• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fase IV bertujuan untuk mengevaluasi obat yang telah dipakai untuk jangka waktu yang relatif lama (5 tahun atau lebih). Fase ini

Dalam dokumen Buku Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (Halaman 196-200)

SriRezekiHarun dkk. 189

informasi tentang

aspek

farmakologi dan toksikologi obat

guna menyiapkan tahapan

berikut, yakni studi

menggunakan manusia.

Tahapan2

Dalam

tahapan pengembangan obat

bant 2 digunakan

manusia sebagai peserta penelitian. Tahapan ke-2

ini

berdasarkan tujuannya dibagi menjadi

4

fase, yaitu:

Fase

I

bertujuan

untuk

meneliti keamanan serta toleransi terhadap obat, biasanya dilaksanakan dengan menyertakan 20-100 peserta,

tidak

jarang melibatkan relawan karyawan pengembang obat.

Fase

II

bertujuan menilai sistem atau dosis pengobatan yang

paling

efektif, biasanya dilaksanakan dengan 100-200 peserta penelitian.

Uji klinis

fase

I maupun

fase

II tidak

mempunyai desain standar,

namun

disesuaikan dengan jenis obat dan

penyakit

yang diobati.

Uji

fase

I

dan

II

sering

dilakukan

tanpa randomisasi.

Fase

III bertujuan

mengevaluasi obat atau cara pengobatan baru

dibandingkan

dengan plasebo atau pengobatan

yang

ada (terapi standar).

Uji klinis

yang banyak dilaporkan dalam

jurnal

termasuk dalam fase

ini.

Baku emas

uji klinis

fase

III

adalah

uji klinis

acak

terkontrol

(randomized cntrolled trial).

Fase

IV bertujuan untuk

mengevaluasi obat

yang telah dipakai

190 Ujiklinis

.

efek

terapeutik

obat

o

perjalanan alamiah (natural history)

penyakit

o

pasien menggunakan obat tambahary

diet

dan

lain-lain

o kriteria untuk

menyatakan kesembuhan

yang

digunakan Demikian pula, bila kita membandingkan efektivitas 2 jenis obat atau prosedur pengobatan, maka perbedaan hasll (outcome)

kedua

pengobatan yang diperoleh, selain dipengaruhi oleh perbedaan obat, juga ditentukan oleh beda perjalanan alamiah penyakit, perbedaan peilakuary atau perbedaan dalam kriteria kesembuhan. Oleh karena

itu

maka dalam uji

klinis

semua hal yang mungkin harus

dilakukan

agar antara

kelompok

pasien

yang diobati

sama atau sebanding atau setara dalam 3 hal berikut:

o setara dalam pe4alanan alamiah penyakit, o setara dalam perlakuan selama penelitian, serta

.

setara dalam

kriteria

dan pengukuran hasil intervensi.

A

Setara

dalam perjalanan alamiah penyakit

Mudah

dimengerti

bila

dalam kelompok yang mendapat obat baru (kelompok perlakuan) sebagian besar pasien "derajat penyakitnya

lebih ringan

ketimbang pada

kelompok kontrol,

maka

hasil

pada kelompok perlakuan akan lebih baik. Jadi harus diupayakan agar perjalanan alamiah penyakit pada kedua kelompok sama atau setara.

Perjalanan alamiah penyakit sendiri dipengaruhi oleh banyak hal, antara

lain

jenis penyakit, penyebab, derajat

penyakif

lama sakig usia peserta jenis kelamin, ras, status

gizi,

faktor genetik, dan lain sebagainya. Faktor-faktor tersebut dapat pula disebut sebagai

faktor

prognostik. Strategi

untuk

membuat kedua kelompok setara dalam

hal

perjalanan alamiah

penyakit

atau

faktor

prognostiknya adalah dengan melakukan randomisasi.

Lihat

uraian

di

bawah.

B Setara dalamperlakuan

Segala cara yang mungkin harus dengan sungguh-sungguh dilakukan agar perlakuan terhadap peserta dalam kelompok-kelompok yang

dibandingkan

sama.

Bila

peserta pada

kelompok perlakuan tahu

Sri Rezeki Harun dlek. 191

bahwa ia sedang menerima obat yang

diuji,

maka mungkin

ia

akan mengubah pola hidup, lebih hati-hati memilih makanan, berolah raga cukup istirahat,

minum

obat teratur, dan sebagainya. Demikian pula bila peneliti mengetahui seorang peserta menerima obat yang diuji, ia mungkin lebih banyak memberi perhatian, nasihaf dan sebagainya.

Untuk

mencegah terjadinya bias akibat

peneliti

atau peserta

uji klinis

mengetahui jenis pengobatan yang

diberikan,

strategi yang

paling ampuh

adalah dengan melakukan Penyamaran (masking), sehingga baik peneliti maupun peserta

tidak

mengetahui jenis obat atau pengobatan yang diberikan. Lihatlah

uraian di

bawah.

C

Setara

dalam pengukuran hasil

Kriteria penentuan outcome atau hasil harus distandardisasi dengan baik, khususnyabila pengukuranbersifat subyektif atau data lunak.

Bila

tidak,

maka

mungkin

akan terjadi, sengaja atau

tidak, peneliti

memberikan

nilai

yang lebih

baik

kepada peserta yang menerima obat yang

diuji

ketimbang kepada peserta kelompok kontrol.

Untuk

menghindari hal ini pengukuran tersamar (blinded) sangat dianjurkan.

DnsnIN UII KLINIS

Pada

uji klinis

peneliti berupaya menelaah hubungan sebab-akibat antara variabel bebas yakni perlakuan (misal obat) dengan variabel tergantung (efek) dalam periode tertentu. Hasil yang diperoleh pada

uji klinis

adalah perbedaan efek pada kelompok perlakuan dengan pada kelompok

kontrol.

Efek yang

dinilai

darrat berupa kematiary

lejadian klinis

tertentu, atau

nilai-nilai

fisis atau hasil pemeriksaan khusus, yang berupa variabel berskala nominal, ordinaf atau numerik.

Uji klinis

sangat

mirip

dengan

studi kohort,

karena kelompok perlakuan dan

kontrol diikuti

sampai

waktu

yang ditentukan atau sampai

terjadi

efek. Bedanya, pada

uji klinis baik

alokasi peserta

maupun

metode

perlakuan ditentukan oleh peneliti,

sedangkan pada

studi kohorg peneliti

hanya melakukan observasi saja tanpa memberikan perlakuan; perbedaan pajanan pada

kelompok

yang

diteliti

serta pada kelompok

kontrol terjadi

secara alamiah.

192 Ujiklinis

Terdapat pelbagai bentuk desain

uji klinis, dari

yang sederhana sampai yang

rumit.

Pembaca yang

berminat

mendalami pelbagai desain

uji klinis

dapat mempelajarinya dalam monogram Stanley

dan Campbell yang telah menjadi acuan klasik.

Para

penulis

tersebut

menguraikan

pelbagai

jenis

desain eksperimental yang

dikelompokkan

sebagai desain

pra-eksperimental,

desain

kuasi-

eksperimental, dan desain eksperimental. Dalambab

ini diuraikan

dua jenis desain eksperimental yang paling sering digunakary yakni:

1

Desain paralel, merupakan suafu perbandingan antar-kelompok (group comparison),

dapat bersifat perbandingan kelompok

independen ataupun kelompok pasangan serasi (matched pairs).

2

Desain

menyilang

(cross-orser design).

Desainparalel

Jenis desain

ini

paling banyak digunakan, baik pada penyakit akut maupun

kronik.

Pada desain

ini

disusun 2

kelompok

(atau lebih), dan pengobatan pada kelompok-kelompok tersebut dilakukan secara paralel atau simultan. Jenis yang paling banyak dilakukan adalah desain paralel dengan 2 kelompok; satu kelompok memperoleh pengobatan baru (disebut kelompok eksperimental, kelompok perlakuan, kelompok terapi), sedangkan kelompok lainnya menerima plasebo atau terapi standar, disebut kelompok kontrol.

Lihat

Gambar 10-"1,.

Agar

diperoleh hasil yang sahilr, maka

karakteristik

kelompok- kelompok yang diperbandingkan harus seimbang, terutama dalam hal perjalanan alamiah penyakit atau faktor prognosis yang penting.

Untuk tujuan

tersebut

dapat digunakan

salah

satu dari 2 teknik berikut:

o

dengan melakukan randomisasi

.

dengan

pemilihan

pasangan serasi (matching)

Dengan cara tersebut diharapkan sebelum dilakukan intervensi, karakteristik kedua kelompok sama atau sebanding. Bila pada

akhir

penelitian terdapat perbedaan efek antara kedua kelompok, maka penyebab perbedaan

itu tidak dipengaruhi

oleh perbedaan

faktor

prognosis atau perjalanan alamiah penyakit antara kedua kelompok.

Dalam dokumen Buku Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (Halaman 196-200)