PROFIL KABUPATEN TULUNGAGUNG
Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan sampai saat ini merupakan modal
dasar pelaksanaan pembangunan pada tahapan berikutnya. Sehingga dengan demikian
terjadi proses keberlanjutan dan berkesinambungan, peningkatan, perluasan dan
pembaharuan dari pembangunan itu sendiri. Hal ini merupakan upaya-upaya
pembangunan yang akan terus dilaksanakan agar makin tertib dan sesuai sasaran,
yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Sehubungan dengan itu maka untuk merumuskan strategi Pembangunan Daerah
Kabupaten Tulungagung mutlak diperlukan adanya data/ fakta yang akurat yang memuat
tentang aspek fisik, sosial dan ekonomi.
2.1 Wilayah Administrasi
Kabupaten Tulungagung merupakan sebuah kabupaten yang terletak kurang
lebih 154 km Barat Daya Kota Surabaya dengan luas wilayah sebesar 1.055,65 Km2
atau sekitar 2,2 % dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur. Secara geografis,
Kabupaten Tulungagung terletak pada posisi 111º43’ - 112º07’ BT dan 7º51’ - 8º18’
LS dengan titik nol derajat dihitung dari Greenwich Inggris. Adapun batas - batas
wilayah administrasi Kabupaten Tulungagung yaitu sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Kediri, Nganjuk dan Blitar, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Blitar, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia dan sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Trenggalek dan Ponorogo.
KABUPATEN KEDIRI
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Tulungagung
Kabupaten Tulungagung terbagi atas 19 Kecamatan, 257 desa dan 14 kelurahan
yang kemudian dipecah lagi dalam lingkup lingkup terkecil yaitu RT yang keseluruhanya
mencapai 6.409 RT. Adapun kecamatan yang memiliki jumlah desa paling banyak adalah
Kecamatan Gondang yang terdiri atas 20 desa. sedangkan kecamatan yang memiliki
jumlah desa paling sedikit adalah Kecamatan Tanggunggunung. Berikut ini adalah tabel
dan gambar digram batang yang menunjukkan rekapitulasi kecamatan, desa/kelurahan
RW dan RT di Kabupaten Tulungagung:
Tabel 2.1 Rekapitulasi Kecamatan, Desa/ Kelurahan, RW dan RT di Kabupaten
Tulungagung
No. Kecamatan Desa/ Kelurahan Dusun RW RT
1. Besuki 10 21 44 226
2. Bandung 18 43 95 333
3. Pakel 19 45 89 316
4. Campurdarat 9 29 78 334
5. Tangunggunung 7 37 76 168
6. Kalidawir 17 56 135 443
7. Pucanglaban 9 24 47 166
8. Rejotangan 16 46 146 480
9. Ngunut 18 37 149 443
10. Sumbergempol 17 46 121 372
11. Boyolangu 17 45 107 463
12. Tulungagung 14 - 93 331
13. Kedungwaru 19 46 131 499
14. Ngantru 13 43 116 361
15. Karangrejo 13 39 72 264
16. Kauman 13 33 90 311
17. Gondang 20 50 105 390
18. Pagerwojo 11 37 64 228
19. Sendang 11 53 98 281
Jumlah 271 730 1.856 6.409
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung
Wilayah administrasi Kabupaten Tulungagung terbagi atas wilayah perdesaan dan
ini, dimana wilayah peredesaan dan perkotaan tersebut seperti yang tercantum pada tabel
berikut ini.
Tabel 2.2 Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Tulungagung
No. Kecamatan Perkotaan/ Perdesaan Desa/ Kelurahan
No. Kecamatan Perkotaan/ Perdesaan Desa/ Kelurahan
18 Pagerwojo Perkotaan Pagerwojo
Samar
Mulyosari
Perdesaan Wonorejo
Kedungcangkring
Segawe
Penjor
Sidomulyo
Kradinan
Gondang Gunung
Gambiran
19 Sendang Perkotaan Sendang
Tugu
Krosok
Perdesaan Kedoyo
Nglutung
Talang
Dono
Picisan
Nyawangan
Nglurup
Geger
Sumber : RTRW Kabupaten Tulungagung Tahun 2012-2032
2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Tulungagung
Kabupaten Tulungagung memiliki banyak potensi wilayah yang tidak kalah
dengan kabupaten lain. Potensi tersebut meliputi potensi wisata alam, wisata budaya,
wisata kuliner, potensi bidang industri dan potensi di bidang kelautan dan perikanan.
1. Potensi Wisata Alam
Kabupaten Tulungagung diuntungkan dengan letak geografis yang berada
di tepi Samudera Hindia, sehingga memiliki banyak pantai yang menarik untuk
dikunjungi. Selain Pantai Popoh, di antaranya adalah Pantai Sidem, Pantai
Brumbun, Pantai Sine, Pantai Molang, Pantai Klatak, Pantai Gerangan, Pantai
Selain objek wisata pantai,
Kabupaten Tulungagung juga memiliki objek
wisata alam lain, di antaranya Air Terjun
Lawean di Kecamatan Sendang, Coban
Alam di Kecamatan Campurdarat, Gua
Selomangleng di Kecamatan Boyolangu,
serta Gua Pasir di Kecamatan
Sumbergempol. Di utara Tulungagung, objek wisata alam yang terkenal adalah
Pesanggarahan Argo Wilis, Perkebunan Teh Penampean, serta Bendungan
Wonorejo.
Selain itu Tulungagung juga mempunyai Beberapa Bangunan Candi yang
tersebar di beberapa tempat, yaitu Candi Dadi yang terletak di Puncak bukit di
Desa Sanggrahan kecamatan Boyolangu,
Candi Cungkup (Candi Sanggrahan) yang
terletak di Desa Sanggrahan Kecamatan
Boyolangu, Candi Gayatri (Boyolangu) yang
terletak di kecamatan Boyolangu, candi
Mirigambar terletak di Kecamatan
sumbergempol, Candi Bodho terletak di
Kecamatan Kalidawir, Candi Penampihan
berada di Lereng Gunung wilis kecamatan
Sendang. Di selatan Tulungagungtepatnya di Kecamatan Campurdarat sebuah
Telaga yang bernama Telaga Buret, telaga ini tak pernah kering walaupun
letaknya di Perbukitan kapur selatan yang terkenal kering dan panas saat musim
kemarau datang. Arca Joko Budhek, adalah sebentuk batu yang ukurannya besar
yang bentuknya seperti seorang pria yang bertapa,arca ini berada di puncakbukit,
dan bisa dilihat dari jalan raya karena ukurannya yang besar
2. Potensi Wisata Budaya
Tulungagung memiliki beberapa kesenian khas yang bisa dijadikan
magnet untuk mengangkat pariwisata Tulungagung, di antaranya: Wayang Kulit
Purwo/Ringgit Purwo, Jaranan sentherewe, Reog Kendang, Tiban, Jedor, Gambar 2.3 Bendungan Wonorejo
Kentrung, Manten kucing,Langen Beksan, Tayub Tulungagung. Kesenian jaranan
dan reog kendang serta wayang kulit bahkan mendapat dukungan yang luas dari
mayoritas masyarakat Tulungagung untuk maju dan berkembang.dan disukai
masyarakat sekitar bahkan sering ditanggap
3. Potensi Wisata Kuliner
Wisata Kuliner adalah, suatu perjalanan yang di dalamnya meliputi
kegiatan mengonsumsi makanan lokal suatu daerah. Perjalanan dengan tujuan
utamanya adalah menikmati makanan dan minuman dan atau mengunjungi suatu
kegiatan kuliner, serta untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda ketika
mengonsumsi makanan dan minuman. Sama halnya dengan daerah lain,
Kabupaten Tulungagung juga mempunyai makanan-makanan khas yang mungkin
hanya dimiliki Tulungagung saja. Makanan yang menjadi ciri khas Tulungagung
yaitu :
a. Nasi Lodho Tulungagung
Sebenarnya kuliner ini mirip dengan kare ayam, hanya saja ayamnya
dipanggang/diasap terlebih dulu dan disajikan bersama nasi/tiwul (tiwul adalah
nasi yang terbuat dari gaplek/singkong) dengan pelengkap gudhangan
(kudapan) sayur-sayuran, namun dalam perkembangannya lebih banyak yang
disajikan (warung kaki lima) serupa dengan kare ayam. Lodho Tulungagung
dibedakan dalam 2 genre,yaitu Lodho kuah kental dan encer, kekentalannya
berasal dari konsentrasi santan, biasanya rasanya pedas,ayamnya ayam
kampung.
b. Sate dan Gule Kambing
Sate Tulungagung mirip dengan sate lainnya dan tampak sederhana, terdiri
dari daging kambing yang ditusuk dalam sujen (tusuk sate) bambu, disajikan
dengan bumbu kecap yang diberi merica dan petis, serta ditaburi dengan irisan
bawang merah, di beberapa warung ditambah irisan daun jeruk, berbeda
dengan tampilan Sate di kabupaten Trenggalek (Sate Bendo) yang dalam
penyajiannya ditaburi kecambah sama seperti daerah Nganjuk, tidak seperti
sate Madura dan sate Ponorogo dan Kediri, yang bumbu-nya mengandung
c. Nasi Pecel Tulungagung
Nasi pecel dengan karakter sambal pecel seperti di daerah Kabupaten Blitar,
yang membedakan dengan pecel dari daerah lain seperti Madiun/Ponorogo
adalah karakter sambal kacang yang pedas manis (karena penambahan gula
jawa/gula aren) serta aroma daun jeruk yang kuat.
d. Kerupuk Rambak Tulungagung
Kerupuk yang terbuat dari kulit sapi/kerbau serupa kerupuk jangek di
Padang-Sumatra Barat namun dengan karakter yang lebih renyah, sentra industri
kerupuk ini ada di seputaran Botoran Panggungrejo kota, Sembung.
e. Kue Geti
Geti adalah nuget terbuat dari wijen kadang-kadang dicampur kacang yang
dimasak dengan gula sehingga memunculkan sensasi rasa yang manis-gurih.
f. Sredek
Sredek, Makanan yang terbuat dari gethuk singkong, kemudian digoreng.
Biasa dimakan dengan tempe goreng dan cabe mentah (sebagai lalap), adalah
makanan khas Tulungagung selatan.
g. Krupuk Gadung
Kuliner yang untuk saat ini pembuatannya hanya dikuasai oleh sedikit orang
(umumnya orang tua) karena pengolahannya harus diperam dulu
menggunakan abu untuk menghilangkan kandungan getah gadung agar tidak
menyebabkan efek mabuk/pusing ketika dimakan.
h. Soto Ayam Kampung
Warung soto dengan aroma rempah yang kuat dan kemiri sebagai penguat
rasa banyak ditemui disekitaran Kecamatan Kauman dan Kecamatan Gondang
4. Potensi Dalam Bidang Industri
Tulungagung terkenal sebagai salah satu penghasil marmer terbesar di
Indonesia, yang bersumber di bagian selatan Tulungagung. Tulungagung juga
termasuk salah satu pusat industri marmer di Indonesia, dan terpusat di selatan
Tulungagung, terutama di Kecamatan Campurdarat, yang di dalamnya banyak
terdapat perajin marmer,sayangnya saat ini marmer kualitas terbaik sudah habis.
yang sama, juga terdapat industri kerajinan batu onyx yang mempunyai kualitas
mirip marmer. Selain industri marmer, di Tulungagung juga tumbuh dan
berkembang berbagai industri kecil dan menengah antara lain memproduksi
alat-alat/perkakas rumah tangga, batik, dan konfeksi termasuk bordir.
Beberapa batik yang terkenal di Tulungagung diantaranya Batik
Tulungagung (sangat minim), Batik Satriomanah, Batik Makmoer, Batik Sarinah,
Batik Barong Gung dan Batik Kalang Kusumo. Di Kecamatan Ngunut terdapat
industri peralatan Tentara seperti tas ransel, sabuk, seragam,tenda dan makanan
ringan seperti kacang atom. Di Kecamatan Ngunut juga terdapat industri batu bata
dan genteng yang berkualitas. Di kelurahan sembung juga di kenal sebagai pusat
industri krupuk rambak. Sedangkan di bagian pegunungan utara, yakni
Kecamatan Sendang terdapat perusahaan air susu sapi perah dan teh. Industri
perikanan, dan gula merah juga Tulungagung juga tidak kalah, ini telah dikenal
secara nasional. salah satunya Pabrik Gula Modjopanggung di Kecamatan
Kauman.
5. Potensi Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Tulungagung mempunyai potensi sumber daya perikanan
berupa perairan laut, payau, perairan umum dan budidaya ikan air tawar. Kegiatan
usaha perikanan dalam memanfaatkan potensi tersebut meliputi cabang-cabang
usaha tangkap laut dan perairan umum, budidaya udang di tambak dan budidaya
ikan konsumsi maupun ikan hias air tawar di kolam pasangan, kolam tanah yang
berupa pekarangan, tegalan, dan sawah. Usaha tangkap laut berada di perairan
pantai selatan Pulau Jawa yaitu Samudra Indonesia dengan potensi panjang
pantai 61,470 km, Total Potensi sebesar 25.000 ton per tahun, Potensi Tangkap
Lestari (MSY) sebesar 12.5000 ton/tahun dan Total Allowed Catch (TAC) sebesar
10.000 ton/tahun. Melihat tingkat pemanfaatan sampai saat ini hanya sekitar
15-26%. RTP Nelayan 1.684 dengan jumlah nelayan 2.138 orang.
Perkembangan budidaya ikan air tawar di Kabupaten Tulungagung
dikelompokkan pada dua usaha yaitu budidaya ikan hias dan konsumsi. Ikan hias
dikhususkan pada ikan mas koki (kaliko, tosa, rasket, mutiara, lion head (kepala
ikan hias lainnya), sedangkan ikan konsumsi yang berorientasi pasar adalah
dominasi ikan lele, gurami, tombro, nila hitam, dan tawes.
Pembudidaya ikan hias di Kabupaten Tulungagung sebanyak 2.256 RTP
dengan jumlah pembudidaya 3.396 orang yang terpusat di Kecamatan
Sumbergempol, Kedungwaru, Boyolangu, Tulungagung, sedangkan Pembudidaya
ikan konsumsi sebanyak 10.370 RTP dengan jumlah pembudidaya 12.220 orang,
yang tersebar di 12 Kecamatan potensi perikanan, yaitu Ngunut, Rejotangan,
Sumbergempol, Boyolangu, Kedungwaru, Ngantru, Tulungagung, Pakel,
Kalidawir, Karangrejo, Gondang, dan Kauman. Sedangkan untuk potensi budidaya
ikan di air deras berada pada wilayah Kecamatan Pagerwojo dan Sendang.
Untuk ikan hias, karena menguasai hampir 90% di Indonesia dan malah
sebagian sudah diekspor ke negeri tetangga, salah satunya dijadikan sebagai
maskot (yaitu, strain tosa) dan produk unggulan Kabupaten Tulungagung untuk
dikembangkan dengan memenuhi permintaan pasar. Pemasaran ikan hias dan
konsumsi dari Kabupaten Tulungagung, meliputi Jakarta, Bali/Denpasar,
Bandung, Yogyakarta, Tegal, Semarang, Surabaya/Juanda, Purwokerto, sebagian
Sumatra, Sulawesi, dan untuk ekspor ikan hias telah menjalin hubungan dengan
eksportir dari Bali dan Jakarta.
Sedangkan untuk kegiatan pengolahan ikan bersentra di Kecamatan
Pakel, Bandung dan Campur Darat, Boyolangu kebanyakan komoditas yang
diusahakan adalah pembuatan pindang, ikan panggang, ikan asin, terasi, amplang
ikan, bakso ikan, nugget ikan, abon ikan dan berbagai olahan ikan. Pasar untuk
sebagian komoditas olahan sudah bisa untuk di kirim ke luar daerah Tulungagung
seperti pindang, ikan panggang, dan terasi, selain itu juga untuk memenuhi
permintaan pasar lokal Tulungagung.
2.3 Demografi dan Urbanisasi
2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan
Data penduduk sangat penting sebagai salah satu data pokok, karena
penduduk merupakan obyek dan sekaligus subyek dalam pembangunan. Data
Nasional (Susenas) dan registrasi penduduk. Dari sudut pandang ekonomi,
penduduk atau manusia merupakan salah satu faktor utama pembangunan,
karenanya peningkatan sumber daya manusia (SDM) diperlukan untuk mencapai
pembangunan nasional yang maksimal. Perencanaan dan pengelolaan SDM harus
tepat dan terarah, untuk itu diperlukan adanya data kependudukan yang terbaru.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan jumlah peduduk dan banyaknya rumah
tangga menurut kecamatan di Kabupaten Tulungagung:
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Tulungagung dan Komposisinya
menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015
No. Kecamatan
1. Besuki 34.724 34.886 17.431 17.455 162 0,47
2. Bandung 43.048 43.203 20.901 22.302 155 0,36
3. Pakel 49.473 49.813 24.161 25.652 340 0,69
4. Campurdarat 55.929 56.407 28.053 28.354 478 0,85
5. Tangunggunung 24.136 24.305 11.779 12.526 169 0,70
6. Kalidawir 64.232 64.323 29.528 34.795 91 0,14
7. Pucanglaban 22.157 22.197 10.601 11.596 40 0,18
8. Rejotangan 72.300 72.720 34.973 37.747 420 0,58
9. Ngunut 77.259 77.740 37.342 40.398 481 0,62
10. Sumbergempol 65.822 66.256 31.776 34.480 434 0,66
11. Boyolangu 80.099 80.909 39.660 41.249 810 1,01
12. Tulungagung 65.915 66.032 32.054 33.978 117 0,18
13. Kedungwaru 88.440 89.100 44.254 44.846 660 0,75
14. Ngantru 54.323 54.770 27.330 27.440 447 0,82
15. Karangrejo 39.524 39.596 19.431 20.165 72 0,18
16. Kauman 49.688 49.776 24.659 25.117 88 0,18
17. Gondang 54.493 54.550 26.741 27.809 57 0,10
18. Pagerwojo 30.427 30.491 15.117 15.374 64 0,21
19. Sendang 43.985 44.116 21.907 22.209 131 0,30
Jumlah : 2015 - 1.021.190 497.698 523.492 5.216 0,51
No. Kecamatan
Jumlah Penduduk
Persentase
pertambahan
penduduk Tahun
2014
Tahun
2015
Laki-laki
Tahun
2015
Perempuan
Tahun 2015
Pertambahan
penduduk
2013 1.009.411 - 492.287 517.124 4.700 0,47
2012 1.004.711 - 489.322 515.389 6.004 0,60
2011 998.707 - 486.232 512.475 5.892 0,47
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung
Berdasarkan diatas, jumlah penduduk Kabupaten Tulungagung pada akhir
tahun 2015 mengalami kenaikan dibanding akhir tahun 2014. Kenaikannya terjadi
sebesar 5.216 jiwa atau 0,51%dari sebesar 1.015.974 jiwa menjadi 1.021.190 jiwa.
Apabila dijabarkan lagi berdasarkan jenis kelamin maka diperoleh data bahwa
penduduk laki-laki sebanyak 497.698 jiwa dan penduduk perempuan 523.492 jiwa.
Pada masing-masing kecamatan selalu menunjukkan bahwa dalam kurun waktu
satu tahun jumlah penduduk wanita jauh lebih besar daripada jumlah penduduk
laki-laki. Berikut ini adalah diagram komposisi penduduk menurut kecamatan dan jenis
Gambar 2.4 Diagram Komposisi Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis
Kelamin Tahun 2015
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung
Tabel 2.4 Banyaknya Rumah Tangga, Rata-rata Rumah Tangga Menurut
Kecamatan 2015
No. Kecamatan Desa Rumah Tangga
Jumlah
Penduduk
Rata-rata per
Rumah Tangga
1. Besuki 10 10.893 34.886 3
2. Bandung 18 14.720 43.203 3
3. Pakel 19 15.628 49.813 3
4. Campurdarat 9 15.581 56.407 4
5. Tangunggunung 7 7.567 24.305 3
6. Kalidawir 17 20.872 64.323 3
7. Pucanglaban 9 8.661 22.197 3
8. Rejotangan 16 21.948 72.720 3
No. Kecamatan Desa Rumah
10. Sumbergempol 17 18.190 66.256 4
11. Boyolangu 17 20.072 80.909 4
12. Tulungagung 14 18.940 66.032 3
13. Kedungwaru 19 22.895 89.100 4
14. Ngantru 13 14.984 54.770 4
15. Karangrejo 13 11.134 39.596 4
16. Kauman 13 14.283 49.776 3
17. Gondang 20 16.128 54.550 3
18. Pagerwojo 11 9.279 30.491 3
19. Sendang 11 14.280 44.116 3
Jumlah : 2015 271 297.970 1.021.190 3
2014 271 297.970 1.015.974 3
2013 271 298.996 1.009.411 3
2012 271 298.996 1.004.711 3
2011 271 295.483 998.707 3
Sumber: BPS Kabupaten Tulungagung
2.3.2 Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.
Jumlah dan persebaran penduduk miskin di Kabupaten Tulungagung
pada masing masing kecamatan diambil berdasarkan data yang terpakai. Berikut ini
adalah data jumlah keluarga miskin di Kabupaten Tulungagung tahun 2015:
Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan 2015
No Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK)
1 Besuki 3.100
No Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK)
3 Pakel 5.521
4 Campurdarat 5.091
5 Tanggunggunung 1.594
6 Kalidawir 5.384
7 Pucanglaban 2.203
8 Rejotangan 4.565
9 Ngunut 5.677
10 Sumbergempol 5.327
11 Boyolangu 5.568
12 Tulungagung 3.264
13 Kedungwaru 6.066
14 Ngantru 4.421
15 Karangrejo 4.237
16 Kauman 3.843
17 Gondang 4.197
18 Pagerwojo 2.665
19 Sendang 3.743
Jumlah 79.998
Sumber: BPS Kabupaten Tulungagung
Dari tabel jumlah penduduk miskin tersebut diketahui bahwa jumlah
penduduk miskin terbesar berada di Kecamatan Kedungwaru yaitu sebanyak 6.066
KK yang kemudian disusul oleh Kecamatan Ngunut sebesar 5.677 KK. Adapun
Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk miskin paling sedikit adalah Kecamatan
Tanggunggunung, hal ini disebabkan karena kecamatan tanggunggunung memiliki
jumlah penduduk paling sedikit dibanding kecamatan lainnya.
Distribusi Penduduk di Kabupaten Tulungagung dapat diukur dengan angka
kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per
satuan unit wilayah/ luas wilayah. Kepadatan penduduk Kabupaten Tulungagung
pada Tahun 2015 rata-rata 967 jiwa/km2. Memang belum terjadi pemerataan
penduduk di Kabupaten Tulungagung. Hal ini bisa dilihat dari adanya kesenjangan
kepadatannya di atas 5.000 jiwa/ km2namun di sisi lain ada yang kurang dari 500
jiwa/ km2. Dari 19 kecamatan di Kabupaten Tulungagung, kepadatan tertinggi terjadi
di Kecamatan Tulungagung sebesar 4.830 jiwa/km2 mengingat Kecamatan Tulungagung adalah ibu kota kabupaten. Sedangkan kepadatan paling rendah
terjadi di Kecamatan Tanggunggunung sebesar 206 jiwa/km2. Berikut ini adalah tabel luas wilayah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan:
Tabel 2.6 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan
No. Kecamatan Luas Wilayah
1. Besuki 82,16 7,78 34.886 425
2. Bandung 41,96 3,97 43.203 1.030
3. Pakel 36,06 3,42 49.813 1.381
4. Campurdarat 39,56 3,75 56.407 1.426
5. Tangunggunung 117,73 11,15 24.305 206
6. Kalidawir 97,81 9,27 64.323 658
7. Pucanglaban 82,94 7,86 22.197 268
8. Rejotangan 66,49 6,30 72.720 1.094
9. Ngunut 37,70 3,57 77.740 2.062
10. Sumbergempol 39,28 3,72 66.256 1.687
11. Boyolangu 38,44 3,64 80.909 2.105
12. Tulungagung 13,67 1,29 66.032 4.830
13. Kedungwaru 29,74 2,82 89.100 2.996
14. Ngantru 37,03 3,51 54.770 1.479
15. Karangrejo 35,54 3,37 39.596 1.114
16. Kauman 30,84 2,92 49.776 1.614
17. Gondang 44,02 4,17 54.550 1.239
18. Pagerwojo 88,22 8,36 30.491 346
19. Sendang 96,46 9,14 44.116 457
Jumlah : 2015 1.055,65 100,00 1.021.190 967
2014 1.055,65 100,00 1.015.974 962
2013 1.055,65 100,00 1.009.411 956
2012 1.055,65 100,00 1.004.711 952
2011 1.055,65 100,00 998.707 946
2.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Ke Depan
Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk di masa yang
akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan fertilitas, mortalitas dan
migrasi. Proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk tetapi
suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen laju
pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran, kematian dan perpindahan/ migrasi. Dasar
pertimbangan yang dipergunakan dalam memprediksikan jumlah penduduk di
Kabupaten Tulungagung adalah laju pertumbuhan penduduk rata-rata, dan
kecenderungan perkembangan yang akan terjadi. Data dasar yang dipergunakan
adalah data Tulungagung Dalam Angka tahun 2015, dengan melihat jumlah
penduduk perkecamatan di 19 kecamatan Kabupaten Tulungagung. Jika
dianalisa laju pertumbuhan penduduk rata-rata Kabupaten Tulungagung dari tahun
2012-2016 adalah sebesar 0,65%. Dengan melihat kondisi tersebut, laju
pertumbuhan yang dipergunakan dalam memproyeksikan jumlah penduduk di
KabupatenTulungagung pada lima tahun kedepan dapat di prediksikan seperti pada tabel
berikut:
Tabel 2.7 Proyeksi Penduduk Selama Lima Tahun Ke Depan
No. Kecamatan 2016 2017 2018 2019 2020 2021
1. Besuki 35,149 35,363 35,579 35,796 36,014 36,234
2. Bandung 43,471 43,684 43,898 44,113 44,329 44,546
3. Pakel 50,298 50,715 51,136 51,560 51,988 52,420
4. Campurdarat 57,042 57,607 58,177 58,753 59,335 59,922
5. Tangunggunung 24,543 24,749 24,957 25,167 25,378 25,591
6. Kalidawir 64,605 64,792 64,980 65,169 65,358 65,547
7. Pucanglaban 22,303 22,377 22,451 22,525 22,599 22,674
8. Rejotangan 73,345 73,873 74,405 74,941 75,480 76,024
9. Ngunut 78,438 79,034 79,635 80,240 80,850 81,464
10. Sumbergempol 66,879 67,414 67,954 68,497 69,045 69,598
11. Boyolangu 81,952 82,894 83,848 84,812 85,787 86,774
12. Tulungagung 66,324 66,530 66,736 66,943 67,151 67,359
13. Kedungwaru 90,003 90,795 91,594 92,400 93,214 94,034
No. Kecamatan 2016 2017 2018 2019 2020 2021
15. Karangrejo 39,777 39,905 40,032 40,160 40,289 40,418
16. Kauman 49,997 50,152 50,307 50,463 50,619 50,776
17. Gondang 54,755 54,886 55,018 55,150 55,282 55,415
18. Pagerwojo 30,640 30,748 30,855 30,963 31,072 31,180
19. Sendang 44,364 44,555 44,746 44,939 45,132 45,326
Jumlah : 1,029,257 1,035,976 1,042,748 1,049,573 1,056,451 1,063,383
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung dan Hasil Analisis Pokja Kabupaten Tulungagung Tahun 2016
Berdasarkan tabel 2.7, dapat diketahui hasil perhitungan proyeksi jumlah
penduduk Kabupaten Tulungagung pada tahun 2016 yakni sejumlah 1.029.257
jiwa, kemudian tahun 2017 adalah 1.035.976 jiwa, untuk tahun 2018 adalah
1.042.748 jiwa, tahun 2019 sejumlah 1.049.573 jiwa, tahun 2020 sejumlah
1.056.451 jiwa dan tahun 2021 adalah 1.063.383 jiwa.
2.3.4 Jumlah Penduduk Perkotaan dan Proyeksi Urbanisasi
Dari sebanyak 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Tulungagung,
Kecamatan Tulunggagung merupakan satu-satunya kecamatan Perkotaan.
Kecamatan Tulungagung terdiri atas 14 Kelurahan yang meliputi Kelurahan Bago,
Botoran, Jepun, Kampungdalem, Karangwaru, Kauman, Kedungsoko, Kenayan,
Kepatihan, Kutoanyar, Panggungrejo, Sembung, Tamanan dan Tretek. Berdasarkan
tabel 2.2 Jumlah penduduk Perkotaan Tulungagung pada Tahun 2015 sebanyak
66.032 jiwa. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesr 0,18% dibanding tahun 2014
yang sebanyak 65.915 jiwa. Adapun dalam satu tahun tersebut kenaikan jumlah
penduduknya sebanyak 117 jiwa.
Pertambahan penduduk biasanya dikaitkan dengan tingginya arus
urbanisasi yang masuk kedaerah tersebut. Pengertian urbanisasi umumnya yang
kita kenal adalah perpindahan dari desa ke kota. Sedangkan menurut Ensiklopedi
Nasional Indonesia adalah, suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang
tinggal di daerah perkotaan. Selain itu dalam ilmu lingkungan, urbanisasi dapat
diartikan sebagai suatu proses pengkotaan suatu wilayah. Proses pengkotaan ini
suatu perubahan secara esensial unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya wilayah
karena percepatan kemajuan ekonomi. Pengertian kedua adalah banyaknya
penduduk yang pindah dari desa ke kota, karena adanya penarik di kota, yaitu
kesempatan kerja.
Urbanisasi selain berdampak positif juga berdampak negatif. Dampak positif
dari urbanisasi itu diantaranya urbanisasi merupakan faktor penting dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, urbanisasi merupakan
suatu cara untuk menyerap pengetahuan dan kemajuan yang ada di kota,
urbanisasi yang menyebabkan terjadinya perkembangan kota. Urbanisasi juga
menimbulkan dampak negatif. Urbanisasi telah menimbulkan kelebihan penduduk
sehingga melebihi daya tampung kota. Permasalahan ini akan berkembang pada
sektor kehidupan lainnya, seperti perumahan, pencemaran lingkungan,
penganguran, kriminalitas dan sebagainya, sehingga menimbulkan persoalan yang
semakin rumit dan saling berkaitan satu sama lain.
Tingginya kepadatan penduduk akan menimbulkan masalah daya dukung
kota dalam bentuk tidak seimbangnya antara ruang/tanah yang dibutuhkan dengan
penduduk yang ada. Masalah permukiman selanjutnya merupakan salah satu
sebab timbulnya lingkungan hidup yang tidak sehat, berupa permukiman liar dan
perkampungan kumuh (slum). Ciri daerah slum ini antara lain didiami oleh warga
kota yang gagal dalam bidang ekonomi, lingkungan yang tidak sehat, banyak
didiami oleh penganggur, penduduk daerah ini emosinya tidak stabil, dan
penduduk daerah ini dihinggapi oleh banyak kebiasaan yang bersifat negatif.
Ketimpangan ekonomi antara daerah asal dengan daerah tujuan menjadi
penyebab timbulnya migrasi, sehingga terdapat kaitan erat antara migrasi dan
aspek ekonomi, khususnya migrasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencari
pekerjaan. Kabupaten Tulungagung merupakan kota kecil yang kondisi
perekonomiannya hampir sama dengan kabupaten di sekitarnya. Selain itu kondisi
perekonomian antara perdesaan dengan perkotaan di Kabupaten Tulungagung
sendiri pun hampir tidak jauh berbeda, oleh karena itu urbanisasi di Kabupaten
2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan RTRW
Kabupaten Tulungagung
2.4.1 Data Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah total dari hasil
penggunaan dan pelayanan atau jasa setiap unit produksi dalam suatu negara pada
periode tertentu. Produk Domestik Regional Bruto juga berarti total komponen
permintaan, pemenuhan konsumsi belanja rumah tangga dan institusi non profit,
konsumsi pemerintah pada waktu tertentu.
Produk Domestik Regional Bruto menggambarkan kemampuan suatu
wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. Dalam
konteks ini, PDRB dapat dilihat dari 2 sisi pendekatan yaitu sektoral dan
penggunaan. Keduanya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut
sumber pendapatan dan menurut komponen penggunaannya. PDRB dari sisi
sektoral merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang
mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya.
Sedangka dari sisi penggunaan menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah
tersebut.
PDRB merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang digunakan
untuk mengukur kinerja perekonomian daerah yang turunannya adalah laju
pertumbuhan ekonomi ataupun pendapatan perkapita. Dengan demikian PDRB
merupakan ukuran kuantitas yang sangat diperlukan untuk memberikan gambaran
tentang keadaan masa lalu, sekarang dan sasaran yang akan dicapai pada masa
yang akan datang.
Penyajian PDRB menurut sektor dirinci menurut total nilai tambah dari
seluruh sektor ekonomi yang mencakup sektor pertanian; pertambangan dan
penggalian; industri pengolahan: listrik, gas dan air bersih; konstruksi; perdagangan,
restoran dan hotel; pengangkutan dan komunikasi; lembaga keuangan; dan
jasa-jasa. Sedangkan PDRB menurut penggunaan dirinci menurut pengeluaran
konsumsi rumah tangga (termasuk lembaga nirlaba), pengeluaran konsusumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor neto
PDRB ataupun agregat turunannya disajikan dalam dua versi penilaian,
yaitu atas dasar "Harga Berlaku" dan atas dasar "Harga Konstan". Harga berlaku
merupakan seluruh agregat dinilai dengan menggunakan harga pada tahun
berjalan, sedangkan harga konstan penilaiannya didasarkan kepada harga satu
tahun dasar tertentu.
PDRB untuk Kabupaten Tulungagung menunjukkan peningkatan dalam
kurun beberapa tahun terakhir. Selanjutnya besaran PDRB tersebut perlu diberi
penimbang yaitu jumlah penduduk, karena penduduk merupakan pelaku
pembangunan yang menghasilkanoutput(PDRB).
Tabel 2.8 PDRB Kabupaten Tulungagung Seri 2010
(dalam Juta Rupiah)
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7
1. PDRB ADHB 18.859.528,77 21.018.678,80 23.264.335,19 25.810.296,01 28.748.386,10*
2. PDRB ADHK 17.845.221,00 18.999.034,90 20.144.379,50 21.242.071,90 22.388.846,60*
Keterangan:
*) Angka Sementara
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung
Sumber: BPS Kabupaten Tulungagung
PDRB Kabupaten Tulungagung Seri 2010 Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB) Tahun 2015 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2014, yaitu dari Rp.
25,810 Trilyun menjadi Rp. 28,748 Trilyun, atau naik sebesar 11,38%. Demikian
juga dengan PDRB ADHK, nilainyapun mengalami kenaikan dibandingkan tahun
2014 yaitu dari 21,242 Trilyun menjadi Rp. 22,388 Trilyun, atau naik sebesar 5,39
%. Adapun Sektor-sektor yang berkontribusi besar dalam menyumbang nilai PDRB
adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yaitu sebesar 22,81 persen.
Kontribusi kedua oleh sektor industri pengolah yang kemudian disusul oleh sektor
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Berikut ini
disajikan tabel struktur ekonomi Kabupaten Tulungagung tahun 2015.
Tabel 2.9 Struktur Ekonomi Kabupaten Tulungagung
No. Lapangan Usaha 2015*
1. Pertanian, kehutanan dan perikanan 22,81
2. Pertambangan dan penggalian 4,03
3. Industri Pengolahan 20,48
4. Pengadaan listrik dan gas 0,03
5. Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang 0,08
6. Konstruksi 9,49
7. Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor 19,46
8. Transportasi dan pergudangan 2,08
9. Penyediaan akomodasi dan makan minum 1,86
10. Informasi dan komunikasi 5,26
11. Jasa keuangan dan asuransi 2,28
12. Real estate 1,98
13. Jasa perusahan 0,37
14. Administrasi pemerintahan, pertanahan dan jaminan sosial wajib 3,16
15. Jasa Pendidikan 4,28
16. Jasa kesehatan dan jasa sosial 1,06
17. jasa lainnya 1,28
Jumlah 100
Keterangan:
*) Angka Sementara
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwasanya struktur ekonomi Kabupaten
Tulungagung pada tahun 2015 didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan dengan kontribusi sebesar 22,81 persen. Diurutan yang kedua adalah
sektor industri pengolahan dengan kontribusi sebesar 20,48% diikuti oleh sektor
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan kontribusi
sebesar 19,46%
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan ekonomi yang terjadi di suatu
daerah seperti pertambahan jumlah industri, pertambahan produksi sektor-sektor
ekonomi, pertambahan jumlah fasilitas infrastruktur (sekolah, jalan, rumah sakit dan
fasilitas-fasilitas umum), pertambahan produksi kegiatan-kegiatan ekonomi yang
sudah ada dan perkembangan-perkembangan lainnya. Pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah yang diperoleh dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan
mencerminkan kenaikan produksi barang dan jasa di suatu wilayah. Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Tulungagung dihitung dari pertumbuhan PDRB Tulungagung
yang didasarkan atas dasar harga konstan tahun 2010.
Tabel 2.10 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tulungagung, Provinsi
Jawa Timur dan Nasional Tahun 2011-2015
(dalam persen)
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7
1. Kabupaten Tulungagung
6,37 6,47 6,03 5,45 5,40
2. Provinsi Jawa Timur
6,44 6,64 6,08 5,86 5,44
3 Nasional 6,17 6,03 5,58 5,02 4,79
Sumber: BPS Kabupaten Tulungagung
Dari tabel diatas diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015
secara umum mengalami perlambatan dibanding tahun 2014. Pertumbuhan
menjadi 5,40 persen pada tahun 2015. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Provinsi
jawa timur, perlambatan terjadi dari 5,86 persen menjadi 5,44 persen. Demikian
juga untuk pertumbuhan ekonomi Nasional, nilainya pun menurun yaitu dari 5,02
persen menjadi 4,79 persen. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tulungagung
berada dibandingkan dengan Provinsi Jawa Timur namun pertumbuhannya lebih
besar apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi skala nasional.
Perlambatan tersebut disebabkan antara lain karena adanya el-nino dengan
intensitas yang relatif tinggi, dampak dari perkonomian global, perlambatan
konsumsi masyarakat dan peningkatan upah minimum kabupaten/ kota yang mana
keseluruhan hal tersebut telah meningkatkan biaya produksi dan operasional yang
pada akhirnya berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
2.4.2 Data Pendapatan Perkapita dan Proporsi Penduduk Miskin
Indikator yang dipakai untuk menggambarkan tingkat kemakmuran
masyarakat secara makro adalah pendapatan perkapita (percapita income).
Semakin tinggi pendapatan perkapita yang diterima penduduk suatu wilayah maka
tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah
baik. Pendapatan perkapita ditunjukkan oleh nilai PDRB perkapita. PDRB perkapita
merupakan salah satu indikator makro ekonomi untuk melihat perkembangan
perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Dengan
melihat PDRB perkapita Kabupaten Tulungagung, maka akan terlihat tingkat
kesejahteraan masyarakatnya. Berikut ini adalah tabel PDRB perkapita Kabupaten
Tulungagung:
Tabel 2.11 PDRB Perkapita Kabupaten Tulungagung
(dalam Juta Rupiah)
No. Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7
1. PDRBPerkapita Nominal
18,88 20,92 23,05 25,40 28,15
2. PDRB
Perkapita Riil 17,87 18,91 19,96 20,91 21,92
Data PDRB perkapita Kabupaten Tulungagung di sajikan dalam dua jenis
yaitu PDRB perkapita nominal dan PDRB perkapita riil. PDRB perkapita nominal
merupakan pembagian antara PDRB ADHB dengan jumlah penduduk, sedangkan
PDRB perkapita riil adalah hasil pembagian antara PDRB ADHK dengan jumlah
penduduk. Dari tabel 2.11 dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun besaran
PDRB perkapita baik nominal maupun riil selalu menunjukkan kenaikan. Untuk
PDRB perkapita nominal tahun 2015 besarannya adalah 28,15 juta rupiah,
sedangkan PDRB perkapita riil tahun 2015 besaranya adalah 21,92 juta rupiah.
Nilai PDRB perkapita nominal lebih besar dari PDRB perkapita riil dengan nilai
perbandingan 1,28. Pendapatan per kapita nominal yang lebih besar jika
dibandingkan dengan pendapatan per kapita riil ini menunjukkan bahwa telah terjadi
kenaikan harga-harga (inflasi) yang besarnya mencapai 1,28 kali lipat.
Proprosi penduduk miskin di Kabupaten Tulungagung didefinisikan sebagai
perbandingan antara jumlah penduduk miskin yang ada dengan Jumlah penduduk
di Kabupaten Tulungagung pada tahun yang sama. Berdasarkan tabel 2.5 dapat
diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tulungagung tahun 2015
terdapat sebanyak 7.998 KK. Sedangkan berdasarkan tabel 2.4 jumlah penduduk
keseluruhan di Kabupaten sebanyak 297.970 KK. Apabila dibandingkan, penduduk
miskin sebagai pembilang dan jumlah penduduk sebagai penyebutnya maka akan
diperoleh nilai proporsi penduduk miskin di Kabupaten Tulungagung sebesar
2.68%.
2.4.3 Data Kondisi Lingkungan Strategis
A. Topografi
Relief adalah beda tinggi dari suatu tempat ke tempat lain pada suatu
daerah dan juga curam-landainya lereng-lereng yang ada. Termasuk dalam
pengertian relief ini adalah bentuk-bentuk bukit, lembah, dataran, tebing, gunung
dan sebagainya. Kabupaten Tulungagung memiliki kondisi topografi bervariasi,
yang meliputi :
Kawasan seluas ±35.353,72 Ha atau 33,49% dari wilayah Tulungagung
Kawasan seluas ±58.926,38 Ha atau 55,82% dari wilayah Tulungagung
berketinggian 100 - 500 meter diatas permukaan air laut.
Kawasan seluas ±8.096,84 Ha atau 7.67% dari wilayah Tulungagung
berketinggian 500 - 1.000 meter diatas permukaan air laut.
Kawasan seluas ±3.188,06 Ha atau 3,02% dari wilayah Tulungagung
berketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan air laut.
Kabupaten Tulungagung memiliki wilayah dataran rendah, sedang dan
tinggi dengan konfigurasi datar, perbukitan dan pegunungan. Dataran rendah
merupakan daerah dengan dengan ketinggian di bawah 500 m dari permukaan
laut,. Daerah ini hampir di semua wilayah Kabupaten Tulungagung, kecuali di
Kecamatan Pagerwojo dan Kecamatan Sendang yang dataran rendahnya hanya
empat desa. Dataran sedang dengan ketinggian 500-700 m dari permukaan laut
meliputi kecamatan Pagerwojo sebanyak enam desa dan Kecamatan Sendang
sebanyak lima desa. Dataran tinggi dengan ketinggian di atas 700 m dari
permukaan laut terdiri dari satu desa di Kecamatan Pagerwojo dan dua desa di
Kecamatan Sendang. Secara umum luasan yang merupakan dataran rendah
berada di tengah kabupaten, sedangkan dataran tinggi dengan kondisi tanah
bergelombang ataupun bukit/ pegunungan berada di sebelah barat laut dan selatan.
Secara garis besar wilayah Kabupaten Tulungagung dapat dikelompokkan
ke dalam tiga bagian, yaitu:
Bagian utara (barat daya) merupakan daerah pegunungan yang relatif subur, yang merupakan bagian tenggara dari pegunungan Wilis, mencakup areal
seluas + 25%.
Bagian selatan merupakan daerah pegunungan yang relatif tandus, namun kaya akan potensi hutan (walaupun akhir-akhir ini terjadi kerusakan
besar-besaran) dan bahan tambang merupakan bagian dari pegunungan kapur selatan
Jawa Timur, mencakup areal seluas + 40%
Bagian Tengah merupakan dataran rendah yang subur, yang dilalui oleh Sungai Brantas dan Kali Ngrowo (Parit Agung) beserta cabang-cabangnya, meliputi
B. Geologi
Keadaan geologi pada Kabupaten Tulungagung adalah sebagai berikut:
Tatanan stratigrafi
Tatanan stratigrafi Kabupaten Tulungagung, meliputi :
a. Endapan Permukaan
- Aluvium (Qa)
Endapan ini merupakan hasil aktifitas endapan sungai, pantai dan rawa,
yang disusun oleh kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur.
Dijumpai di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Pakel,
Campurdarat, Rejotangan, Ngunut, Sumbergempol, Boyolangu, Gondang,
Kauman, Tulungagung, Kedungwaru, Ngantru, dan Karangrejo.
b. Batuan Sedimen
1. Satuan Breksi/Formasi Arjosari (Toma)
Berupa runtuhan endapan turbidit, yang ke arah mendatar berangsur
berubah menjadi batuan gunung api. Umur satuan ini adalah Oligosen
Akhir-Miosen Awal, tersingkap di Kecamatan-Kecamatan Gondang dan
Kauman.
2. Satuan Batu gamping/ Formasi Campurdarat.
Disusun oleh batu gamping hablur yang
bersisipan dengan batu lempung berkarbon.
Berumur akhir Miosen Awal-Awal Miosen
Tengah. Tersebar di wilayah Kecamatan
Bandung, Besuki, Campurdarat dan
Tanggunggunung.
3. Satuan Batu lempung/ Formasi Nampol
(Tmn).
Tersusun oleh perulangan batulempung, batupasir dan tuf yang bersisipan
konglomerat dan breksi. Umur satuan ini adalah miosen awal. Secara
setempat-setempat dijumpai di Kecamatan-Kecamatan Bandung, Besuki,
Tanggunggunung, Kalidawir, dan Pucanglaban.
4. Satuan Batu gamping Terumbu/ Formasi Wonosari (Tmwl)
Litologi tersusun oleh batu gamping terumbu, batu gamping berlapis, batu
gamping berkepingan, batu gamping pasiran kasar, batu gamping tufan
dan napal. Satuan ini berumur miosen tengah-miosen akhir dan dapat di
jumpai di Kecamatan Pucanglaban dan Kalidawir.
c. Batuan Gunung Api
1. Satuan Gunung Api Tua/Formasi Mandalika (Tomn).
Batuan penyusun berupa breksi gunung api, lava, tuf, batupasir dan
batulanau. Umur satuan ini adalah oligo miosen. Tersingkap di
Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Tanggunggunung,
Campurdarat, Boyolangu, Kalidawir dan Pagerwojo.
2. Satuan Breksi Gunung Api/ Formasi Wuni (Tmw).
Tersusun oleh breksi gunung api, tuf, batupasir, dan batulanau yang
umumnya tufan, bersisipan batugamping. Berumur miosen. Tersingkap
setempat-setempat di Kecamatan Pucanglaban.
3. Satuan Gunung Api Muda/Batuan Gunung api.
Litologi penyusun batuan berupa lava, breksi piroklastik, lapili, tuf,
endapan lahar dan lumpur gunung api. Satuan ini berumur plistosen.
d. Batuan Terobosan
- Batuan Andesit (An)
Litologi berwarna kelabu kehitaman, tekstur porfiritik, berkomposisi
andesin, kuarsa, ortoklas, biotit, mineral bijih, dan tertanam dalam masa
dasar mikrolit dan kaca gunung api, satuan ini dijumpai di Kecamatan
Besuki pada Gunung Tanggul yang nampak menjulang tinggi.
Struktur dan Tektonika
a. Secara struktur Kabupaten Tulungagung dijumpai adanya struktur rekahan
(kekar), patahan (sesar) dan lipatan (sinklin dan antiklin).
Struktur sesar yang terjadi berupa :
Sesar mendatar : berarah barat laut-tenggara dan timur laut-barat daya,
ditafsirkan sebagai sesar geser gerus.
Sesar turun : kelurusan berarah barat-timur atau hampir utara-selatan.
b. Secara Tektonika, arah penekanan pola-pola struktural tersebut, sebagai
hasil aktivitas kegiatan penunjaman kerak Samudera Hindia-Australia yang
aktif menghujam ke arah utara terhadap kerak Benua (termasuk Pulau Jawa).
Beberapa jenis tanah yang dijumpai di wilayah Kabupaten Tulungagung yakni :
Tanah alluvial coklat kekelabuan, terdapat di Kecamatan Bandung dan Kecamatan Besuki.
Tanah alluvial coklat tua kekelabuan, terdapat di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Pakel, Campurdarat, Tulungagung, Boyolangu, Kalidawir dan
Pucanglaban.
Tanah assosiasi alluvial kelabu dan alluvial coklat kekelabuan, terdapat di Kecamatan-Kecamatan Besuki, Bandung, Pakel, Campurdarat, Gondang,
Boyolangu, Tulungagung, Kedungwaru, Ngantru, Sumbergempol, Kalidawir
dan Ngunut.
Tanah litosol, terdapat di Kecamatan Bandung, Besuki, Tanggunggunung, Kalidawir dan Boyolangu.
Tanah litosol mediteran dan resina, terdapat di Kecamatan Besuki, Tanggunggunung, Sumbergempol, Kalidawir, Pucanglaban dan Rejotangan.
Tanah regosol coklat kekelabuan, terdapat di Kecamatan Ngunut, Pucanglaban dan Rejotangan.
Tanah mediteran coklat kemerahan, terdapat di Kecamatan Gondang, Kauman, Karangrejo, Pagerwojo dan Kecamatan Sendang.
Litosol coklat kemerahan, terdapat di Kecamatan Pagerwojo dan Kecamatan Sendang.
Tanah andosol, terdapat di Kecamatan Sendang dan Kecamatan Pagerwojo.
Dilihat dari jenis tanah yang ada serta hubungannya dengan penggunaan
tanah, perlu diperhatikan sifat kimia dan fisika tanah setempat yang nantinya
dapat dipergunakan untuk meningkatkan produktivitas tanah seoptimal mungkin.
Tanah litosol dengan batuan induk kapur yang mendominasi wilayah bagian selatan
Pucanglaban. Tanah ini mempunyai kedalaman relatif dangkal karena topografi
yang bergelombang serta kemiringan tanah lebih dari 40%, maka pada daerah ini
diharapkan dilakukan penanaman dengan tanaman keras yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi sekaligus berfungsi sebagai tanaman pelindung dan zona perakaran
untuk tata air. Selain itu, tanah ini miskin kandungan unsur hara serta memiliki
kepekaan yang tinggi terhadap erosi. Untuk itu perlu ditingkatkan
pengembangan hutan jati dan tanaman palawija di daerah ini.
C. Klimatologi
Secara garis besar, Kabupaten Tulungagung mempunyai iklim tropis yang
terbagi ke dalam dua musim yaitu penghujan dan kemarau. Musim penghujan
dipengaruhi oleh angin barat (muson barat) yang jatuh pada Bulan Oktober - Maret,
dan musim kemarau (muson timur) yang jatuh pada bulan-bulan April - September.
Hal ini diperoleh berdasarkan data seri waktu yang dikumpulkan dari stasiun yang
ada di Kabupaten Tulungagung. Berikut ini adalah Tabel dan grafik yang
menggambarkan hari hujan menurut bulan di Kabupaten Tulungagung tahun
2011-2015:
Tabel 2.12 Hari Hujan menurut Kecamatan dan Bulan 2015
No. Kecamatan Jan Feb Mar Apr mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des
Jumlah
Hari
Hujan
1. Besuki 8 11 23 22 13 4 2 2 1 - 2 17 105
2. Bandung 12 13 18 20 10 - 1 - - - 2 13 89
3. Pakel 9 14 19 14 5 2 1 - - - 4 11 79
4. Campurdarat 9 14 19 14 5 2 1 - - - 4 11 79
5. Tanggunggunung 13 16 19 13 9 2 1 - - - 6 12 91
6. Kalidawir 11 16 17 16 4 - - - 1 16 81
7. Pucanglaban 11 16 17 16 4 - - - 1 16 81
8. Rejotangan 13 14 20 20 5 2 - - - - 5 15 94
9. Ngunut 6 10 12 12 3 1 - - - - 4 13 61
10. Sumbergempol 15 14 21 24 10 2 - - - - 4 20 110
11. Boyolangu 8 12 16 18 4 1 - - - - 2 12 73
No. Kecamatan Jan Feb Mar Apr mei Juni Juli Agt Sep Okt Nop Des
Jumlah
Hari
Hujan
13. Kedungwaru 15 14 21 24 10 2 - - - - 4 20 110
14. Ngantru 16 14 25 19 10 4 - - - - 7 17 112
15. Karangrejo 13 15 18 17 10 - - - 3 13 89
16. Kauman 11 12 18 16 6 2 - - - - 6 19 90
17. Gondang 11 13 21 18 8 4 - - - - 9 20 104
18. Pagerwojo 8 8 11 8 3 - - - 2 11 51
19. Sendang 14 18 22 21 11 - - - 5 21 112
Rata-rata: 2015 11 14 19 18 7 2 0 0 0 - 4 16 91
2014 20 17 9 9 4 3 6 2 0 0 12 22 105
2013 25 18 13 12 12 17 9 1 2 2 13 21 144
2012 23 15 18 10 8 1 3 1 1 6 13 21 118
2011 20 15 15 10 13 3 1 - - 2 16 16 110
Sumber: BPS Kabupaten Tulungagung
Gambar 2.7 Hari Hujan menurut Bulan 2011-2015
Dari grafik hari hujan di atas, dapat diketahui bahwa hari hujan tahun 2015
di Kabupaten Tulungagung terbesar berada di Bulan Maret dan yang terkecil
berada di Bulan Oktober. Sedangkan curah hujan terbesar ada di Bulan April dan
yang terendah ada di Bulan Oktober. Rata-rata curah hujan di Kabupaten
Tulungagung selama Tahun 2015 adalah 120 mm, ini berarti lebih rendah di
banding tahun 2014 yang sebesar 126 mm. Curah hujan dan hari hujan tidak
merata antar waktu dan antar daerah, sehingga mengakibatkan suatu keadaan
yang saling bertentangan, yaitu misalnya terjadi banjir di suatu daerah sementara di
daerah lain terjadi kekeringan pada saat yang sama. Oleh karena itu harus selalu
diwaspadai bulan-bulan yang hari hujannya banyak dan sedikit, sehingga dapat
diminimalkan terjadinya suatu bencana.
D. Hidrologi
Hampir semua kecamatan di Kabupaten Tulungagung dialiri sungai, kecuali
Kecamatan Tanggunggunung dan Pucanglaban. Jumlah sungai yang ada di
Kabupaten Tulungagung kurang lebih ada 27 sungai, yang mana ada beberapa
sungai yang melewati lebih dari 1 kecamatan. Misalnya Sungai Parit Agung
(melintasi selatan Kabupaten Tulungagung), Sungai Song (melintas barat
Kabupaten Tulungagung) dan Sungai Brantas (melintasi utara Kabupaten
Tulungagung). Sedangkan bila dilihat dari jarak rata-rata dari kecamatan ke ibukota
kabupaten yang memiliki jarak terjauh adalah Kecamatan Pucanglaban sejauh 36
Km.
Di wilayah Kabupaten Tulungagung terdapat beberapa sungai yang memiliki
aliran sepanjang tahun. Sungai-sungai tersebut memiliki daerah pengaliran yang
cukup luas dan membentuk suatu daerah aliran sungai (DAS). Kabupaten
Tulungagung termasuk dalam DAS Brantas yang beberapa sungai - sungai kecilnya
bermuara di Kali Brantas. Selain dialiri oleh sungai - sungai tersebut diatas keadaan
hidrologi Kabupaten Tulungagung juga ditentukan oleh adanya waduk, dam, mata
a. Sungai
Air permukaan merupakan air tawar yang terdapat pada sungai, saluran,
danau/ telaga, rawa, empang dan sebagainya. Secara garis besar DAS di
Kabupaten Tulungagung yaitu :
DAS Brantas
DAS Brantas di Kabupaten Tulungagung dapat dibedakan :
Sub DAS Ngrowo – Ngasinan
Sub DAS ini menempati bagian tengah Kabupaten Tulungagung dengan
pola aliran sungai yaitu Sungai Ngrowo / Parit Agung / Parit Raya sebagai
sungai orde I beserta anak percabangan sungainya baik sebagai
percabangan sungai Orde II, Orde III dan Orde IV. Anak-anak
percabangan sungai tersebut antara lain: Sungai Kalidawir, Sungai
Ngasinan, Sungai Song, Sungai Klantur, Sungai Babaan, Sungai Wudu,
Sungai Gondang, Sungai Bajalpicisan, Sungai Keboireng dan lain
sebagainya.
Sub DAS Lahar
Sub DAS ini menempati bagian Utara Kabupaten Tulungagung dengan
pola aliran sungai utama yaitu Sungai Brantas sebagai Sungai Orde I
beserta anak-anak percabangannya sebagai Orde II, Orde III dan
seterusnya. Anak-anak percabangan sungai yang dimaksud antara lain:
Sungai Catut, Sungai Boto dan lain sebagainya.
DAS Dlodo-Gedangan
Sub DAS ini di Kabupaten Tulungagung menempati bagian Selatan,
secara umum bentuk morfologinya miring. Sistem Selatan dengan pola
pengaliran maupun pengeringan sungainya mengalir dan bermuara di
Samudera Indonesia / Hindia. Sungai-sungai yang dimaksud antara lain:
Sungai Dlodo, Sungai Kerecek, Sungai Ngelo, Sungai Urang, Sungai Molang,
dan lain sebagainya.
Berdasarkan batas sistem penyebarannya berbeda antara batas
tangkapan (Catchment area) air hujannya pada sistem Sub DAS yang ada.
Khususnya pada 2 Sub DAS yaitu pada sistem Sub DAS Ngrowo – Ngasinan
ekosistemnya yang mempengaruhi mencakup 3 wilayah Kabupaten yaitu
Tulungagung, Trenggalek dan Ponorogo. Sedang pada Sistem Sub DAS
lahar pengaruh ekosistemnya mencakup 3 wilayah Kabupaten yaitu
Tulungagung, Blitar dan Kediri.
Berdasarkan kenampakan karakteristik fisiknya pada Sistem DAS –
Sub DAS di Kabupaten Tulungagung, secara umum dapat dibedakan menjadi
daerah bagian hulu dan daerah bagian hilir. Daerah bagian hulu di Kabupaten
Tulungagung menempati kawasan perbukitan/ pegunungan dan lereng
Tenggara Gunung Wilis. Kawasan ini mempunyai peranan embung/bendung,
waduk, tandon air dan lain sebagainya. Sedangkan pada bagian daerah hilir,
secara umum menempati daerah dataran rendah/daerah muara sungai yang
merupakan daerah pemanfaatan dan penataan air oleh aktivitas kegiatan
manusia.
Potensi air di sini sangat besar peranannya dimanfaatkan secara
optimal untuk memenuhi kebutuhan/keperluan irigasi, penyediaan air baku
untuk minum, industri, perikanan dan lain sebagainya. Disamping
pemanfaatan tersebut dalam rangka penataan air banyak dilaksanakan
program/kegiatan pembangunan seperti pengembangan jaringan irigasi,
pekerjaan normalisasi saluran, pembuatan tanggul sungai, pembuatan
pelengsengan dan lain sebagainya.
Tabel 2.13 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Tulungagung
No. Kecamatan Nama Sungai Panjang (Km)
Debit
(m3/dtk)
1. Besuki Kebo Ireng 10,00 7,23
Karangtuwo (Batas) -
-Parit Raya 3,00 227,87
Parit Agung 1,80 215,1
2. Bandung Parit Agung 3,30 215,1
No. Kecamatan Nama Sungai Panjang (Km)
Debit
(m3/dtk)
Parit Raya 7,00 1,81
3. Pakel Parit Agung 4,40 227,87
Ngasinan Lama 5,50 215,1
4. Campurdarat Tlogo Buret 5,20 1,68
Parit Agung 7,50 2,92
5. Tanggunggunung - - 215,1
6. Kalidawir Kalidawir 20,50
-7. Pucanglaban - - 48,7
8. Rejotangan Rowo Remang 15,00
-Kali Brantas 8,50 4,03
Kali Kandung 6,15 328,49
9. Ngunut Kali Brantas 7,15 7,84
10. Sumbergempol Kali Brantas 2,75 328,49
Kalidawir 7,10 328,49
11. Boyolangu Kalidawir 9,40 48,7
Parit Agung 6,80 48.7
12. Tulungagung Parit Agung 7,00 215,1
Kali Jenes 3,50 215,1
Song 1,50 5
13. Kedungwaru Kali Brantas (batas
wilayah) - 11,33
Ngrowo 6,00
-Parit Agung 2,00 177,2
Wudu 2,50
-Kali Jenes 2,50 20,4
14. Ngantru Kali Brantas 18,85 5
Boto 33,00 328,49
15. Karangrejo Kali Brantas (batas) - 24,95
Catut 6,00
-Klantur 10,50 10,16
Babaan 5,60 31,37
Bajal Picisan 7,25 44,88
No. Kecamatan Nama Sungai Panjang (Km)
Debit
(m3/dtk)
16. Kauman Song 10,70
-Wudu 10,90 11,33
17. Gondang Ngasinan Kanal 4,25 20,4
Blendis 14,00 1,68
Sengon 12,55 0,7
Gondang 11,40 10,3
18. Pagerwojo Song 30,30 18,12
Gondang/ Bodeng 18,60 11,33
19. Sendang Babaan 17,40 18,12
Bajal Picisan 13,00 44,88
Klantur 16,00 28,91
Catut 8,00 31,37
Sumber: BPS Kabupaten Tulungagung
2.4.4 Data Risiko Bencana Alam
Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak
besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam yang terjadi di Kabupaten
Tulungagung sampai dengan bulan Juli Tahun 2016 meliputi hujan deras diikuti
angin kencang, hujan deras, hujan terus menerus, banjir, rumah roboh, tanah
longsor, angin puting beliung, gelombang air laut dan air pasang (ROB).
Tabel 2.14 Data Akibat Bencana di Kabupaten Tulungagung Tahun 2016
No. Jenis Bencana Jumlah Kejadian
Data Kerusakan
Jenis Sarana Kondisi RB* RS** RR*** 1. Hujan deras diikuti ngin
kencang
12 Rumah 9
Kandang 1
2. Hujan deras 11 Lahan/ rumah 1
Jalan/ rumah 1
Tanggul 4
Lahan pertanian 1
rumah 3
No. Jenis Bencana Jumlah
4. Banjir 4 Kupingan jembatan
ambrol
1
Rumah/ pekarangan 230
Rumah dan sawah 51
5. Rumah roboh 1 Rumah/ pekarangan 1
6. Tanah Longsor 9 Rumah/ pekarangan 3
Akses jalan 1
Tebing jalan 1
Badan jalan 3
7. Angin Puting Beliung 5 Rumah/ pekarangan 12
8. Gelombang air laut 1 Rumah 1
9. Air pasang (ROB) 1
Keterangan: * Rusak berat ** Rusak sedang *** Rusak ringan
Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tulungagung
Upaya yang dilakukan dalam rangka menanggulangi bencana tersebut
adalah dengan melaksanakan kerja bakti dengan masyarakat dan Muspika
setempat serta melaporkan kejadian kepada BNPB, BPBD Propinsi Jawa Timur,
Bupati Tulungagung dan pemberian bantuan yang diperlukan antara lain asbes/
genteng, sembako, nasi bungkus, paket sandang, selimut dan sarung, karung
plastik
2.4.5 Isu-isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
(Antara lain capaian pelayanan dan kualitas)
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional III Tahun 2015-2019, sasaran
pembangunan kawasan permukiman adalah pengentasan permukiman kumuh
perkotaan menjadi 0%, tercapainya 100% pelayanan air minum bagi seluruh
penduduk indonesia dan meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak
tersebut dinamai dengan “Gerakan 100-0-100”. Isu inilah yang diangkat sebagai isu
strategis terkait pembangunan infrastruktur bidang cipta karya di Kabupaten
Tulungagung.
Guna merealisasikan target tersebut di atas tentu diperlukan kolaborasi dan
dukungan semua pihak untuk pencapaianannya. Tujuan akhir dari kolaborasi adalah
akselerasi program perumahan dan kawasan permukiman untuk pencapaian target
100-0-100. Kita semua sadar kalau untuk mewujudkan gerakan 100-0-100 tersebut
bukanlah hal mudah. Perlu upaya yang keras dan kolaborasi semua pihak yaitu
pemerintah Provinsi Jawa Timur, pemerintah Kabupaten Tulungagung, masyarakat,
swasta dan kelompok peduli lain, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan,
implementasi dan evaluasi program.
Upaya percepatan penanganan permukiman kumuh secara kolaboratif
tersebut harus dilakukan dengan pendekatan partisipatif yang mempertemukan
perencanaan makro (top-down) dan perencanaan mikro (bottom-up) dengan
memposisikan masyarakat sebagai subyek pembangunan dan pengambil
keputusan final. Upaya percepatan penanganan tersebut juga harus mampu
membangun kolaborasi antar sektor dan antar aktor, dimana warna sektor hilang
sehingga terwujud keterlibatan multisektor, multi aktor dan multi program dan tidak
hanya bersifat sementara atauad hoc.
Hal ini juga mengacu pada target dari UN Habitat yang mencanangkan kota
di abad 21 perlu menjadi kota yang "pintar". Yakni, kota yang fokus pada manusia
dan dapat memadukan berbagai aspek kesejahteraan (UN Habitat, 2014). Target
100-0-100 ini cukup menarik, karena yang disasar bukan semata- mataoutput-nya,
tetapi jugaoutcomeyang timbul dari adanya program tersebut.
A. Akses Pelayanan Air Minum
Ketersediaan air minum ini menjadi salah satu penentu dalam peningkatan
kesehatan, kesejahteraan, dan produktivitas masyarakat dalam bidang ekonomi.
Oleh karena itu, penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu
kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah. Pada awalnya, pengembangan
demikian sejalan dengan upaya pelaksanaan desentralisasi dan perkembangan
sosial politik dalam negeri, maka penyelenggaraan Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM) menjadi kewenangan wajib pemerintah daerah. Dengan
ditetapkannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, kewenangan
wajib tersebut lebih ditegaskan lagi dan dalam pelaksanaannya pemerintah pusat
dapat memfasilitasi/ membantu pengembangan SPAM khususnya dalam rangka
pengamanan (safeguard) pencapaian sasaran nasional dan pengendalian
pelaksanaan untuk perwujudan standar pelayanan minimal.
Isu dan masalah strategis terkait penyediaan air minum yang ada saat ini
cukup rumit, namun kesemuanya itu harus dilihat sebagai suatu tantangan untuk
mencapai target pelayanan air minum sesuai kesepakatan MDG’s 2015. Roadmap
air minum Kabupaten Tulungagung Tahun 2016 sebanyak 413.367 jiwa atau 25%,
Tahun 2017 sebanyak 483.198 jiwa atau 45%, Tahun 2018 sebanyak 570.868 jiwa
atau 70%, Tahun 2019 sebanyak 659.860 jiwa atau 95%. Berdasarkan SPM Bidang
Cipta Karya tahun 2015 Kabupaten Tulungagung diketahui bahwa capaian
pelayanan air minum baik di wilayah perkotaan maupun di wilayah pedesaan telah
mencapai 813.998 jiwa atau sebesar 80,12%.
B. Pengurangan Kawasan Kumuh
Roadmap pengembangan permukiman Kabupaten Tulungagung Tahun
2016 seluas 20,5 Ha atau 13.66%, Tahun 2017 sebanyak 72,88 Ha atau 48,57%,
Tahun 2018 sebanyak 112,17 Ha atau 74,76%, Tahun 2019 sebanyak 150,05 Ha
atau 100%. Berdasarkan SPM Bidang Cipta Karya tahun 2015 luas kawasan kumuh
yang tertangani pada tahun 2015 mencapai 20.5 Ha atau sebesar 13.66%.
C. Akses Sanitasi layak
Roadmap penyehatan lingkungan permukiman Kabupaten Tulungagung
terdiri atas air limbah, persampahan dan drainase. Roadmap air limbah Tahun 2016
sebanyak 949.077 jiwa atau 92,21%, Tahun 2017 sebanyak 982.720 jiwa atau
94,86%, Tahun 2018 sebanyak 1.016.784 jiwa atau 97,51%, Tahun 2019 sebanyak
jiwa atau 75,35%, Tahun 2017 sebanyak 50.796 jiwa atau 76,35%, Tahun 2018
sebanyak 52.221 jiwa atau 78,25%, Tahun 2019 sebanyak 53.588 jiwa atau
80,05%. Roadmap drainase Tahun 2016 sebanyak 56.608 jiwa atau 85,35%, Tahun
2017 sebanyak 60.243 jiwa atau 90,55%, Tahun 2018 sebanyak 64.300 jiwa atau
96,35%, Tahun 2019 sebanyak 66.943 jiwa atau 100%.
Di wilayah perkotaan Tulungagung, pada tahun 2015 capaian pelayanan
sistem air limbah sebesar 60.364 jiwa atau 91.58%, capaian pelayanan sistem
persampahan sebesar 48.309 jiwa atau sebesar 73.29% dan capaian pelayanan