• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 MNUCANALISIS HASIL PENELITIAN

Dalam dokumen Buku Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (Halaman 164-191)

Analisis hasil studi'kasus-kontrol

dapat hanya bersifat sederhana

yaitu penentuan ratio

odds,

sampai pada yang kompleks yakni

dengan analisis

multivariat

pada studi kasus-kontrol dengan lebih

158 P eneliti sn kas us -ko n t r ol

dari

satu

faktor risiko. Ini ditentukan

oleh apa yang

ingin diteliti, bagaimana cara memilih kontrol

(matched

atau tidak), dan

terdapatnya variabel yang mengganggu ataupun yang tidak.

Penenfuan ratio

odds

A Studi

kasus-kontrol tanpa 'matching'

Ratroodds (RO) pada studikasus-kontrol dapat diartikan sama dengan risiko relatif (RR) pada studi kohort. Marilah kita lihat kembali tabel 2x2 pada Gambar 8-2. Pada penelitian

kohort kita mulai

dengan populasi yang terpajan (a+b) dan populasi yang tidak terpajan (c+d).

Dengan perjalanan waktu maka dengan sendirinya akan

timbul

efek pada populasi yang terpajan (a) dan pada populasi yang tidak terpaian (d). Kemudian

kita

dapat menghitung kejadian efek pada populasi terpajan (a/[a+bJ) dan efek pada populasi yang tidak terpajan (c/[c+d]), sehingga dapat dihitung risiko relatif yaitu:

nn

(insidens pada kelompok dengan faktor risiko) _ (insidens pada kelompok t anpa faktor risiko)

a/(a

-

b) c/(c + d)

Pada

penelitian kasus-kontrol kita mulai

dengan

mengambil kelompok

kasus (a+c)

dan kelompok kontrol

(b+d).

Oleh

karena kasus adalah subyek yang sudah sakit dan

kontrol

adalah mereka yang

tidak

sakit maka

tidak

dapat

dihitung

insidens penyakit

baik pada

kasus

maupun kontrol.

Yang

dapat dinilai

adalah berapa sering

terdapat

pajanan

pada

kasus

dibandingkan

pada

kontrol;

hal inilah yang menjadi alat analisis pada studi kasus-kontrol, yang disebut

ratio

odds (RO).

RO= odds podo kelompok kosus

odds podo kelompok konlrol

RO= (proporsi kosus dengon risiko) (proprosi kontrol dengon risiko) (proporsikosusdengonrisiko) (proporsikontroltonporisiko) o/(q- c):c/(o- c) _q/c_qd

b/(brd):d/(brd) b/d

bc

Rulina Suradi dkk. 159

B Studi kasus-kontrol dengan 'matching'

Pada studi kasus-kontrol dengarrr matching rndividual harus dilakukan analisis dengan menjadikan kasus dan

kontrol

sebagai pasangan- pasangan. Jadi, bila misalnya terdapat 50 kasus yang masing-masing berpasangan dengan tiap subyek dari 50 kontrol, maka kita lakukan

pengelompokan menjadi 50 pasangan sebagai berikut (lihat Gambar

8-3).

Hasil pengamatan studi kasus-kontrol

biasanya disusun dalam tabel 2 x 2 dengan keterangan sebagai

berikut:

Sel a: kasus dan kontrol mengalami pajanan Sel b: kasus mengalamai pajanan, kontrol tidak

Sel c: kasus tidak mengalami pajanan, kontrol mengalami Sel d: kasus dan kontrol tidak mengalami pajanan

Konlrol

Risiko

+

Risiko - Risiko

*

Kosus

Risiko -

Gambar 8-3. Tabel 2x2 menunjukan hasil pengamatan studi kasus- kontrol dengan matching individual. Rasio odds =blc

Rasio o d ds p ada studi kasus-kontrol dengan m at chin g ini

dihitung dengan mengabaikan sel a Karen baik kasus maupun kontrol

terpajan, dan sel d, karena baik kasus maupun

kontrol

tidak terajan.

Rasio odds

dihltung

dengan formula:

!

c

RO=

160 P enelitian kasus-kontrol

RO

walaupun tidak sama dengan risiko relatif akan tetapi dapat

dipakai

sebagai

indikator

adanya

kemungkinan hubungan

sebab akibat antara

faktor risiko

dan efek.

Nilai

RO dianggap mendekati

risiko relatif

apabila:

1

Insidens

penyakit yang diteliti

kecil, biasanya dianggap

tidak lebih dari

20% populasi terpajan

2 Kelompok kontrol merupakan kelompok representatif dari

populasi dalam hal peluangnya

untuk

terpajan

faktor risiko

3

Kelompok kasus harus representatif

Interprestasi nilai RO dengan interval kepercayaarvrya (confidence int eru al) sama dengan interpretasi pada penelitran cr oss-sectional, y

akri

RO yang > 1 menunjukkan bahwa faktor yang

diteliti

memang benar merupakan faktor risiko, bila

RO:

1 atau mencakup angka 1 berarti bukan faktor risiko, dan bila kurang dari 1 berarti merupakan faktor yang

melindungi

atau protektif.

CowroH sruDl KAsus-KoArrRoL TANpA'MATcrilt{G' Masalah. Apakah abortus berhubungan

dengan

risiko

kejadian plasenta

previa

pada kehamilan berikutnya?

Hipotesis. Terdapat asosiasi uniu.u abortus dengan kejadian

plasenta

previa

pada kehamilan

berikutnya

D

esain

p

enelitian. Studi

kasus-kon tr ol,. ho sp it al-b as e d

Kasus.

Wanita melahirkan di

RSCM

dari

1 Januari 1.996 sarnpai dengan 31 Desemb er 1999 secara bedah kaisar atas indikasi plasenta previa totalis yang

dibuktikan

dengan USG dan

klinis

perdarahan

antepartum

(PAP).

Kontrol.

Wanita

yang melahirkan di

RSCM

dalam kurun waktu

yang sama tanpa plasenta previa dan

dipilih

secara acak.

Kontrol.

Faktor risiko yang ingin diteliti. Riwayat terdapatnya

abortus sebelum persalinan sekarang.

Pengumpulan

data. Dengan wawancara dan pengisian kuesioner

diperoleh

data

dari

68 kasus dan 68

kontrol.

Rulina Suradi dkk.

Analisis

data.

Meskipun

RO

lebih dari

1,

namun

karena

interval

kepercayaannya

mencakup angka

1,

maka simpulannya

adalah abortus

tidak mempunyai hubungan

dengan

terjadinya

plasenta

previa

pada

kehamilan kemudiaru

atau

diperlukan lebih

banyak kasus

untuk membuktikannya.

Plosenlo previo

Tidok

Jumlqh

Riwayat aborsi

Jumloh

Rotio odds = (12

x

59)

/

(9

x

56)

=

1,4

lnlernol kepercoyoon g5oh = 0,5 ; 3,6

Gambar 8-5. Analisis hasil studi kasus-kontrol tanpa mntchingyang meneliti hubungan antara riwayat aborsi sebelumnya dengan kejadian plasenta previa.

Studi

kasus-kontr

ol dengan' matching

Bila pemilihan

kontrol dilakukan

secara matching

individual,

maka

analisisnya perlu disesuaikan. Misalnya kita ingin meneliti hubungan antara sindrom X dengan penggunaan obat

Y

sebelumnya, dengan desain kasus-kontrol dengan

matching.

Kontrol diambil

yangmatched terl:.adap beberapa variabel penting,

misalnya umur, jenis kelamin, status gizi. Direkrut 40

kasus

sindrom X. Tiap individu dalam kelompok kasus dicarikan

pasangannya sehingga diperoleh 40 pasang kasus dan 40

kontrol.

Dalam tabulasi hasil, tiap pasang

dikelompokkan

sebagai

berikut:

161

12 21

I 15 59

56

r36

162 P enelitian kasus-kontr ol

Sel

a:

Kasus dan kontrol menggunakan Y Sel

b:

Kasus menggunakan Y, kontrol tidak

menggunakan Y

Sel

c:

Kasus tidak menggunakan Y kontrol menggunakan Y

Sel

d:

Kasus dan kontrol tidak menggunakan Y

Misalnya didapatkan hasil sebagai

berikut:

a='10,b=22, c=2, d=6;

maka

akan

didapitkan

RO sebesar 11 dengan

IK95%

antara 8,6 dan 25,2.

Dapat disimpulkan bahwa Y merupakan faktor risiko terjadinya sindrom

X.

Lihat

Gambar 8-5.

Konlrol

Y

-

Jumlqh

Kosus

Jumloh 12

Gambar 8-6. Rasio odds untuk studi-kontrol denganmatching dihitung dengan melibatkan pasangan-pasangan yang berbeda pajanan faktor risikonya. Tiap pasangan kasus dan kontrol yang keduanya terpajan obat

Y

yakni sel a, atau keduanya.tidak terpajan obat

Y

yakni sel d diabaikan . RO-_} I c=221 2=17. Interval kepercay aan 95"/":

8,6 sampai 25,2.

BnS DALAM STUDI KASUS-KONTROL

Kesahihan suatu?enelitian kasus-kontrol sebagian besar tergantung pada cara menentukan subyek yang (a) terkena efek, (c) terpajan,

dan (d) tidak

terpajan dengan

faktor risiko yang

sedang

diteliti.

Y+

32

l0

22 Y+

Y-

40 28

Rulina Suradi dkk. 163

Kesalahan

pengelompokan subyek ke dalam kategori

masing-

masing menyebabkan perhitungan asosiasi antara pajanan dan efek

menjadi tidak

benar.

Kesalahan sistematis yang menyebabkan

hasil penelitian tidak

sesuai dengan kenyataan disebutbias. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat tiga kelompok bias yang dapat memengaruhi hasil studi,

yakni

(a)

bias seleksi, (b) bias informasi, dan

(c)

bias

perancu (confounding bias). Sackett

mencatat beberapa hal yang dapat

menyebabkan atau mengancam terjadinya bias dalam

studi

kasus

kontrol, di

antaranya adalah:

1

Informasi tentang faktor

risiko

atau faktor perancu (confounding factors)

mungkin

terlupakan oleh subyek

penelitian

atau

tidak

tercatat

dalam

catatan

medik

kasus (recall bias).

2

Subyek yang mengalami efek (kasus), karena

ingin

mengetahui penyebab penyakitnya

lebih

sering

untuk

melaporkan pajanan

faktor risiko dibandingkan

dengan subyek yang

tidak

terkena

efek

(kontrol).

3

Peneliti kadang sukar

untuk

menentukan dengan tepat apakah pajanan sesuatu agen menyebabkan

penyakit

ataukah

justru

terdapatnya penyakit yang menyebabkan subyek menjadi lebih

mudah

terpajan oleh agen.

4.

Identifikasi subyek sebagai kasus maupun sebagai

kontrol

yang representatif seringkali sangat sulit. Penegakan diagnosis memang merupakan salah satu hal yang harus sangat diperhatikary karena merupakan data utama

untuk

analisis.

Seperti

dalam tiap penelitian klinis, pada studi

kasus-kontrol bias dapat terjadi pada setiap tahapan penelitian. Bias dapat terjadi pada

waktu

penentuan diagnosis, pada saat

pemilihan

kasus atau

kontrol,

penghitungan pajanan

faktor

risiko, bahkan pada tahapan analisis

hasil

pengamatan.

Oleh

karena

itu

seyogianya sebelum

penelitian dimulai

telah

diidentifikasikan

dengan tuntas pelbagai sumber yang

memiliki

potensi

untuk

menyebabkan bias sehingga

dapat diambil

langkah-langkah

yang

memadai

untuk

mencegah terjadinya kesalahan yang dapat menyebabkan penelitian menjadi

tidak

sahih.

164 P en el iti an kas us -ka ntr oI

KnTENMAN DAN KELEMAHAN PENELITIAN KASUS-KONTROL

Kelebihan

1

Studi kasus-kontrol dapat, atau kadang bahkan merupakan satu-

satuny4

cara

unfuk

meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang

2

Hasil dapat diperoleh dengan cepat

3

Biaya yang

diperlukan relatif

murah

4 Memerlukan

subyek penelitian yang

lebih

sedikit

5 Dapat digunakan untuk mengidentifikasikan

pelbagai

faktor risiko

sekaligus dalam satu penelitian.

Kelemahan

1

Data mengenai pajanan terhadap faktor risiko diperoleh dengan

mengandalkan daya ingat atau rekam medis. Daya ingat responden ini menyebabkan terjadinya recall

bias,

katena

responden

yang mengalami

efek cenderung

lebih

mengingat pajanan terhadap

faktor risiko

dari pada responden yang

tidak mengalami

efek.

Data

sekunder,

dalam hal ini rekam

medis yang seringkali

dipakai

sebagai sumber data juga

tidak

begitu akurat.

2

Validasi mengenai

informasi

kadang-kadang sukar diperoleh.

3

Oleh karena kasus

maupun kontrol dipilih

oleh

peneliti

maka

sukar untuk meyakinkan bahwa kedira kolompok

tersebut benar sebanding

dalam

pelbagai

faktor

eksternal

dan

sumber bias lainnya.

4 Tidak

dapat memberikan incidence rates.

5 Tidak dapat dipakai untuk

menentukan

lebih dari

L variabel dependery hanya berkaitan dengan satu

penyakit

atau efek-

Rulina Suradi dl<k. 165

Darran PUSTAKA

Doll

R, Vessey ME. Evaluation

of

rare adverse effects

of

systemic contraceptives. Br Med Bull 1970;26:33-8

Foxman B,Yaldez B, Brook RH. Childhood enuresis; prevalence, perceived impact, and pre-qsdled treatment. Pediatrics 1986;77 :482-7

Hulley SB, Cummings SR, Browner WS, Grady D, Newman TB, penyunting.

Designing clinical research

-

An epidemiologic approach . Edisi ke-3.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.

KelseyJL, Thompson WD, Evans AS. Methods in observational epidemiology.

New York: Oxpord University Press; 1986.

Kahn HA, Sempos CT. Statistical methods in epidemiology. New York: Oxpord University Press; 1989

Knapp RG,

Miller III

MC. Clinical epidemiology and biostatistics.

Pennsylvania: Harwal Publishing Comp any ; 1992.

Schlesselmen |J. Case-control studies. Desigrr, conduct, analysis. New York:

Oxpord University Press; 1982.

Walter SD. Calculation of attributabel risks from epidemiological data. Int J

Epid emiol L97 8;7 :17 5 -82.

Woodward M. Epidemiology

-

study design and data analysis. Boca Raton:

Chapman &Hall, 1999.

166 P eneli ti an kas us -ko n tr o I

$*f

ffi.@ed$#d$+

Studi kosus-kontrol merupakon studi observosionol onolitik yong berdimensi retrospekf if .

Penelition dimuloi dengon merekrut sejumloh subyek dengon ef ek (kelompok kosus), kemudion dicori subyak loin yong karokteristiknyo sebonding nomun tidok mampunyoi ef ek (kelompok kontrol)

Podo kelompok kosus don kontrol ditelusur

retrospektif

opakoh subyek mengolomi pojonon foktor risiko yong diteliti.

Proporsi pojonon poda kalompok kosus don kontrol dibandingkon.

Pemilihon kosus horus dengan kriterio yong jelos, demikion pula pemilihon kontrol, yong dopot dilokukon secora matchi ng atou tonpo match i ng.

Anolisis untuk studi kosus-kontrol odoloh penentuon rosio odds (RO) yakni odds podo kelompok kosus dibonding odds podo kelompok kontrol. Oddsadaloh perbondingon ontoro peluong terjodinyo ef ekdibagi peluong tidok terjodinyaef ek (p/(1-p).

Nilai RO = 1 menunjukkon bohwo pojonon bukan merupokon

foktor

risiko, niloi RO > 1 menunjukon bohwo pojonon benar merupokon faktor risko, don niloi RO <1 menunjukkon voriobel tersebut merupokan foktor protektif, nomun samuo horus dilihot intervol keparcoyoonnyo.

Studi kosus-kontrol dopot merupokon sotu-sotunyo desoin untuk menentukon etiologi podo kosus-kosus yong jorong ditemukon.

Kekurangon terpenting podo studi kosus-kontrol odoloh terdapotny a recal I b ias.

Bab $: Sudikohort

Taralan Tambunan, Taslim

S

Soetomenggolo, fimmy

Passat,

I Suharti Agusman*

fl*ai kohort

merupakan jenis penelitian epidemiologis non-

\eksperimental yang sering digunakan untuk

mempelajari

. |rubungan

antara

faktor risiko

dengan efek atau penyakit.

L 'Perkataan

kohortberasal dari kata romawi kuno

cohortyang berarti kelompok

tentara

yang berbaris maju ke

medan perang.

Model

pendekatan

yang

digunakan pada rancangan

kohort

ialah pendekatan

waktu

secara

longitudinal atau

time-period approach.

Bila hanya

diamati

satu

kelompok

subyek

untuk

memperlihatkan

kejadian tertentu

(misalnya insidens

penyakit),

maka

hasil studi

kohort merupakan data deskriptif. Namun studi kohort lebih sering dipergunakan

untuk

memperoleh hubungan antara satu atau lebih

faktor risiko

dengan penyakit atau kejadian tertentu; dalam hal

ini studi kohort

bersifat analitik.

Pada penelitian kohort kausa atau faktor risiko diidentifikasi lebih dahulu, kemudian tiap subyek

diikuti

sampai periode tertentu

untuk

melihat terjadinya efek atau penyakit yang

diteliti

pada kelompok subyek dengan faktor risiko dan pada kelompok subyek tanpa

faktor

risiko. Hasil pengamatan tersebut dianalisis dengan teknik tertentu, sehingga dapat disimpulkan apakah terdapathubungan antara faktor

risiko

dengan kejadian penyakit atau efek tertentu yang diselidiki.

Metodologi penelitian bukan ilmu pasti yang kaku dan tidak

dapat berubah; selalu

terbuka

peluang

untuk melakukan variasi

168 Studikohort

Tqbel

9-1.

Jenis-ienis

studi

kohort

Studi kohorl prospektif dengon kelompok pembonding internol Studi kohort prospektif dengon kelompok pembonding eksternol (studi kohort gondo)

Studi kohort retrospektif Cose-cohorf sfudy Nesfed cose-confrol sludy

atau modifikasi. Karen anya, sePerti halnya pada semua jenis desain penelitian, pada desain kohort juga terdapat beberapa jenis varian atau

modifikasi,

seperti tampak pada Tabel 9-1.

Pada

studi kohort prospektif dengan pembanding internal, kohort

yang

dipilih

sama sekali

belum

terpajan oleh

faktor risiko

dan belum mengalami efek. Subyek tersebut

diikuti;

secara alamiah

sebagian dari mereka kemudian terpajan dengan faktor risiko

(kelompok terpajan), sebagian

lainnya tidak

terpajan

faktor risiko

(kelompok

kontrol).

Selanjutnya dilakukan /o llow -up selama

waktu

yang ditentukan

untuk

memperoleh insidens terjadinya efek pada masing-masing kelompok.

Bila

subyek

terpilih

sudah terkena

faktor risiko namun

belum mengalami efek, dan kelompok pembanding

dipilih

dari subyek lain yang tanpa pajanan faktor

risiko

dan efek, kita berhadapan dengan

studi kohort prospektif

dengan

kelompok

pembanding eksternal.

Suatu modifikasi penelitian kohort melakukan penelusuran terhadap kelompok kohort yang sudah mengalami efek

di

masa

lampau; ini

disebut sebagai

studi kohort

retrospektif.

Modifikasi lain

adalah melakukan studi kasus-kontrol

di

dalam studi kohort, yang dikenal sebagai case-cohort study dan nested case-control study. Dalam uraian

berikut ini dikemukakan terlebih dahulu studi kohort prospektif

dengan pembandlng intemal yang disertai dengan langkah-langkah pelaksanaannya. Pelbagai jenis modifikasi studi kohort dikemukakan kemudian.

TaralanTambunan dkk. 169

PsNcnnuAN DASAR sruDl KoHoRT

Prinsip studi kohort tampak pada Gambarg-L. Sekelompok subyek diikuti prospektif. secara alamiah mereka terbagi menjadi:-(1) kelompok dengan faktor risiko, dan (2) kelompok tanpa faktor risiko; keduanya

diiklti

sampai waktu tertentu. Pemantauan tersebut sifatnya deskriptif.

Namun umumnya

studi kohort bersifat analitik, yakni mempelajari

hubungan

antara

variabel

bebas

(faktor risiko)

dengan variabel terganting (efek, penyakit), dengan rasio insidens atau yang lebih dikenal dengan istilah risiko relatif atau rasio risiko. Lihat Gambar 9-2.

Penelitian mulcri

di

sini

Diikuli

prospektif Apokoh teriodi efek?

fsklor

risiko

{+)

Subyek lanpo foktor risiko dqn lqn

foktor risiko (-)

Gambar 9-1. Skema dasar penelitian kohort prospektif dengan kontrol intemal. Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi subyek tanpa efek dan tanpa faktor risiko. Mereka diikuti; sebagian secara alamiah akan terpajin faktor risiko, sebagian lainnya tidak. Risiko relatif dihitung dengan cara membandingkan insidens efek pada kelompok dengan risiko d"ngun insidens pada kelompok tanpa risiko'

170 Studikohort

Yo Tidck Jumloh

o*h

Foklor risiko

c*d

Jumloh o*c

b+d o*b*c*d

Gambar 9-2. Analisis dasar studi kohort. Subyek dengan faktor risiko yang mengalami efek dimasukkan ke dalam sel a, subyek dengan faktor risiko yang tidak mengalami efek dalam sel b, subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek dalam sel c, dan subyek tanpa faktor risiko yang tidak mengalami efek dalam sel d. Risiko relatif (RR) dihitung dengan formula RR = a/(a+b) : c/(c+d).

Sebagai

contoh dikemukakan studi yang mencari hubungan

antara kebiasaan

mandi di

sungai dengan

bakteriuria

pada anak 5-10

tahun. Dalam

masa 10

tahun didapatkan bakteriuria

pada kelompok yang

mandi di

sungai 30/1000 anak/tahun pengamatary sedangkan pada anak yang

tidak

pernah mandi

di

sungai insidens

bakteriuria

adalah 1,211000 anak/tahun pengamatan. Risiko

relatif

= 30/1000

:

1211000

:

2,5.

Hasn yANG DTpERoLEH pADA sruDr KoHoRT

Dengan melakukan follow-up dapat

diketahui

kejadian efek pada

kelompok

dengan

faktor risiko

dan pada

kelompok

tanpa

faktor risiko.

Dengan demikian maka pada

studi kohort

dapat diperoleh incidence rate pemyakit

pada kelompok

dengan

faktor risiko

dan pada merekayangtanpa faktor risiko. Lebih lanjut dari studi

kohort

dapat diperoleh

risiko relatif,

dengan secara sederhana membagi

Efek

Ya

Tidok

TaralanTambunan dkk. 171

incidence rate pada kelompok dengan faktor

risiko

dengan incidence rate pada kelompok tanpa

faktor

risiko.

Perlu diingat bahwa untuk menyimpulkan bahwa

suatu efek memang

terjadi

karena

faktor risiko,

harus

diperhatikan

adanya bias perancu. Perancu (faktor yang sekaligus berhubungan dengan

faktor risiko dan

dengan efek)

disingkirkan

pada desain dengan cara (a) restriksi,

yakni

dengan

kriteria inklusi

dan eksklusi yang

relevan, atau (b) dengan

matching,

atau pada analisis

dengan melakukan: (a) stratifikasi atau (b) analisis

multivariat

(lihatlah Bab 16). Bila

hal ini tidak dilakukan,

maka

kemungkinan

akan terjadi penarikan simpulan yang salah.

LaNCXAH-LANGKAH PADA STUDI KOHORT

Pada penelitian

kohor!

tahapan kegiatan dilakukan sebagai berikut:

1

Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis

2

Menetapkan

kohort

3 Memilih kelompok kontrol

4

Menentukan variabel penelitian

5

Mengamati terjadinya efek

6

Menganalisis hasil

'1, MEnuuusKAN

PERTANYAAN

DAN

HIPoTESIS

Hal pertamayang

harus

dilakukan peneliti

adalah merumuskan masalah atau pertanyaan

penelitian

serta

hipotesis yang

sesuai.

Sebagai contoh suatu

studi kohort

akan

meneliti

apakah terdapat hubungan antara ibu perokok pasif (ayah merokok) dengan kelahiran

kecil untuk

masa

kehamilan (KMK)

pada

bayi yang dilahirkan.

Hipotesis yang

sesuai

adalah 'kebiasaan merokok pada

ayah

berhubungan dengan peningkatan kejadian kelahiran KMK'.

Dari formulasi

masalah serta hipotesis

itu

tercermin bahwa yang dianggap

faktor risiko

adalah kebiasaan

merokok

ayah, dan efek yang

diteliti

adalah kelahiran

bayi KMK.

172 Studikohort

2 MENETapKAN KoHoRT

Pertimbangan yang dipergunakan dalam penetapan populasi dan

sampel penelitian

sama

seperti penelitian observasional

pada umumnya.

Ciri

utama desain

kohort

adalah tersedianya

kelompok

subyek tanpa efek

tertentu pada awal studi.

Subyek

dipilih dari

populasi terjangkau yang memenuhi

kriteria pemilihan

(eligibility criteria), dengan

kriteria inklusi

dan eksklusi yang jelas.

Syarat umum agar seseorang dapat dimasukkan dalam studi kohort dengan pembanding intemal adalah: (1) subyek tidak menderita efek yang diteliti: dan (2) belum terpajan faktor risiko yang diteliti.

Untuk identifikasi

subyek yang

tidak

sakit atau belum menderita efek

ini

sangat diperlukan kecermatan. Peneliti harus

yakin

bahwa subyek yang dipilihbenarbebas dari efekyang akan diselidiki sehingga apabila pada pengamatan subyek tersebut menjadi sakit atau mengalami efek maka hal tersebut terjadi akibat terpajan dengan faktor

risiko

yang dipelajari.

Alat

diagnostik yang kurang akurat akan mengakibatkan efek negatif palsu pada awal studi.

Kadang

tidak mudah

menetapkan atau

menyingkirkan

adanya efek

pada

subyek

yang

akan

direkrut

(inception cohort); pelbagai cara dapat dipergunakan

untuk

maksud tersebut, termasuk dengan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan

laboratorium,

sitologi, pencitraan, dan lain-lainnya. Umumnya prosedur unfuk menetapkan subyek masuk ke dalam kohort

di

satu sisi harus bersifat sederhana, amarL dan murah, di lain sisi harus pula mempunyai keandalan dan kesahihan

yang baik. Namun hal ini tidak mudah, termasuk di

antaranya penenfuan masuknya subyek ke dalam studi kohort

untuk

menentukan perjalanan penyakit bila awal penyakit sulit ditentukary seperti pada kebanyakan kasus keganasan. Dalam keadaan tertenfu saat diagnosis ditegakkan menjadi satu-satunya opsi yang

mungkin

untuk memasukkan subyek ke dalam studi kohort yang direncanakan.

Subyek dapat

dipilih

dari populasi-terjangkau berdasarkan pada

pelbagai

alasan sesuai dengan

pertanyaan penelitian. Mungkin

subyek

direkrut

berdasar pada

geografi, dari kelompok

tertentu

misalnya kelompok profesi, rumah

sakit, masyarakat

yang baru

saja terkena bencana, dan lain sebagainya. Penetapan sampel harus

TaralanTambunan dkk. 173

dilakukan

dengan cara yang benar

bila

penelitian

dilakukan tidak

pada seluruh subyek dalam populasi-terjangkau (lihat Bab 5)'

Untuk mengurangi

besar

sampef periode penelitian,

serta biaya, maka diperlukan seleksi terhadap sampel dengan cara memilih kelompok subyek yang menunjukkan insidens efek yang relatif tinggi. Misabeya

jang*

menggunakan studi kohort prospektif bila

ingin

mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok pasif dengan kejadian kanker payudara. Insidens kanker payudara sangat rendah, sehingga

untuk

menemukan satu

orang

pasien kanker payudara

perlu dilakukan

pengamatan terhadap ribuan subyek penelitian dalam waktu lama.

3 Mnunur KEtoMPoK KoNTRoL

Pada

studi kohort prospektif

dengan

kontrol internal, kelompok kontrol terbentuk

secara alamiah,

yaitu

bagian

dari kohort

yang selama follow-up

tidak

terpajan

faktor risiko

yang dipelajari. Studi

kohort

dengan

kelompok pembanding internal ini mempunyai keuntungao yaitu:

o

Kedua kelompok berasal

dari

populasi yang sama

o Kedua kelompok dilakukan follow-up dengan prosedur

yang sama

Dalam praktik

perbedaan antara

kelompok

dengan dan tanpa faktor

risiko

dapat merupakan faktor risiko internal (misalnya akibat

kerentanan

seseorang

terhadap suatu penyakit)

mauPun faktor

risiko

eksternal

yaitu faktor lingkungan yang memPermudah

seseorang menderita penyakit. Kadang perbedaan antara kelompok hanya terletak pada derajat pajanary misalnya antara perokok

aktif

dengan

perokok

pasif.

Pada rancangan penelitian kohort,

pemilihan

subyek

umumnya

tidak memerlukan teknik

matching dengan

kelompok

terpajan, terutama apabila

jumlah

subyek yang

diteliti

cukup besar atau

bila

proporsi

subyek dengan

faktor risiko jauh lebih

besar ketimbang

kelompok kontrolr Dalam

beberapa

hal tertentu teknik

matching

perlu

dilakukaru misalnya

bila

peneliti

ingin

mengetahui besamya pajanan secara akurat. Penelitian denganbesar sampel yang terbatas

Dalam dokumen Buku Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (Halaman 164-191)