• Tidak ada hasil yang ditemukan

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 1 dari 14 hal. Put. Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

P U T U S A N

Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata khusus sengketa konsumen pada tingkat kasasi telah memutus sebagai berikut dalam perkara antara:

PT SINAR MITRA SEPADAN FINANCE, diwakili oleh Gabriel Mahyudin, Direktur, berkedudukan di Wisma Meillinea Lantai 1 & 2, Jalan M.T. Haryono Kav.16, Jakarta, dalam hal ini memberi kuasa kepada Dhani Syahputra Branch Manager dan Jaramel Purba Supervisor Collection, berkantor di Jalan HOS. Cokroaminoto Nomor 184 Kisaran, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 18 Agustus 2015;

Pemohon Kasasi dahulu Pemohon Keberatan; L a w a n

IRWAN, bertempat tinggal di Jalan Cemara Desa Selawan, Kecamatan Kota Kisaran Timur, Kabupaten Asahan, dalam hal ini memberi kuasa kepada Mahmuddin Sitorus, S.H. dan kawan, para Advokat, berkantor di Jalan Cendrawasih Nomor 50, Kelurahan Lestari, Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 11 September 2015; Termohon Kasasi dahulu Termohon Keberatan;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Pemohon Kasasi dahulu Pemohon Keberatan telah mengajukan keberatan terhadap putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Nomor 54/ Arbitrase/BPSK-BB/2015 tanggal 30 April 2015 yang amarnya sebagai berikut: 1. Mengabulkan permohonan konsumen seluruhnya;

2. Menyatakan ada kerugian dipihak konsumen;

3. Menyatakan penarikan 1 (satu) unit mobil Merk Suzuki escudo/jeep/ automotif Nomor Rangka MHYESE42022J-105835 Nomor Mesin J2OA-ID-105835 Tahun 2012 warna hitam Nopol BK 1687 SA kepada Konsumen oleh Pelaku Usaha adalah bertentangan dengan Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia;

4. Menghukum Pelaku Usaha untuk mengembalikan 1 (satu) unit mobil Merk Suzuki escudo/jeep/automotif Nomor Rangka MHYESE4202J-105835

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(2)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 2 dari 14 hal. Put. Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

Nomor Mesin J2OA-ID-105835 Tahun 2012 warna hitam Nopol BK 1687 SA kepada Konsumen;

5. Menghukum Pelaku Usaha untuk menghapus biaya administrasi, pemblokiran, penarikan dan pergudangan;

6. Menghukum Pelaku Usaha untuk mematuhi keputusan pada butir 3 dan 4 sejak putusan ini berkekuatan hukum tetap;

7. Menghukum Pelaku Usaha untuk membayar uang denda sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) setiap harinya, apabila lalai atau tidak mau memenuhi keputusan pada butir 4 tersebut di atas, terhitung sejak putusan ini berkekuatan hukum tetap;

8. Menghukum Konsumen untuk membayar angsuran sejumlah Rp3.145.000,00 (tiga juta seratus empat puluh lima ribu rupiah) setiap bulan, dengan menormalkan kembali angsurannya terhitung sejak Pelaku Usaha mematuhi keputusan pada butir 4 (empat) dan butir 5 (lima);

Bahwa, terhadap amar putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen tersebut, Pemohon Keberatan telah mengajukan keberatan di muka persidangan Pengadilan Negeri Kisaran yang pada pokoknya sebagai berikut: - Bahwa Pemohon Keberatan dengan tegas menolak dan sangat keberatan

karena proses persidangan penyelesaian sengketa konsumen menyalahi hukum acara (hukum formil) serta Majelis BPSK Kabupaten Batu Bara salah dalam penerapan hukum sehingga tidak mencerminkan keadilan dan juga melanggar azas-azas hukum. Untuk itu Pemohon Keberatan mengajukan permohonan keberatan yang masih dalam tenggang waktu sebagaimana yang ditentukan undang-undang untuk itu;

- Bahwa permohonan keberatan ini diajukan ke Pengadilan Negeri Kisaran dengan mengacu kepada Peraturan Mahkamah Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2006, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 3 ayat (1): Keberatan terhadap Putusan BPSK dapat diajukan oleh Pelaku Usaha dan/atau konsumen kepada Pengadilan Negeri ditempat kedudukan hukum konsumen tersebut; - Bahwa permohonan keberatan ini diajukan ke Pengadilan Negeri Kisaran

dengan alasan-alasan sebagai berikut: I. Keberatan Pertama:

Proses persidangan penyelesaian sengketa konsumen oleh Majelis BPSK Kabupaten Batu Bara melanggar hukum formil yaitu melanggar Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 350/MPP/ KEP/12/2001 tentang pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK;

A. Proses penyelesaian Sengketa Konsumen dilakukan secara

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(3)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 3 dari 14 hal. Put. Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

berjenjang yaitu secara Mediasi dan Arbitrase;

Bahwa ketentuan Pasal 4 ayat 1 dan ayat 2 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK yang berbunyi: Ayat (1) : “Penyelesaian sengketa konsumen oleh BPSK melalui cara

konsiliasi atau Mediasi atau Arbitrase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dilakukan atas dasar pilihan dan persetujuan para pihak yang bersangkutan; Ayat (2) : Penyelesaian sengketa konsumen sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) bukan merupakan proses penyelesaian sengketa secara berjenjang;

Bahwa penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh BPSK Kabupaten Batu Bara adalah melanggar ketentuan hukum formil. Sebab BPSK Kabupaten Batu bara melakukan penyelesaian sengketa konsumen perkara a quo dengan cara berjenjang yaitu persidangan pertama dilakukan dengan proses mediasi yang selanjutnya oleh BPSK memaksakan penyelesaian sengketa dengan cara arbitrase;

Bahwa majelis BPSK Kabupaten Batu Bara telah terbukti melakukan penyelesaian sengketa perkara konsumen dalam perkara a quo menyalahi hukum formal. Sebab jika metode penyelesaian sengketa konsumen dilakukan secara mediasi, maka tidak dapat dilakukan penyelesaian sengketa lagi dengan cara konsiliasi ataupun arbitrase karena melanggar ketentuan Pasal 4 ayat 2 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 350/MPP/Kep/12/2001; Bahwa oleh karena putusan oleh karenanya Majelis BPSK Kabupaten Batu Bara dalam menyelesaikan sengketa konsumen melanggar ketentuan Pasal 4 ayat 2 Permen Nomor 350/MPP/Kep/12/2001, maka putusan BPSK kabupaten Batu Bara Nomor 054/Arbitrase/ BPSK-BB/2015 cacat formil dan demi hukum harus dibatalkan;

B. Metode Penyelesaian Sengketa secara Arbitrase tidak dengan persetujuan Pelaku Usaha;

Bahwa ketentuan Pasal 4 ayat 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSk yang berbunyi:

Ayat (1) : “Penyelesaian sengketa konsumen oleh BPSK melalui cara konsiliasi atau mediasi atau Arbitrase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dilakukan atas dasar

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(4)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 4 dari 14 hal. Put. Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

pilihan dan persetujuan para pihak yang bersangkutan; Bahwa dalam memilih penyelesaian sengketa secara Arbitrase tidak didasarkan atas persetujuan Pemohon Keberatan sebagai Pelaku Usaha. Tetapi hanya atas kemauan sendiri oleh Majelis BPSK kabupaten Batu Bara. Sedangkan menurut ketentuan Pasal 4 ayat 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 350/ MPP/Kep/12/2001 harus didasarkan atas dasar pilihan dan persetujuan para pihak;

Bahwa oleh karena Majelis Kabupaten Batu Bara dalam menyelesaikan sengketa konsumen melanggar ketentuan Pasal 4 ayat 1 Permen Nomor 350/MPP/Kep/12/2001, maka putusan BPSK Kabupaten Batu Bara Nomor 054/Arbitrase/BPSK-BB/2015 cacat formil dan demi hukum harus dibatalkan;

C. Penyelesaian Sengketa Konsumen melewati batas waktu 21 hari; Bahwa berdasarkan ketentuan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 350/MPP/Kep/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan wewenang BPSK pada Pasal 7 ayat (1) yang berbunyi: “Sengketa Konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 wajib diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja, terhitung sejak permohonan diterima oleh Sekretariat BPSK”;

Bahwa pengaduan Termohon Keberatan di BPSK Kabupaten Batu Bara pada bulan Desember 2014 yang diproses dan dilakukan persidangan dan diputus pada tanggal 4 Mei 2015 (melewati 21 hari). Dengan demikian penyelesaian sengketa perkara a quo oleh BPSK kabupaten Batu Bara telah melewati batas waktu penyelesaian sengketa yang dibenarkan oleh ketentuan hukum yaitu 21 hari. Oleh sebab itu putusan BPSK Kabupaten Batu Bara Nomor 054/Arbitrase/ BPSK-BB/2001 cacat formil dan demi hukum harus dibatalkan; II. Keberatan Kedua:

Majelis BPSK Kabupaten Batu Bara salah menerapkan hukum;

A. Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 9018891710/PK/09/13 sah dan mengikat secara hukum memenuhi ketentuan Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia;

Bahwa Termohon Keberatan adalah salah seorang debitur/nasabah Pemohon Keberatan yang telah menerima fasilitas pembiayaan untuk pembelian satu unit kendaraan Jeep/Eskudo 2.0 M/T Nomor Polisi BK

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(5)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 5 dari 14 hal. Put. Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

1687 SA dengan Jaminan Fidusia Nomor W2.175004.AH.05.01 tahun 2013 sesuai dengan ketentuan sebagaimana dalam Undang Undang Nomor 42 tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia;

Bahwa Pemohon Keberatan dan Termohon Keberatan pada tanggal 13 September 2013, telah menandatangani Surat Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 9018891710/PK/09/13 yang telah menyetujui dan menyepakati atas pemberian/penerimaan fasilitas pembiayaan konsumen itu untuk pembelian kendaraan Jeep/Eskudo 2.0 M/T Nomor Polisi BK 1687 SA dengan Termohon Keberatan mendapat fasilitas pembiayaan sebesar Rp113.220.000,00 yang angsuran setiap bulannya sebesar Rp3.145.000,00 selama 36 bulan yang berakhir tanggal 13 Agustus 2016;

Bahwa perjanjian pembiayaan konsumen tersebut merupakan suatu perjanjian yang bersifat konsesuil. Maksudnya adalah perjanjian lahir ketika Pemohon keberatan dan Termohon Keberatan mencapai kata sepakat mengenai barang dan harga. Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 9018891710/PK/09/13 telah berdasarkan kepada ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata dan juga ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata. Pemohon Keberatan dan Termohon Keberatan yang telah sepakat memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang mana Pemohon Keberatan sebagai Kreditur berhak memperoleh angsurannya sampai lunas. Sedangkan Debitur berkewajiban membayar angsuran sampai lunas. Dengan demikian perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 9018891710/PK/09/13 adalah sah secara hukum dan bersifat mengikat terhadap Pemohon Keberatan dan Termohon Keberatan; B. Pemohon Keberatan tidak melanggar ketentuan Pasal 7 Huruf (C)

dan Pasal 18 ayat (1) Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

Bahwa dalam putusan BPSK Kabupaten Batu Bara Nomor 054/ Arbitrase/BPSK-BB/2015 menyatakan Pemohon Keberatan melanggar Pasal 7 huruf C Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah pertimbangan yang keliru yang tidak didasari oleh bukti yang kuat. Sebab Pemohon Keberatan telah memberikan pelayanan kepada Termohon Keberatan secara benar, jujur serta tidak diskriminatif;

Bahwa Pemohon Keberatan telah memberikan semua informasi yang dibutuhkan oleh Termohon Keberatan, seperti Salinan Perjanjian

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(6)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 6 dari 14 hal. Put. Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

Pembiayaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 9018891710/ PK/09/13, memberikan penjelasan mengenai jumlah utang, tenor lamanya pembayaran, jumlah angsuran, tanggal jatuh tempo pembayaran, besar denda setiap keterlambatan dan informasi lainnya yang dibutuhkan oleh Termohon Keberatan dalam kapasitasnya sebagai Debitur yang kemudian Termohon Keberatan memahami dan menyetujuinya dengan penandatangani Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 9018891710/PK/09/13. Dengan demikian Pemohon Keberatan tidak melanggar Pasal 7 huruf C Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlidungagn Konsumen;

Bahwa begitu juga Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 901889 1710/PK/09/13 tidak melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Sebab dalam pertimbangan hukumnya Majelis BPSK Batu Bara tidak mampu menjelaskan item mana dalam perjanjian pembiayaan tersebut yang bertentangan dengan Pasal 18 ayat (1) Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999. Majelis BPSK hanya dengan sesuka hatinya saja menyatakan melanggar Pasal 18 ayat (1) tanpa dibuktikan dengan bukti yang kuat;

Bahwa Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 9018891710/ PK/09/13 telah memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yaitu sebagai berikut:

1. Kesepakatan para pihak. Kesepakatan berarti ada persesuaian kehendak yang bebas antara para pihak mengenai hal-hal pokok yang diinginkan dalam perjanjian., Dalam hal ini, antara Pemohon Keberatan dengan Termohon Keberatan didasari oleh kemauan yang bebas (sukarela) untuk mengikatkan diri. Bebas disini artinya adalah bebas dari kekhilafan (dwaling, mistake), paksaan (dwang, dures) dan penipuan (bedrog, fraud) Dalam pembiayaan konsumen Nomor 9018891710/PK/09/13 antara Pemohon Keberatan dengan Termohon Keberatan telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1320 dan Pasal 1337 KUHPerdata;

2. Kecakapan para pihak. Menurut Pasal 1329 KUHPerdata, pada dasarnya semua orang cakap dalam membuat perjanjian, kecuali ditentukan tidak cakap menurut undang-undang. Dalam hal ini Pemohon Keberatan dan Termohon Keberatan telah mempunyai kecakapan dalam membuat perikatan hukum;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(7)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 7 dari 14 hal. Put. Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

3. Mengenai suatu hal tertentu. Hal tertentu artinya adalah apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak, yang paling tidak barang yang dimaksudkan dalam perjanjian ditentukan jenisnya. Menurut Pasal 1333 KUHPer, objek perjanjian tersebut harus mencakup pokok barang tertentu yang sekurang-kurangnya dapat ditentukan jenisnya. Pasal 1332 KUHPer menentukan bahwa objek perjanjian adalah barang-barang yang dapat diperdagangkan; 4. Sebab yang halal. Sebab yang halal adalah isi perjanjian itu sendiri, yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai oleh para pihak. Isi dari perjanjian itu tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan maupun dengan ketertiban umum. Hal ini diatur dalam Pasal 1337 KUHPer;

Bahwa Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 9018891710/PK/09/ 13 dibuat juga berdasarkan pada asas kebebasan berkontrak dalam Pasal 1338 KUHPer yang menyatakan: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi undang-undang bagi mereka yang membuatnya”; Berdasarkan uraian/dalil hukum tersebut, maka Pemohon Keberatan tidak terbukti sama sekali melanggar Pasal 7 huruf (c) Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 9018891710/PK/09/13 tidak melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; C. Eksekusi Objek Jaminan Fidusia sesuai dengan Ketentuan Pasal 29

Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang JaminanFidusia; Bahwa Majelis BPSK yang dalam pertimbangan hukum putusannya menyatakan Pemohon Keberatan melakukan penarikan/pengambilan objek jaminan fidusia tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku adalah sangat keliru;

Bahwa dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 9018891710/ PK/09/13 pada point 2 disebutkan: “Konsumen wajib membayar angsuran tepat waktu”. Dalam perkara a quo Termohon Keberatan lalai dalam membayar angsuran sehingga telah melakukan perbuatanwanprestasi; Bahwa setelah beberapa kali Termohon Keberatan diminta dan diperingatkan agar membayar/memenuhi kewajibannya, tetapi Termohon Keberatan tetap tidak melakukan pembayaran angsuran tanpa alasan yang jelas dan juga tidak mampu menunjukkan kepada Pemohon Keberatan mengenai keberadaan objek jaminan fidusia sehingga telah cukup kuat Termohon Keberatan dikategorikan

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(8)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 8 dari 14 hal. Put. Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

Konsumen beritikad buruk;

Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang JaminanFidusiamenyatakan: “Apabila debitor atau pemberi fidusia cidera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan dapat dilakukan dengan cara: a. Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 ayat (2) oleh Penerima Fidusia;

Bahwa selanjutnya dalam Pasal 30 Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 menyatakan: “Pemberi Fidusia wajib menyerahkan benda yang objek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia”;

Bahwa oleh karena Termohon Keberatan sudah melakukan perbuatan wanprestasidengan tidak melakukan pembayaran angsuran, dan telah diminta berulangkali tetapi tidak ada niat baik dari Termohon Keberatan bahkan objek jaminan fidusia terkesan disembunyikan, maka berdasarkan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 901889 1710/PK/09/13 pada point 10 dan Pasal 29 Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fiducia, Pemohon Keberatan melakukan eksekusi jaminan fidusia. Dengan demikian eksekusi jaminan fidusia yang dilakukan oleh Pemohon Keberatan adalah berdasarkan perjanjian pembiayaan konsumen Nomor 9018891710/PK/09/13 dan berdasarkan ketentuan hukum yaitu Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999;

Bahwa Majelis BPSK Batu Bara dalam putusannya halaman 8 (delapan) menyatakan Pemohon Keberatan mengambil/menarik objek jaminanfidusiatidak berdasarkan PERKAP KAPOLRI Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia. Sehingga Majelis BPSK memutuskan untuk mengembalikan objek jaminan fidusia kepada Termohon Keberatan adalah penerapan hukum yang sangat keliru;

Bahwa yang menjadi dasar eksekusi objek jaminan fidusia bukanlah PERKAP KAPOLRI Nomor 8 Tahun 2011 tetapi Sertifikat Fidusia yang diterbitkan oleh Departemen Hukum dan HAM RI sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 15, Pasal 29 Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Dengan demikian putusan BPSK kabupaten Batu Bara Nomor 054/Arbitrase/BPSK-BB/2015 wajar menurut hukum untuk dibatalkan;

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(9)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 9 dari 14 hal. Put. Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf b menyebutkan: “Penjualan Benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan”;

Bahwa oleh karena Eksekusi Jaminan Fidusia didasarkan atas perbuatan wanprestasi Termohon Keberatan dan dengan Titel Eksekutorial Sertifikat Jaminan Fidusia Nomor W2.175004.AH.05.01 tahun 2013, maka menurut ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf b Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999, Pemohon Keberatan dapat menjual objek jaminan fidusia tersebut melalui pelelangan umum dan akan mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan;

Bahwa jika hasil pelelangan melebihi dari piutang Termohon Keberatan, maka sisanya akan dikembalikan kepada Termohon Keberatan dan apabila kurang, maka secara hukum dapat diminta pelunasannya kepada Termohon Keberatan;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Pemohon Keberatan mohon kepada Pengadilan Negeri Kisaran agar memberi putusan sebagai berikut:

1. Menyatakan permohonan keberatan Pemohon Keberatan dapat diterima untuk seluruhnya;

2. Mengabulkan permohonan keberatan Pemohon Keberatan untuk seluruhnya; 3. Menyatakan perjanjian pembiayaan konsumen Nomor 9018891710/PK/

09/13 sah dan mengikat secara hukum;

4. Menyatakan Termohon Keberatan telah melakukan perbuatan wanprestasi tidak membayar angsuran kepada Pemohon Keberatan;

5. Menyatakan eksekusi objek jaminan fidusia yang dilakukan oleh pemohon Keberatan terhadap satu unit kendaraan Jeep/Eskudo 2.0 M/T Nomor Polisi BK 1687 SA dengan Jaminan Fidusia Nomor W2.175004.AH.01.01 Tahun 2013 adalah sah secara hukum;

6. Menyatakan putusan Arbitrase BPSK kabupaten Batu Bara Nomor 054/ Arbitrase/BPSK-BB/2015 cacat formil karena melanggar ketentuan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 350/MPP/ KEP/12/201 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK;

7. Membatalkan Putusan Arbitrase BPSK Kabupaten Batu Bara nomor 054/Arbitrase/BPSK-BB/2015;

8. Menyatakan Pemohon Keberatan dapat melakukan penjualan melalui pelelangan umum terhadap objek jaminan fidusia yaitu satu unit kendaraan

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(10)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 10 dari 14 hal. Put. Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

Jeep/Eskudo 2.0 M/T Nomor Polisi BK 1687 SA dan akan mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut;

9. Menghukum Termohon Keberatan untuk membayar segala biaya perkara yang timbul dalam perkara ini;

Bahwa terhadap keberatan tersebut, Pengadilan Negeri Kisaran telah memberi putusan Nomor 15/Pdt.Sus-BPSK/2015/PN Kis. tanggal 8 Juli 2015 yang amarnya sebagai berikut:

1. Menolak permohonan keberatan dari Pemohon Keberatan (PT Sinar Mitra Sepadan Finance/Pelaku Usaha) tersebut di atas untuk seluruhnya;

2. Menguatkan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kabupaten Batu Bara Nomor 54/Arbitrase/BPSK-BB/I/2015 tanggal 30 April 2015;

3. Membebankan kepada Pemohon Keberatan (PT Sinar Mitra Sepadan Finance/Pelaku Usaha) untuk membayar biaya perkara yang sampai hari ini ditetapkan sejumlah Rp411.000,00 (empat ratus sebelas ribu rupiah);

Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri Kisaran tersebut telah diberitahukan kepada Pemohon Keberatan pada tanggal 5 Agustus 2015, terhadap putusan tersebut, Pemohon Keberatan dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 18 Agustus 2015 mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 19 Agustus 2015, sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor 15/Pdt.Sus-BPSK/2015/PN Kis. yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Kisaran, permohonan tersebut diikuti dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 2 September 2015;

Bahwa memori kasasi tersebut telah disampaikan kepada Termohon Keberatan/Termohon Kasasi pada tanggal 3 September 2015, kemudian Termohon Keberatan/Termohon Kasasi diajukan jawaban memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Kisaran pada tanggal 15 September 2015;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut secara formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa alasan-alasan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan pada pokoknya sebagai berikut:

1. Bahwa Judex Facti dalam putusannya tidak mempertimbangkan Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan Perjanjian

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(11)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 11 dari 14 hal. Put. Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

Pembiayaan Konsumen Nomor 90188891710/PK/09/13 yang seharusnya menjadi landasan hukum dalam mengadili perkara a quo. Sebab perkaraa quo mengenai perjanjian pembiayaan barang bergerak dan eksekusi objek jaminan fidusia, maka yang berlaku sebagai aturan yaitu Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 dan juga Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 90188891710/PK/09/13. Dengan demikian telah terbukti Judex Facti melanggar Pasal 50 Undang Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman karena salah dalam membuat sumber hukum dalam putusan perkara a quo yang mana menurut hukum putusan Judex Facti sangat wajar untuk dibatalkan;

2. Bahwa Judex Facti di dalam pertimbangan hukumnya tidak melakukan analisa juridismengenai permasalahan yang diajukan dalam perkara a quo yaitu eksekusi jaminan fidusia. Seharusnya Judex Facti menganalisa hubungan hukum Pemohon Kasasi dengan Termohon Kasasi yaitu Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 90188891710/PK/09/13;

Bahwa dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 90188891710/ PK/09/13 pada point 2 disebutkan: “Konsumen a quo Termohon Kasasi lalai dalam membayar angsuran sehingga telah melakukan perbuatanwanprestasi; Bahwa setelah beberapa kali Termohon Kasasi diminta dan diperingatkan agar membayar/memenuhi kewajibannya, tetapi Termohon Kasasi tetap tidak melakukan pembayaran angsuran tanpa alasan yang jelas dan juga tidak mampu menunjukkan kepada Pemohon Kasasi mengenai keberadaan objek jaminan fidusia sehingga telah cukup kuat Termohon Kasasi dikategorikan konsumen beritikad buruk;

Bahwa Judex Facti juga tidak mempertimbangkan Pasal 6 Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan: Hak Pelaku Usaha adalah:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; b. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen

yang beritikad tidak baik;

Berdasarkan fakta yang terjadi Termohon Keberatan yang tidak melakukan pembayaran angsuran adalah telah melanggar Pasal 6 Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Judex Facti hanya mempertimbangkan hak Konsumen (Termohon Kasasi) dan kewajiban Pelaku Usaha (Pemohon Kasasi). Seharusnya Judex Factimempertimbangkan secara seimbang mengenai hak dan kewajiban baik Pelaku Usaha maupun Konsumen,

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(12)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 12 dari 14 hal. Put. Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

sehingga putusan dapat mencerminkan nilai keadilan dan keseimbangan; Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang JaminanFidusiamenyatakan:

“apabila debitor atau pemberi fidusia cidera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan dapat dilakukan dengan cara:

a. Pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) oleh PenerimaFidusia;

Bahwa selanjutnya dalam Pasal 30 Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 menyatakan: “Pemberi Fidusia wajib menyerahkan benda yang objek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia”;

Bahwa oleh karena Termohon Kasasi sudah melakukan perbuatan wanprestasi dengan tidak melakukan pembayaran angsuran, dan telah diminta berulangkali tetapi tidak ada niat baik dari Termohon Kasasi bahkan objek jaminan fidusia terkesan disembunyikan, maka berdasarkan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 90188891710/PK/09/13 pada point 10 dan Pasal 29 Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia Pemohon Kasasi melakukan eksekusi jaminan fidusia. Dengan demikian eksekusi jaminan fidusia yang dilakukan oleh Pemohon Kasasi adalah berdasarkan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 90188891710/PK/ 09/13 dan berdasarkan ketentuan hukum yaitu Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999. Tentu dalam hal ini telah terbukti Judex Facti di dalam membuat putusannya telah keliru dan silap menerapkan hukum, maka wajar menurut hukum putusanJudex Factitersebut untuk dibatalkan;,

Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan kasasi tersebut, Mahkamah Agung berpendapat:

mengenai alasan ke 1 sampai dengan 2:

Bahwa, alasan-alasan tersebut dapat dibenarkan, oleh karena Pengadilan Negeri Kisaran telah salah menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut:

Bahwa pokok perkara a quo adalah mengenai pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen untuk pembelian 1 (satu) unit mobil jenis jeep/eskudo yang ditandatangani oleh Termohon Keberatan/Termohon Kasasi yang dalam perkembangannya Termohon Keberatan tidak dapat memenuhi kewajibannya yaitu membayar cicilan sebagaimana disepakati dalam perjanjian pembiayaana quo sehingga bukan sengketa konsumen sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 1 angka 8 Keputusan Menperindag Nomor 350/MPP/Kep/12/ 2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BPSK sehingga BPSK in

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(13)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 13 dari 14 hal. Put. Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

casuBPSK Batu Bara tidak berwenang memeriksa dan memutus perkaraa quo; Bahwa senyatanya materi/substansi dalam perkara ini adalah masalah utang piutang yang dijamin dengan Hak JaminanFidusia sesuai Akta Jaminan Fidusia Nomor 1359 tanggal 17 September 2013 atas perjanjian pokok berupa Perjanjian Pembiayaan Konsumen tanggal 13 September 2013, yang merupakan wewenang Pengadilan Negeri;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, Mahkamah Agung berpendapat, terdapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT SINAR MITRA SEPADAN FINANCE tersebut dan membatalkan putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 15/Pdt.Sus-BPSK/2015/PN Kis. tanggal 8 Juli 2015 yang menguatkan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kabupaten Batu Bara Nomor 54/Arbitrase/BPSK-BB/I/2015 tanggal 30 April 2015 serta Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara a quo dengan amar sebagaimana yang akan disebutkan di bawah ini;

Menimbang, bahwa karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/ Pemohon Keberatan dikabulkan, maka Termohon Kasasi/Termohon Keberatan harus dihukum untuk membayar biaya perkara pada semua tingkat peradilan;

Memperhatikan, Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

M E N G A D I L I:

- Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT SINAR MITRA SEPADAN FINANCEtersebut;

- Membatalkan putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 15/Pdt.Sus-BPSK/2015/PN Kis. tanggal 8 Juli 2015;

MENGADILI SENDIRI:

1. Menyatakan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kabupaten Batu Bara tidak berwenang mengadili dan menyelesaikan perkara ini;

2. Menghukum Termohon Kasasi/Termohon Keberatan untuk membayar biaya perkara pada semua tingkat peradilan, yang dalam tingkat kasasi ditetapkan sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada hari Senin tanggal 14 Desember 2015 oleh Soltoni Mohdally, S.H., M.H.

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

(14)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Halaman 14 dari 14 hal. Put. Nomor 752 K/Pdt.Sus-BPSK/2015

Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Syamsul Ma’arif, S.H., LLM., Ph.D. dan H. Hamdi, S.H., M.Hum. Hakim-Hakim Agung masing-masing sebagai Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua dengan dihadiri oleh Anggota-Anggota tersebut dan dibantu oleh Ferry Agustina Budi Utami, S.H., M.H. Panitera Pengganti, dengan tidak dihadiri oleh para pihak.

Hakim-Hakim Anggota: Ketua Majelis,

Ttd./ Ttd./

Syamsul Ma’arif, S.H., LLM., Ph.D. Soltoni Mohdally, S.H., M.H.

Ttd./

H. Hamdi, S.H., M.Hum.

Panitera Pengganti, Ttd./

Ferry Agustina Budi Utami, S.H., M.H. Biaya-biaya Kasasi: 1. M e t e r a i……….. Rp 6.000,00 2. R e d a k s i……….. Rp 5.000,00 3. Administrasi kasasi……….. Rp489.000,00 Jumlah ……… Rp500.000,00 Untuk Salinan Mahkamah Agung R I a.n Panitera

Panitera Muda Perdata Khusus

RAHMI MULYATI, S.H., M.H. NIP: 19591207 198512 2 002

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu. Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Mutasi yang dilakukan oleh Pemohon Kasasi/ Tergugat kepada Termohon Kasasi/ Penggugat ke Kantor Cabang Klaten tidak ada kaitan, apalagi niatan untuk

- Bahwa oleh karena Penggugat tidak ada itikad baik untuk membayar dan melunasi angsuran hutangnya kepada Tergugat dan jelas telah wanprestasi, sehingga berdasarkan

Hal ini tentu tidak adil, mengingat apabila Termohon memang menganggap bahwa pembayaran tersebut tidak ada maka PPh Pasal 26 dan Pajak Pertambahan Nilai yang

Bahwa berdasarkan pada ketentuan-ketentuan di atas, dalam hal Konsumen/Termohon Keberatan selaku debitur telah ingkar janji/wanprestasi, maka Pemohon Keberatan/Pelaku

melangsungkan pernikahan dengan TERMOHON pada tanggal 22 Juli 1998, kemudian berdasarkan pengakuan Termohon serta bukti P.2 berupa Duplikat Kutipan Akta Nikah Pemohon dan Termohon

- Bahwa, petimbangan hukum Judex Facti pada halaman 22 alinea ke 3 poin 4 yang manyatakan ”...surat perjanjian kerja waktu tertentu antara Penggugat/Termohon Kasasi dengan

Bahwa Pemohon Kasasi I, II, III (semula Termohon I, II, III PKPU/Pailit) sangat keberatan dengan pertimbangan hukum Judex Facti pada paragraf ke-7 halaman 14

Bahwa seharusnya judex facti memberikan pertimbangan tentang saksi ahli yang merupakan salah satu alat bukti pemeriksaan Termohon Kasasi berdasarkan pasal tersebut diatas, yang