• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR (TINJAUAN PADA SISWA KELAS IV MI NURUL HUDA KRANDON LOR 02 KEC.SURUH KAB.SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR (TINJAUAN PADA SISWA KELAS IV MI NURUL HUDA KRANDON LOR 02 KEC.SURUH KAB.SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010) - Test Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISW A MELALUI

PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR

(Tinjauan pada Siswa Kelas IV MI Nurul Huda Krandon Lor 02 Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

A H M A D S H 0 L E H

N IM : 11408169

JURUSAN TARBIYAH

(2)
(3)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR ( TINJAUAN PADA SISWA KELAS IV MI NURUL HUDA KRANDONLOR 02 KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 )

Didalam proses pembelajaran, salah satu hal yang sangat berperan terhadap keberhasilan proses belajar mengajar adalah motivasi belajar siswa. Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Oleh karenanya seorang guru hendaklah bisa mengembangkan motivasi belajar pada diri siswa.

Menyadari hal tersebut, maka peneliti berusaha mengkaji masalah yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa. Permasalahan yang dikaji adalah sebagai berikut:

“Apakah melalui pembentukan kelompok belajar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV MI NuruI Huda Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun Palajaran 2009/2010 ?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah melalui pembentukan kelompok belajar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV MI NuruI Huda Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kebupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010.

Subjek penelitian ini adalah motivasi belajar siswa yang indkatomya meliputi keaktifan siswa, keseriusan belajar siswa dan antusias siswa dalam belajar. Subjek selajutnya adalah prestasi belajar siswa sebagai akibat dari tingginya motivasi belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus, dan setiap siklus terdiri atas 4 tahap yaitu tahap perencanaan,pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebelum pelaksanaan tiap siklus terlebih dahulu dilaksanakan tahap pra siklus sebagai pengamatan awal.

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh prosentase hasil penelitian, bahwa pada pada tahap siklus I prosentase motivasi belajar tinggi ( 46,67 %

(4)

D EPA R TEM EN A G A M A

SEKOLAH TNGGI A G A M A ISLAM NEGERI ( STAIN ) J Lstadion 03 telp ( 0298) 323706,323433 salatiga

Website : www.stainsalatiga .ac.id E-mail:administrasi @stainsalatiga.ac.i

DEKLARASI

Bismillahirrahmanirrohiim

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini tidak pernah berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau

pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran

orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain, diluar referensi yang penulis cantumkan, maka peneliti sanggup

mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini, dihadapan sidang

munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 30 Juli 2010

(5)

DEPARTEM EN A G A M A

SEKOLAH TNGGI A G A M A ISLAM NEGERI ( STAIN )

Jl.stadion 03 telp ( 0298 ) 323706,323433 salatiga JVebsitejjvw w ^stainsalatig^

H.Sidqon Maesur,Lc,MA

DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini

kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : AHMAD SHOLEH

NIM : 11408169

Jurusan : Tarbiyah

Judul : UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

MELALUI PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR ( TINJAUAN PADA SISWA KELAS IV MI NURUL HUDA

(6)

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, Faks. 323433 Salatiga 5 0 7 2 1

http://www.stainsalatiga.ac.id e-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi saudara : AHMAD SHOLEH dengan Nomor Induk Mahasiswa :

11408169 yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR

( TINJAUAN ) PADA SISWA KELAS IV MI NURUL HUDA

KRANDONLOR 02 KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 )” telah dimunaqosyahkan dalam sidang panitia ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari Sabtu tanggal

28 Agustus 2010 M. Yang bertepatan dengan tanggal 18 Ramadhan 1431 H. Dan telah diterima sebagai sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar

sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

Salatiga. 28 Agustus 2010 M. 18 Ramadhan 1431 H.

PANITIA

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Is IP. 196612252000031002

H/Sidgoiyt VlaesurXc.MA NIP : 196307221998031001

(7)

MOTTO

> Apa yang kita lakukan pada orang lain tidak peduli baik atau buruk,

sesungguhnya akan kembali pada diri kita sendiri.

> Allah memberi kebebasan pada makhluknya untuk memilih segala

keinginannya, menempuh jalan baik atau buruk, namun satu hal yang

harus diingat, bahwa segala keinginan pasti ada konsekuansinya.

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan kepada :

❖ Isteri dan anakku tercinta yang telah mendukung kuliah saya dan pembuatan

skripsi ini, yang selama ini telah merelakan segala sesuatu demi selesainya

kuliah dan skripsi ini.

❖ Ayah ibu tercinta yang telah mendoakan dan memberikan semangat untuk

segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.

❖ Adik-adikku yang selama ini memberi semangat dan memperjuangkan segala

keperluan bagi terselesaikannya kuliah dan penyusunan skripsi ini.

❖ Para guru Ml Nurul Huda Krandonlor 02 yang selalu memberikan support,

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah

memberi kenikmatan dan hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini, yang mengambil judul: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR ( TINJAUAN PADA SISWA KELAS IV MI NURUL HUDA KRANDONLOR 02 KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 )”.

Sholawat serta salam, semoga tetap tercurahkan kepada beliau Nabi

Muhammmad SAW., nabi yang diberi hak untuk memberikan syafaatnya pada

hari kiamat. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat

sebagaiamana persyaratan yang harus penyusun penuhi untuk mendapatkan gelar

S 1 di Jurusan Pendidikan Agama Islam ( PAI ), Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri ( STAIN ) Salatiga. Penyusun menyadari bahwa terselesaikan skripsi ini

merupakan karunia Allah yang tiada terkira, serta atas bimbingan dan bantuan dari

semua pihak. Untuk itulah maka, dengan segala kerendahan hati, penyusun

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Imam Sutomo,M.Ag. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam

Neoeri ( STAIN ) Salatiga.

2. Bapak H.Sidqon Maesur,Lc.MA selaku dosen pembimbing yang dengan

penuh kesabaran selalu memberikan bimbingan dan pengarahan serta

senantiasa sabar meneliti dan mengoreksi penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Siti Muslimah selaku Kepala MI Nurul Huda Krandonlor 02 Kecamatan

Suruh Kabupaten Semarang yang telah memberikan ijin bagi penelitian skripsi

ini dan menyediakan fasilitasnya yang dibutuhkan.

4. Isteri dan anakku tercinta yang telah mendukung kuliah saya dan pembuatan

skripsi ini, yang selama ini telah merelakan segala sesuatu demi selesainya

kuliah dan penyusunan skripsi ini.

5. Ayah ibu tercinta yang telah mendoakan dan memberikan semangat untuk

(10)

6. Adik-adikku yang selama ini memberi semangat dan memperjuangkan segala

keperluan bagi terselesaikannya kuliah dan penyusunan skripsi ini.

7. Para guru MI Nurul Huda Krandonlor 02 yang selalu memberikan support,

sehingga per.yusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Dengan iringan do’a yang tulus, penyusun berharap semoga amal kebaikan

pihak-pihak yang tersebut diatas yang membantu terselesaikanya penyusunan

skripsi ini, mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT., dan selalu dalam

lindungan serta kasih sayang-Nya. Begitu juga dengan skripsi ini, semoga

memberikan manfaat, khususnya bagi penyusun, serta bagi para pendidik lain

pada umumnya, serta memberikan sumbangan positif dalam kegiatan belajar

mengajar yang lebih baik.

Salatiga, 30 Juli 2010

Penyusun

(11)

DAFTAR ISI

C. TUJUAN PENELITIAN... 7

D. HIPOTESIS... 8

E. KEGUNAAN PENELITIAN... 8

F. DEFINISI OPERASIONAL/DEFINIS1 ISTILAH... 9

G. METODE PENELITIAN... 12

H. JADWAL PENELITIAN... 16

I. S1STIMATIKA PENULISAN SKRIPSI... 16

BAB II.LANDASAN TEORI A. PENGERTIAN BELAJAR... 18

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR... 23

C. PENGERTIAN GURU... 27

D. TUGAS UTAMA GURU DAN SISWA... 29

E. PENGERTIAN MENGAJAR... 29

F. PENGERTIAN BELAJAR MENGAJAR... 30

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR MENGAJAR... 31

(12)

J. PENTINGNYA MOTIVASI BELAJAR BAGI SISWA... 39

K. PENTINGNYA MOTIVASI BELAJAR BAGI GURU... 40

L. PENTINGNYA MOTIVASI DALAM PROSES BELAJAR.... 41

M. JENIS - JENIS MOTIVASI... 42

N. FUNGSI MOTIVASI... 43

O. PRINSIP-PRINSIP MOTIVASI... 43

P. NILAI MOTIVASI DALAM PENGAJARAN... 47

Q. UNSUR-UNSUR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR... 48

R. UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR... 49

S. INDIKATOR SISWA YANG MEMILIKI MOTIVASI BELAJAR... 50

T. PENGERTIAN KELOMPOK BELAJAR... 50

U. MANFAAT BELAJAR BERSAMA DALAM KELOMPOK... 51

V. BENTUK-BENTUK BELAJAR BERSAMA DALAM KELOMPOK 1. Belajar Secara Berpasangan... 52

2. Kelompok Belajar Mandiri... 52

3. Belajar Bersama Secara Berkelompok... 53

(13)

D. KEADAAN GURU MI NURUL HUDA

KRANDONLOR 02... 62

E. DATA KEADAAN SISWA... 62

F. STRUKTUR ORGANISASI Ml NURUL HUDA KRANDONLOR 02... 63

G. DENAH LOKASI MI NURUL HUDA KRANDONLOR 02... 63

H. GAMBARAN PELAKSANAAN PENELITIAN L Tahap Pra Siklus... 64

2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan... 65

b. Pelaksanaan... 65

c. Pengamatan/Pengumpulan Data... 66

d. Refleksi... 66

3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan... 67

b. Pelaksanaan... 68

c. Pengamatan/Pengumpulan Data... 68

d. Refleksi... 69

4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III a. Perencanaan... 69

b. Pelaksanaan... 70

c. Pengamatan/Pengumpulan Data... 71

d. Refleksi... 72

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN PERSIKLUS A. TAHAP PRA SIKLUS... 73

B. SIKLUS I 1. Perencanaan... 74

2. Pelaksanaan... 75

(14)

C. SIKLUS II

1. Perencanaan... 78

2. Pelaksanaan... 78

3. Pengamatan/P-ngumpulan Data... 80

4. Refleksi... 80

D. SIKLUS III 1. Perencanaan... 81

2. Pelaksanaan... 82

3. Pengamatan/Pengumpulan Data... 84

4. Refleksi... 84

BAB. V PENUTUP A. KESIMPULAN... 85

B. SARAN 1. Saran Untuk Guru... 85

2. Saran Untuk Siswa... 86

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(15)

BABI PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator, sehingga

siswa dapat belajar atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya

secara optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh

pemerintah maupun oleh masyarakat atau swasta.( Suparlan, 2005,12 dan 13 ).

Menurut Peters (1989) ada Tiga tugas dan tanggung jawab dari seorang

guru yakni Guru sebagai pengajar, Guru sebagai pembimbing, Guru sebagai

Administrator Kelas. ( Isjoni, 2006, 16 )

Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan

terjadinya proses belajar. ( Hasibuan, Moedjiono, 1985, 3). Sistem lingkungan

itu adalah tujuan instruksional materi, dan subjek belajar ( siswa ), jenis

kegiatan yang dilakukan, serta sarana prasarana penunjang didalam kegiatan

belajar mengajar.

Pengertian “ mengajar ” secara konvensional adalah menyampaikan

ilmu pengetahuan pada siswa. Kegiatan pengajaran adalah mencoba

menyampaikan ilmu pada siswa. Siswa diibaratkan seperti guji yang kosong,

sedangkan guru bertugas mengisi guji itu sepenuh-penuhnya. Pengertian

mengajar tersebut menempatkan siswa sebagai objek. Siswa berfungsi sebagai

penerima apa yang disampaikan oleh guru. Guru lebih aktif dan lebih

(16)

Pandangan yang muncul kemudian, mengenai mengajar sebagai kritik

atas pandangan konvensional yaitu bahwa mengajar harus dilihat dari sudut

siswa. Mengajar lebih diorientasikan untuk memberi kegiatan secara optimal

pada siswa. Maka definisi mengajar adalah membimbing siswa bagaimana

harus belajar. Mengajar berarti mengatur dan menciptakan kondisi yang

terdapat di lingkungan siswa sehingga dapat menumbuhkan minat siswa untuk

melakukan kegiatan belajar. ( Sudjana, 1998, dalam Harsanto, 2007, 86 - 87 ).

Guru didalam kegiatan belajar mengajar berperan sebagai fasilitator. Artinya

guru bertugas mengatur dan menciptakan kondisi yang terdapat dilingkungan

siswa sehingga siswa mampu mengoptimalkan kegiatannya dalam proses

belajar mengajar.

Proses belajar merupakan proses yang komplek sifatnya. Kekomplekan

ini disebabkan banyaknya unsur yang berpengaruh dalam kegiatan tersebut.

Dari ilustrasi anak ayam dengan induknya, terlihat faktor yang berpengaruh

disana, yaitu induk ayam, anak ayam, untuk apa induk ayam membelajarkan

anaknya. Demikian juga halnya didalam proses belajar mengajar, guru

merupakan faktor yang berpengaruh disamping faktor murid, tujuan, kondisi

atau situasi yang terlibat langsung bagi terjadinya proses belajar, termasuk

sarana belajar. ( Supamo, Sahlan, Efendi, 1998, 12 ).

Tujuan mengajar ialah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki

dalam tingkah laku seorang pelajar, dengan kata lain, pengajaran dapat

membuat seorang pelajar menjadi orang yang lain, dalam hal apa yang dapat

(17)

seorang guru atau instruktur dengan menggunakan strategi mengajar untuk

mencapai tujuan-tujuannya. Memang, ada kecenderungan untuk menganggap

persoalan pengajaran, hanya sebagai suatu persoalan yang berasal dari suatu

problema yang lebih luas. Kadang-kadang, jika ada waktu, metode dibantu

dengan alat audiovisual, dengan maksud untuk meningkatkan kesan hebat dari

penyajian. ( Davies, 1986, 120 ).

Faktor yang sangat penting dalam proses belajar adalah murid atau

subjek belajar. Sebagai subjek belajar, murid memiliki kapasitas yang unik, la

memiliki kapasitas mental yang berbeda untuk mencapai pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang diharapkan oleh guru. Keunikan lain yang ada

pada siswa ialah mereka memiliki bakat dan intelegensi yang berbeda. (

Supamo, Sahlan, Efendi, 1998, 13 ). Perbedaan bakat dan intelegensi siswa

itulah yang juga mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar. Siswa

yang memiliki bakat dan intelegensi tinggi dan didukung pembelajaran yang

baik, serta sarana prasarana penunjang, maka prestasi belajarnya akan sangat

memuaskan. Namun, tidak jarang juga seorang guru menemukan siswa yang

sebenarnya berbakat terhadap suatu bidang pembelajaran dan intelegensinya

yang juga tinggi, tetapi justru nilainya jauh tertinggal dari teman-temannya.

Masalah lainnya didalam proses belajar mengajar yang biasa ditemui

yaitu :

1. Lebih dari 25 % jumlah siswa kelas 4, prestasi belajarnya tergolong

(18)

3. Banyak siswa yang asik bercerita sendiri atau mencari kesibukan lain

ketika sedang terjadi proses pembelajaran.

4. Banyak siswa yang sering keluar masuk kelas saat proses pembelajaran

berlangsung.

5. Tidak terjadi peningkatan prestasi belajar atau justru terjadi penurunan

prestasi belajar.

6. Sering dijumpai siswa yang tidak siap ketika akan diadakan evaluasi

pembelajaran ( ulangan harian ).

7. Siswa sering tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan

baik.

8. Banyak siswa yang prestasinya sangat tinggi, tetapi tidak sedikit siswa

yang prestasinya jauh tertinggal.

Berbagai masalah tersebut bukanlah hal yang baru didalam proses

belajar mengajar. Namun, masalah tersebut jika tidak segera diatasi akan

menjadi masalah yang besar, yang dapat menghambat keberhasilan suatu

proses belajar mengajar.

Salah satu sebab timbulnya masalah tersebut karena kurangnya motivasi

siswa dalam belajar. Dengan kurangnya motivasi siswa dalam belajar, maka

minat untuk belajar seorang siswa akan menurun, sehingga prestasi belajar

siswa menjadi rendah. Kurangnya motivasi menyebabkan siswa menjadi

kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa terlihat pasif dan

enggan mengikuti proses pembelajaran. Sehingga dapat dipastikan bahwa

(19)

Akibat lain dari rendahnya motivasi siswa dalam belajar, siswa tidak

berkonsentrasi mendengarkan penjelasan guru, tetapi justru mencari kesibukan

lain seperti berbicara sendiri dengan temannya atau mengantuk, bahkan ada

juga yang asik bermain.

Tidak jarang juga, siswa yang terlihat keluar masuk kelas saat proses

pembelajaran berlangsung. Keadaan ini bisa mengurangi konsentrasi siswa

yang lain di dalam proses pembelajaran. Akibat selanjutnya dari rendahnya

motivasi belajar yaitu sering dijumpai siswa yang tidak belajar ketika akan

diadakan evaluasi ( ulangan harian ), sehingga prestasinya menjadi menurun.

Keadaan ini bisa mengganggu jalannya suatu proses pembelajaran, karena

belum tercapainya ketuntasan belajar, sehingga proses pembelajaran belum

bisa dilanjutkan pada materi berikutnya.

Masalah yang selanjutnya akibat dari rendahnya motivasi siswa dalam

belajar adalah sering dijumpai siswa yang sering tidak mengerjakan tugas

yang diberikan guru atau mengerjakan tetapi karena tidak sungguh-sungguh

sehingga hasilnya terlihat tidak memuaskan. Kurangnya motivasi membuat

siswa enggan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh seorang guru

dengan baik.

Akibat dari kurangnya motivasi siswa dalam belajar selanjutnya adalah

tidak jarang ditemui siswa yang nilainya jauh tertinggal dari teman-temannya.

Kurangnya motivasi belajar, berarti kurangnya minat siswa untuk mempelajari

(20)

Sehingga setiap guru hendaklah mampu meningkatkan motivasi belajar siswa

demi tercapainya keberhasilan proses belajar mengajar. Banyak cara yang

dapat dilakukan oleh guru, untuk membangkitkan motivasi siswa dalam proses

belajar mengajar. Salah satunya yaitu melalui pembentukan kelompok belajar,

yang dilakukan didalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran

dapat menggairahkan motivasi siswa dalam belajar.

Keadaan tersebut, juga terjadi pada siswa kelas IV MI Nurul Huda

Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Sehingga penulis

tergerak untuk mencoba melakukan sebuah penelitian tentang bagaimana

membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Penelitian ini berjudul:

“UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBENTUKAN KELOMPOK BELAJAR ( TINJAUAN PADA SISWA KELAS IV MI NURUL HUDA KRANDONLOR 02

KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

PELAJARAN 2009/2010 )

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti dapat merumuskan

permasalahan di dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengatasi rendahnya motivasi belajar siswa kelas 4

MI Nurul Huda Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang

(21)

'

2. Bagaimana cara mengatasi Lebih dari 25 % jumlah siswa kelas 4 nilai

prestasi belajarnya tidak mencapai ketuntasan belajar, atau dibawah

Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) yang telah ditentukan ?.

3. Bagaimana cara meningkatkan nilai prestasi siswa kelas 4 yang jauh

tertinggal dari nilai teman-temannya yang lain?.

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan yang timbul , maka penelitian tindakan

kelas ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui apakah melalui pembentukan kelompok belajar dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV Ml Nurul Huda

Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kebupaten Semarang Tahun

Pelajaran 2009/2010.

2. Mengetahui apakah melalui pembentukan kelompok belajar dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV MI Nurul Huda

Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kebupaten Semarang Tahun

Pelajaran 2009/2010 yang nilainya tidak mencapai KKM.

3. Mengetahui apakah melalui pembentukan kelompok belajar dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV MI Nurul Huda

Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kebupaten Semarang Tahun

Pelajaran 2009/2010 yang nilainya jauh tertinggal dari teman-

(22)

D. HIPOTESIS

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : >

1. Dengan pembentukan kelompok belajar akan terjadi peningkatan

motivasi belajar siswa kelas IV Ml Nurul Huda Krandonlor 02

Kecamatan Suruh Kebupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010.

2. Dengan pembentukan kelompok belajar akan terjadi peningkatan

prestasi belajar siswa kelas IV MI Nurul Huda Krandonlor 02

Kecamatan Suruh Kebupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010

yang nilainya tidak mencapai KKM.

3. Dengan pembentukan kelompok belajar akan terjadi peningkatan

prestasi belajar siswa kelas IV MI Nurul Huda Krandonlor 02

Kecamatan Suruh Kebupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010

yang nilainya jauh tertinggal dari teman-temannya yang lain.

E. KEGUNAAN PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini, diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Bagi siswa yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya

akan terjadi pula peningkatan prestasi belajar siswa.

2. Bagi guru yaitu tercapainya keberhasilan proses belajar mengajar yang

dilakukan oleh guru.

3. Bagi sekolah yaitu memberikan masukan bagi sekolah terhadap

(23)

F. DEFINISI OPERASIONAL/DEFINISI ISTILAH

Suatu istilah sering kali menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka

untuk menghindari hal itu, perlu penulis jelaskan mengenai beberapa istilah

dalam judul penelitian ini :

1. Upaya

Yaitu usaha;ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan

persoalan, mencari jalaan keluar, dsb ). ( 2007, 1250 ).

2. Meningkatkan

Menurut kamus Bahasa Indonesia kata ’’meningkatkan” berarti

menaikkan; mempertinggi; memperhebat. ( Poerwodarminto, 2006, 1280

). Bardasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud dengan kata

’’meningkatkan” dalam penelitian ini menurut penulis adalah membuat

menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.

3. Motivasi Belajar

Motivasi ialah kekuatan tersembunyi didalam diri kita yang

mendorong kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas. (

Davies, 1987,214).

Menurut kamus Bahasa Indonesia kata motivasi berarti

kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak

sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga berarti

usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak

(24)

Menurut Witherington ( 1952 h. 165 ) ’’Belajar adalah merupakan

perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola

respon yang baru, yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,

pengetahuan, dan kecakapan. ” ( Sukmadinata, 2004, 155 ).

Menurut Hilgard ( 1962 h.252 ) ” Belajar adalah suatu proses dimana

suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu

situasi ( Sukmadinata, 2004, 156 ).

Menurut Divesta and Thompson ( 1970 h.l 12 ) menyatakan ” Belajar

adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari

pengalaman”. ( Sukmadinata, 2004, 156 ).

Menurut Gage and Berleiner ( 1970 h.256 ) ” Belajar adalah suatu

proses tingkah laku yang muncul karena pengalaman.” ( Sukmadinata,

2004, 156).

Menurut Hilgard ( 1983 h.630 ) ” Belajar dapat dirumuskan sebagai

perubahan perilaku yang relatif permanen, yang terjadi karena

pengalaman.” ( Sukmadinata, 2004, 156 ).

Definisi diatas adalah definisi menurut para pakar pendidikan.

Berdasarkan pengertian tersebut, yang dimaksud motivasi belajar dalam

penelitian ini, adalah kemauan siswa untuk belajar tanpa adanya paksaan

dari pihak lain, artinya siswa berkemauan untuk belajar atau mengerjakan

tugas-tugas sekolah yang menjadi tanggungannya, karena ada faktor yang

(25)

3. Siswa

Yang dimaksud dengan siswa disini yaitu anak atau seseorang yang

sedang belajar atau berguru di sekolah tertentu, yang terikat pada aturan

sekolah tersebut.

4. Pembentukan

Yang dimaksud dengan kata "pembentukan” dalam penelitian ini

yaitu suatu usaha pengorganisasian.

5. Kelompok Belajar

Yang dimaksud dengan ’’kelompok belajar” dalam penelitian ini

adalah kumpulan dari beberapa siswa yang sengaja dibentuk oleh guru,

yang ditujukan untuk tujuan pembelajaran, dimana setiap kelompok terdiri

dari siswa yang berkemampuan heterogen, diharapkan agar siswa yang

mempunyai kemampuan dan kemauan rendah dalam belajar mendapat

bimbingan dari siswa yang mempunyai kemampuan dan kemauan tinggi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembentukan kelompok belajar ini

yaitu :

a. Dibentuk dengan mempertimbangkan latar belakang jenis kelamin,

sosio ekonomi, agama dan sebagainya.

b. Mempertimbangkan kemampuan siswa, artinya pengelompokan siswa

dilakukan dengan mencampurkan siswa yang mempunyai kemampuan

/ kemauan rendah dengan siswa yang mempunyai kemampuan /

(26)

c. Penggunaan metode tutor sebaya yaitu salah satu anggota kelompok

belajar yang berkemampuan dan berkemauan tinggi, ditunjuk sebagai

tutor kelompok untuk membimbing anggota kelompok yang lain dalam

pengerjaan tugas.

d. Penggunaan metode penugasan ( resitasi). Metode resitasi disebut juga

metode pekerjaan rumah, karena siswa diberi tugas-tugas khusus diluar

jam pelajaran. ( Usman, 2010, 47 ).

G. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Dilihat dari teknik samplingnya penelitian ini adalah penelitian

populasi karena keseluruhan objek menjadi sampel penelitian.

b. Dilihat dari timbulnya variabelnya penelitian ini adalah penelitian

eksperimental, karena penelitian ini mencoba menerapkan strategi

pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

c. Dilihat dari pola-pola atau sifat penelitian, penelitian ini adalah

penelitian tindakan ( action research). ( Suharsimi, 2006, 82 ).

2. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap

siklus yang dilaksanakan terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan,

tindakan, pengamatan dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan sesuai

(27)

terlebih dahulu dilaksanakan pengamatan proses pembelajaran, yang

disebut dengan tahap prasiklus. Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi

masalah-masalah yang timbul selama proses pembelajaran, yakni yang

berhubungan dengan motivasi belajar siswa.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV Ml Nurul

Huda Krandonlor 02 Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang Tahun

Pelajaran 2009/2010. Variabel yang hendak diteliti yaitu motivasi belajar

siswa ketika disekolah. Indikator yang diteliti yaitu sebagai berikut:

a. Antusias siswa dalam proses belajar mengajar;

b. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar;

c. Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas dari guru yang dibuktikan

dengan hasil penugasan;

d. Tercapai ketuntasan belajar mengajar siswa yang dibuktikan dengan

daftar nilai hasil evaluasi.

4. Langkah-langkah Penelitian a. Tahap Prasiklus

Yaitu mengamati proses pembelajaran dan mengidentifikasi motivasi

belajar siswa dengan memperhatikan variabel yang akan diteliti.

b. Perencanaan

Yaitu sesuatu yang harus dipersiapkan, sebelum penelitian dilakukan.

(28)

2) Mempersiapkan perangkat pembelajaran.

3) Membuat desain alat evaluasi.

c. Pelaksanaan Tindakan

Yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar sebagaimana telah

direncanakan.

d. Observasi

Yaitu melakukan pengamatan terhadap tindakan dengan menggunakan

lembar observasi.

e. Refleksi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan menganalisis hasil observasi yang

diharapkan mampu menunjukkan kelemahan untuk diperbaiki pada

siklus berikutnya.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan daiam pelaksanaan penelitian ini adalah :

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

b. Journal atau rencana harian.

c. Daftar nilai siswa.

d. Lembar observasi.

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Metode Observasi ( observation )

Metode Observasi ( observation ) atau pengamatan merupakan suatu

teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan

(29)

bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala

sekolah yang sedang memberi pengarahan, personil bidang

kepegawaian yang sedang rapat. ( Sukmadinata, 2008, 220 ). Metode

ini digunakan oleh penulis untuk memperoleh data tentang letak

geografis, sarana dan prasarana di Ml Nurul Huda Krandonlor 02

Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang.

b. Studi Dokumenter ( dokumentaiy study )

Studi Dokumenter ( dokumentary study ) merupakan suatu teknik

pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisa dokumen-

dokumen, baik dokumen yang tertulis, gambar, maupun elektronik.

Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan

dan fokus masalah. ( Sukmadinata, 2008, 221 ). Metode ini digunakan

untuk memperoleh data dengan cara melihat dan mencatat dari

dokumen yang ada hubungannya dengan dokumen yang diteliti, dapat

berupa benda-benda tertulis atau dokumen.

c. Wawancara atau interviu ( interview )

Wawancara atau interviu ( interview ) merupakan suatu bentuk teknik

pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif

kuantitatif deskriptif kualitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan

dalam pertemuan secara individual. Adakalanya juga wawancara

dilakukan secara kelompok, kalau memang tujuannya untuk

(30)

keluarga, pengurus yayasan, pembina pramuka dan lain-lain. (

Sukmadinata, 2008, 216).

7. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data digunakan oleh peneliti untuk mengidentifikasi

dan menganalisis data yang sudah diperoleh selama kegiatan penelitian.

H. JADWAL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dalam 5 tahap, yaitu tahap satu adalah tahap

prasiklus, tahap dua adalah tahap siklus satu, tahap tiga adalah tahap siklus 2,

tahap empat adalah tahap siklus 3, dan tahap lima adalah tahap penyusunan

laporan hasil penelitian. Secara rinci jadwal penelitian, penulis sajikan dalam

sebuah tabel dalam lampiran skripsi ini.

I. SISTIMATIKA PENULISAN SKRIPSI

Skripsi ini disusun atas lima bab yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis,

kegunaan penelitian, definisi operasioanal, metode penelitian,

jadwal penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisi tentang pengertian guru, tugas utama

(31)

mengajar, faktor yang mempengaruhi proses belajar menngajar,

pengertian motivasi, pengertian motivasi belajar, pentingnya

motivasi belajar bagi siswa, pentingnya motivasi belajar bagi

guru, pentingnya motivasi dalam proses belajar mengajar, jenis-

jenis motivasi, fungsi motivasi, prinsip-prinsip motivasi, nilai

motivasi dalam pengajaran, unsur-unsur yang mempengaruhi

motivasi belajar, upaya meningkatkan motivasi belajar, indikator

siswa yang memiliki motivasi belajar, pengertian mengajar,

pengertian kelompok belajar, manfaat belajar bersama dalam

kelompok, bentuk-bentuk belajar bersama dalam kelompok.

BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang keadaan Ml NuruI Huda

Krandonlor 02, letak geografis, sarana dan prasarana, keadaan

guru, keadaan siswa, struktur organisasi, denah lokasi Ml Nurul

Huda Krandonlor 02 dan gambaran pelaksanaan siklus yang

dilakukan oleh peneliti.

BAB IV : ANALISA DATA

Pada bab ini membahas tentang data hasil pengamatan,

refleksi, keberhasilan, dan kegagalan yang kemudian dilanjutkan

dengan perbaikan serta pembahasan lebih lanjut.

BAB V : PENUTUP

(32)

BAB

n

LAND ASAN TEORI

A. PENGERTIAN BELAJAR

Di dalam Al-Qur’an surat al-Mujadilah Allah berfirman :

Artinya : ...niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman

di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (

Q.S. Al-Mujadilah : 11 )

Ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah akan mengangkat derajat

seseorang dengan dua syarat yaitu beriman dan berilmu pengetahuan. Ayat

tersebut mendorong kita untuk senantiasa belajar agar menjadi orang yang

berilmu pengetahuan sehingga Allah akan mengangkat derajat kita. Namun

sebenarnya apakah makna dari belajar, berikut penulis sajikan beberapa

pengertian belajar menurut para ilmuwan.

Skinner, seperti yang dikutip Barlow ( 1985 ) dalam bukunya

educational psychology : The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa

belajar adalah suatu penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara

progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa

belajar adalah —4 Process O f Progressive Behavior Adaptation. Berdasarkan

eksperimennya, B.F.Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan

mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat ( reinforcer ).

Skinner seperti juga Pavlov dan Guthrie, adalah seorang pakar teori

(33)

dugaan bahwa timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara

stimulus ( rangsangan ) dengan rcspon. Namun, patut dicatat bahwa definisi

yang bersifat behavioristik ini dibuat berdasarkan eksperimen dengan

menggunakan hewan, sehingga tidak sedikit pakar yang menentangnya.

Chaplin dalam Dictionsry O f Psychology membatasi belajar dengan dua

rumusan. Rumusan pertama berbunyi ....acquisition o f any relatively

permanent change in behavior as a result o f practice and experience. Belajar

adalah perolehan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari latihan

dan pengalaman. Rumusan keduanya process o f acquiring responses as a

result o f special practice, belajar ialah proses memperoleh respon-respon

sebagai akibat adanya latihan khusus.

Hintzmant dalam bukunya The Psycholofy O f Learning and memory

berpendapat learning is a change in organism due to experience which can

affect the organism ’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang

teijadi dalam organisme ( manusia atau hewan ) disebabkan oleh pengalaman

yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi, dalam

pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut

baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.

Dalam penjelasan lanjutannya, pakar psikologi belajar itu menambahkan

bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun sangat

memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Sebab, sampai batas tertentu

(34)

mengilhami gagasan everyday learning ( belajar sehari-hari ) yang

dipopulerkan oleh Profesor John B. Biggs.

Wittig dalam bukunya The Psycholofy O f Learning mendefinisikan

belajar sebagai : any relatively permanent change in an organism ’s behavioral

repertoire that occurs as a result o f experience. Belajar ialah perubahan yang

relatf menetap yang terjadi dalam segala macam / keseluruhan tingkah laku

suatu organisme sebagai hasil pengalaman.

Perlu kiranya dicatat, bahwa definisi Wittig tidak menekankan

perubahan yang disebut behavioral change tetapi behavioral repertoire

change, yakni perubahan yang menyangkut seluruh aspek psiko-fisik

organisme. Penekanan yang berbeda ini didasarkan pada kepercayaan bahwa

tingkah laku lahiriah organisme itu sendiri bukan indikator adanya peristiwa

belajar, karena proses belajar itu tak dapat diobservasi secara langsung.

Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modem, Dictionary o f

psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar

adalah The Process O f Acquiring Knoeledge, yakni proses memperoleh

pengetahuan. Pengertian ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan

psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang representatif

karena tidak megikutsertakan perolehan keterampilan non kognitif.

Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons

potentiality which occurs as a result o f reinforced practise, yaitu suatu

(35)

yang diperkuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial

dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar.

1. Relatively permanent, yang secara umum menetap.

2. Response potentiality, kemampuan bereaksi.

3. Reinforced, yang diperkuat.

4. Practise, praktik atau latihan.

Istilah 1) konotasinya ialah bahwa perubahan yang bersifat sementara

seperti perubahan karena mabuk, lelah jenuh, dan perubahan karena

kematangan fisik tidak termasuk belajar. Istilah 2) berarti menunjukkan

pengakuan terhadap adanya perbedaan antara belajar dan penampilan atau

kinerja hasil-hasil belajar. Hal ini merefleksikan keyakinan bahwa belajar itu

merupakan peristiwa hipotesis yang hanya dapat dikenali melalui perubahan

kinerja akademik yang dapat diukur. Istilah 3) konotasinya ialah bahwa

kemajuan yang didapat dari proses belajar mungkin akan musnah atau sangat

lemah apabila tidak diberi penguatan. Sedangkan istilah terakhir, yakni

practise, menunjukkan bahwa proses belajar itu membutuhkan latihan yang

berulang-ulang untuk menjamin kelestarian kinerja akademik yang telah

dicapai siswa.

Biggs dalam pendahuluan Teching For Learning mendefinisikan belajar

dalam tiga macam rumusan, yaitu : rumusan kuantitatif; rumusan institusional;

rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini, kata-kata seperti perubahan

(36)

sudah menjadi kebenaran umum yang diketahui semua orang yang terlibat

dalam proses pendidikan.

Secara kuantitatif ( ditinjau dari sudut jumlah ), belajar berarti kegiatan

pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-

banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak

materi yang dikuasai siswa.

Secara institusional ( tinjauan kelembagaan ), belajar dipandang sebagai

proses “ validasi “ atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-

materi yang ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah

belajar dapat diketahui sesuai dengan proses mengajar. Ukuranya, semakin

baik mutu guru mengajar, akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang

kemudian dinyatakan dalam bentuk skor.

Adapun pengertian belajar secara kualitatif ( tinjauan mutu ) ialah proses

memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan

dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini, difokuskan pada

tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan

masalah-masalah yang kini dan nanti.

Timbulnya keanekaragaman pendapat para ahli tersebut diatas adalah

fenomena perselilisihan yang wajar, karena adanya perbedaan titik pandang.

Selain itu, perbedaan antara satu situasi belajar dengan situasi belajar lainnya

yang diamati oleh para ahli juga dapat menimbulkan perbedaan pandangan.

Situasi belajar menulis misalnya, tentu tidak sama dengan situasi belajar

(37)

mereka sepakat seperti dalam penggunaan istilah “ berubah “ dan “ tingkah

laku

Bertolak dari definisi yang telah diutarakan tadi, secara umum belajar

dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif

menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian itu perlu

diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat

proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat

dipandang sebagai proses belajar. ( Syah, 1995, 90 - 92 )

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita

bedakan menjadi tiga macam.

1. Faktor internal ( faktor dari dalam sisw a), yakni keadaan / kondisi jasmani

dan rohani siswa.

2. Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa ), yakni keadaan lingkungan

disekitar siswa.

3. Faktor pendekatan belajar ( aproach to learning ), yakni jenis upaya belajar

siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. ( Syah, 1995 :

(38)

Faktor Internal Siswa

Faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua

aspek, yakni : a. aspek fisiologis ( yang bersifat jasmaniah ); b. aspek

psikologis ( yang bersifat rohaniah ).

1. Aspek fisiologis yaitu yang menyangkut kondisi umum jasmani dan tonus

( tegangan o to t) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan

sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam

mengikuti pelajaran.

2. Aspek psikologis

Pada aspek psiklogis banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang

dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa.

Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang ada pada umumnya

dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut : 1) tingkat kecerdasan /

intelegensi siswa; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi

siswa.

Inetelegensi Siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-

fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan

dengan cara yang tepat ( Reber, 1988 ). Jadi, intelegensi bukan persoalan

kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan

tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan

(39)

lantaran otak merupakan ” menara pengontrol ” hampir seluruh aktivitas

manusia.

Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons ( response tendency ) dengan

cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik

secara positif maupun negatif.

Bakat Siswa

Secara umum, bakat ( aptitude ) adalah kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (

Chaplin, 1972 : Reber , 1998 ). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang

pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke

tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Itulah sebabnya

seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas ( superior ) atau cerdas luar

biasa ( very superior) disebut juga talented child, yakni anak berbakat.

Minat Siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan

yang tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu. Menurut Reber ( 1998 ),

(40)

yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti : pemusatan perhatian,

keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.

Namun, terlepas dari populer atau tidak, minat seperti yang dipahami

dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian

hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu.

Motivasi Siswa

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia

ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian

ini, motivasi berarti pemasok daya ( energizer) untuk bertingkah laku secara

terarah. ( Gleitmen, 1996; Reber, 1988 ). Dalam perkembangan selanjutnya,

motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) motivasi intrinsik; 2)

motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal

dari dalam diri siswa itu sendiri, yang dapat mendorongnya melakukan

tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan

menyenangi materi dan kebutuhanya terhadap materi tersebut, misalnya untuk

kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik

adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga

mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. ( Syah, 1995, 132 - 137 ).

Menurut kitab Ta’lim M uta’alim ada beberapa faktor yang

(41)

1. artinya bahwa

bagi orang menuntut ilmu ( belajar ), haruslah mempunyai niat di dalam

belajar Varena niat adalah pokok landasan segala perbuatan.

artinys bahwa orang yang hendak belajar bisa berhasil dan bermanfaat

ilmunya jika menjunjung tinggi ilmu dan para ilmuwan serta menghormati

guru.

3 artinya bahwa orang yang hendak

belajar haruslah memiliki ketekunan dan teguh pendirian. ( Nasiruddin,

1963, 28,60 dan 88 ).

C. PENGERTIAN GURU

Dalam Kamus Bahasa Indonesia kedua 1991, guru diartikan sebagai

orang yang pekerjaanya (mata pencaharianya) mengajar. Tapi sesederhanakah

arti guru ? kata guru dalam Bahasa Arab disebut mu ’allim dan dalam Bahasa

Inggris teacher itu memang memiliki arti sederhana, yakni A person whose

occupation is teaching others ( Me Leod, 1989 ). Artinya, guru ialah

seseorang yang pekerjaanya mengajar orang lain.

Pengertian-pengertian seperti itu masih bersifat umum, oleh karenanya

dapat megundang bermacam-macam interpretasi dan bahkan juga konotasi.

Pertama, kata seseorang ( a person ) bisa mengacu pada siapa saja asal

(42)

disebut guru, melainkan juga ” dia-dia ” lainnya yang berposisi sebagai : kiai

di pesantren, pendeta digereja, instruktur di balai pendidikan dan pelatihan,

dan bahkan juga sebagian pesilat di padepokan. Kedua, kata mengajar dapat

pula ditafsirkan bermacam-macam misalnya :

1. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan pada orang lain ( bersifat

kognitif);

2. Melatih keterampilan jasmani kepada orang lain ( bersifat psikomotorik );

dan

3. Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain ( bersifat afektif).

Akan tetapi, terlepas dari aneka ragam interpretasi tadi, guru yang

dimaksud dalam pembahasan ini ialah tenaga pendidik yang pekerjaan

utamanya mengajar ( UUSPN tahun 1989 Bab Vll pasal 27 ayat 3 ).

Selanjutnya, kegiatan mengajar yang dilakukan guru itu tidak berorientasi

pada kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta saja tetapi kecakapan yang

berdimensi ranah rasa dan karsa. Sebab, dalam perspektif psikologi

pendidikan, mengajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (

guru ) yang membuat orang lain ( siswa ) belajar, dalam arti mengubah

seluruh perilakunya. Perilaku ini meliputi tingkah laku yang bersifat terbuka

seperti keterampilan membaca ( ranah karsa ), juga yang bersifat tertutup

seperti berfikir ( ranah cipta ), dan berperasaan ( ranah rasa ). ( Syah, 1995 :

(43)

D. TUGAS UTAMA GURU DAN SISWA

Tugas utama bagi seorang guru adalah melaksanakan kegiatan belajar

mengajar demi tercapainya ketuntasan proses belajar mengajar yang

dilakukan. Sedangkan tugas utama seorang siswa adalah belajar dibawah

bimbingan seorang guru. Hubungan antara kegiatan yang dilakukan guru (

mengajar ) dengan siswa ( yang sedang belajar ) dinamakan kegiatan belajar

mengajar.

E. PENGERTIAN MENGAJAR

Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam

dalam bidang-bidang studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu ialah

merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa.

Arifin ( 1978 ) mendefinisikan sebagai “...suatu rangkaian penyampaian bahan

pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan

mengembangkan bahan pelajaran itu”.

Pengertian “ mengajar ” secara konvensional adalah menyampaikan

ilmu pengetahuan pada siswa. Kegiatan pengajaran adalah mencoba

menyampaikan ilmu pada siswa. Siswa diibaratkan seperti guji yang kosong,

sedangkan guru bertugas mengisi guji itu sepenuh-penuhnya. Pengertian

mengajar tersebut menempatkan siswa sebagai objek. Siswa berfungsi sebagai

penerima apa yang disampaikan oleh guru. Guru lebih aktif dan lebih

(44)

Pandangan yang muncul kemudian, mengenai mengajar sebagai kritik

atas pandangan konvensional yaitu bahwa mengajar harus dilihat dari sudut

siswa. Mengajar lebih diorientasikan untuk memberi kegiatan secara optimal

pada siswa. Maka definisi mengajar adalah membimbing siswa bagaimana

harus belajar. Mengajar berarti mengatur dan menciptakan kondisi yang

terdapat di lingkungan siswa sehingga dapat menumbuhkan minat siswa untuk

melakukan kegiatan belajar.( Sudjana, 1998, dalam Harsanto, 2007, 86 - 87 ).

Guru didalam kegiatan belajar mengajar berperan sebagai fasilitator. Artinya

guru bertugas mengatur dan menciptakan kondisi yang terdapat dilingkungan

siswa sehingga siswa mampu mengoptimalkan kegiatannya dalam proses

belajar mengajar.

F. PENGERTIAN BELAJAR MENGAJAR

Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses, yaitu mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat

mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya

mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada anak didik

dalam melakukan proses belajar.( Nana Sudjana, 1991, 29, dalam Djamarah,

(45)

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR MENGAJAR

Baik buruknya situasi proses belajar mengajar dan tingkat pencapaian

hasil proses instruksional itu pada umumnya bergantung pada fakor-faktor

yang meliputi : 1) karakeristik siswa; 2) karakteristik guru; 3) interaksi dan

metode; 4) karakteristik kelompok; 5) fasilitas fisik; 6) mata pelajaran ; dan 7)

lingkungan alam sekitar. Untuk memperjelas faktor-faktor yang diutarakan

surya ( 1982 ) tadi, akan penyusun jelaskan rinciannya secara agak luas.

Pengaruh Karakteristik Siswa

Dalam proses belajar-mengajar, karakteristik ( ciri khas ) para siswa

sangat perlu diperhitungkan lantaran dapat mempengaruhi jalannya proses dan

hasil pembelajaran siswa yang bersangkutan. Diantara karakteristik siswa

yang erat kaitannya dengan PBM adalah sebagai berikut:

1. Kematangan mental dan kecakapan intelektual siswa yang meliputi :

kecerdasan umum ( general ability ); bakat ( specific intelectual ablity );

dan kecakapan ranah cipta yang diperoleh lewat pengalaman belajar.

2. Kondisi jasmani dan kecakapan ranah karsa siswa, yang meliputi :

kekuatan, kecepatan, koordinasi antar anggota badan, dan sebagainya.

3. Karakteristik ranah rasa siswa yang meliputi : tingkat minat belajar, jenis

motivasi belajar, ( intrinsik atau ekstrinsik ), sikap terhadap guru dan mata

pelajaran, dan sebagainya.

(46)

serta status atau kelas sosial ekonomi ( kelas atas, kelas menengah, atau

kelas baw ah).

5. Usia siswa. Hal ini sangat berhubungan erat dengan penyesuaian tingkat

kematangan dan perkembangan psiko-fisik dengan tingkat kesulitan mata

pelajaran yang dipelajari siswa.

6. Jenis kelamin siswa. Hal ini sering berkaitan dengan minat dan bakat

umum yang berbeda antara siswa laki-laki lebih cenderung terhadap sains

dan teknologi, sedangkan siswa perempuan lebih cenderung terhadap

ilmu-ilmu sosial.

Pengaruh Karakteristik Guru

Peranan guru sebagai mediator ( penghubung/perantara ) antara

pengetahuan dan keterampilan dengan siswa yang membutuhkannya, sangat

berpengaruh pada hasil PBM ialah sebagai berikut:

1. Karakteristik intelektual guru yang meliputi : potential ability ( kapasitas

ranah cipta bawaan ) dan actual ability kemampuan ranah cipta yang

nyata;

2. Kecakapan ranah karsa guru, seperti : tingkat kefasihan berbicara, tingkat

kecermatan menulis, dan memperagakan keterampilan-keterampilan

lainnya;

3. Karakteristik ranah rasa guru yang meliputi : tingkat minat, keadaan emosi

dan sikap terhadap siswa dan mata pelajaran sendiri dan sebagainya;

4. Usia guru. Hal ini berhubungan dengan bidang tugas yang diemban,

(47)

akan lebih cocok bila dilakukan oleh guru yang berusia lebih tua dari guru-

guru lainnya;

5. Janis kelamin guru. Hal ini berhubungan dengan bidang tugas yang

diemban, umpamannya : pengajaran bahasa dan kesenian akan lebih pas

jika dilakukan oleh wanita, walaupun sebenarnya tidak mutlak;

6. Kelas sosial guru. Hal ini berhubungan dengan minat dan sikap guru

terutama terhadap profesinya. Guru yang berasal dari strata sosial

menengah kebawah relatif lebih positif dan bangga menjadi guru

dibandingkan dengan guru yang berasal dari strata sosial yang tinggi.

Pengaruh Interaksi dan Metode

Dalam setiap proses belajar mengajar disekolah sekurang-kurangnya

melibatkan empat komponen pokok, yaitu : 1) individu siswa; 2) guru ; 3)

ruang kelas; 4) kelompok siswa. Semua komponen ini sudah barang tentu

memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang unik dan berpengaruh terhadap

jalannya PBM.

Melalui interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antara semua

siswa ( komunikasi dua arah dan multi arah ) dalam PBM akan menimbulkan

perubahan perilaku siswa baik yang berdimensi ranah cipta, ranah rasa,

maupun yang berdimensi ranah karsa. Oleh karena itu, dalam komunikasi

instruksional yang direkayasa guru, seyogianya diterapkan metode yang

relevan dengan kebutuhan. Sebab, apabila metode mengajar yang digunakan

(48)

Pengaruh Karakteristik Kelompok

Kesatuan yang terdiri atas para siswa dalam sebuah kelas disebut

kelompok. Kesatuan siswa ini memiliki karakteristik tertentu dan turut pula

mempengaruhi hasil pembelajaran setiap siswa dalam kelas itu. Karakteristik

kesatuan siswa yang dapat mempengaruhi jalannya PBM dan hasil

pembelajaran siswa itu, ialah : 1) jumlah anggota kelompok; 2) struktur

kelompok ( jenis kelamin dan usia siswa anggota ); 3) sikap kelompok; 4)

kekompakan anggota kelompok; 5) kepemimpinan kelompok.

Karakteristik kelompok tersebut perlu dipahami sebaik-baiknya oleh

guru untuk dimanfaatkan dalam mengatur pelaksanaan kegiatan PBM dan

proses pembelajaran siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota

kelompok. Selain itu, pembentukan kelompok khusus di luar kelompok kelas,

seperti kelompok diskusi dan kelompok belajar yang kompak dan harmonis

juga amat berpengaruh terhadap hasil PBM khususnya dalam hal penyelesaian

tugas-tugas bersama.

Pengaruh Fasilitas Fisik

Fasilitas ( kemudahan ) fisik yang mempengaruhi jalannya PBM dan

hasil-hasil yang akan dicapai adalah :

1. Kemudahan fisik yang ada disekolah, seperti : kondisi ruang belajar/kelas;

bangku; papan tulis; laboratorium; perpustakaan dan perangkat fisik

lainnya yang berhubungan dengan kepentingan PBM;

2. Kemudahan fisik yang ada dirumah siswa, seperti : ruang, meja belajar;

(49)

Demikian besar pengaruh fasilitas fisik diatas terhadap keberhasilan

PBM. Terbukti, dengan kurang memadainya hasil pembelajaran para siswa

sekolah yang berlokasi didaerah-daerah tertinggal, yang praktis menghadapi

masalah dalam menyediakan fasilitas tadi. Selanjutnya, selain pengadaan,

pemeliharaan kemudahan belajar khususnya yang tersedia disekolah perlu

pula senantiasa digalakkan untuk mendukung kelancaran PBM.

Pengaruh Mata Pelajaran

Tingkat kesukaran, keluasan dan kedalaman makna yang terkandung

bahan pelajaran akan turut memengaruhi sikap dan minat belajar para siswa

selama mengikuti PBM. Selain itu, hubungan antara sebuah mata pelajaran

dengan mata pelajaran lain juga mempengaruhi lancar atau tidaknya

pelaksanaan PBM.

Oleh sebab itu, setiap bahan pelajaran seyogianya ditata sedemikian rupa

sehingga memenuhi syarat psikologis-paedagogis. Ini bermakna, bahwa guru

perlu menyusun satuan pelajaran yang bersistematika logis, sesuai dengan

kemampuan ranah cipta siswa, dan tidak mengabaikan perbedaan individual

yang mungkin ada diantara para siswa. Selain itu, penyusunan jadwal juga

perlu dilakukan sedemikian rupa antara lain dengan memperhatikan bobot dan

jenis mata pelajaran tertentu dikaitkan dengan stamina ( ketahanan fisik dan

mental ) siswa dengan keadaan cuaca dan temperatur / suhu udara.

Pengaruh Lingkungan Luar

(50)

1. Lingkungan sekitar sekolah, seperti : keadaan lingkungan gedung sekolah,

kondisi masyarakat sekitar sekolah, situasi kultural sekitar sekolah, juga

sistem pendidikan dan organisasi serta administrasi sekolah;

2. Lingkungan sekitar rumah siswa, seperti tetangga, fasilitas/sarana umum,

strata sosial masyarakat, situasi kultural, dan sebagainya.

Faktor lingkungan luar diatas, akan dapat memperlancar PBM jika

semuannya dalam kondisi baik, dalam arti memenuhi syarat-syarat

kependidikan. Sebaliknya, apabila lingkungan luar itu tidak memenuhi syarat

kependidikan ( seperti letak sekolah didekat pasar atau terminal ), mungkin

sekali PBM akan sering terganggu dan pencapaian hasilnya pun kurang

memuaskan. ( Syah, 1995 : 247 - 250 ).

H. PENGERTIAN MOTIVASI

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia

ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.( Syah, 1995,136 ).

Motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga

anak itu mau, ingin melakukannya, bila ia tidak suka, ia akan berusaha

mengelaknya. ( Nasution, hal.58, dalam Djamal, 1985, 71 ).

Motivasi adalah penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan didasari adanya

(51)

I. MOTIVASI BELAJAR

Usman mengemukakan, bahwa dorongan yang timbul di dalam diri

seseorang disebut dengan motivasi, dimana seseorang memperoleh daya jiwa

yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya

sendiri dinamakan motivasi instrinsik. Sedangkan dorongan yang timbul yang

disebabkan oleh adanya pengaruh luar disebut motivasi ekstrinsik.

Seorang anak yang didorong oleh motivasi instrinsik biasanya dia ingin

mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajarnya, sebagaimana

dikatakan oleh para ahli psikologi ” Instrinsic Motivation are in Here nee in

The Learning Situations and Meeting Pupil Need and Purpose Sebaliknya

bila seseorang ingin mencari penghargaan berupa angka, hadiah, diploma, dan

sebagainya berarti didorong oleh motivasi ekstrinsik, oleh karena tujuan yang

ingin dicapai tersebut terletak di luar perbuatan atau disebut dengan ” the goal

is artificially intro ducted ” ( S.Nasution , 1982 : 80).

Seorang guru dapat memberikan bermacam-macam motivasi ekstrinsik

terhadap anak-anak, namun tidak semua motivasi itu baik bagi perkembangan

mereka. Oleh karena itu, seorang guru harus mengetahui dan memahami

secara pasti kapan dan bilakah sebaiknya motivasi tersebut tepat diberikan,

dengan kata lain motivasi yang bagaimanakah yang cocok diterapkan kepada

diri anak. Sehubungan dengan hal itu S.Nasution membedakan motivasi

sebagai berikut:

(52)

Angka yang baik bagi mereka merupakan motivasi dalam kegiatan

belajarnya.

2. Hadiah; hal ini dapat membangkitkan motivasi yang kuat bagi setiap orang

dalam melakukan sesuatu pekerjaan atau belajar sekalipun. Hadiah bagi

pelajar dapat merusak jiwa mereka bilamana hadiah yang diinginkan

tersebut dapat membelokkan pikiran dan jiwa mereka dari tujuan yang

sebenarnya.

3. Persaingan; faktor persaingan ini sering digunakan sebagai alat untuk

mencapai prestasi yang lebih tinggi dilapangan industri dan perdagangan

dan juga disekolah. Persaingan dapat mempertinggi hasil belajar anak

bilamana dilakukan secara positif.

4. Tugas yang menantang ( challenging ); memberi kesempatan terhadap

anak dalam memperoleh kesuksesan belajar bukan berarti mereka harus

diberi tugas-tugas yang mudah-mudah saja, tetapi tugas-tugas yang lebih

sulit yang diberikan kepada mereka merupakan tantangan dan merangsang

mereka untuk belajar secara serius dalam memecahkan masalah yang

mereka hadapi.

5. Pujian; pujian diberikan sebagai akibat pekerjaan atau belajar anak dapat

memperoleh atau hasil belajar yang memuaskan. Pujian merupakan

motivasi yang baik bila diberikan secara benar uan beralasan.

6. Teguran dan kecaman; digunakan untuk memperbaiki kesalahan anak

(53)

diberikan harus secara bijaksana dan dapat menjadikan anak menyadari

kesalahannya.

7. Celaan ( sarkisme ); celaan ini secara psikologis dapat merusak antara lain;

anak menjadi frustasi dalam belajarnya, dan timbul rasa dendam terhadap

guru.

8. Hukuman; sama halnya dengan celaan, hukuman juga dapat menimbulkan

kekecewaan dalam diri anak dan perasaan dendam yang tidak mudah

mereka lupakan.( Usman, 2010, 10-11 ).

J. PENTINGNYA MOTIVASI BELAJAR BAGI SISWA

Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:

1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir;

contohnya, setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan,

dibandingkan dengan temannya sekelas yang juga membaca bab tersebut;

ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi.

2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan

dengan teman sebaya; sebagai ilusterasi, jika terbukti usaha belajar

seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya.

3. Mengarahkan kegiatan belajar; sebagai ilusterasi, setelah ia ketehui bahwa

dirinya belum belajar serius, terbukti banyak bersenda gurau misalnya,

Gambar

tabel pada lampiran skripsi ini.
TABEL PELAKSANAAN PENELITIAN
TABEL SARANA PRASARANA MI NURUL HUDA KRANDONLOR 02
TABEL KEADAAN SISWA MI NURUL HUDA KRANDONLOR 02 PADA
+7

Referensi

Dokumen terkait

dengan kasus perdagangan orang yang berpotensi menjadi korban khususnya anak. Dalam hal tersebut, penulis menganalisa mengapa diperlukannya

hakim bahwa terdakwa benar telah melakukan tindak. pidana serta dalam pertimbangan hakim

Hal ini di lakukan melalui pendidikan pada mata pelajaran seni budaya di sekolah dan ekstrakulikuler yang kemudian bersinergi dengan program pemerintah serta

Semakin besar informasi asimetri antara pihak luar bank dan pihak dalam bank, maka akan semakin sulit bagi pihak luar untuk memonitor kinerja governance bank. Hal ini

Penulisan skripsi ini digunakan untuk menganalisa Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap kinerja bank yang diukur dengan return on asset

Disamping itu kedua pelarut tersebut merupakn senyawa yang tidak saling melarutkan, artinya ketika dicampurkan maka akan terbentuk dua fasa yang berbeda pada larutan,

Saat pecah mata entres diperoleh dengan menghitung hari mulai saat okulasi. sampai pada saat mata

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPA pada kompetensi dasar pesawat sederhana melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas