunya Pabrik Gula Modjopanggung di Kecamatan

Kauman.

5. Potensi Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Tulungagung mempunyai potensi sumber daya perikanan

berupa perairan laut, payau, perairan umum dan budidaya ikan air tawar. Kegiatan

usaha perikanan dalam memanfaatkan potensi tersebut meliputi cabang-cabang

usaha tangkap laut dan perairan umum, budidaya udang di tambak dan budidaya

ikan konsumsi maupun ikan hias air tawar di kolam pasangan, kolam tanah yang

berupa pekarangan, tegalan, dan sawah. Usaha tangkap laut berada di perairan

pantai selatan Pulau Jawa yaitu Samudra Indonesia dengan potensi panjang

pantai 61,470 km, Total Potensi sebesar 25.000 ton per tahun, Potensi Tangkap

Lestari (MSY) sebesar 12.5000 ton/tahun dan Total Allowed Catch (TAC) sebesar

10.000 ton/tahun. Melihat tingkat pemanfaatan sampai saat ini hanya sekitar

15-26%. RTP Nelayan 1.684 dengan jumlah nelayan 2.138 orang.

Perkembangan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Tulungagung

dikelompokkan pada dua usaha yaitu budidaya ikan hias dan konsumsi. Ikan hias

dikhususkan pada ikan mas koki (kaliko, tosa, rasket, mutiara, lion head (kepala

(16)

ikan hias lainnya), sedangkan ikan konsumsi yang berorientasi pasar adalah

dominasi ikan lele, gurami, tombro, nila hitam, dan tawes.

Pembudidaya ikan hias di Kabupaten Tulungagung sebanyak 2.256 RTP

dengan jumlah pembudidaya 3.396 orang yang terpusat di Kecamatan

Sumbergempol, Kedungwaru, Boyolangu, Tulungagung, sedangkan Pembudidaya

ikan konsumsi sebanyak 10.370 RTP dengan jumlah pembudidaya 12.220 orang,

yang tersebar di 12 Kecamatan potensi perikanan, yaitu Ngunut, Rejotangan,

Sumbergempol, Boyolangu, Kedungwaru, Ngantru, Tulungagung, Pakel,

Kalidawir, Karangrejo, Gondang, dan Kauman. Sedangkan untuk potensi budidaya

ikan di air deras berada pada wilayah Kecamatan Pagerwojo dan Sendang.

Untuk ikan hias, karena menguasai hampir 90% di Indonesia dan malah

sebagian sudah diekspor ke negeri tetangga, salah satunya dijadikan sebagai

maskot (yaitu, strain tosa) dan produk unggulan Kabupaten Tulungagung untuk

dikembangkan dengan memenuhi permintaan pasar. Pemasaran ikan hias dan

konsumsi dari Kabupaten Tulungagung, meliputi Jakarta, Bali/Denpasar,

Bandung, Yogyakarta, Tegal, Semarang, Surabaya/Juanda, Purwokerto, sebagian

Sumatra, Sulawesi, dan untuk ekspor ikan hias telah menjalin hubungan dengan

eksportir dari Bali dan Jakarta.

Sedangkan untuk kegiatan pengolahan ikan bersentra di Kecamatan

Pakel, Bandung dan Campur Darat, Boyolangu kebanyakan komoditas yang

diusahakan adalah pembuatan pindang, ikan panggang, ikan asin, terasi, amplang

ikan, bakso ikan, nugget ikan, abon ikan dan berbagai olahan ikan. Pasar untuk

sebagian komoditas olahan sudah bisa untuk di kirim ke luar daerah Tulungagung

seperti pindang, ikan panggang, dan terasi, selain itu juga untuk memenuhi

permintaan pasar lokal Tulungagung.

2.3 Demografi dan Urbanisasi

2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan

Data penduduk sangat penting sebagai salah satu data pokok, karena

penduduk merupakan obyek dan sekaligus subyek dalam pembangunan. Data

(17)

Nasional (Susenas) dan registrasi penduduk. Dari sudut pandang ekonomi,

penduduk atau manusia merupakan salah satu faktor utama pembangunan,

karenanya peningkatan sumber daya manusia (SDM) diperlukan untuk mencapai

pembangunan nasional yang maksimal. Perencanaan dan pengelolaan SDM harus

tepat dan terarah, untuk itu diperlukan adanya data kependudukan yang terbaru.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan jumlah peduduk dan banyaknya rumah

tangga menurut kecamatan di Kabupaten Tulungagung:

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Tulungagung dan Komposisinya

menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015

No. Kecamatan

1. Besuki 34.724 34.886 17.431 17.455 162 0,47

2. Bandung 43.048 43.203 20.901 22.302 155 0,36

3. Pakel 49.473 49.813 24.161 25.652 340 0,69

4. Campurdarat 55.929 56.407 28.053 28.354 478 0,85

5. Tangunggunung 24.136 24.305 11.779 12.526 169 0,70

6. Kalidawir 64.232 64.323 29.528 34.795 91 0,14

7. Pucanglaban 22.157 22.197 10.601 11.596 40 0,18

8. Rejotangan 72.300 72.720 34.973 37.747 420 0,58

9. Ngunut 77.259 77.740 37.342 40.398 481 0,62

10. Sumbergempol 65.822 66.256 31.776 34.480 434 0,66

11. Boyolangu 80.099 80.909 39.660 41.249 810 1,01

12. Tulungagung 65.915 66.032 32.054 33.978 117 0,18

13. Kedungwaru 88.440 89.100 44.254 44.846 660 0,75

14. Ngantru 54.323 54.770 27.330 27.440 447 0,82

15. Karangrejo 39.524 39.596 19.431 20.165 72 0,18

16. Kauman 49.688 49.776 24.659 25.117 88 0,18

17. Gondang 54.493 54.550 26.741 27.809 57 0,10

18. Pagerwojo 30.427 30.491 15.117 15.374 64 0,21

19. Sendang 43.985 44.116 21.907 22.209 131 0,30

Jumlah : 2015 - 1.021.190 497.698 523.492 5.216 0,51

(18)

No. Kecamatan

Jumlah Penduduk

Persentase

pertambahan

penduduk Tahun

2014

Tahun

2015

Laki-laki

Tahun

2015

Perempuan

Tahun 2015

Pertambahan

penduduk

2013 1.009.411 - 492.287 517.124 4.700 0,47

2012 1.004.711 - 489.322 515.389 6.004 0,60

2011 998.707 - 486.232 512.475 5.892 0,47

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung

Berdasarkan diatas, jumlah penduduk Kabupaten Tulungagung pada akhir

tahun 2015 mengalami kenaikan dibanding akhir tahun 2014. Kenaikannya terjadi

sebesar 5.216 jiwa atau 0,51%dari sebesar 1.015.974 jiwa menjadi 1.021.190 jiwa.

Apabila dijabarkan lagi berdasarkan jenis kelamin maka diperoleh data bahwa

penduduk laki-laki sebanyak 497.698 jiwa dan penduduk perempuan 523.492 jiwa.

Pada masing-masing kecamatan selalu menunjukkan bahwa dalam kurun waktu

satu tahun jumlah penduduk wanita jauh lebih besar daripada jumlah penduduk

laki-laki. Berikut ini adalah diagram komposisi penduduk menurut kecamatan dan jenis

(19)

Gambar 2.4 Diagram Komposisi Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis

Kelamin Tahun 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung

Tabel 2.4 Banyaknya Rumah Tangga, Rata-rata Rumah Tangga Menurut

Kecamatan 2015

No. Kecamatan Desa Rumah Tangga

Jumlah

Penduduk

Rata-rata per

Rumah Tangga

1. Besuki 10 10.893 34.886 3

2. Bandung 18 14.720 43.203 3

3. Pakel 19 15.628 49.813 3

4. Campurdarat 9 15.581 56.407 4

5. Tangunggunung 7 7.567 24.305 3

6. Kalidawir 17 20.872 64.323 3

7. Pucanglaban 9 8.661 22.197 3

8. Rejotangan 16 21.948 72.720 3

(20)

No. Kecamatan Desa Rumah

10. Sumbergempol 17 18.190 66.256 4

11. Boyolangu 17 20.072 80.909 4

12. Tulungagung 14 18.940 66.032 3

13. Kedungwaru 19 22.895 89.100 4

14. Ngantru 13 14.984 54.770 4

15. Karangrejo 13 11.134 39.596 4

16. Kauman 13 14.283 49.776 3

17. Gondang 20 16.128 54.550 3

18. Pagerwojo 11 9.279 30.491 3

19. Sendang 11 14.280 44.116 3

Jumlah : 2015 271 297.970 1.021.190 3

2014 271 297.970 1.015.974 3

2013 271 298.996 1.009.411 3

2012 271 298.996 1.004.711 3

2011 271 295.483 998.707 3

Sumber: BPS Kabupaten Tulungagung

2.3.2 Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,

kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran

perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

Jumlah dan persebaran penduduk miskin di Kabupaten Tulungagung

pada masing masing kecamatan diambil berdasarkan data yang terpakai. Berikut ini

adalah data jumlah keluarga miskin di Kabupaten Tulungagung tahun 2015:

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan 2015

No Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK)

1 Besuki 3.100

(21)

No Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK)

3 Pakel 5.521

4 Campurdarat 5.091

5 Tanggunggunung 1.594

6 Kalidawir 5.384

7 Pucanglaban 2.203

8 Rejotangan 4.565

9 Ngunut 5.677

10 Sumbergempol 5.327

11 Boyolangu 5.568

12 Tulungagung 3.264

13 Kedungwaru 6.066

14 Ngantru 4.421

15 Karangrejo 4.237

16 Kauman 3.843

17 Gondang 4.197

18 Pagerwojo 2.665

19 Sendang 3.743

Jumlah 79.998

Sumber: BPS Kabupaten Tulungagung

Dari tabel jumlah penduduk miskin tersebut diketahui bahwa jumlah

penduduk miskin terbesar berada di Kecamatan Kedungwaru yaitu sebanyak 6.066

KK yang kemudian disusul oleh Kecamatan Ngunut sebesar 5.677 KK. Adapun

Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk miskin paling sedikit adalah Kecamatan

Tanggunggunung, hal ini disebabkan karena kecamatan tanggunggunung memiliki

jumlah penduduk paling sedikit dibanding kecamatan lainnya.

Distribusi Penduduk di Kabupaten Tulungagung dapat diukur dengan angka

kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per

satuan unit wilayah/ luas wilayah. Kepadatan penduduk Kabupaten Tulungagung

pada Tahun 2015 rata-rata 967 jiwa/km2. Memang belum terjadi pemerataan

penduduk di Kabupaten Tulungagung. Hal ini bisa dilihat dari adanya kesenjangan

(22)

kepadatannya di atas 5.000 jiwa/ km2namun di sisi lain ada yang kurang dari 500

jiwa/ km2. Dari 19 kecamatan di Kabupaten Tulungagung, kepadatan tertinggi terjadi

di Kecamatan Tulungagung sebesar 4.830 jiwa/km2 mengingat Kecamatan Tulungagung adalah ibu kota kabupaten. Sedangkan kepadatan paling rendah

terjadi di Kecamatan Tanggunggunung sebesar 206 jiwa/km2. Berikut ini adalah tabel luas wilayah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan:

Tabel 2.6 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan

No. Kecamatan Luas Wilayah

1. Besuki 82,16 7,78 34.886 425

2. Bandung 41,96 3,97 43.203 1.030

3. Pakel 36,06 3,42 49.813 1.381

4. Campurdarat 39,56 3,75 56.407 1.426

5. Tangunggunung 117,73 11,15 24.305 206

6. Kalidawir 97,81 9,27 64.323 658

7. Pucanglaban 82,94 7,86 22.197 268

8. Rejotangan 66,49 6,30 72.720 1.094

9. Ngunut 37,70 3,57 77.740 2.062

10. Sumbergempol 39,28 3,72 66.256 1.687

11. Boyolangu 38,44 3,64 80.909 2.105

12. Tulungagung 13,67 1,29 66.032 4.830

13. Kedungwaru 29,74 2,82 89.100 2.996

14. Ngantru 37,03 3,51 54.770 1.479

15. Karangrejo 35,54 3,37 39.596 1.114

16. Kauman 30,84 2,92 49.776 1.614

17. Gondang 44,02 4,17 54.550 1.239

18. Pagerwojo 88,22 8,36 30.491 346

19. Sendang 96,46 9,14 44.116 457

Jumlah : 2015 1.055,65 100,00 1.021.190 967

2014 1.055,65 100,00 1.015.974 962

2013 1.055,65 100,00 1.009.411 956

2012 1.055,65 100,00 1.004.711 952

2011 1.055,65 100,00 998.707 946

(23)

2.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Ke Depan

Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di masa yang

akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas, mortalitas dan

migrasi. Proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk tetapi

suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen laju

pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan/ migrasi. Dasar

pertimbangan yang dipergunakan dalam memprediksikan jumlah penduduk di

Kabupaten Tulungagung adalah laju pertumbuhan penduduk rata-rata, dan

kecenderungan perkembangan yang akan terjadi. Data dasar yang dipergunakan

adalah data Tulungagung Dalam Angka tahun 2015, dengan melihat jumlah

penduduk perkecamatan di 19 kecamatan Kabupaten Tulungagung. Jika

dianalisa laju pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Tulungagung dari tahun

2012-2016 adalah sebesar 0,65%. Dengan melihat kondisi tersebut, laju

pertumbuhan yang dipergunakan dalam memproyeksikan jumlah penduduk di

KabupatenTulungagung pada lima tahun kedepan dapat di prediksikan seperti pada tabel

berikut:

Tabel 2.7 Proyeksi Penduduk Selama Lima Tahun Ke Depan

No. Kecamatan 2016 2017 2018 2019 2020 2021

1. Besuki 35,149 35,363 35,579 35,796 36,014 36,234

2. Bandung 43,471 43,684 43,898 44,113 44,329 44,546

3. Pakel 50,298 50,715 51,136 51,560 51,988 52,420

4. Campurdarat 57,042 57,607 58,177 58,753 59,335 59,922

5. Tangunggunung 24,543 24,749 24,957 25,167 25,378 25,591

6. Kalidawir 64,605 64,792 64,980 65,169 65,358 65,547

7. Pucanglaban 22,303 22,377 22,451 22,525 22,599 22,674

8. Rejotangan 73,345 73,873 74,405 74,941 75,480 76,024

9. Ngunut 78,438 79,034 79,635 80,240 80,850 81,464

10. Sumbergempol 66,879 67,414 67,954 68,497 69,045 69,598

11. Boyolangu 81,952 82,894 83,848 84,812 85,787 86,774

12. Tulungagung 66,324 66,530 66,736 66,943 67,151 67,359

13. Kedungwaru 90,003 90,795 91,594 92,400 93,214 94,034

(24)

No. Kecamatan 2016 2017 2018 2019 2020 2021

15. Karangrejo 39,777 39,905 40,032 40,160 40,289 40,418

16. Kauman 49,997 50,152 50,307 50,463 50,619 50,776

17. Gondang 54,755 54,886 55,018 55,150 55,282 55,415

18. Pagerwojo 30,640 30,748 30,855 30,963 31,072 31,180

19. Sendang 44,364 44,555 44,746 44,939 45,132 45,326

Jumlah : 1,029,257 1,035,976 1,042,748 1,049,573 1,056,451 1,063,383

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung dan Hasil Analisis Pokja Kabupaten Tulungagung Tahun 2016

Berdasarkan tabel 2.7, dapat diketahui hasil perhitungan proyeksi jumlah

penduduk Kabupaten Tulungagung pada tahun 2016 yakni sejumlah 1.029.257

jiwa, kemudian tahun 2017 adalah 1.035.976 jiwa, untuk tahun 2018 adalah

1.042.748 jiwa, tahun 2019 sejumlah 1.049.573 jiwa, tahun 2020 sejumlah

1.056.451 jiwa dan tahun 2021 adalah 1.063.383 jiwa.

2.3.4 Jumlah Penduduk Perkotaan dan Proyeksi Urbanisasi

Dari sebanyak 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Tulungagung,

Kecamatan Tulunggagung merupakan satu-satunya kecamatan Perkotaan.

Kecamatan Tulungagung terdiri atas 14 Kelurahan yang meliputi Kelurahan Bago,

Botoran, Jepun, Kampungdalem, Karangwaru, Kauman, Kedungsoko, Kenayan,

Kepatihan, Kutoanyar, Panggungrejo, Sembung, Tamanan dan Tretek. Berdasarkan

tabel 2.2 Jumlah penduduk Perkotaan Tulungagung pada Tahun 2015 sebanyak

66.032 jiwa. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesr 0,18% dibanding tahun 2014

yang sebanyak 65.915 jiwa. Adapun dalam satu tahun tersebut kenaikan jumlah

penduduknya sebanyak 117 jiwa.

Pertambahan penduduk biasanya dikaitkan dengan tingginya arus

urbanisasi yang masuk kedaerah tersebut. Pengertian urbanisasi umumnya yang

kita kenal adalah perpindahan dari desa ke kota. Sedangkan menurut Ensiklopedi

Nasional Indonesia adalah, suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang

tinggal di daerah perkotaan. Selain itu dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat

diartikan sebagai suatu proses pengkotaan suatu wilayah. Proses pengkotaan ini

(25)

suatu perubahan secara esensial unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah

karena percepatan kemajuan ekonomi. Pengertian kedua adalah banyaknya

penduduk yang pindah dari desa ke kota, karena adanya penarik di kota, yaitu

kesempatan kerja.

Urbanisasi selain berdampak positif juga berdampak negatif. Dampak positif

dari urbanisasi itu diantaranya urbanisasi merupakan faktor penting dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, urbanisasi merupakan

suatu cara untuk menyerap pengetahuan dan kemajuan yang ada di kota,

urbanisasi yang menyebabkan terjadinya perkembangan kota. Urbanisasi juga

menimbulkan dampak negatif. Urbanisasi telah menimbulkan kelebihan penduduk

sehingga melebihi daya tampung kota. Permasalahan ini akan berkembang pada

sektor kehidupan lainnya, seperti perumahan, pencemaran lingkungan,

penganguran, kriminalitas dan sebagainya, sehingga menimbulkan persoalan yang

semakin rumit dan saling berkaitan satu sama lain.

Tingginya kepadatan penduduk akan menimbulkan masalah daya dukung

kota dalam bentuk tidak seimbangnya antara ruang/tanah yang dibutuhkan dengan

penduduk yang ada. Masalah permukiman selanjutnya merupakan salah satu

sebab timbulnya lingkungan hidup yang tidak sehat, berupa permukiman liar dan

perkampungan kumuh (slum). Ciri daerah slum ini antara lain didiami oleh warga

kota yang gagal dalam bidang ekonomi, lingkungan yang tidak sehat, banyak

didiami oleh penganggur, penduduk daerah ini emosinya tidak stabil, dan

penduduk daerah ini dihinggapi oleh banyak kebiasaan yang bersifat negatif.

Ketimpangan ekonomi antara daerah asal dengan daerah tujuan menjadi

penyebab timbulnya migrasi, sehingga terdapat kaitan erat antara migrasi dan

aspek ekonomi, khususnya migrasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencari

pekerjaan. Kabupaten Tulungagung merupakan kota kecil yang kondisi

perekonomiannya hampir sama dengan kabupaten di sekitarnya. Selain itu kondisi

perekonomian antara perdesaan dengan perkotaan di Kabupaten Tulungagung

sendiri pun hampir tidak jauh berbeda, oleh karena itu urbanisasi di Kabupaten

(26)

2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan RTRW

Kabupaten Tulungagung

2.4.1 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah total dari hasil

penggunaan dan pelayanan atau jasa setiap unit produksi dalam suatu negara pada

periode tertentu. Produk Domestik Regional Bruto juga berarti total komponen

permintaan, pemenuhan konsumsi belanja rumah tangga dan institusi non profit,

konsumsi pemerintah pada waktu tertentu.

Produk Domestik Regional Bruto menggambarkan kemampuan suatu

wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. Dalam

konteks ini, PDRB dapat dilihat dari 2 sisi pendekatan yaitu sektoral dan

penggunaan. Keduanya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut

sumber pendapatan dan menurut komponen penggunaannya. PDRB dari sisi

sektoral merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang

mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya.

Sedangka dari sisi penggunaan menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah

tersebut.

PDRB merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang digunakan

untuk mengukur kinerja perekonomian daerah yang turunannya adalah laju

pertumbuhan ekonomi ataupun pendapatan perkapita. Dengan demikian PDRB

merupakan ukuran kuantitas yang sangat diperlukan untuk memberikan gambaran

tentang keadaan masa lalu, sekarang dan sasaran yang akan dicapai pada masa

yang akan datang.

Penyajian PDRB menurut sektor dirinci menurut total nilai tambah dari

seluruh sektor ekonomi yang mencakup sektor pertanian; pertambangan dan

penggalian; industri pengolahan: listrik, gas dan air bersih; konstruksi; perdagangan,

restoran dan hotel; pengangkutan dan komunikasi; lembaga keuangan; dan

jasa-jasa. Sedangkan PDRB menurut penggunaan dirinci menurut pengeluaran

konsumsi rumah tangga (termasuk lembaga nirlaba), pengeluaran konsusumsi

pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto

(27)

PDRB ataupun agregat turunannya disajikan dalam dua versi penilaian,

yaitu atas dasar "Harga Berlaku" dan atas dasar "Harga Konstan". Harga berlaku

merupakan seluruh agregat dinilai dengan menggunakan harga pada tahun

berjalan, sedangkan harga konstan penilaiannya didasarkan kepada harga satu

tahun dasar tertentu.

PDRB untuk Kabupaten Tulungagung menunjukkan peningkatan dalam

kurun beberapa tahun terakhir. Selanjutnya besaran PDRB tersebut perlu diberi

penimbang yaitu jumlah penduduk, karena penduduk merupakan pelaku

pembangunan yang menghasilkanoutput(PDRB).

Tabel 2.8 PDRB Kabupaten Tulungagung Seri 2010

(dalam Juta Rupiah)

No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 2 3 4 5 6 7

1. PDRB ADHB 18.859.528,77 21.018.678,80 23.264.335,19 25.810.296,01 28.748.386,10*

2. PDRB ADHK 17.845.221,00 18.999.034,90 20.144.379,50 21.242.071,90 22.388.846,60*

Keterangan:

*) Angka Sementara

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung

(28)

Sumber: BPS Kabupaten Tulungagung

PDRB Kabupaten Tulungagung Seri 2010 Atas Dasar Harga Berlaku

(ADHB) Tahun 2015 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2014, yaitu dari Rp.

25,810 Trilyun menjadi Rp. 28,748 Trilyun, atau naik sebesar 11,38%. Demikian

juga dengan PDRB ADHK, nilainyapun mengalami kenaikan dibandingkan tahun

2014 yaitu dari 21,242 Trilyun menjadi Rp. 22,388 Trilyun, atau naik sebesar 5,39

%. Adapun Sektor-sektor yang berkontribusi besar dalam menyumbang nilai PDRB

adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yaitu sebesar 22,81 persen.

Kontribusi kedua oleh sektor industri pengolah yang kemudian disusul oleh sektor

perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Berikut ini

disajikan tabel struktur ekonomi Kabupaten Tulungagung tahun 2015.

Tabel 2.9 Struktur Ekonomi Kabupaten Tulungagung

No. Lapangan Usaha 2015*

1. Pertanian, kehutanan dan perikanan 22,81

2. Pertambangan dan penggalian 4,03

3. Industri Pengolahan 20,48

4. Pengadaan listrik dan gas 0,03

5. Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang 0,08

6. Konstruksi 9,49

7. Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 19,46

8. Transportasi dan pergudangan 2,08

9. Penyediaan akomodasi dan makan minum 1,86

10. Informasi dan komunikasi 5,26

11. Jasa keuangan dan asuransi 2,28

12. Real estate 1,98

13. Jasa perusahan 0,37

14. Administrasi pemerintahan, pertanahan dan jaminan sosial wajib 3,16

15. Jasa Pendidikan 4,28

16. Jasa kesehatan dan jasa sosial 1,06

17. jasa lainnya 1,28

Jumlah 100

Keterangan:

*) Angka Sementara

(29)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwasanya struktur ekonomi Kabupaten

Tulungagung pada tahun 2015 didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan

perikanan dengan kontribusi sebesar 22,81 persen. Diurutan yang kedua adalah

sektor industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 20,48% diikuti oleh sektor

perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan kontribusi

sebesar 19,46%

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi yang terjadi di suatu

daerah seperti pertambahan jumlah industri, pertambahan produksi sektor-sektor

ekonomi, pertambahan jumlah fasilitas infrastruktur (sekolah, jalan, rumah sakit dan

fasilitas-fasilitas umum), pertambahan produksi kegiatan-kegiatan ekonomi yang

sudah ada dan perkembangan-perkembangan lainnya. Pertumbuhan ekonomi

suatu wilayah yang diperoleh dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan

mencerminkan kenaikan produksi barang dan jasa di suatu wilayah. Pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Tulungagung dihitung dari pertumbuhan PDRB Tulungagung

yang didasarkan atas dasar harga konstan tahun 2010.

Tabel 2.10 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tulungagung, Provinsi

Jawa Timur dan Nasional Tahun 2011-2015

(dalam persen)

No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 2 3 4 5 6 7

1. Kabupaten Tulungagung

6,37 6,47 6,03 5,45 5,40

2. Provinsi Jawa Timur

6,44 6,64 6,08 5,86 5,44

3 Nasional 6,17 6,03 5,58 5,02 4,79

Sumber: BPS Kabupaten Tulungagung

Dari tabel diatas diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015

secara umum mengalami perlambatan dibanding tahun 2014. Pertumbuhan

(30)

menjadi 5,40 persen pada tahun 2015. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Provinsi

jawa timur, perlambatan terjadi dari 5,86 persen menjadi 5,44 persen. Demikian

juga untuk pertumbuhan ekonomi Nasional, nilainya pun menurun yaitu dari 5,02

persen menjadi 4,79 persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung

berada dibandingkan dengan Provinsi Jawa Timur namun pertumbuhannya lebih

besar apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi skala nasional.

Perlambatan tersebut disebabkan antara lain karena adanya el-nino dengan

intensitas yang relatif tinggi, dampak dari perkonomian global, perlambatan

konsumsi masyarakat dan peningkatan upah minimum kabupaten/ kota yang mana

keseluruhan hal tersebut telah meningkatkan biaya produksi dan operasional yang

pada akhirnya berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.

2.4.2 Data Pendapatan Perkapita dan Proporsi Penduduk Miskin

Indikator yang dipakai untuk menggambarkan tingkat kemakmuran

masyarakat secara makro adalah pendapatan perkapita (percapita income).

Semakin tinggi pendapatan perkapita yang diterima penduduk suatu wilayah maka

tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah

baik. Pendapatan perkapita ditunjukkan oleh nilai PDRB perkapita. PDRB perkapita

merupakan salah satu indikator makro ekonomi untuk melihat perkembangan

perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Dengan

melihat PDRB perkapita Kabupaten Tulungagung, maka akan terlihat tingkat

kesejahteraan masyarakatnya. Berikut ini adalah tabel PDRB perkapita Kabupaten

Tulungagung:

Tabel 2.11 PDRB Perkapita Kabupaten Tulungagung

(dalam Juta Rupiah)

No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 2 3 4 5 6 7

1. PDRBPerkapita Nominal

18,88 20,92 23,05 25,40 28,15

2. PDRB

Perkapita Riil 17,87 18,91 19,96 20,91 21,92

(31)

Data PDRB perkapita Kabupaten Tulungagung di sajikan dalam dua jenis

yaitu PDRB perkapita nominal dan PDRB perkapita riil. PDRB perkapita nominal

merupakan pembagian antara PDRB ADHB dengan jumlah penduduk, sedangkan

PDRB perkapita riil adalah hasil pembagian antara PDRB ADHK dengan jumlah

penduduk. Dari tabel 2.11 dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun besaran

PDRB perkapita baik nominal maupun riil selalu menunjukkan kenaikan. Untuk

PDRB perkapita nominal tahun 2015 besarannya adalah 28,15 juta rupiah,

sedangkan PDRB perkapita riil tahun 2015 besaranya adalah 21,92 juta rupiah.

Nilai PDRB perkapita nominal lebih besar dari PDRB perkapita riil dengan nilai

perbandingan 1,28. Pendapatan per kapita nominal yang lebih besar jika

dibandingkan dengan pendapatan per kapita riil ini menunjukkan bahwa telah terjadi

kenaikan harga-harga (inflasi) yang besarnya mencapai 1,28 kali lipat.

Proprosi penduduk miskin di Kabupaten Tulungagung didefinisikan sebagai

perbandingan antara jumlah penduduk miskin yang ada dengan Jumlah penduduk

di Kabupaten Tulungagung pada tahun yang sama. Berdasarkan tabel 2.5 dapat

diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tulungagung tahun 2015

terdapat sebanyak 7.998 KK. Sedangkan berdasarkan tabel 2.4 jumlah penduduk

keseluruhan di Kabupaten sebanyak 297.970 KK. Apabila dibandingkan, penduduk

miskin sebagai pembilang dan jumlah penduduk sebagai penyebutnya maka akan

diperoleh nilai proporsi penduduk miskin di Kabupaten Tulungagung sebesar

2.68%.

2.4.3 Data Kondisi Lingkungan Strategis

A. Topografi

Relief adalah beda tinggi dari suatu tempat ke tempat lain pada suatu

daerah dan juga curam-landainya lereng-lereng yang ada. Termasuk dalam

pengertian relief ini adalah bentuk-bentuk bukit, lembah, dataran, tebing, gunung

dan sebagainya. Kabupaten Tulungagung memiliki kondisi topografi bervariasi,

yang meliputi :

 Kawasan seluas ±35.353,72 Ha atau 33,49% dari wilayah Tulungagung

(32)

 Kawasan seluas ±58.926,38 Ha atau 55,82% dari wilayah Tulungagung

berketinggian 100 - 500 meter diatas permukaan air laut.

 Kawasan seluas ±8.096,84 Ha atau 7.67% dari wilayah Tulungagung

berketinggian 500 - 1.000 meter diatas permukaan air laut.

 Kawasan seluas ±3.188,06 Ha atau 3,02% dari wilayah Tulungagung

berketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan air laut.

Kabupaten Tulungagung memiliki wilayah dataran rendah, sedang dan

tinggi dengan konfigurasi datar, perbukitan dan pegunungan. Dataran rendah

merupakan daerah dengan dengan ketinggian di bawah 500 m dari permukaan

laut,. Daerah ini hampir di semua wilayah Kabupaten Tulungagung, kecuali di

Kecamatan Pagerwojo dan Kecamatan Sendang yang dataran rendahnya hanya

empat desa. Dataran sedang dengan ketinggian 500-700 m dari permukaan laut

meliputi kecamatan Pagerwojo sebanyak enam desa dan Kecamatan Sendang

sebanyak lima desa. Dataran tinggi dengan ketinggian di atas 700 m dari

permukaan laut terdiri dari satu desa di Kecamatan Pagerwojo dan dua desa di

Kecamatan Sendang. Secara umum luasan yang merupakan dataran rendah

berada di tengah kabupaten, sedangkan dataran tinggi dengan kondisi tanah

bergelombang ataupun bukit/ pegunungan berada di sebelah barat laut dan selatan.

Secara garis besar wilayah Kabupaten Tulungagung dapat dikelompokkan

ke dalam tiga bagian, yaitu:

 Bagian utara (barat daya) merupakan daerah pegunungan yang relatif subur, yang merupakan bagian tenggara dari pegunungan Wilis, mencakup areal

seluas + 25%.

 Bagian selatan merupakan daerah pegunungan yang relatif tandus, namun kaya akan potensi hutan (walaupun akhir-akhir ini terjadi kerusakan

besar-besaran) dan bahan tambang merupakan bagian dari pegunungan kapur selatan

Jawa Timur, mencakup areal seluas + 40%

 Bagian Tengah merupakan dataran rendah yang subur, yang dilalui oleh Sungai Brantas dan Kali Ngrowo (Parit Agung) beserta cabang-cabangnya, meliputi

(33)

B. Geologi

Keadaan geologi pada Kabupaten Tulungagung adalah sebagai berikut:

Tatanan stratigrafi

Tatanan stratigrafi Kabupaten Tulungagung, meliputi :

a. Endapan Permukaan

- Aluvium (Qa)

Endapan ini merupakan hasil aktifitas endapan sungai, pantai dan rawa,

yang disusun oleh kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur.

Dijumpai di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Pakel,

Campurdarat, Rejotangan, Ngunut, Sumbergempol, Boyolangu, Gondang,

Kauman, Tulungagung, Kedungwaru, Ngantru, dan Karangrejo.

b. Batuan Sedimen

1. Satuan Breksi/Formasi Arjosari (Toma)

Berupa runtuhan endapan turbidit, yang ke arah mendatar berangsur

berubah menjadi batuan gunung api. Umur satuan ini adalah Oligosen

Akhir-Miosen Awal, tersingkap di Kecamatan-Kecamatan Gondang dan

Kauman.

2. Satuan Batu gamping/ Formasi Campurdarat.

Disusun oleh batu gamping hablur yang

bersisipan dengan batu lempung berkarbon.

Berumur akhir Miosen Awal-Awal Miosen

Tengah. Tersebar di wilayah Kecamatan

Bandung, Besuki, Campurdarat dan

Tanggunggunung.

3. Satuan Batu lempung/ Formasi Nampol

(Tmn).

Tersusun oleh perulangan batulempung, batupasir dan tuf yang bersisipan

konglomerat dan breksi. Umur satuan ini adalah miosen awal. Secara

setempat-setempat dijumpai di Kecamatan-Kecamatan Bandung, Besuki,

Tanggunggunung, Kalidawir, dan Pucanglaban.

4. Satuan Batu gamping Terumbu/ Formasi Wonosari (Tmwl)

(34)

Litologi tersusun oleh batu gamping terumbu, batu gamping berlapis, batu

gamping berkepingan, batu gamping pasiran kasar, batu gamping tufan

dan napal. Satuan ini berumur miosen tengah-miosen akhir dan dapat di

jumpai di Kecamatan Pucanglaban dan Kalidawir.

c. Batuan Gunung Api

1. Satuan Gunung Api Tua/Formasi Mandalika (Tomn).

Batuan penyusun berupa breksi gunung api, lava, tuf, batupasir dan

batulanau. Umur satuan ini adalah oligo miosen. Tersingkap di

Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Tanggunggunung,

Campurdarat, Boyolangu, Kalidawir dan Pagerwojo.

2. Satuan Breksi Gunung Api/ Formasi Wuni (Tmw).

Tersusun oleh breksi gunung api, tuf, batupasir, dan batulanau yang

umumnya tufan, bersisipan batugamping. Berumur miosen. Tersingkap

setempat-setempat di Kecamatan Pucanglaban.

3. Satuan Gunung Api Muda/Batuan Gunung api.

Litologi penyusun batuan berupa lava, breksi piroklastik, lapili, tuf,

endapan lahar dan lumpur gunung api. Satuan ini berumur plistosen.

d. Batuan Terobosan

- Batuan Andesit (An)

Litologi berwarna kelabu kehitaman, tekstur porfiritik, berkomposisi

andesin, kuarsa, ortoklas, biotit, mineral bijih, dan tertanam dalam masa

dasar mikrolit dan kaca gunung api, satuan ini dijumpai di Kecamatan

Besuki pada Gunung Tanggul yang nampak menjulang tinggi.

Struktur dan Tektonika

a. Secara struktur Kabupaten Tulungagung dijumpai adanya struktur rekahan

(kekar), patahan (sesar) dan lipatan (sinklin dan antiklin).

Struktur sesar yang terjadi berupa :

 Sesar mendatar : berarah barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya,

ditafsirkan sebagai sesar geser gerus.

 Sesar turun : kelurusan berarah barat-timur atau hampir utara-selatan.

(35)

b. Secara Tektonika, arah penekanan pola-pola struktural tersebut, sebagai

hasil aktivitas kegiatan penunjaman kerak Samudera Hindia-Australia yang

aktif menghujam ke arah utara terhadap kerak Benua (termasuk Pulau Jawa).

Beberapa jenis tanah yang dijumpai di wilayah Kabupaten Tulungagung yakni :

 Tanah alluvial coklat kekelabuan, terdapat di Kecamatan Bandung dan Kecamatan Besuki.

 Tanah alluvial coklat tua kekelabuan, terdapat di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Pakel, Campurdarat, Tulungagung, Boyolangu, Kalidawir dan

Pucanglaban.

 Tanah assosiasi alluvial kelabu dan alluvial coklat kekelabuan, terdapat di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Pakel, Campurdarat, Gondang,

Boyolangu, Tulungagung, Kedungwaru, Ngantru, Sumbergempol, Kalidawir

dan Ngunut.

 Tanah litosol, terdapat di Kecamatan Bandung, Besuki, Tanggunggunung, Kalidawir dan Boyolangu.

 Tanah litosol mediteran dan resina, terdapat di Kecamatan Besuki, Tanggunggunung, Sumbergempol, Kalidawir, Pucanglaban dan Rejotangan.

 Tanah regosol coklat kekelabuan, terdapat di Kecamatan Ngunut, Pucanglaban dan Rejotangan.

 Tanah mediteran coklat kemerahan, terdapat di Kecamatan Gondang, Kauman, Karangrejo, Pagerwojo dan Kecamatan Sendang.

 Litosol coklat kemerahan, terdapat di Kecamatan Pagerwojo dan Kecamatan Sendang.

 Tanah andosol, terdapat di Kecamatan Sendang dan Kecamatan Pagerwojo.

Dilihat dari jenis tanah yang ada serta hubungannya dengan penggunaan

tanah, perlu diperhatikan sifat kimia dan fisika tanah setempat yang nantinya

dapat dipergunakan untuk meningkatkan produktivitas tanah seoptimal mungkin.

Tanah litosol dengan batuan induk kapur yang mendominasi wilayah bagian selatan

(36)

Pucanglaban. Tanah ini mempunyai kedalaman relatif dangkal karena topografi

yang bergelombang serta kemiringan tanah lebih dari 40%, maka pada daerah ini

diharapkan dilakukan penanaman dengan tanaman keras yang mempunyai nilai

ekonomi tinggi sekaligus berfungsi sebagai tanaman pelindung dan zona perakaran

untuk tata air. Selain itu, tanah ini miskin kandungan unsur hara serta memiliki

kepekaan yang tinggi terhadap erosi. Untuk itu perlu ditingkatkan

pengembangan hutan jati dan tanaman palawija di daerah ini.

C. Klimatologi

Secara garis besar, Kabupaten Tulungagung mempunyai iklim tropis yang

terbagi ke dalam dua musim yaitu penghujan dan kemarau. Musim penghujan

dipengaruhi oleh angin barat (muson barat) yang jatuh pada Bulan Oktober - Maret,

dan musim kemarau (muson timur) yang jatuh pada bulan-bulan April - September.

Hal ini diperoleh berdasarkan data seri waktu yang dikumpulkan dari stasiun yang

ada di Kabupaten Tulungagung. Berikut ini adalah Tabel dan grafik yang

menggambarkan hari hujan menurut bulan di Kabupaten Tulungagung tahun

2011-2015:

Tabel 2.12 Hari Hujan menurut Kecamatan dan Bulan 2015

No. Kecamatan Jan Feb Mar Apr mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des

Jumlah

Hari

Hujan

1. Besuki 8 11 23 22 13 4 2 2 1 - 2 17 105

2. Bandung 12 13 18 20 10 - 1 - - - 2 13 89

3. Pakel 9 14 19 14 5 2 1 - - - 4 11 79

4. Campurdarat 9 14 19 14 5 2 1 - - - 4 11 79

5. Tanggunggunung 13 16 19 13 9 2 1 - - - 6 12 91

6. Kalidawir 11 16 17 16 4 - - - 1 16 81

7. Pucanglaban 11 16 17 16 4 - - - 1 16 81

8. Rejotangan 13 14 20 20 5 2 - - - - 5 15 94

9. Ngunut 6 10 12 12 3 1 - - - - 4 13 61

10. Sumbergempol 15 14 21 24 10 2 - - - - 4 20 110

11. Boyolangu 8 12 16 18 4 1 - - - - 2 12 73

(37)

No. Kecamatan Jan Feb Mar Apr mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des

Jumlah

Hari

Hujan

13. Kedungwaru 15 14 21 24 10 2 - - - - 4 20 110

14. Ngantru 16 14 25 19 10 4 - - - - 7 17 112

15. Karangrejo 13 15 18 17 10 - - - 3 13 89

16. Kauman 11 12 18 16 6 2 - - - - 6 19 90

17. Gondang 11 13 21 18 8 4 - - - - 9 20 104

18. Pagerwojo 8 8 11 8 3 - - - 2 11 51

19. Sendang 14 18 22 21 11 - - - 5 21 112

Rata-rata: 2015 11 14 19 18 7 2 0 0 0 - 4 16 91

2014 20 17 9 9 4 3 6 2 0 0 12 22 105

2013 25 18 13 12 12 17 9 1 2 2 13 21 144

2012 23 15 18 10 8 1 3 1 1 6 13 21 118

2011 20 15 15 10 13 3 1 - - 2 16 16 110

Sumber: BPS Kabupaten Tulungagung

Gambar 2.7 Hari Hujan menurut Bulan 2011-2015

(38)

Dari grafik hari hujan di atas, dapat diketahui bahwa hari hujan tahun 2015

di Kabupaten Tulungagung terbesar berada di Bulan Maret dan yang terkecil

berada di Bulan Oktober. Sedangkan curah hujan terbesar ada di Bulan April dan

yang terendah ada di Bulan Oktober. Rata-rata curah hujan di Kabupaten

Tulungagung selama Tahun 2015 adalah 120 mm, ini berarti lebih rendah di

banding tahun 2014 yang sebesar 126 mm. Curah hujan dan hari hujan tidak

merata antar waktu dan antar daerah, sehingga mengakibatkan suatu keadaan

yang saling bertentangan, yaitu misalnya terjadi banjir di suatu daerah sementara di

daerah lain terjadi kekeringan pada saat yang sama. Oleh karena itu harus selalu

diwaspadai bulan-bulan yang hari hujannya banyak dan sedikit, sehingga dapat

diminimalkan terjadinya suatu bencana.

D. Hidrologi

Hampir semua kecamatan di Kabupaten Tulungagung dialiri sungai, kecuali

Kecamatan Tanggunggunung dan Pucanglaban. Jumlah sungai yang ada di

Kabupaten Tulungagung kurang lebih ada 27 sungai, yang mana ada beberapa

sungai yang melewati lebih dari 1 kecamatan. Misalnya Sungai Parit Agung

(melintasi selatan Kabupaten Tulungagung), Sungai Song (melintas barat

Kabupaten Tulungagung) dan Sungai Brantas (melintasi utara Kabupaten

Tulungagung). Sedangkan bila dilihat dari jarak rata-rata dari kecamatan ke ibukota

kabupaten yang memiliki jarak terjauh adalah Kecamatan Pucanglaban sejauh 36

Km.

Di wilayah Kabupaten Tulungagung terdapat beberapa sungai yang memiliki

aliran sepanjang tahun. Sungai-sungai tersebut memiliki daerah pengaliran yang

cukup luas dan membentuk suatu daerah aliran sungai (DAS). Kabupaten

Tulungagung termasuk dalam DAS Brantas yang beberapa sungai - sungai kecilnya

bermuara di Kali Brantas. Selain dialiri oleh sungai - sungai tersebut diatas keadaan

hidrologi Kabupaten Tulungagung juga ditentukan oleh adanya waduk, dam, mata

(39)

a. Sungai

Air permukaan merupakan air tawar yang terdapat pada sungai, saluran,

danau/ telaga, rawa, empang dan sebagainya. Secara garis besar DAS di

Kabupaten Tulungagung yaitu :

 DAS Brantas

DAS Brantas di Kabupaten Tulungagung dapat dibedakan :

 Sub DAS Ngrowo – Ngasinan

Sub DAS ini menempati bagian tengah Kabupaten Tulungagung dengan

pola aliran sungai yaitu Sungai Ngrowo / Parit Agung / Parit Raya sebagai

sungai orde I beserta anak percabangan sungainya baik sebagai

percabangan sungai Orde II, Orde III dan Orde IV. Anak-anak

percabangan sungai tersebut antara lain: Sungai Kalidawir, Sungai

Ngasinan, Sungai Song, Sungai Klantur, Sungai Babaan, Sungai Wudu,

Sungai Gondang, Sungai Bajalpicisan, Sungai Keboireng dan lain

sebagainya.

Sub DAS Lahar

Sub DAS ini menempati bagian Utara Kabupaten Tulungagung dengan

pola aliran sungai utama yaitu Sungai Brantas sebagai Sungai Orde I

beserta anak-anak percabangannya sebagai Orde II, Orde III dan

seterusnya. Anak-anak percabangan sungai yang dimaksud antara lain:

Sungai Catut, Sungai Boto dan lain sebagainya.

 DAS Dlodo-Gedangan

Sub DAS ini di Kabupaten Tulungagung menempati bagian Selatan,

secara umum bentuk morfologinya miring. Sistem Selatan dengan pola

pengaliran maupun pengeringan sungainya mengalir dan bermuara di

Samudera Indonesia / Hindia. Sungai-sungai yang dimaksud antara lain:

Sungai Dlodo, Sungai Kerecek, Sungai Ngelo, Sungai Urang, Sungai Molang,

dan lain sebagainya.

Berdasarkan batas sistem penyebarannya berbeda antara batas

(40)

tangkapan (Catchment area) air hujannya pada sistem Sub DAS yang ada.

Khususnya pada 2 Sub DAS yaitu pada sistem Sub DAS Ngrowo – Ngasinan

ekosistemnya yang mempengaruhi mencakup 3 wilayah Kabupaten yaitu

Tulungagung, Trenggalek dan Ponorogo. Sedang pada Sistem Sub DAS

lahar pengaruh ekosistemnya mencakup 3 wilayah Kabupaten yaitu

Tulungagung, Blitar dan Kediri.

Berdasarkan kenampakan karakteristik fisiknya pada Sistem DAS –

Sub DAS di Kabupaten Tulungagung, secara umum dapat dibedakan menjadi

daerah bagian hulu dan daerah bagian hilir. Daerah bagian hulu di Kabupaten

Tulungagung menempati kawasan perbukitan/ pegunungan dan lereng

Tenggara Gunung Wilis. Kawasan ini mempunyai peranan embung/bendung,

waduk, tandon air dan lain sebagainya. Sedangkan pada bagian daerah hilir,

secara umum menempati daerah dataran rendah/daerah muara sungai yang

merupakan daerah pemanfaatan dan penataan air oleh aktivitas kegiatan

manusia.

Potensi air di sini sangat besar peranannya dimanfaatkan secara

optimal untuk memenuhi kebutuhan/keperluan irigasi, penyediaan air baku

untuk minum, industri, perikanan dan lain sebagainya. Disamping

pemanfaatan tersebut dalam rangka penataan air banyak dilaksanakan

program/kegiatan pembangunan seperti pengembangan jaringan irigasi,

pekerjaan normalisasi saluran, pembuatan tanggul sungai, pembuatan

pelengsengan dan lain sebagainya.

Tabel 2.13 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Tulungagung

No. Kecamatan Nama Sungai Panjang (Km)

Debit

(m3/dtk)

1. Besuki Kebo Ireng 10,00 7,23

Karangtuwo (Batas) -

-Parit Raya 3,00 227,87

Parit Agung 1,80 215,1

2. Bandung Parit Agung 3,30 215,1

(41)

No. Kecamatan Nama Sungai Panjang (Km)

Debit

(m3/dtk)

Parit Raya 7,00 1,81

3. Pakel Parit Agung 4,40 227,87

Ngasinan Lama 5,50 215,1

4. Campurdarat Tlogo Buret 5,20 1,68

Parit Agung 7,50 2,92

5. Tanggunggunung - - 215,1

6. Kalidawir Kalidawir 20,50

-7. Pucanglaban - - 48,7

8. Rejotangan Rowo Remang 15,00

-Kali Brantas 8,50 4,03

Kali Kandung 6,15 328,49

9. Ngunut Kali Brantas 7,15 7,84

10. Sumbergempol Kali Brantas 2,75 328,49

Kalidawir 7,10 328,49

11. Boyolangu Kalidawir 9,40 48,7

Parit Agung 6,80 48.7

12. Tulungagung Parit Agung 7,00 215,1

Kali Jenes 3,50 215,1

Song 1,50 5

13. Kedungwaru Kali Brantas (batas

wilayah) - 11,33

Ngrowo 6,00

-Parit Agung 2,00 177,2

Wudu 2,50

-Kali Jenes 2,50 20,4

14. Ngantru Kali Brantas 18,85 5

Boto 33,00 328,49

15. Karangrejo Kali Brantas (batas) - 24,95

Catut 6,00

-Klantur 10,50 10,16

Babaan 5,60 31,37

Bajal Picisan 7,25 44,88

(42)

No. Kecamatan Nama Sungai Panjang (Km)

Debit

(m3/dtk)

16. Kauman Song 10,70

-Wudu 10,90 11,33

17. Gondang Ngasinan Kanal 4,25 20,4

Blendis 14,00 1,68

Sengon 12,55 0,7

Gondang 11,40 10,3

18. Pagerwojo Song 30,30 18,12

Gondang/ Bodeng 18,60 11,33

19. Sendang Babaan 17,40 18,12

Bajal Picisan 13,00 44,88

Klantur 16,00 28,91

Catut 8,00 31,37

Sumber: BPS Kabupaten Tulungagung

2.4.4 Data Risiko Bencana Alam

Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak

besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam yang terjadi di Kabupaten

Tulungagung sampai dengan bulan Juli Tahun 2016 meliputi hujan deras diikuti

angin kencang, hujan deras, hujan terus menerus, banjir, rumah roboh, tanah

longsor, angin puting beliung, gelombang air laut dan air pasang (ROB).

Tabel 2.14 Data Akibat Bencana di Kabupaten Tulungagung Tahun 2016

No. Jenis Bencana Jumlah Kejadian

Data Kerusakan

Jenis Sarana Kondisi RB* RS** RR*** 1. Hujan deras diikuti ngin

kencang

12 Rumah 9

Kandang 1

2. Hujan deras 11 Lahan/ rumah 1

Jalan/ rumah 1

Tanggul 4

Lahan pertanian 1

rumah 3

(43)

No. Jenis Bencana Jumlah

4. Banjir 4 Kupingan jembatan

ambrol

1

Rumah/ pekarangan 230

Rumah dan sawah 51

5. Rumah roboh 1 Rumah/ pekarangan 1

6. Tanah Longsor 9 Rumah/ pekarangan 3

Akses jalan 1

Tebing jalan 1

Badan jalan 3

7. Angin Puting Beliung 5 Rumah/ pekarangan 12

8. Gelombang air laut 1 Rumah 1

9. Air pasang (ROB) 1

Keterangan: * Rusak berat ** Rusak sedang *** Rusak ringan

Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tulungagung

Upaya yang dilakukan dalam rangka menanggulangi bencana tersebut

adalah dengan melaksanakan kerja bakti dengan masyarakat dan Muspika

setempat serta melaporkan kejadian kepada BNPB, BPBD Propinsi Jawa Timur,

Bupati Tulungagung dan pemberian bantuan yang diperlukan antara lain asbes/

genteng, sembako, nasi bungkus, paket sandang, selimut dan sarung, karung

plastik

2.4.5 Isu-isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

(Antara lain capaian pelayanan dan kualitas)

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional III Tahun 2015-2019, sasaran

pembangunan kawasan permukiman adalah pengentasan permukiman kumuh

perkotaan menjadi 0%, tercapainya 100% pelayanan air minum bagi seluruh

penduduk indonesia dan meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak

(44)

tersebut dinamai dengan “Gerakan 100-0-100”. Isu inilah yang diangkat sebagai isu

strategis terkait pembangunan infrastruktur bidang cipta karya di Kabupaten

Tulungagung.

Guna merealisasikan target tersebut di atas tentu diperlukan kolaborasi dan

dukungan semua pihak untuk pencapaianannya. Tujuan akhir dari kolaborasi adalah

akselerasi program perumahan dan kawasan permukiman untuk pencapaian target

100-0-100. Kita semua sadar kalau untuk mewujudkan gerakan 100-0-100 tersebut

bukanlah hal mudah. Perlu upaya yang keras dan kolaborasi semua pihak yaitu

pemerintah Provinsi Jawa Timur, pemerintah Kabupaten Tulungagung, masyarakat,

swasta dan kelompok peduli lain, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan,

implementasi dan evaluasi program.

Upaya percepatan penanganan permukiman kumuh secara kolaboratif

tersebut harus dilakukan dengan pendekatan partisipatif yang mempertemukan

perencanaan makro (top-down) dan perencanaan mikro (bottom-up) dengan

memposisikan masyarakat sebagai subyek pembangunan dan pengambil

keputusan final. Upaya percepatan penanganan tersebut juga harus mampu

membangun kolaborasi antar sektor dan antar aktor, dimana warna sektor hilang

sehingga terwujud keterlibatan multisektor, multi aktor dan multi program dan tidak

hanya bersifat sementara atauad hoc.

Hal ini juga mengacu pada target dari UN Habitat yang mencanangkan kota

di abad 21 perlu menjadi kota yang "pintar". Yakni, kota yang fokus pada manusia

dan dapat memadukan berbagai aspek kesejahteraan (UN Habitat, 2014). Target

100-0-100 ini cukup menarik, karena yang disasar bukan semata- mataoutput-nya,

tetapi jugaoutcomeyang timbul dari adanya program tersebut.

A. Akses Pelayanan Air Minum

Ketersediaan air minum ini menjadi salah satu penentu dalam peningkatan

kesehatan, kesejahteraan, dan produktivitas masyarakat dalam bidang ekonomi.

Oleh karena itu, penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu

kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah. Pada awalnya, pengembangan

(45)

demikian sejalan dengan upaya pelaksanaan desentralisasi dan perkembangan

sosial politik dalam negeri, maka penyelenggaraan Sistem Penyediaan

Air Minum (SPAM) menjadi kewenangan wajib pemerintah daerah. Dengan

ditetapkannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, kewenangan

wajib tersebut lebih ditegaskan lagi dan dalam pelaksanaannya pemerintah pusat

dapat memfasilitasi/ membantu pengembangan SPAM khususnya dalam rangka

pengamanan (safeguard) pencapaian sasaran nasional dan pengendalian

pelaksanaan untuk perwujudan standar pelayanan minimal.

Isu dan masalah strategis terkait penyediaan air minum yang ada saat ini

cukup rumit, namun kesemuanya itu harus dilihat sebagai suatu tantangan untuk

mencapai target pelayanan air minum sesuai kesepakatan MDG’s 2015. Roadmap

air minum Kabupaten Tulungagung Tahun 2016 sebanyak 413.367 jiwa atau 25%,

Tahun 2017 sebanyak 483.198 jiwa atau 45%, Tahun 2018 sebanyak 570.868 jiwa

atau 70%, Tahun 2019 sebanyak 659.860 jiwa atau 95%. Berdasarkan SPM Bidang

Cipta Karya tahun 2015 Kabupaten Tulungagung diketahui bahwa capaian

pelayanan air minum baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah pedesaan telah

mencapai 813.998 jiwa atau sebesar 80,12%.

B. Pengurangan Kawasan Kumuh

Roadmap pengembangan permukiman Kabupaten Tulungagung Tahun

2016 seluas 20,5 Ha atau 13.66%, Tahun 2017 sebanyak 72,88 Ha atau 48,57%,

Tahun 2018 sebanyak 112,17 Ha atau 74,76%, Tahun 2019 sebanyak 150,05 Ha

atau 100%. Berdasarkan SPM Bidang Cipta Karya tahun 2015 luas kawasan kumuh

yang tertangani pada tahun 2015 mencapai 20.5 Ha atau sebesar 13.66%.

C. Akses Sanitasi layak

Roadmap penyehatan lingkungan permukiman Kabupaten Tulungagung

terdiri atas air limbah, persampahan dan drainase. Roadmap air limbah Tahun 2016

sebanyak 949.077 jiwa atau 92,21%, Tahun 2017 sebanyak 982.720 jiwa atau

94,86%, Tahun 2018 sebanyak 1.016.784 jiwa atau 97,51%, Tahun 2019 sebanyak

(46)

jiwa atau 75,35%, Tahun 2017 sebanyak 50.796 jiwa atau 76,35%, Tahun 2018

sebanyak 52.221 jiwa atau 78,25%, Tahun 2019 sebanyak 53.588 jiwa atau

80,05%. Roadmap drainase Tahun 2016 sebanyak 56.608 jiwa atau 85,35%, Tahun

2017 sebanyak 60.243 jiwa atau 90,55%, Tahun 2018 sebanyak 64.300 jiwa atau

96,35%, Tahun 2019 sebanyak 66.943 jiwa atau 100%.

Di wilayah perkotaan Tulungagung, pada tahun 2015 capaian pelayanan

sistem air limbah sebesar 60.364 jiwa atau 91.58%, capaian pelayanan sistem

persampahan sebesar 48.309 jiwa atau sebesar 73.29% dan capaian pelayanan

Gambar

Tabel 2.2 Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Tulungagung
Selomangleng di Kecamatan Boyolangu,serta Gua Pasir di KecamatanGambar 2.2Pantai Popoh
Tabel 2.3Jumlah Penduduk Kabupaten Tulungagung danKomposisinya
Gambar 2.4 Diagram Komposisi Penduduk menurut Kecamatandan Jenis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Grafik Tingkat Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2010 s.d 2014.. Sumber : Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan 2015,

Kondisi Jumlah Penduduk di Kabupateb Bintan Tahun 2012 cukup bervariasi dengan jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Bintan Timur dengan Jumlah Penduduk 41.530 Jiwa

Jumlah penduduk kota Tangerang pada tahun menurut Sensus Penduduk tahun 2000 adalah 1.311.746 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 653.566 jiwa dan perempuan sebanyak

Kabupaten Musi Rawas Utara yang luasnya 609.099 Ha dengan jumlah penduduk terbesar tarjadi pada Kecamatan Muara Rupit yaitu sebesar 38.303 jiwa dengan mendiami luas daerah

Sesuai dengan tugasnya, Direktorat Jenderal Cipta Karya memfasilita si pemerintah Kabupaten Banyuasin untuk menyiapkan perencanaan program bidang Cipta Karya

Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional atau PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi

7.12 Pembangunan Sektor Air Minum di Kabupaten Alor Tahun 2011 – 2015 7.13 Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Kabupaten Alor 7.14 Proyeksi Kebutuhan Air Perkotaan

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kabupaten Banyuasin merupakan dokumen rencana dan program pembangunan infrastruktur bidang Cipta