Analisis hasil studi'kasus-kontrol
dapat hanya bersifat sederhanayaitu penentuan ratio
odds,sampai pada yang kompleks yakni
dengan analisismultivariat
pada studi kasus-kontrol dengan lebih158 P eneliti sn kas us -ko n t r ol
dari
satufaktor risiko. Ini ditentukan
oleh apa yangingin diteliti, bagaimana cara memilih kontrol
(matchedatau tidak), dan
terdapatnya variabel yang mengganggu ataupun yang tidak.Penenfuan ratio
oddsA Studi
kasus-kontrol tanpa 'matching'Ratroodds (RO) pada studikasus-kontrol dapat diartikan sama dengan risiko relatif (RR) pada studi kohort. Marilah kita lihat kembali tabel 2x2 pada Gambar 8-2. Pada penelitian
kohort kita mulai
dengan populasi yang terpajan (a+b) dan populasi yang tidak terpajan (c+d).Dengan perjalanan waktu maka dengan sendirinya akan
timbul
efek pada populasi yang terpajan (a) dan pada populasi yang tidak terpaian (d). Kemudiankita
dapat menghitung kejadian efek pada populasi terpajan (a/[a+bJ) dan efek pada populasi yang tidak terpajan (c/[c+d]), sehingga dapat dihitung risiko relatif yaitu:nn
(insidens pada kelompok dengan faktor risiko) _ (insidens pada kelompok t anpa faktor risiko)a/(a
-
b) c/(c + d)Pada
penelitian kasus-kontrol kita mulai
denganmengambil kelompok
kasus (a+c)dan kelompok kontrol
(b+d).Oleh
karena kasus adalah subyek yang sudah sakit dankontrol
adalah mereka yangtidak
sakit makatidak
dapatdihitung
insidens penyakitbaik pada
kasusmaupun kontrol.
Yangdapat dinilai
adalah berapa seringterdapat
pajananpada
kasusdibandingkan
padakontrol;
hal inilah yang menjadi alat analisis pada studi kasus-kontrol, yang disebut
ratio
odds (RO).RO= odds podo kelompok kosus
odds podo kelompok konlrol
RO= (proporsi kosus dengon risiko) (proprosi kontrol dengon risiko) (proporsikosusdengonrisiko) (proporsikontroltonporisiko) o/(q- c):c/(o- c) _q/c_qd
b/(brd):d/(brd) b/d
bcRulina Suradi dkk. 159
B Studi kasus-kontrol dengan 'matching'
Pada studi kasus-kontrol dengarrr matching rndividual harus dilakukan analisis dengan menjadikan kasus dan
kontrol
sebagai pasangan- pasangan. Jadi, bila misalnya terdapat 50 kasus yang masing-masing berpasangan dengan tiap subyek dari 50 kontrol, maka kita lakukanpengelompokan menjadi 50 pasangan sebagai berikut (lihat Gambar
8-3).Hasil pengamatan studi kasus-kontrol
biasanya disusun dalam tabel 2 x 2 dengan keterangan sebagaiberikut:
Sel a: kasus dan kontrol mengalami pajanan Sel b: kasus mengalamai pajanan, kontrol tidak
Sel c: kasus tidak mengalami pajanan, kontrol mengalami Sel d: kasus dan kontrol tidak mengalami pajanan
Konlrol
Risiko
+
Risiko - Risiko*
Kosus
Risiko -
Gambar 8-3. Tabel 2x2 menunjukan hasil pengamatan studi kasus- kontrol dengan matching individual. Rasio odds =blc
Rasio o d ds p ada studi kasus-kontrol dengan m at chin g ini
dihitung dengan mengabaikan sel a Karen baik kasus maupun kontrol
terpajan, dan sel d, karena baik kasus maupun
kontrol
tidak terajan.Rasio odds
dihltung
dengan formula:!
c
RO=
160 P enelitian kasus-kontrol
RO
walaupun tidak sama dengan risiko relatif akan tetapi dapatdipakai
sebagaiindikator
adanyakemungkinan hubungan
sebab akibat antarafaktor risiko
dan efek.Nilai
RO dianggap mendekatirisiko relatif
apabila:1
Insidenspenyakit yang diteliti
kecil, biasanya dianggaptidak lebih dari
20% populasi terpajan2 Kelompok kontrol merupakan kelompok representatif dari
populasi dalam hal peluangnyauntuk
terpajanfaktor risiko
3
Kelompok kasus harus representatifInterprestasi nilai RO dengan interval kepercayaarvrya (confidence int eru al) sama dengan interpretasi pada penelitran cr oss-sectional, y
akri
RO yang > 1 menunjukkan bahwa faktor yang
diteliti
memang benar merupakan faktor risiko, bilaRO:
1 atau mencakup angka 1 berarti bukan faktor risiko, dan bila kurang dari 1 berarti merupakan faktor yangmelindungi
atau protektif.CowroH sruDl KAsus-KoArrRoL TANpA'MATcrilt{G' Masalah. Apakah abortus berhubungan
denganrisiko
kejadian plasentaprevia
pada kehamilan berikutnya?Hipotesis. Terdapat asosiasi uniu.u abortus dengan kejadian
plasentaprevia
pada kehamilanberikutnya
D
esain
penelitian. Studi
kasus-kon tr ol,. ho sp it al-b as e dKasus.
Wanita melahirkan di
RSCMdari
1 Januari 1.996 sarnpai dengan 31 Desemb er 1999 secara bedah kaisar atas indikasi plasenta previa totalis yangdibuktikan
dengan USG danklinis
perdarahanantepartum
(PAP).Kontrol.
Wanitayang melahirkan di
RSCMdalam kurun waktu
yang sama tanpa plasenta previa dandipilih
secara acak.Kontrol.
Faktor risiko yang ingin diteliti. Riwayat terdapatnya
abortus sebelum persalinan sekarang.Pengumpulan
data. Dengan wawancara dan pengisian kuesionerdiperoleh
datadari
68 kasus dan 68kontrol.
Rulina Suradi dkk.
Analisis
data.Meskipun
ROlebih dari
1,namun
karenainterval
kepercayaannyamencakup angka
1,maka simpulannya
adalah abortustidak mempunyai hubungan
denganterjadinya
plasentaprevia
padakehamilan kemudiaru
ataudiperlukan lebih
banyak kasusuntuk membuktikannya.
Plosenlo previo
Tidok
JumlqhRiwayat aborsi
Jumloh
Rotio odds = (12
x
59)/
(9x
56)=
1,4lnlernol kepercoyoon g5oh = 0,5 ; 3,6
Gambar 8-5. Analisis hasil studi kasus-kontrol tanpa mntchingyang meneliti hubungan antara riwayat aborsi sebelumnya dengan kejadian plasenta previa.
Studi
kasus-kontrol dengan' matching
Bila pemilihan
kontrol dilakukan
secara matchingindividual,
makaanalisisnya perlu disesuaikan. Misalnya kita ingin meneliti hubungan antara sindrom X dengan penggunaan obat
Ysebelumnya, dengan desain kasus-kontrol dengan
matching.Kontrol diambil
yangmatched terl:.adap beberapa variabel penting,misalnya umur, jenis kelamin, status gizi. Direkrut 40
kasussindrom X. Tiap individu dalam kelompok kasus dicarikan
pasangannya sehingga diperoleh 40 pasang kasus dan 40
kontrol.
Dalam tabulasi hasil, tiap pasang
dikelompokkan
sebagaiberikut:
161
12 21
I 15 59
56
r36
162 P enelitian kasus-kontr ol
Sel
a:
Kasus dan kontrol menggunakan Y Selb:
Kasus menggunakan Y, kontrol tidakmenggunakan Y
Sel
c:
Kasus tidak menggunakan Y kontrol menggunakan YSel
d:
Kasus dan kontrol tidak menggunakan YMisalnya didapatkan hasil sebagai
berikut:
a='10,b=22, c=2, d=6;maka
akandidapitkan
RO sebesar 11 denganIK95%
antara 8,6 dan 25,2.Dapat disimpulkan bahwa Y merupakan faktor risiko terjadinya sindrom
X.Lihat
Gambar 8-5.Konlrol
Y
-
JumlqhKosus
Jumloh 12
Gambar 8-6. Rasio odds untuk studi-kontrol denganmatching dihitung dengan melibatkan pasangan-pasangan yang berbeda pajanan faktor risikonya. Tiap pasangan kasus dan kontrol yang keduanya terpajan obat
Y
yakni sel a, atau keduanya.tidak terpajan obatY
yakni sel d diabaikan . RO-_} I c=221 2=17. Interval kepercay aan 95"/":
8,6 sampai 25,2.
BnS DALAM STUDI KASUS-KONTROL
Kesahihan suatu?enelitian kasus-kontrol sebagian besar tergantung pada cara menentukan subyek yang (a) terkena efek, (c) terpajan,
dan (d) tidak
terpajan denganfaktor risiko yang
sedangditeliti.
Y+
32
l0
22 Y+Y-
40 28
Rulina Suradi dkk. 163
Kesalahan
pengelompokan subyek ke dalam kategori
masing-masing menyebabkan perhitungan asosiasi antara pajanan dan efek
menjadi tidak
benar.Kesalahan sistematis yang menyebabkan
hasil penelitian tidak
sesuai dengan kenyataan disebutbias. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat tiga kelompok bias yang dapat memengaruhi hasil studi,
yakni
(a)bias seleksi, (b) bias informasi, dan
(c)bias
perancu (confounding bias). Sackettmencatat beberapa hal yang dapat
menyebabkan atau mengancam terjadinya bias dalamstudi
kasuskontrol, di
antaranya adalah:1
Informasi tentang faktorrisiko
atau faktor perancu (confounding factors)mungkin
terlupakan oleh subyekpenelitian
atautidak
tercatat
dalam
catatanmedik
kasus (recall bias).2
Subyek yang mengalami efek (kasus), karenaingin
mengetahui penyebab penyakitnyalebih
seringuntuk
melaporkan pajananfaktor risiko dibandingkan
dengan subyek yangtidak
terkenaefek
(kontrol).3
Peneliti kadang sukaruntuk
menentukan dengan tepat apakah pajanan sesuatu agen menyebabkanpenyakit
ataukahjustru
terdapatnya penyakit yang menyebabkan subyek menjadi lebihmudah
terpajan oleh agen.4.
Identifikasi subyek sebagai kasus maupun sebagaikontrol
yang representatif seringkali sangat sulit. Penegakan diagnosis memang merupakan salah satu hal yang harus sangat diperhatikary karena merupakan data utamauntuk
analisis.Seperti
dalam tiap penelitian klinis, pada studi
kasus-kontrol bias dapat terjadi pada setiap tahapan penelitian. Bias dapat terjadi padawaktu
penentuan diagnosis, pada saatpemilihan
kasus ataukontrol,
penghitungan pajananfaktor
risiko, bahkan pada tahapan analisishasil
pengamatan.Oleh
karenaitu
seyogianya sebelumpenelitian dimulai
telahdiidentifikasikan
dengan tuntas pelbagai sumber yangmemiliki
potensiuntuk
menyebabkan bias sehinggadapat diambil
langkah-langkahyang
memadaiuntuk
mencegah terjadinya kesalahan yang dapat menyebabkan penelitian menjaditidak
sahih.164 P en el iti an kas us -ka ntr oI
KnTENMAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN KASUS-KONTROL
Kelebihan
1
Studi kasus-kontrol dapat, atau kadang bahkan merupakan satu-satuny4
caraunfuk
meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang2
Hasil dapat diperoleh dengan cepat3
Biaya yangdiperlukan relatif
murah4 Memerlukan
subyek penelitian yanglebih
sedikit5 Dapat digunakan untuk mengidentifikasikan
pelbagaifaktor risiko
sekaligus dalam satu penelitian.Kelemahan
1
Data mengenai pajanan terhadap faktor risiko diperoleh denganmengandalkan daya ingat atau rekam medis. Daya ingat responden ini menyebabkan terjadinya recall
bias,katena
respondenyang mengalami
efek cenderunglebih
mengingat pajanan terhadapfaktor risiko
dari pada responden yangtidak mengalami
efek.Data
sekunder,dalam hal ini rekam
medis yang seringkalidipakai
sebagai sumber data jugatidak
begitu akurat.2
Validasi mengenaiinformasi
kadang-kadang sukar diperoleh.3
Oleh karena kasusmaupun kontrol dipilih
olehpeneliti
makasukar untuk meyakinkan bahwa kedira kolompok
tersebut benar sebandingdalam
pelbagaifaktor
eksternaldan
sumber bias lainnya.4 Tidak
dapat memberikan incidence rates.5 Tidak dapat dipakai untuk
menentukanlebih dari
L variabel dependery hanya berkaitan dengan satupenyakit
atau efek-Rulina Suradi dl<k. 165
Darran PUSTAKA
Doll
R, Vessey ME. Evaluationof
rare adverse effectsof
systemic contraceptives. Br Med Bull 1970;26:33-8Foxman B,Yaldez B, Brook RH. Childhood enuresis; prevalence, perceived impact, and pre-qsdled treatment. Pediatrics 1986;77 :482-7
Hulley SB, Cummings SR, Browner WS, Grady D, Newman TB, penyunting.
Designing clinical research
-
An epidemiologic approach . Edisi ke-3.Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
KelseyJL, Thompson WD, Evans AS. Methods in observational epidemiology.
New York: Oxpord University Press; 1986.
Kahn HA, Sempos CT. Statistical methods in epidemiology. New York: Oxpord University Press; 1989
Knapp RG,
Miller III
MC. Clinical epidemiology and biostatistics.Pennsylvania: Harwal Publishing Comp any ; 1992.
Schlesselmen |J. Case-control studies. Desigrr, conduct, analysis. New York:
Oxpord University Press; 1982.
Walter SD. Calculation of attributabel risks from epidemiological data. Int J
Epid emiol L97 8;7 :17 5 -82.
Woodward M. Epidemiology
-
study design and data analysis. Boca Raton:Chapman &Hall, 1999.
166 P eneli ti an kas us -ko n tr o I
$*f
ffi.@ed$#d$+
Studi kosus-kontrol merupakon studi observosionol onolitik yong berdimensi retrospekf if .
Penelition dimuloi dengon merekrut sejumloh subyek dengon ef ek (kelompok kosus), kemudion dicori subyak loin yong karokteristiknyo sebonding nomun tidok mampunyoi ef ek (kelompok kontrol)
Podo kelompok kosus don kontrol ditelusur
retrospektif
opakoh subyek mengolomi pojonon foktor risiko yong diteliti.
Proporsi pojonon poda kalompok kosus don kontrol dibandingkon.
Pemilihon kosus horus dengan kriterio yong jelos, demikion pula pemilihon kontrol, yong dopot dilokukon secora matchi ng atou tonpo match i ng.
Anolisis untuk studi kosus-kontrol odoloh penentuon rosio odds (RO) yakni odds podo kelompok kosus dibonding odds podo kelompok kontrol. Oddsadaloh perbondingon ontoro peluong terjodinyo ef ekdibagi peluong tidok terjodinyaef ek (p/(1-p).
Nilai RO = 1 menunjukkon bohwo pojonon bukan merupokon
foktor
risiko, niloi RO > 1 menunjukon bohwo pojonon benar merupokon faktor risko, don niloi RO <1 menunjukkon voriobel tersebut merupokan foktor protektif, nomun samuo horus dilihot intervol keparcoyoonnyo.Studi kosus-kontrol dopot merupokon sotu-sotunyo desoin untuk menentukon etiologi podo kosus-kosus yong jorong ditemukon.
Kekurangon terpenting podo studi kosus-kontrol odoloh terdapotny a recal I b ias.
Bab $: Sudikohort
Taralan Tambunan, Taslim
SSoetomenggolo, fimmy
Passat,I Suharti Agusman*
fl*ai kohort
merupakan jenis penelitian epidemiologis non-\eksperimental yang sering digunakan untuk
mempelajari. |rubungan
antarafaktor risiko
dengan efek atau penyakit.L 'Perkataan
kohortberasal dari kata romawi kunocohortyang berarti kelompok
tentarayang berbaris maju ke
medan perang.Model
pendekatanyang
digunakan pada rancangankohort
ialah pendekatanwaktu
secaralongitudinal atau
time-period approach.Bila hanya
diamati
satukelompok
subyekuntuk
memperlihatkankejadian tertentu
(misalnya insidenspenyakit),
makahasil studi
kohort merupakan data deskriptif. Namun studi kohort lebih sering dipergunakanuntuk
memperoleh hubungan antara satu atau lebihfaktor risiko
dengan penyakit atau kejadian tertentu; dalam halini studi kohort
bersifat analitik.Pada penelitian kohort kausa atau faktor risiko diidentifikasi lebih dahulu, kemudian tiap subyek
diikuti
sampai periode tertentuuntuk
melihat terjadinya efek atau penyakit yangditeliti
pada kelompok subyek dengan faktor risiko dan pada kelompok subyek tanpafaktor
risiko. Hasil pengamatan tersebut dianalisis dengan teknik tertentu, sehingga dapat disimpulkan apakah terdapathubungan antara faktorrisiko
dengan kejadian penyakit atau efek tertentu yang diselidiki.Metodologi penelitian bukan ilmu pasti yang kaku dan tidak
dapat berubah; selaluterbuka
peluanguntuk melakukan variasi
168 Studikohort
Tqbel
9-1.
Jenis-ienisstudi
kohortStudi kohorl prospektif dengon kelompok pembonding internol Studi kohort prospektif dengon kelompok pembonding eksternol (studi kohort gondo)
Studi kohort retrospektif Cose-cohorf sfudy Nesfed cose-confrol sludy
atau modifikasi. Karen anya, sePerti halnya pada semua jenis desain penelitian, pada desain kohort juga terdapat beberapa jenis varian atau
modifikasi,
seperti tampak pada Tabel 9-1.Pada
studi kohort prospektif dengan pembanding internal, kohort
yangdipilih
sama sekalibelum
terpajan olehfaktor risiko
dan belum mengalami efek. Subyek tersebutdiikuti;
secara alamiahsebagian dari mereka kemudian terpajan dengan faktor risiko
(kelompok terpajan), sebagianlainnya tidak
terpajanfaktor risiko
(kelompokkontrol).
Selanjutnya dilakukan /o llow -up selamawaktu
yang ditentukanuntuk
memperoleh insidens terjadinya efek pada masing-masing kelompok.Bila
subyekterpilih
sudah terkenafaktor risiko namun
belum mengalami efek, dan kelompok pembandingdipilih
dari subyek lain yang tanpa pajanan faktorrisiko
dan efek, kita berhadapan denganstudi kohort prospektif
dengankelompok
pembanding eksternal.Suatu modifikasi penelitian kohort melakukan penelusuran terhadap kelompok kohort yang sudah mengalami efek
di
masalampau; ini
disebut sebagaistudi kohort
retrospektif.Modifikasi lain
adalah melakukan studi kasus-kontroldi
dalam studi kohort, yang dikenal sebagai case-cohort study dan nested case-control study. Dalam uraianberikut ini dikemukakan terlebih dahulu studi kohort prospektif
dengan pembandlng intemal yang disertai dengan langkah-langkah pelaksanaannya. Pelbagai jenis modifikasi studi kohort dikemukakan kemudian.TaralanTambunan dkk. 169
PsNcnnuAN DASAR sruDl KoHoRT
Prinsip studi kohort tampak pada Gambarg-L. Sekelompok subyek diikuti prospektif. secara alamiah mereka terbagi menjadi:-(1) kelompok dengan faktor risiko, dan (2) kelompok tanpa faktor risiko; keduanya
diiklti
sampai waktu tertentu. Pemantauan tersebut sifatnya deskriptif.Namun umumnya
studi kohort bersifat analitik, yakni mempelajarihubungan
antaravariabel
bebas(faktor risiko)
dengan variabel terganting (efek, penyakit), dengan rasio insidens atau yang lebih dikenal dengan istilah risiko relatif atau rasio risiko. Lihat Gambar 9-2.Penelitian mulcri
di
siniDiikuli
prospektif Apokoh teriodi efek?fsklor
risiko{+)
Subyek lanpo foktor risiko dqn lqn
foktor risiko (-)
Gambar 9-1. Skema dasar penelitian kohort prospektif dengan kontrol intemal. Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi subyek tanpa efek dan tanpa faktor risiko. Mereka diikuti; sebagian secara alamiah akan terpajin faktor risiko, sebagian lainnya tidak. Risiko relatif dihitung dengan cara membandingkan insidens efek pada kelompok dengan risiko d"ngun insidens pada kelompok tanpa risiko'
170 Studikohort
Yo Tidck Jumloh
o*h
Foklor risiko
c*d
Jumloh o*c
b+d o*b*c*d
Gambar 9-2. Analisis dasar studi kohort. Subyek dengan faktor risiko yang mengalami efek dimasukkan ke dalam sel a, subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek dalam sel b, subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek dalam sel c, dan subyek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek dalam sel d. Risiko relatif (RR) dihitung dengan formula RR = a/(a+b) : c/(c+d).
Sebagai
contoh dikemukakan studi yang mencari hubungan
antara kebiasaanmandi di
sungai denganbakteriuria
pada anak 5-10tahun. Dalam
masa 10tahun didapatkan bakteriuria
pada kelompok yangmandi di
sungai 30/1000 anak/tahun pengamatary sedangkan pada anak yangtidak
pernah mandidi
sungai insidensbakteriuria
adalah 1,211000 anak/tahun pengamatan. Risikorelatif
= 30/1000
:
1211000:
2,5.Hasn yANG DTpERoLEH pADA sruDr KoHoRT
Dengan melakukan follow-up dapat
diketahui
kejadian efek padakelompok
denganfaktor risiko
dan padakelompok
tanpafaktor risiko.
Dengan demikian maka padastudi kohort
dapat diperoleh incidence rate pemyakitpada kelompok
denganfaktor risiko
dan pada merekayangtanpa faktor risiko. Lebih lanjut dari studikohort
dapat diperolehrisiko relatif,
dengan secara sederhana membagiEfek
Ya
Tidok
TaralanTambunan dkk. 171
incidence rate pada kelompok dengan faktor
risiko
dengan incidence rate pada kelompok tanpafaktor
risiko.Perlu diingat bahwa untuk menyimpulkan bahwa
suatu efek memangterjadi
karenafaktor risiko,
harusdiperhatikan
adanya bias perancu. Perancu (faktor yang sekaligus berhubungan denganfaktor risiko dan
dengan efek)disingkirkan
pada desain dengan cara (a) restriksi,yakni
dengankriteria inklusi
dan eksklusi yangrelevan, atau (b) dengan
matching,atau pada analisis
dengan melakukan: (a) stratifikasi atau (b) analisismultivariat
(lihatlah Bab 16). Bilahal ini tidak dilakukan,
makakemungkinan
akan terjadi penarikan simpulan yang salah.LaNCXAH-LANGKAH PADA STUDI KOHORT
Pada penelitian
kohor!
tahapan kegiatan dilakukan sebagai berikut:1
Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis2
Menetapkankohort
3 Memilih kelompok kontrol
4
Menentukan variabel penelitian5
Mengamati terjadinya efek6
Menganalisis hasil'1, MEnuuusKAN
PERTANYAANDAN
HIPoTESISHal pertamayang
harusdilakukan peneliti
adalah merumuskan masalah atau pertanyaanpenelitian
sertahipotesis yang
sesuai.Sebagai contoh suatu
studi kohort
akanmeneliti
apakah terdapat hubungan antara ibu perokok pasif (ayah merokok) dengan kelahirankecil untuk
masakehamilan (KMK)
padabayi yang dilahirkan.
Hipotesis yang
sesuaiadalah 'kebiasaan merokok pada
ayahberhubungan dengan peningkatan kejadian kelahiran KMK'.
Dari formulasi
masalah serta hipotesisitu
tercermin bahwa yang dianggapfaktor risiko
adalah kebiasaanmerokok
ayah, dan efek yangditeliti
adalah kelahiranbayi KMK.
172 Studikohort
2 MENETapKAN KoHoRT
Pertimbangan yang dipergunakan dalam penetapan populasi dan
sampel penelitian
samaseperti penelitian observasional
pada umumnya.Ciri
utama desainkohort
adalah tersedianyakelompok
subyek tanpa efektertentu pada awal studi.
Subyekdipilih dari
populasi terjangkau yang memenuhikriteria pemilihan
(eligibility criteria), dengankriteria inklusi
dan eksklusi yang jelas.Syarat umum agar seseorang dapat dimasukkan dalam studi kohort dengan pembanding intemal adalah: (1) subyek tidak menderita efek yang diteliti: dan (2) belum terpajan faktor risiko yang diteliti.
Untuk identifikasi
subyek yangtidak
sakit atau belum menderita efekini
sangat diperlukan kecermatan. Peneliti harus
yakin
bahwa subyek yang dipilihbenarbebas dari efekyang akan diselidiki sehingga apabila pada pengamatan subyek tersebut menjadi sakit atau mengalami efek maka hal tersebut terjadi akibat terpajan dengan faktorrisiko
yang dipelajari.Alat
diagnostik yang kurang akurat akan mengakibatkan efek negatif palsu pada awal studi.Kadang
tidak mudah
menetapkan ataumenyingkirkan
adanya efekpada
subyekyang
akandirekrut
(inception cohort); pelbagai cara dapat dipergunakanuntuk
maksud tersebut, termasuk dengan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaanlaboratorium,
sitologi, pencitraan, dan lain-lainnya. Umumnya prosedur unfuk menetapkan subyek masuk ke dalam kohortdi
satu sisi harus bersifat sederhana, amarL dan murah, di lain sisi harus pula mempunyai keandalan dan kesahihanyang baik. Namun hal ini tidak mudah, termasuk di
antaranya penenfuan masuknya subyek ke dalam studi kohort
untuk
menentukan perjalanan penyakit bila awal penyakit sulit ditentukary seperti pada kebanyakan kasus keganasan. Dalam keadaan tertenfu saat diagnosis ditegakkan menjadi satu-satunya opsi yangmungkin
untuk memasukkan subyek ke dalam studi kohort yang direncanakan.Subyek dapat
dipilih
dari populasi-terjangkau berdasarkan padapelbagai
alasan sesuai denganpertanyaan penelitian. Mungkin
subyekdirekrut
berdasar padageografi, dari kelompok
tertentumisalnya kelompok profesi, rumah
sakit, masyarakatyang baru
saja terkena bencana, dan lain sebagainya. Penetapan sampel harus
TaralanTambunan dkk. 173
dilakukan
dengan cara yang benarbila
penelitiandilakukan tidak
pada seluruh subyek dalam populasi-terjangkau (lihat Bab 5)'Untuk mengurangi
besarsampef periode penelitian,
serta biaya, maka diperlukan seleksi terhadap sampel dengan cara memilih kelompok subyek yang menunjukkan insidens efek yang relatif tinggi. Misabeyajang*
menggunakan studi kohort prospektif bilaingin
mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok pasif dengan kejadian kanker payudara. Insidens kanker payudara sangat rendah, sehinggauntuk
menemukan satuorang
pasien kanker payudaraperlu dilakukan
pengamatan terhadap ribuan subyek penelitian dalam waktu lama.3 Mnunur KEtoMPoK KoNTRoL
Pada
studi kohort prospektif
dengankontrol internal, kelompok kontrol terbentuk
secara alamiah,yaitu
bagiandari kohort
yang selama follow-uptidak
terpajanfaktor risiko
yang dipelajari. Studikohort
dengankelompok pembanding internal ini mempunyai keuntungao yaitu:
o
Kedua kelompok berasaldari
populasi yang samao Kedua kelompok dilakukan follow-up dengan prosedur
yang samaDalam praktik
perbedaan antarakelompok
dengan dan tanpa faktorrisiko
dapat merupakan faktor risiko internal (misalnya akibatkerentanan
seseorangterhadap suatu penyakit)
mauPun faktorrisiko
eksternalyaitu faktor lingkungan yang memPermudah
seseorang menderita penyakit. Kadang perbedaan antara kelompok hanya terletak pada derajat pajanary misalnya antara perokokaktif
denganperokok
pasif.Pada rancangan penelitian kohort,