UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISW A MELALUI
PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR
(Tinjauan pada Siswa Kelas IV MI Nurul Huda Krandon Lor 02 Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh:
A H M A D S H 0 L E H
N IM : 11408169
JURUSAN TARBIYAH
ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR ( TINJAUAN PADA SISWA KELAS IV MI NURUL HUDA KRANDONLOR 02 KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 )
Didalam proses pembelajaran, salah satu hal yang sangat berperan terhadap keberhasilan proses belajar mengajar adalah motivasi belajar siswa. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Oleh karenanya seorang guru hendaklah bisa mengembangkan motivasi belajar pada diri siswa.
Menyadari hal tersebut, maka peneliti berusaha mengkaji masalah yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa. Permasalahan yang dikaji adalah sebagai berikut:
“Apakah melalui pembentukan kelompok belajar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV MI NuruI Huda Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Palajaran 2009/2010 ?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah melalui pembentukan kelompok belajar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV MI NuruI Huda Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kebupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010.
Subjek penelitian ini adalah motivasi belajar siswa yang indkatomya meliputi keaktifan siswa, keseriusan belajar siswa dan antusias siswa dalam belajar. Subjek selajutnya adalah prestasi belajar siswa sebagai akibat dari tingginya motivasi belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus, dan setiap siklus terdiri atas 4 tahap yaitu tahap perencanaan,pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebelum pelaksanaan tiap siklus terlebih dahulu dilaksanakan tahap pra siklus sebagai pengamatan awal.
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh prosentase hasil penelitian, bahwa pada pada tahap siklus I prosentase motivasi belajar tinggi ( 46,67 %
D EPA R TEM EN A G A M A
SEKOLAH TNGGI A G A M A ISLAM NEGERI ( STAIN ) J Lstadion 03 telp ( 0298) 323706,323433 salatiga
Website : www.stainsalatiga .ac.id E-mail:administrasi @stainsalatiga.ac.i
DEKLARASI
Bismillahirrahmanirrohiim
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak pernah berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau
pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran
orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain, diluar referensi yang penulis cantumkan, maka peneliti sanggup
mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini, dihadapan sidang
munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 30 Juli 2010
DEPARTEM EN A G A M A
SEKOLAH TNGGI A G A M A ISLAM NEGERI ( STAIN )
Jl.stadion 03 telp ( 0298 ) 323706,323433 salatiga JVebsitejjvw w ^stainsalatig^
H.Sidqon Maesur,Lc,MA
DOSEN STAIN SALATIGA
NOTA PEMBIMBING
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini
kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : AHMAD SHOLEH
NIM : 11408169
Jurusan : Tarbiyah
Judul : UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
MELALUI PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR ( TINJAUAN PADA SISWA KELAS IV MI NURUL HUDA
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, Faks. 323433 Salatiga 5 0 7 2 1
http://www.stainsalatiga.ac.id e-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi saudara : AHMAD SHOLEH dengan Nomor Induk Mahasiswa :
11408169 yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR
( TINJAUAN ) PADA SISWA KELAS IV MI NURUL HUDA
KRANDONLOR 02 KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 )” telah dimunaqosyahkan dalam sidang panitia ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari Sabtu tanggal
28 Agustus 2010 M. Yang bertepatan dengan tanggal 18 Ramadhan 1431 H. Dan telah diterima sebagai sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar
sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
Salatiga. 28 Agustus 2010 M. 18 Ramadhan 1431 H.
PANITIA
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Is IP. 196612252000031002
H/Sidgoiyt VlaesurXc.MA NIP : 196307221998031001
MOTTO
> Apa yang kita lakukan pada orang lain tidak peduli baik atau buruk,
sesungguhnya akan kembali pada diri kita sendiri.
> Allah memberi kebebasan pada makhluknya untuk memilih segala
keinginannya, menempuh jalan baik atau buruk, namun satu hal yang
harus diingat, bahwa segala keinginan pasti ada konsekuansinya.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan kepada :
❖ Isteri dan anakku tercinta yang telah mendukung kuliah saya dan pembuatan
skripsi ini, yang selama ini telah merelakan segala sesuatu demi selesainya
kuliah dan skripsi ini.
❖ Ayah ibu tercinta yang telah mendoakan dan memberikan semangat untuk
segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
❖ Adik-adikku yang selama ini memberi semangat dan memperjuangkan segala
keperluan bagi terselesaikannya kuliah dan penyusunan skripsi ini.
❖ Para guru Ml Nurul Huda Krandonlor 02 yang selalu memberikan support,
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah
memberi kenikmatan dan hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini, yang mengambil judul: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR ( TINJAUAN PADA SISWA KELAS IV MI NURUL HUDA KRANDONLOR 02 KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 )”.
Sholawat serta salam, semoga tetap tercurahkan kepada beliau Nabi
Muhammmad SAW., nabi yang diberi hak untuk memberikan syafaatnya pada
hari kiamat. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat
sebagaiamana persyaratan yang harus penyusun penuhi untuk mendapatkan gelar
S 1 di Jurusan Pendidikan Agama Islam ( PAI ), Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri ( STAIN ) Salatiga. Penyusun menyadari bahwa terselesaikan skripsi ini
merupakan karunia Allah yang tiada terkira, serta atas bimbingan dan bantuan dari
semua pihak. Untuk itulah maka, dengan segala kerendahan hati, penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Imam Sutomo,M.Ag. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
Neoeri ( STAIN ) Salatiga.
2. Bapak H.Sidqon Maesur,Lc.MA selaku dosen pembimbing yang dengan
penuh kesabaran selalu memberikan bimbingan dan pengarahan serta
senantiasa sabar meneliti dan mengoreksi penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Siti Muslimah selaku Kepala MI Nurul Huda Krandonlor 02 Kecamatan
Suruh Kabupaten Semarang yang telah memberikan ijin bagi penelitian skripsi
ini dan menyediakan fasilitasnya yang dibutuhkan.
4. Isteri dan anakku tercinta yang telah mendukung kuliah saya dan pembuatan
skripsi ini, yang selama ini telah merelakan segala sesuatu demi selesainya
kuliah dan penyusunan skripsi ini.
5. Ayah ibu tercinta yang telah mendoakan dan memberikan semangat untuk
6. Adik-adikku yang selama ini memberi semangat dan memperjuangkan segala
keperluan bagi terselesaikannya kuliah dan penyusunan skripsi ini.
7. Para guru MI Nurul Huda Krandonlor 02 yang selalu memberikan support,
sehingga per.yusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Dengan iringan do’a yang tulus, penyusun berharap semoga amal kebaikan
pihak-pihak yang tersebut diatas yang membantu terselesaikanya penyusunan
skripsi ini, mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT., dan selalu dalam
lindungan serta kasih sayang-Nya. Begitu juga dengan skripsi ini, semoga
memberikan manfaat, khususnya bagi penyusun, serta bagi para pendidik lain
pada umumnya, serta memberikan sumbangan positif dalam kegiatan belajar
mengajar yang lebih baik.
Salatiga, 30 Juli 2010
Penyusun
DAFTAR ISI
C. TUJUAN PENELITIAN... 7
D. HIPOTESIS... 8
E. KEGUNAAN PENELITIAN... 8
F. DEFINISI OPERASIONAL/DEFINIS1 ISTILAH... 9
G. METODE PENELITIAN... 12
H. JADWAL PENELITIAN... 16
I. S1STIMATIKA PENULISAN SKRIPSI... 16
BAB II.LANDASAN TEORI A. PENGERTIAN BELAJAR... 18
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR... 23
C. PENGERTIAN GURU... 27
D. TUGAS UTAMA GURU DAN SISWA... 29
E. PENGERTIAN MENGAJAR... 29
F. PENGERTIAN BELAJAR MENGAJAR... 30
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR MENGAJAR... 31
J. PENTINGNYA MOTIVASI BELAJAR BAGI SISWA... 39
K. PENTINGNYA MOTIVASI BELAJAR BAGI GURU... 40
L. PENTINGNYA MOTIVASI DALAM PROSES BELAJAR.... 41
M. JENIS - JENIS MOTIVASI... 42
N. FUNGSI MOTIVASI... 43
O. PRINSIP-PRINSIP MOTIVASI... 43
P. NILAI MOTIVASI DALAM PENGAJARAN... 47
Q. UNSUR-UNSUR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR... 48
R. UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR... 49
S. INDIKATOR SISWA YANG MEMILIKI MOTIVASI BELAJAR... 50
T. PENGERTIAN KELOMPOK BELAJAR... 50
U. MANFAAT BELAJAR BERSAMA DALAM KELOMPOK... 51
V. BENTUK-BENTUK BELAJAR BERSAMA DALAM KELOMPOK 1. Belajar Secara Berpasangan... 52
2. Kelompok Belajar Mandiri... 52
3. Belajar Bersama Secara Berkelompok... 53
D. KEADAAN GURU MI NURUL HUDA
KRANDONLOR 02... 62
E. DATA KEADAAN SISWA... 62
F. STRUKTUR ORGANISASI Ml NURUL HUDA KRANDONLOR 02... 63
G. DENAH LOKASI MI NURUL HUDA KRANDONLOR 02... 63
H. GAMBARAN PELAKSANAAN PENELITIAN L Tahap Pra Siklus... 64
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan... 65
b. Pelaksanaan... 65
c. Pengamatan/Pengumpulan Data... 66
d. Refleksi... 66
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan... 67
b. Pelaksanaan... 68
c. Pengamatan/Pengumpulan Data... 68
d. Refleksi... 69
4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III a. Perencanaan... 69
b. Pelaksanaan... 70
c. Pengamatan/Pengumpulan Data... 71
d. Refleksi... 72
BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN PERSIKLUS A. TAHAP PRA SIKLUS... 73
B. SIKLUS I 1. Perencanaan... 74
2. Pelaksanaan... 75
C. SIKLUS II
1. Perencanaan... 78
2. Pelaksanaan... 78
3. Pengamatan/P-ngumpulan Data... 80
4. Refleksi... 80
D. SIKLUS III 1. Perencanaan... 81
2. Pelaksanaan... 82
3. Pengamatan/Pengumpulan Data... 84
4. Refleksi... 84
BAB. V PENUTUP A. KESIMPULAN... 85
B. SARAN 1. Saran Untuk Guru... 85
2. Saran Untuk Siswa... 86
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BABI PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator, sehingga
siswa dapat belajar atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya
secara optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat atau swasta.( Suparlan, 2005,12 dan 13 ).
Menurut Peters (1989) ada Tiga tugas dan tanggung jawab dari seorang
guru yakni Guru sebagai pengajar, Guru sebagai pembimbing, Guru sebagai
Administrator Kelas. ( Isjoni, 2006, 16 )
Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar. ( Hasibuan, Moedjiono, 1985, 3). Sistem lingkungan
itu adalah tujuan instruksional materi, dan subjek belajar ( siswa ), jenis
kegiatan yang dilakukan, serta sarana prasarana penunjang didalam kegiatan
belajar mengajar.
Pengertian “ mengajar ” secara konvensional adalah menyampaikan
ilmu pengetahuan pada siswa. Kegiatan pengajaran adalah mencoba
menyampaikan ilmu pada siswa. Siswa diibaratkan seperti guji yang kosong,
sedangkan guru bertugas mengisi guji itu sepenuh-penuhnya. Pengertian
mengajar tersebut menempatkan siswa sebagai objek. Siswa berfungsi sebagai
penerima apa yang disampaikan oleh guru. Guru lebih aktif dan lebih
Pandangan yang muncul kemudian, mengenai mengajar sebagai kritik
atas pandangan konvensional yaitu bahwa mengajar harus dilihat dari sudut
siswa. Mengajar lebih diorientasikan untuk memberi kegiatan secara optimal
pada siswa. Maka definisi mengajar adalah membimbing siswa bagaimana
harus belajar. Mengajar berarti mengatur dan menciptakan kondisi yang
terdapat di lingkungan siswa sehingga dapat menumbuhkan minat siswa untuk
melakukan kegiatan belajar. ( Sudjana, 1998, dalam Harsanto, 2007, 86 - 87 ).
Guru didalam kegiatan belajar mengajar berperan sebagai fasilitator. Artinya
guru bertugas mengatur dan menciptakan kondisi yang terdapat dilingkungan
siswa sehingga siswa mampu mengoptimalkan kegiatannya dalam proses
belajar mengajar.
Proses belajar merupakan proses yang komplek sifatnya. Kekomplekan
ini disebabkan banyaknya unsur yang berpengaruh dalam kegiatan tersebut.
Dari ilustrasi anak ayam dengan induknya, terlihat faktor yang berpengaruh
disana, yaitu induk ayam, anak ayam, untuk apa induk ayam membelajarkan
anaknya. Demikian juga halnya didalam proses belajar mengajar, guru
merupakan faktor yang berpengaruh disamping faktor murid, tujuan, kondisi
atau situasi yang terlibat langsung bagi terjadinya proses belajar, termasuk
sarana belajar. ( Supamo, Sahlan, Efendi, 1998, 12 ).
Tujuan mengajar ialah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki
dalam tingkah laku seorang pelajar, dengan kata lain, pengajaran dapat
membuat seorang pelajar menjadi orang yang lain, dalam hal apa yang dapat
seorang guru atau instruktur dengan menggunakan strategi mengajar untuk
mencapai tujuan-tujuannya. Memang, ada kecenderungan untuk menganggap
persoalan pengajaran, hanya sebagai suatu persoalan yang berasal dari suatu
problema yang lebih luas. Kadang-kadang, jika ada waktu, metode dibantu
dengan alat audiovisual, dengan maksud untuk meningkatkan kesan hebat dari
penyajian. ( Davies, 1986, 120 ).
Faktor yang sangat penting dalam proses belajar adalah murid atau
subjek belajar. Sebagai subjek belajar, murid memiliki kapasitas yang unik, la
memiliki kapasitas mental yang berbeda untuk mencapai pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diharapkan oleh guru. Keunikan lain yang ada
pada siswa ialah mereka memiliki bakat dan intelegensi yang berbeda. (
Supamo, Sahlan, Efendi, 1998, 13 ). Perbedaan bakat dan intelegensi siswa
itulah yang juga mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar. Siswa
yang memiliki bakat dan intelegensi tinggi dan didukung pembelajaran yang
baik, serta sarana prasarana penunjang, maka prestasi belajarnya akan sangat
memuaskan. Namun, tidak jarang juga seorang guru menemukan siswa yang
sebenarnya berbakat terhadap suatu bidang pembelajaran dan intelegensinya
yang juga tinggi, tetapi justru nilainya jauh tertinggal dari teman-temannya.
Masalah lainnya didalam proses belajar mengajar yang biasa ditemui
yaitu :
1. Lebih dari 25 % jumlah siswa kelas 4, prestasi belajarnya tergolong
3. Banyak siswa yang asik bercerita sendiri atau mencari kesibukan lain
ketika sedang terjadi proses pembelajaran.
4. Banyak siswa yang sering keluar masuk kelas saat proses pembelajaran
berlangsung.
5. Tidak terjadi peningkatan prestasi belajar atau justru terjadi penurunan
prestasi belajar.
6. Sering dijumpai siswa yang tidak siap ketika akan diadakan evaluasi
pembelajaran ( ulangan harian ).
7. Siswa sering tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan
baik.
8. Banyak siswa yang prestasinya sangat tinggi, tetapi tidak sedikit siswa
yang prestasinya jauh tertinggal.
Berbagai masalah tersebut bukanlah hal yang baru didalam proses
belajar mengajar. Namun, masalah tersebut jika tidak segera diatasi akan
menjadi masalah yang besar, yang dapat menghambat keberhasilan suatu
proses belajar mengajar.
Salah satu sebab timbulnya masalah tersebut karena kurangnya motivasi
siswa dalam belajar. Dengan kurangnya motivasi siswa dalam belajar, maka
minat untuk belajar seorang siswa akan menurun, sehingga prestasi belajar
siswa menjadi rendah. Kurangnya motivasi menyebabkan siswa menjadi
kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa terlihat pasif dan
enggan mengikuti proses pembelajaran. Sehingga dapat dipastikan bahwa
Akibat lain dari rendahnya motivasi siswa dalam belajar, siswa tidak
berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru, tetapi justru mencari kesibukan
lain seperti berbicara sendiri dengan temannya atau mengantuk, bahkan ada
juga yang asik bermain.
Tidak jarang juga, siswa yang terlihat keluar masuk kelas saat proses
pembelajaran berlangsung. Keadaan ini bisa mengurangi konsentrasi siswa
yang lain di dalam proses pembelajaran. Akibat selanjutnya dari rendahnya
motivasi belajar yaitu sering dijumpai siswa yang tidak belajar ketika akan
diadakan evaluasi ( ulangan harian ), sehingga prestasinya menjadi menurun.
Keadaan ini bisa mengganggu jalannya suatu proses pembelajaran, karena
belum tercapainya ketuntasan belajar, sehingga proses pembelajaran belum
bisa dilanjutkan pada materi berikutnya.
Masalah yang selanjutnya akibat dari rendahnya motivasi siswa dalam
belajar adalah sering dijumpai siswa yang sering tidak mengerjakan tugas
yang diberikan guru atau mengerjakan tetapi karena tidak sungguh-sungguh
sehingga hasilnya terlihat tidak memuaskan. Kurangnya motivasi membuat
siswa enggan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh seorang guru
dengan baik.
Akibat dari kurangnya motivasi siswa dalam belajar selanjutnya adalah
tidak jarang ditemui siswa yang nilainya jauh tertinggal dari teman-temannya.
Kurangnya motivasi belajar, berarti kurangnya minat siswa untuk mempelajari
Sehingga setiap guru hendaklah mampu meningkatkan motivasi belajar siswa
demi tercapainya keberhasilan proses belajar mengajar. Banyak cara yang
dapat dilakukan oleh guru, untuk membangkitkan motivasi siswa dalam proses
belajar mengajar. Salah satunya yaitu melalui pembentukan kelompok belajar,
yang dilakukan didalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran
dapat menggairahkan motivasi siswa dalam belajar.
Keadaan tersebut, juga terjadi pada siswa kelas IV MI Nurul Huda
Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Sehingga penulis
tergerak untuk mencoba melakukan sebuah penelitian tentang bagaimana
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Penelitian ini berjudul:
“UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR ( TINJAUAN PADA SISWA KELAS IV MI NURUL HUDA KRANDONLOR 02
KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN
PELAJARAN 2009/2010 )
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti dapat merumuskan
permasalahan di dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengatasi rendahnya motivasi belajar siswa kelas 4
MI Nurul Huda Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang
'
2. Bagaimana cara mengatasi Lebih dari 25 % jumlah siswa kelas 4 nilai
prestasi belajarnya tidak mencapai ketuntasan belajar, atau dibawah
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang telah ditentukan ?.
3. Bagaimana cara meningkatkan nilai prestasi siswa kelas 4 yang jauh
tertinggal dari nilai teman-temannya yang lain?.
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan yang timbul , maka penelitian tindakan
kelas ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apakah melalui pembentukan kelompok belajar dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV Ml Nurul Huda
Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kebupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2009/2010.
2. Mengetahui apakah melalui pembentukan kelompok belajar dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV MI Nurul Huda
Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kebupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2009/2010 yang nilainya tidak mencapai KKM.
3. Mengetahui apakah melalui pembentukan kelompok belajar dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV MI Nurul Huda
Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kebupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2009/2010 yang nilainya jauh tertinggal dari teman-
D. HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : >
1. Dengan pembentukan kelompok belajar akan terjadi peningkatan
motivasi belajar siswa kelas IV Ml Nurul Huda Krandonlor 02
Kecamatan Suruh Kebupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Dengan pembentukan kelompok belajar akan terjadi peningkatan
prestasi belajar siswa kelas IV MI Nurul Huda Krandonlor 02
Kecamatan Suruh Kebupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010
yang nilainya tidak mencapai KKM.
3. Dengan pembentukan kelompok belajar akan terjadi peningkatan
prestasi belajar siswa kelas IV MI Nurul Huda Krandonlor 02
Kecamatan Suruh Kebupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010
yang nilainya jauh tertinggal dari teman-temannya yang lain.
E. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi siswa yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya
akan terjadi pula peningkatan prestasi belajar siswa.
2. Bagi guru yaitu tercapainya keberhasilan proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru.
3. Bagi sekolah yaitu memberikan masukan bagi sekolah terhadap
F. DEFINISI OPERASIONAL/DEFINISI ISTILAH
Suatu istilah sering kali menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka
untuk menghindari hal itu, perlu penulis jelaskan mengenai beberapa istilah
dalam judul penelitian ini :
1. Upaya
Yaitu usaha;ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan
persoalan, mencari jalaan keluar, dsb ). ( 2007, 1250 ).
2. Meningkatkan
Menurut kamus Bahasa Indonesia kata ’’meningkatkan” berarti
menaikkan; mempertinggi; memperhebat. ( Poerwodarminto, 2006, 1280
). Bardasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud dengan kata
’’meningkatkan” dalam penelitian ini menurut penulis adalah membuat
menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
3. Motivasi Belajar
Motivasi ialah kekuatan tersembunyi didalam diri kita yang
mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. (
Davies, 1987,214).
Menurut kamus Bahasa Indonesia kata motivasi berarti
kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak
sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga berarti
usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak
Menurut Witherington ( 1952 h. 165 ) ’’Belajar adalah merupakan
perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola
respon yang baru, yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan, dan kecakapan. ” ( Sukmadinata, 2004, 155 ).
Menurut Hilgard ( 1962 h.252 ) ” Belajar adalah suatu proses dimana
suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu
situasi ( Sukmadinata, 2004, 156 ).
Menurut Divesta and Thompson ( 1970 h.l 12 ) menyatakan ” Belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari
pengalaman”. ( Sukmadinata, 2004, 156 ).
Menurut Gage and Berleiner ( 1970 h.256 ) ” Belajar adalah suatu
proses tingkah laku yang muncul karena pengalaman.” ( Sukmadinata,
2004, 156).
Menurut Hilgard ( 1983 h.630 ) ” Belajar dapat dirumuskan sebagai
perubahan perilaku yang relatif permanen, yang terjadi karena
pengalaman.” ( Sukmadinata, 2004, 156 ).
Definisi diatas adalah definisi menurut para pakar pendidikan.
Berdasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud motivasi belajar dalam
penelitian ini, adalah kemauan siswa untuk belajar tanpa adanya paksaan
dari pihak lain, artinya siswa berkemauan untuk belajar atau mengerjakan
tugas-tugas sekolah yang menjadi tanggungannya, karena ada faktor yang
3. Siswa
Yang dimaksud dengan siswa disini yaitu anak atau seseorang yang
sedang belajar atau berguru di sekolah tertentu, yang terikat pada aturan
sekolah tersebut.
4. Pembentukan
Yang dimaksud dengan kata "pembentukan” dalam penelitian ini
yaitu suatu usaha pengorganisasian.
5. Kelompok Belajar
Yang dimaksud dengan ’’kelompok belajar” dalam penelitian ini
adalah kumpulan dari beberapa siswa yang sengaja dibentuk oleh guru,
yang ditujukan untuk tujuan pembelajaran, dimana setiap kelompok terdiri
dari siswa yang berkemampuan heterogen, diharapkan agar siswa yang
mempunyai kemampuan dan kemauan rendah dalam belajar mendapat
bimbingan dari siswa yang mempunyai kemampuan dan kemauan tinggi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembentukan kelompok belajar ini
yaitu :
a. Dibentuk dengan mempertimbangkan latar belakang jenis kelamin,
sosio ekonomi, agama dan sebagainya.
b. Mempertimbangkan kemampuan siswa, artinya pengelompokan siswa
dilakukan dengan mencampurkan siswa yang mempunyai kemampuan
/ kemauan rendah dengan siswa yang mempunyai kemampuan /
c. Penggunaan metode tutor sebaya yaitu salah satu anggota kelompok
belajar yang berkemampuan dan berkemauan tinggi, ditunjuk sebagai
tutor kelompok untuk membimbing anggota kelompok yang lain dalam
pengerjaan tugas.
d. Penggunaan metode penugasan ( resitasi). Metode resitasi disebut juga
metode pekerjaan rumah, karena siswa diberi tugas-tugas khusus diluar
jam pelajaran. ( Usman, 2010, 47 ).
G. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Dilihat dari teknik samplingnya penelitian ini adalah penelitian
populasi karena keseluruhan objek menjadi sampel penelitian.
b. Dilihat dari timbulnya variabelnya penelitian ini adalah penelitian
eksperimental, karena penelitian ini mencoba menerapkan strategi
pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Dilihat dari pola-pola atau sifat penelitian, penelitian ini adalah
penelitian tindakan ( action research). ( Suharsimi, 2006, 82 ).
2. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap
siklus yang dilaksanakan terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan sesuai
terlebih dahulu dilaksanakan pengamatan proses pembelajaran, yang
disebut dengan tahap prasiklus. Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi
masalah-masalah yang timbul selama proses pembelajaran, yakni yang
berhubungan dengan motivasi belajar siswa.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV Ml Nurul
Huda Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2009/2010. Variabel yang hendak diteliti yaitu motivasi belajar
siswa ketika disekolah. Indikator yang diteliti yaitu sebagai berikut:
a. Antusias siswa dalam proses belajar mengajar;
b. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar;
c. Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas dari guru yang dibuktikan
dengan hasil penugasan;
d. Tercapai ketuntasan belajar mengajar siswa yang dibuktikan dengan
daftar nilai hasil evaluasi.
4. Langkah-langkah Penelitian a. Tahap Prasiklus
Yaitu mengamati proses pembelajaran dan mengidentifikasi motivasi
belajar siswa dengan memperhatikan variabel yang akan diteliti.
b. Perencanaan
Yaitu sesuatu yang harus dipersiapkan, sebelum penelitian dilakukan.
2) Mempersiapkan perangkat pembelajaran.
3) Membuat desain alat evaluasi.
c. Pelaksanaan Tindakan
Yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar sebagaimana telah
direncanakan.
d. Observasi
Yaitu melakukan pengamatan terhadap tindakan dengan menggunakan
lembar observasi.
e. Refleksi
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan menganalisis hasil observasi yang
diharapkan mampu menunjukkan kelemahan untuk diperbaiki pada
siklus berikutnya.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan daiam pelaksanaan penelitian ini adalah :
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
b. Journal atau rencana harian.
c. Daftar nilai siswa.
d. Lembar observasi.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Metode Observasi ( observation )
Metode Observasi ( observation ) atau pengamatan merupakan suatu
teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala
sekolah yang sedang memberi pengarahan, personil bidang
kepegawaian yang sedang rapat. ( Sukmadinata, 2008, 220 ). Metode
ini digunakan oleh penulis untuk memperoleh data tentang letak
geografis, sarana dan prasarana di Ml Nurul Huda Krandonlor 02
Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.
b. Studi Dokumenter ( dokumentaiy study )
Studi Dokumenter ( dokumentary study ) merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisa dokumen-
dokumen, baik dokumen yang tertulis, gambar, maupun elektronik.
Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan
dan fokus masalah. ( Sukmadinata, 2008, 221 ). Metode ini digunakan
untuk memperoleh data dengan cara melihat dan mencatat dari
dokumen yang ada hubungannya dengan dokumen yang diteliti, dapat
berupa benda-benda tertulis atau dokumen.
c. Wawancara atau interviu ( interview )
Wawancara atau interviu ( interview ) merupakan suatu bentuk teknik
pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif
kuantitatif deskriptif kualitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan
dalam pertemuan secara individual. Adakalanya juga wawancara
dilakukan secara kelompok, kalau memang tujuannya untuk
keluarga, pengurus yayasan, pembina pramuka dan lain-lain. (
Sukmadinata, 2008, 216).
7. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data digunakan oleh peneliti untuk mengidentifikasi
dan menganalisis data yang sudah diperoleh selama kegiatan penelitian.
H. JADWAL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam 5 tahap, yaitu tahap satu adalah tahap
prasiklus, tahap dua adalah tahap siklus satu, tahap tiga adalah tahap siklus 2,
tahap empat adalah tahap siklus 3, dan tahap lima adalah tahap penyusunan
laporan hasil penelitian. Secara rinci jadwal penelitian, penulis sajikan dalam
sebuah tabel dalam lampiran skripsi ini.
I. SISTIMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Skripsi ini disusun atas lima bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis,
kegunaan penelitian, definisi operasioanal, metode penelitian,
jadwal penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi tentang pengertian guru, tugas utama
mengajar, faktor yang mempengaruhi proses belajar menngajar,
pengertian motivasi, pengertian motivasi belajar, pentingnya
motivasi belajar bagi siswa, pentingnya motivasi belajar bagi
guru, pentingnya motivasi dalam proses belajar mengajar, jenis-
jenis motivasi, fungsi motivasi, prinsip-prinsip motivasi, nilai
motivasi dalam pengajaran, unsur-unsur yang mempengaruhi
motivasi belajar, upaya meningkatkan motivasi belajar, indikator
siswa yang memiliki motivasi belajar, pengertian mengajar,
pengertian kelompok belajar, manfaat belajar bersama dalam
kelompok, bentuk-bentuk belajar bersama dalam kelompok.
BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang keadaan Ml NuruI Huda
Krandonlor 02, letak geografis, sarana dan prasarana, keadaan
guru, keadaan siswa, struktur organisasi, denah lokasi Ml Nurul
Huda Krandonlor 02 dan gambaran pelaksanaan siklus yang
dilakukan oleh peneliti.
BAB IV : ANALISA DATA
Pada bab ini membahas tentang data hasil pengamatan,
refleksi, keberhasilan, dan kegagalan yang kemudian dilanjutkan
dengan perbaikan serta pembahasan lebih lanjut.
BAB V : PENUTUP
BAB
n
LAND ASAN TEORI
A. PENGERTIAN BELAJAR
Di dalam Al-Qur’an surat al-Mujadilah Allah berfirman :
Artinya : ...niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (
Q.S. Al-Mujadilah : 11 )
Ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah akan mengangkat derajat
seseorang dengan dua syarat yaitu beriman dan berilmu pengetahuan. Ayat
tersebut mendorong kita untuk senantiasa belajar agar menjadi orang yang
berilmu pengetahuan sehingga Allah akan mengangkat derajat kita. Namun
sebenarnya apakah makna dari belajar, berikut penulis sajikan beberapa
pengertian belajar menurut para ilmuwan.
Skinner, seperti yang dikutip Barlow ( 1985 ) dalam bukunya
educational psychology : The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa
belajar adalah suatu penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa
belajar adalah —4 Process O f Progressive Behavior Adaptation. Berdasarkan
eksperimennya, B.F.Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan
mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat ( reinforcer ).
Skinner seperti juga Pavlov dan Guthrie, adalah seorang pakar teori
dugaan bahwa timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara
stimulus ( rangsangan ) dengan rcspon. Namun, patut dicatat bahwa definisi
yang bersifat behavioristik ini dibuat berdasarkan eksperimen dengan
menggunakan hewan, sehingga tidak sedikit pakar yang menentangnya.
Chaplin dalam Dictionsry O f Psychology membatasi belajar dengan dua
rumusan. Rumusan pertama berbunyi ....acquisition o f any relatively
permanent change in behavior as a result o f practice and experience. Belajar
adalah perolehan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari latihan
dan pengalaman. Rumusan keduanya process o f acquiring responses as a
result o f special practice, belajar ialah proses memperoleh respon-respon
sebagai akibat adanya latihan khusus.
Hintzmant dalam bukunya The Psycholofy O f Learning and memory
berpendapat learning is a change in organism due to experience which can
affect the organism ’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang
teijadi dalam organisme ( manusia atau hewan ) disebabkan oleh pengalaman
yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi, dalam
pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut
baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.
Dalam penjelasan lanjutannya, pakar psikologi belajar itu menambahkan
bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat
memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Sebab, sampai batas tertentu
mengilhami gagasan everyday learning ( belajar sehari-hari ) yang
dipopulerkan oleh Profesor John B. Biggs.
Wittig dalam bukunya The Psycholofy O f Learning mendefinisikan
belajar sebagai : any relatively permanent change in an organism ’s behavioral
repertoire that occurs as a result o f experience. Belajar ialah perubahan yang
relatf menetap yang terjadi dalam segala macam / keseluruhan tingkah laku
suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Perlu kiranya dicatat, bahwa definisi Wittig tidak menekankan
perubahan yang disebut behavioral change tetapi behavioral repertoire
change, yakni perubahan yang menyangkut seluruh aspek psiko-fisik
organisme. Penekanan yang berbeda ini didasarkan pada kepercayaan bahwa
tingkah laku lahiriah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa
belajar, karena proses belajar itu tak dapat diobservasi secara langsung.
Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modem, Dictionary o f
psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar
adalah The Process O f Acquiring Knoeledge, yakni proses memperoleh
pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan
psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif
karena tidak megikutsertakan perolehan keterampilan non kognitif.
Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons
potentiality which occurs as a result o f reinforced practise, yaitu suatu
yang diperkuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial
dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar.
1. Relatively permanent, yang secara umum menetap.
2. Response potentiality, kemampuan bereaksi.
3. Reinforced, yang diperkuat.
4. Practise, praktik atau latihan.
Istilah 1) konotasinya ialah bahwa perubahan yang bersifat sementara
seperti perubahan karena mabuk, lelah jenuh, dan perubahan karena
kematangan fisik tidak termasuk belajar. Istilah 2) berarti menunjukkan
pengakuan terhadap adanya perbedaan antara belajar dan penampilan atau
kinerja hasil-hasil belajar. Hal ini merefleksikan keyakinan bahwa belajar itu
merupakan peristiwa hipotesis yang hanya dapat dikenali melalui perubahan
kinerja akademik yang dapat diukur. Istilah 3) konotasinya ialah bahwa
kemajuan yang didapat dari proses belajar mungkin akan musnah atau sangat
lemah apabila tidak diberi penguatan. Sedangkan istilah terakhir, yakni
practise, menunjukkan bahwa proses belajar itu membutuhkan latihan yang
berulang-ulang untuk menjamin kelestarian kinerja akademik yang telah
dicapai siswa.
Biggs dalam pendahuluan Teching For Learning mendefinisikan belajar
dalam tiga macam rumusan, yaitu : rumusan kuantitatif; rumusan institusional;
rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kata seperti perubahan
sudah menjadi kebenaran umum yang diketahui semua orang yang terlibat
dalam proses pendidikan.
Secara kuantitatif ( ditinjau dari sudut jumlah ), belajar berarti kegiatan
pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-
banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak
materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional ( tinjauan kelembagaan ), belajar dipandang sebagai
proses “ validasi “ atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-
materi yang ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah
belajar dapat diketahui sesuai dengan proses mengajar. Ukuranya, semakin
baik mutu guru mengajar, akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang
kemudian dinyatakan dalam bentuk skor.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif ( tinjauan mutu ) ialah proses
memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan
dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini, difokuskan pada
tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan
masalah-masalah yang kini dan nanti.
Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersebut diatas adalah
fenomena perselilisihan yang wajar, karena adanya perbedaan titik pandang.
Selain itu, perbedaan antara satu situasi belajar dengan situasi belajar lainnya
yang diamati oleh para ahli juga dapat menimbulkan perbedaan pandangan.
Situasi belajar menulis misalnya, tentu tidak sama dengan situasi belajar
mereka sepakat seperti dalam penggunaan istilah “ berubah “ dan “ tingkah
laku
Bertolak dari definisi yang telah diutarakan tadi, secara umum belajar
dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian itu perlu
diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat
proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat
dipandang sebagai proses belajar. ( Syah, 1995, 90 - 92 )
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita
bedakan menjadi tiga macam.
1. Faktor internal ( faktor dari dalam sisw a), yakni keadaan / kondisi jasmani
dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa ), yakni keadaan lingkungan
disekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar ( aproach to learning ), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. ( Syah, 1995 :
Faktor Internal Siswa
Faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua
aspek, yakni : a. aspek fisiologis ( yang bersifat jasmaniah ); b. aspek
psikologis ( yang bersifat rohaniah ).
1. Aspek fisiologis yaitu yang menyangkut kondisi umum jasmani dan tonus
( tegangan o to t) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran.
2. Aspek psikologis
Pada aspek psiklogis banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa.
Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang ada pada umumnya
dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut : 1) tingkat kecerdasan /
intelegensi siswa; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi
siswa.
Inetelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-
fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
dengan cara yang tepat ( Reber, 1988 ). Jadi, intelegensi bukan persoalan
kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan
tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan
lantaran otak merupakan ” menara pengontrol ” hampir seluruh aktivitas
manusia.
Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons ( response tendency ) dengan
cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik
secara positif maupun negatif.
Bakat Siswa
Secara umum, bakat ( aptitude ) adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (
Chaplin, 1972 : Reber , 1998 ). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang
pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Itulah sebabnya
seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas ( superior ) atau cerdas luar
biasa ( very superior) disebut juga talented child, yakni anak berbakat.
Minat Siswa
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu. Menurut Reber ( 1998 ),
yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti : pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.
Namun, terlepas dari populer atau tidak, minat seperti yang dipahami
dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian
hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.
Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia
ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian
ini, motivasi berarti pemasok daya ( energizer) untuk bertingkah laku secara
terarah. ( Gleitmen, 1996; Reber, 1988 ). Dalam perkembangan selanjutnya,
motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) motivasi intrinsik; 2)
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal
dari dalam diri siswa itu sendiri, yang dapat mendorongnya melakukan
tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan
menyenangi materi dan kebutuhanya terhadap materi tersebut, misalnya untuk
kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik
adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. ( Syah, 1995, 132 - 137 ).
Menurut kitab Ta’lim M uta’alim ada beberapa faktor yang
1. artinya bahwa
bagi orang menuntut ilmu ( belajar ), haruslah mempunyai niat di dalam
belajar Varena niat adalah pokok landasan segala perbuatan.
artinys bahwa orang yang hendak belajar bisa berhasil dan bermanfaat
ilmunya jika menjunjung tinggi ilmu dan para ilmuwan serta menghormati
guru.
3 artinya bahwa orang yang hendak
belajar haruslah memiliki ketekunan dan teguh pendirian. ( Nasiruddin,
1963, 28,60 dan 88 ).
C. PENGERTIAN GURU
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kedua 1991, guru diartikan sebagai
orang yang pekerjaanya (mata pencaharianya) mengajar. Tapi sesederhanakah
arti guru ? kata guru dalam Bahasa Arab disebut mu ’allim dan dalam Bahasa
Inggris teacher itu memang memiliki arti sederhana, yakni A person whose
occupation is teaching others ( Me Leod, 1989 ). Artinya, guru ialah
seseorang yang pekerjaanya mengajar orang lain.
Pengertian-pengertian seperti itu masih bersifat umum, oleh karenanya
dapat megundang bermacam-macam interpretasi dan bahkan juga konotasi.
Pertama, kata seseorang ( a person ) bisa mengacu pada siapa saja asal
disebut guru, melainkan juga ” dia-dia ” lainnya yang berposisi sebagai : kiai
di pesantren, pendeta digereja, instruktur di balai pendidikan dan pelatihan,
dan bahkan juga sebagian pesilat di padepokan. Kedua, kata mengajar dapat
pula ditafsirkan bermacam-macam misalnya :
1. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan pada orang lain ( bersifat
kognitif);
2. Melatih keterampilan jasmani kepada orang lain ( bersifat psikomotorik );
dan
3. Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain ( bersifat afektif).
Akan tetapi, terlepas dari aneka ragam interpretasi tadi, guru yang
dimaksud dalam pembahasan ini ialah tenaga pendidik yang pekerjaan
utamanya mengajar ( UUSPN tahun 1989 Bab Vll pasal 27 ayat 3 ).
Selanjutnya, kegiatan mengajar yang dilakukan guru itu tidak berorientasi
pada kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta saja tetapi kecakapan yang
berdimensi ranah rasa dan karsa. Sebab, dalam perspektif psikologi
pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (
guru ) yang membuat orang lain ( siswa ) belajar, dalam arti mengubah
seluruh perilakunya. Perilaku ini meliputi tingkah laku yang bersifat terbuka
seperti keterampilan membaca ( ranah karsa ), juga yang bersifat tertutup
seperti berfikir ( ranah cipta ), dan berperasaan ( ranah rasa ). ( Syah, 1995 :
D. TUGAS UTAMA GURU DAN SISWA
Tugas utama bagi seorang guru adalah melaksanakan kegiatan belajar
mengajar demi tercapainya ketuntasan proses belajar mengajar yang
dilakukan. Sedangkan tugas utama seorang siswa adalah belajar dibawah
bimbingan seorang guru. Hubungan antara kegiatan yang dilakukan guru (
mengajar ) dengan siswa ( yang sedang belajar ) dinamakan kegiatan belajar
mengajar.
E. PENGERTIAN MENGAJAR
Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam
dalam bidang-bidang studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu ialah
merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa.
Arifin ( 1978 ) mendefinisikan sebagai “...suatu rangkaian penyampaian bahan
pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan
mengembangkan bahan pelajaran itu”.
Pengertian “ mengajar ” secara konvensional adalah menyampaikan
ilmu pengetahuan pada siswa. Kegiatan pengajaran adalah mencoba
menyampaikan ilmu pada siswa. Siswa diibaratkan seperti guji yang kosong,
sedangkan guru bertugas mengisi guji itu sepenuh-penuhnya. Pengertian
mengajar tersebut menempatkan siswa sebagai objek. Siswa berfungsi sebagai
penerima apa yang disampaikan oleh guru. Guru lebih aktif dan lebih
Pandangan yang muncul kemudian, mengenai mengajar sebagai kritik
atas pandangan konvensional yaitu bahwa mengajar harus dilihat dari sudut
siswa. Mengajar lebih diorientasikan untuk memberi kegiatan secara optimal
pada siswa. Maka definisi mengajar adalah membimbing siswa bagaimana
harus belajar. Mengajar berarti mengatur dan menciptakan kondisi yang
terdapat di lingkungan siswa sehingga dapat menumbuhkan minat siswa untuk
melakukan kegiatan belajar.( Sudjana, 1998, dalam Harsanto, 2007, 86 - 87 ).
Guru didalam kegiatan belajar mengajar berperan sebagai fasilitator. Artinya
guru bertugas mengatur dan menciptakan kondisi yang terdapat dilingkungan
siswa sehingga siswa mampu mengoptimalkan kegiatannya dalam proses
belajar mengajar.
F. PENGERTIAN BELAJAR MENGAJAR
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses, yaitu mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat
mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya
mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak didik
dalam melakukan proses belajar.( Nana Sudjana, 1991, 29, dalam Djamarah,
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR MENGAJAR
Baik buruknya situasi proses belajar mengajar dan tingkat pencapaian
hasil proses instruksional itu pada umumnya bergantung pada fakor-faktor
yang meliputi : 1) karakeristik siswa; 2) karakteristik guru; 3) interaksi dan
metode; 4) karakteristik kelompok; 5) fasilitas fisik; 6) mata pelajaran ; dan 7)
lingkungan alam sekitar. Untuk memperjelas faktor-faktor yang diutarakan
surya ( 1982 ) tadi, akan penyusun jelaskan rinciannya secara agak luas.
Pengaruh Karakteristik Siswa
Dalam proses belajar-mengajar, karakteristik ( ciri khas ) para siswa
sangat perlu diperhitungkan lantaran dapat mempengaruhi jalannya proses dan
hasil pembelajaran siswa yang bersangkutan. Diantara karakteristik siswa
yang erat kaitannya dengan PBM adalah sebagai berikut:
1. Kematangan mental dan kecakapan intelektual siswa yang meliputi :
kecerdasan umum ( general ability ); bakat ( specific intelectual ablity );
dan kecakapan ranah cipta yang diperoleh lewat pengalaman belajar.
2. Kondisi jasmani dan kecakapan ranah karsa siswa, yang meliputi :
kekuatan, kecepatan, koordinasi antar anggota badan, dan sebagainya.
3. Karakteristik ranah rasa siswa yang meliputi : tingkat minat belajar, jenis
motivasi belajar, ( intrinsik atau ekstrinsik ), sikap terhadap guru dan mata
pelajaran, dan sebagainya.
serta status atau kelas sosial ekonomi ( kelas atas, kelas menengah, atau
kelas baw ah).
5. Usia siswa. Hal ini sangat berhubungan erat dengan penyesuaian tingkat
kematangan dan perkembangan psiko-fisik dengan tingkat kesulitan mata
pelajaran yang dipelajari siswa.
6. Jenis kelamin siswa. Hal ini sering berkaitan dengan minat dan bakat
umum yang berbeda antara siswa laki-laki lebih cenderung terhadap sains
dan teknologi, sedangkan siswa perempuan lebih cenderung terhadap
ilmu-ilmu sosial.
Pengaruh Karakteristik Guru
Peranan guru sebagai mediator ( penghubung/perantara ) antara
pengetahuan dan keterampilan dengan siswa yang membutuhkannya, sangat
berpengaruh pada hasil PBM ialah sebagai berikut:
1. Karakteristik intelektual guru yang meliputi : potential ability ( kapasitas
ranah cipta bawaan ) dan actual ability kemampuan ranah cipta yang
nyata;
2. Kecakapan ranah karsa guru, seperti : tingkat kefasihan berbicara, tingkat
kecermatan menulis, dan memperagakan keterampilan-keterampilan
lainnya;
3. Karakteristik ranah rasa guru yang meliputi : tingkat minat, keadaan emosi
dan sikap terhadap siswa dan mata pelajaran sendiri dan sebagainya;
4. Usia guru. Hal ini berhubungan dengan bidang tugas yang diemban,
akan lebih cocok bila dilakukan oleh guru yang berusia lebih tua dari guru-
guru lainnya;
5. Janis kelamin guru. Hal ini berhubungan dengan bidang tugas yang
diemban, umpamannya : pengajaran bahasa dan kesenian akan lebih pas
jika dilakukan oleh wanita, walaupun sebenarnya tidak mutlak;
6. Kelas sosial guru. Hal ini berhubungan dengan minat dan sikap guru
terutama terhadap profesinya. Guru yang berasal dari strata sosial
menengah kebawah relatif lebih positif dan bangga menjadi guru
dibandingkan dengan guru yang berasal dari strata sosial yang tinggi.
Pengaruh Interaksi dan Metode
Dalam setiap proses belajar mengajar disekolah sekurang-kurangnya
melibatkan empat komponen pokok, yaitu : 1) individu siswa; 2) guru ; 3)
ruang kelas; 4) kelompok siswa. Semua komponen ini sudah barang tentu
memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang unik dan berpengaruh terhadap
jalannya PBM.
Melalui interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antara semua
siswa ( komunikasi dua arah dan multi arah ) dalam PBM akan menimbulkan
perubahan perilaku siswa baik yang berdimensi ranah cipta, ranah rasa,
maupun yang berdimensi ranah karsa. Oleh karena itu, dalam komunikasi
instruksional yang direkayasa guru, seyogianya diterapkan metode yang
relevan dengan kebutuhan. Sebab, apabila metode mengajar yang digunakan
Pengaruh Karakteristik Kelompok
Kesatuan yang terdiri atas para siswa dalam sebuah kelas disebut
kelompok. Kesatuan siswa ini memiliki karakteristik tertentu dan turut pula
mempengaruhi hasil pembelajaran setiap siswa dalam kelas itu. Karakteristik
kesatuan siswa yang dapat mempengaruhi jalannya PBM dan hasil
pembelajaran siswa itu, ialah : 1) jumlah anggota kelompok; 2) struktur
kelompok ( jenis kelamin dan usia siswa anggota ); 3) sikap kelompok; 4)
kekompakan anggota kelompok; 5) kepemimpinan kelompok.
Karakteristik kelompok tersebut perlu dipahami sebaik-baiknya oleh
guru untuk dimanfaatkan dalam mengatur pelaksanaan kegiatan PBM dan
proses pembelajaran siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota
kelompok. Selain itu, pembentukan kelompok khusus di luar kelompok kelas,
seperti kelompok diskusi dan kelompok belajar yang kompak dan harmonis
juga amat berpengaruh terhadap hasil PBM khususnya dalam hal penyelesaian
tugas-tugas bersama.
Pengaruh Fasilitas Fisik
Fasilitas ( kemudahan ) fisik yang mempengaruhi jalannya PBM dan
hasil-hasil yang akan dicapai adalah :
1. Kemudahan fisik yang ada disekolah, seperti : kondisi ruang belajar/kelas;
bangku; papan tulis; laboratorium; perpustakaan dan perangkat fisik
lainnya yang berhubungan dengan kepentingan PBM;
2. Kemudahan fisik yang ada dirumah siswa, seperti : ruang, meja belajar;
Demikian besar pengaruh fasilitas fisik diatas terhadap keberhasilan
PBM. Terbukti, dengan kurang memadainya hasil pembelajaran para siswa
sekolah yang berlokasi didaerah-daerah tertinggal, yang praktis menghadapi
masalah dalam menyediakan fasilitas tadi. Selanjutnya, selain pengadaan,
pemeliharaan kemudahan belajar khususnya yang tersedia disekolah perlu
pula senantiasa digalakkan untuk mendukung kelancaran PBM.
Pengaruh Mata Pelajaran
Tingkat kesukaran, keluasan dan kedalaman makna yang terkandung
bahan pelajaran akan turut memengaruhi sikap dan minat belajar para siswa
selama mengikuti PBM. Selain itu, hubungan antara sebuah mata pelajaran
dengan mata pelajaran lain juga mempengaruhi lancar atau tidaknya
pelaksanaan PBM.
Oleh sebab itu, setiap bahan pelajaran seyogianya ditata sedemikian rupa
sehingga memenuhi syarat psikologis-paedagogis. Ini bermakna, bahwa guru
perlu menyusun satuan pelajaran yang bersistematika logis, sesuai dengan
kemampuan ranah cipta siswa, dan tidak mengabaikan perbedaan individual
yang mungkin ada diantara para siswa. Selain itu, penyusunan jadwal juga
perlu dilakukan sedemikian rupa antara lain dengan memperhatikan bobot dan
jenis mata pelajaran tertentu dikaitkan dengan stamina ( ketahanan fisik dan
mental ) siswa dengan keadaan cuaca dan temperatur / suhu udara.
Pengaruh Lingkungan Luar
1. Lingkungan sekitar sekolah, seperti : keadaan lingkungan gedung sekolah,
kondisi masyarakat sekitar sekolah, situasi kultural sekitar sekolah, juga
sistem pendidikan dan organisasi serta administrasi sekolah;
2. Lingkungan sekitar rumah siswa, seperti tetangga, fasilitas/sarana umum,
strata sosial masyarakat, situasi kultural, dan sebagainya.
Faktor lingkungan luar diatas, akan dapat memperlancar PBM jika
semuannya dalam kondisi baik, dalam arti memenuhi syarat-syarat
kependidikan. Sebaliknya, apabila lingkungan luar itu tidak memenuhi syarat
kependidikan ( seperti letak sekolah didekat pasar atau terminal ), mungkin
sekali PBM akan sering terganggu dan pencapaian hasilnya pun kurang
memuaskan. ( Syah, 1995 : 247 - 250 ).
H. PENGERTIAN MOTIVASI
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia
ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.( Syah, 1995,136 ).
Motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga
anak itu mau, ingin melakukannya, bila ia tidak suka, ia akan berusaha
mengelaknya. ( Nasution, hal.58, dalam Djamal, 1985, 71 ).
Motivasi adalah penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan didasari adanya
I. MOTIVASI BELAJAR
Usman mengemukakan, bahwa dorongan yang timbul di dalam diri
seseorang disebut dengan motivasi, dimana seseorang memperoleh daya jiwa
yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya
sendiri dinamakan motivasi instrinsik. Sedangkan dorongan yang timbul yang
disebabkan oleh adanya pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik.
Seorang anak yang didorong oleh motivasi instrinsik biasanya dia ingin
mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajarnya, sebagaimana
dikatakan oleh para ahli psikologi ” Instrinsic Motivation are in Here nee in
The Learning Situations and Meeting Pupil Need and Purpose Sebaliknya
bila seseorang ingin mencari penghargaan berupa angka, hadiah, diploma, dan
sebagainya berarti didorong oleh motivasi ekstrinsik, oleh karena tujuan yang
ingin dicapai tersebut terletak di luar perbuatan atau disebut dengan ” the goal
is artificially intro ducted ” ( S.Nasution , 1982 : 80).
Seorang guru dapat memberikan bermacam-macam motivasi ekstrinsik
terhadap anak-anak, namun tidak semua motivasi itu baik bagi perkembangan
mereka. Oleh karena itu, seorang guru harus mengetahui dan memahami
secara pasti kapan dan bilakah sebaiknya motivasi tersebut tepat diberikan,
dengan kata lain motivasi yang bagaimanakah yang cocok diterapkan kepada
diri anak. Sehubungan dengan hal itu S.Nasution membedakan motivasi
sebagai berikut:
Angka yang baik bagi mereka merupakan motivasi dalam kegiatan
belajarnya.
2. Hadiah; hal ini dapat membangkitkan motivasi yang kuat bagi setiap orang
dalam melakukan sesuatu pekerjaan atau belajar sekalipun. Hadiah bagi
pelajar dapat merusak jiwa mereka bilamana hadiah yang diinginkan
tersebut dapat membelokkan pikiran dan jiwa mereka dari tujuan yang
sebenarnya.
3. Persaingan; faktor persaingan ini sering digunakan sebagai alat untuk
mencapai prestasi yang lebih tinggi dilapangan industri dan perdagangan
dan juga disekolah. Persaingan dapat mempertinggi hasil belajar anak
bilamana dilakukan secara positif.
4. Tugas yang menantang ( challenging ); memberi kesempatan terhadap
anak dalam memperoleh kesuksesan belajar bukan berarti mereka harus
diberi tugas-tugas yang mudah-mudah saja, tetapi tugas-tugas yang lebih
sulit yang diberikan kepada mereka merupakan tantangan dan merangsang
mereka untuk belajar secara serius dalam memecahkan masalah yang
mereka hadapi.
5. Pujian; pujian diberikan sebagai akibat pekerjaan atau belajar anak dapat
memperoleh atau hasil belajar yang memuaskan. Pujian merupakan
motivasi yang baik bila diberikan secara benar uan beralasan.
6. Teguran dan kecaman; digunakan untuk memperbaiki kesalahan anak
diberikan harus secara bijaksana dan dapat menjadikan anak menyadari
kesalahannya.
7. Celaan ( sarkisme ); celaan ini secara psikologis dapat merusak antara lain;
anak menjadi frustasi dalam belajarnya, dan timbul rasa dendam terhadap
guru.
8. Hukuman; sama halnya dengan celaan, hukuman juga dapat menimbulkan
kekecewaan dalam diri anak dan perasaan dendam yang tidak mudah
mereka lupakan.( Usman, 2010, 10-11 ).
J. PENTINGNYA MOTIVASI BELAJAR BAGI SISWA
Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir;
contohnya, setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan,
dibandingkan dengan temannya sekelas yang juga membaca bab tersebut;
ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi.
2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan
dengan teman sebaya; sebagai ilusterasi, jika terbukti usaha belajar
seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya.
3. Mengarahkan kegiatan belajar; sebagai ilusterasi, setelah ia ketehui bahwa
dirinya belum belajar serius, terbukti banyak bersenda gurau misalnya,