• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA

B. Lima Kode Pembacaan

5. Kode Semik

4.1.11 Analisis Scene 14

Gambar 4.19

A. Analisis Leksia

Fokus beralih dari Yosi menuju seorang perempuan yang membawakan minuman. Perempuan muda itu melintas di depan Yosi dan tiga perempuan Tionghoa yang sedang menyusun kursi. Perempuan itu mengenakan kaus biru muda. Kulitnya kecoklatan. Rambutnya disanggul rendah. Dia memakai jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Dia melilitkan kain berwarna kuning cerah dengan motif bunga ungu sebagai bawahan. Terdapat enam gelas minuman pada nampan yang dibawanya.

Ada tiga jenis minuman yang dia bawa. Dua gelas berisi teh. Dua gelas berikutnya berisi jus jeruk atau sirup markisa. Sedangkan dua gelas sisanya tampak berisi sirup leci atau air kelapa. Sembari membawa minuman, perempuan itu bernyanyi “sebentar lagi”. Secara tanggap, dia menawarkan minuman kepada ketiga lelaki yang sedang berdiri dan bernyanyi di depan kotak suara

Shot ini menggunakan teknik pengambilan gambar medium long shot. Angle yang digunakan adalah eye level angle. Fokus shot termasuk dalam selective focus, yang bekerja dengan mengaburkan latar belakang. Segi pencahayaan

tergolong dalam kategori high key yang bernuansa riang dan cerah. Warna yang digunakan adalah kategori warm yang berkesan riang.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa fokus beralih dari Yosi menuju seorang perempuan? Mengapa perempuan itu membawa enam gelas minuman? Mengapa dia mengenakan kaus biru muda? Mengapa kulitnya berwarna kecokelatan? Mengapa rambutnya disanggul rendah? Mengapa dia memakai jam tangan di pergelangan tangan kirinya? Mengapa dia memakai bawahan berupa kain kuning bermotif bunga yang dililitkan? Mengapa sambil membawa minuman dia bernyanyi “sebentar lagi”?

Mengapa dia menawarkan minuman dengan tanggap kepada ketiga lelaki yang sedang berdiri dan bernyanyi di depan kotak suara?

2. Kode Proaretik

Peralihan fokus dari Yosi kepada seorang figuran perempuan adalah untuk menunjukkan bahwa pesan-pesan di dalam video ini bisa disampaikan oleh siapa saja, tidak hanya Yosi. Para pemain berfungsi sebagai representasi individu dan masyarakat—dalam hal ini penonton video. Mengingat keberadaan Yosi di sini sebagai salah satu talent utama, peralihan fokus juga berguna untuk menegaskan bahwa isu yang diangkat di sini adalah isu bersama; patut digagas dan disebarkan kepada sesama (penonton), dan bukan sekadar isu kaum ‘elit’ saja.

Perempuan itu membawa enam gelas minuman untuk kemudian dibagikan kepada sesama partisipan Pilkada Jakarta di video ini. Kaus biru muda yang dikenakannya menandakan bahwa perempuan ini memiliki kepribadian yang santai dan terbuka. Kaus merupakan atasan kasual yang bisa dipakai oleh berbagai kalangan. Warna biru muda kerap diidentikkan dengan perasaan tenang dan damai. Kulit si perempuan yang kecokelatan menandakan bahwa dia seorang pribumi. Selain itu, kulit kecokelatan biasanya juga menandakan seseorang yang aktif bergerak di luar ruangan dan tidak takut terhadap sinar matahari, apalagi di tengah iklim tropis Indonesia. Sanggul menandakan bahwa perempuan itu

berpenampilan praktis. Dia tidak ingin membiarkan rambut panjangnya tergerai namun malah mengganggu kegiatannya. Bawahan berupa lilitan kain berwarna kuning menunjukkan bahwa dia masih menganut budaya berpakaian tradisional.

Pemilihan warna kuning menandakan sifat yang ceria dan mudah bergaul ke siapa saja. Perempuan itu menyanyikan “sebentar lagi” menunjukkan bahwa suatu peristiwa penting akan terjadi. Dia menawarkan minuman kepada tiga lelaki di dekat kotak suara sebagai usahanya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.

3. Kode Simbolik

Situasi pada shot ini memparalelkan Pilkada tahap dua yang akan berlangsung kurang dari sebulan lagi. Pemain figuran yang berkumpul mencerminkan calon pemilih terdaftar. Minuman yang dibawa si perempuan melambangkan kandidat yang tersedia. Sosok si perempuan sendiri melambangkan panitia pemungutan suara.

Pengambilan gambar menggunakan teknik medium long shot memberi kesan hubungan yang sedikit berjarak dengan subjek. Eye level angle mempertegas hal tersebut, sebab angle ini memberi kesan kesejajaran, kesamaan dan kesetaraan.

Selective focus bertujuan memfokuskan perhatian penonton kepada objek tertentu, yaitu sosok perempuan bersanggul itu. Pencahayaan dalam kategori high key menandakan suasana atau atmosfer yang riang dan cerah. Pewarnaan shot dengan warna-warna hangat seperti kuning dan oranye memancarkan kesan optimisme dan harapan.

4. Kode Kultural

Perempuan diidentikkan dengan sosok yang berkarakter pemurah dan cekatan mengurus segala sesuatu. Penampilan perempuan bersanggul di scene ini menampilkan perempuan sebagai sosok yang memiliki sifat pemberi dan partisipatif. Di tengah kegiatan mengatur kursi untuk para calon pemilih yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar Yosi, si perempuan bersanggul tampil membawa minuman. Perempuan itu pun melakukannya sambil menyanyikan lirik

“sebentar lagi”. Tindakannya ini tak hanya melambangkan kesadarannya terhadap peristiwa penting yang akan berlangsung—dalam hal ini Pilkada Jakarta putaran

kedua—tetapi juga menegaskan maksudnya untuk membuat partisipan lain merasa nyaman.

5. Kode Semik

Pilkada DKI Jakarta putaran kedua akan berlangsung sebentar lagi. Terhitung sejak pertama kali video ini diunggah, yaitu pada 26 Agustus 2012, Pilkada tahap dua hanya berjarak dua puluh lima hari, yaitu 20 September 2012. Lirik “sebentar lagi” bermaksud menginformasikan penonton akan wacana Pilkada DKI Jakarta.

Hasil Pilkada putaran kedua menentukan siapa di antara Foke-Nara dan Jokowi- Ahok yang layak memimpin Jakarta untuk lima tahun ke depan.

Gambar 4.20

A. Analisis Leksia

Kamera bergerak ke kiri penonton. Perempuan itu melewati dua orang lelaki yang mengambil minuman darinya. Lelaki pertama berambut pendek, memakai kacamata dengan bingkai tebal. Pipinya agak tembam. Dia mengenakan celana hitam dan kaus merah berkerah V dengan bordiran bendera Republik Indonesia di kanan dan burung garuda di kiri. Tangan kanannya yang memegang gelas dililit jam tangan hitam. Tangan kirinya bertumpu pada bilik suara.

Lelaki kedua berpotongan rambut pendek dan berpipi tembam. Dia mengenakan kaus berwarna ungu dengan tulisan “Change Your Mind" yang berwarna pink tua, kuning, hijau muda, dan biru laut. Dia turut mengambil minuman dari nampan yang dibawakan perempuan bersanggul.

Shot ini menggunakan teknik pengambilan gambar medium shot. Angle yang digunakan adalah eye level angle. Fokus shot termasuk dalam selective focus, yang bekerja dengan mengaburkan latar belakang. Segi pencahayaan tergolong dalam kategori high key yang bernuansa riang dan cerah. Warna yang digunakan adalah kategori warm yang berkesan riang.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa kedua lelaki tersebut mengambil minuman dari si perempuan bersanggul dengan senang? Mengapa mereka melakukannya sambil tetap menyanyikan "kita harus memilih"?

Mengapa lelaki pertama mengenakan kacamata dengan bingkai tebal?

Mengapa dia mengenakan celana hitam dan kaus merah berkerah V? Mengapa terdapat bordiran bendera RI di bagian kanan dan bordiran burung Garuda di bagian kiri kausnya? Mengapa dia mengenakan jam tangan hitam? Mengapa tangan kirinya bertumpu pada bilik suara. Mengapa dia menunjuk kamera dengan tangan kanannya?

Mengapa lelaki kedua mengenakan kaus ungu bertuliskan “Change Your Mind”? Kenapa tulisan tersebut berwarna pink tua, kuning, hijau muda, dan biru laut?

2. Kode Proaretik

Kedua lelaki tersebut mengambil minuman dari si perempuan bersanggul dengan senang, sebab menawarkan makanan/minuman merupakan suatu pertanda keramahan. Ini berarti keduanya menyambut keramahan si perempuan bersanggul.

“Kita harus memilih” yang mereka nyanyikan juga menyambung dari lirik yang sebelumnya dinyanyikan oleh perempuan tersebut. Hal ini berarti mereka

menyatakan kesetujuan serta kesepahaman terhadap apa yang diucapkan oleh perempuan bersanggul itu. Mereka memahami isu yang sama, yaitu tak lama lagi warga Jakarta harus memilih gubernur untuk masa bakti lima tahun ke depan.

Peristiwa penting yang melatarbelakanginya tak lain adalah Pilkada Jakarta putaran kedua.

Lelaki pertama yang mengenakan kacamata berbingkai tebal menandakan pribadi yang konservatif. Bingkai tebal pada kacamata juga menimbulkan kesan dewasa dan serius. Kacamata dengan model demikian membuat kesan pandangan mata seseorang seakan lebih sempit jika wajahnya dilihat secara keseluruhan.

Kaus merah berkerah V yang dikenakannya menandakan bahwa lelaki itu merupakan seseorang yang ambisius, penuh semangat, dan tak ragu dalam beraksi. Warna merah sering diasosiasikan dengan antusiasme, gairah, dan sikap impulsif. Celana panjang hitam yang dikenakannya menandakan bahwa dia menyukai pilihan warna-warna netral sebagai padu padan atasan yang sudah berwarna mencolok. Warna hitam menandakan ketenangan dan profesionalitas dalam menghadapi suatu isu atau masalah.

Bordiran bendera Republik Indonesia di bagian kanan kaus dan bordiran burung Garuda di bagian kiri menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang nasionalis. Pemakaian jam tangan mengesankan bahwa lelaki itu adalah seseorang yang menghargai ketepatan waktu. Tangan kirinya yang bertumpu pada bilik suara menandakan bahwa dia mendukung tindakan pemungutan suara langsung dari warga Jakarta. Dia menunjuk ke arah kamera merupakan ajakannya agar warga Jakarta yang menonton video ini menyadari hak mereka sebagai pemilih.

Tindakannya juga bermakna agar warga Jakarta menyadari kewajiban mereka dalam memilih calon gubernur dengan baik.

Kaus ungu yang dikenakan lelaki kedua memiliki beberapa makna. Warna ungu melambangkan spiritualitas; kemampuan berpikir melampaui wujud material. Hal ini menimbulkan kesan bahwa pemakai warna ungu adalah seseorang yang mencari dan menikmati stimulus mental dan spiritual—ciri-ciri utama seorang pemikir abstrak. Tulisan “Change Your Mind” yang tertera di kausnya adalah implikasi bahwa inilah pesan yang ingin dia sampaikan kepada penonton: change your mind—ubah pikiranmu. Hal ini berarti penonton diminta

untuk mengubah cara pikir mereka yang lama, khususnya dalam Pilkada Jakarta putaran dua ini.

Warna pink tua menandakan kepedulian dan kejenakaan, warna kuning menandakan optimisme dan kegembiraan, hijau muda menandakan pertumbuhan diri, dan biru laut menandakan stabilitas. Kombinasi ini bermakna bahwa pengubahan pola pikir selayaknya dilakukan atas dasar kepedulian terhadap sesama, optimisme terhadap masa depan, pertumbuhan diri, dan stabilitas mental.

3. Kode Simbolik

Menilik bahwa pengucapan lirik tersebut berfokus pada sosok dua laki-laki, maka ada makna tertentu yang ingin disampaikan Cameo Project lewat shot ini.

Dalam konteks komunikasi verbal, sosok laki-laki identik dengan cara bicara yang langsung. Dengan kata lain, makna dari “kita harus memilih” sudah jelas: warga Jakarta mesti berpartisipasi dalam Pilkada demi kesejahteraan hidup yang lebih baik.

Pengambilan gambar menggunakan teknik medium shot memberi kesan hubungan personal dengan subjek. Eye level angle mempertegas hal tersebut.

Angle ini memberi kesan kesejajaran, kesamaan dan kesetaraan. Selective focus bertujuan memfokuskan perhatian penonton kepada objek tertentu, dalam hal ini adalah lelaki berkaus merah dan lelaki berkaus ungu. Pencahayaan dalam kategori high key menandakan suasana atau atmosfer yang riang dan cerah. Pewarnaan shot dengan warna-warna hangat seperti kuning dan oranye memancarkan kesan optimisme dan harapan.

4. Kode Kultural

Lirik “kita harus memilih” tak sekadar berbicara tentang urgensi berpartisipasi dalam Pilkada, namun juga mengacu kepada tingkat golput di Pilkada tahap satu yang melebihi tiga puluh persen.

5. Kode Semik

Shot ini mengusung ide bahwa warga Jakarta tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan berpartisipasi dalam Pilkada DKI Jakarta 2012 lalu. Lirik “kita harus

memilih” bukan hanya menyatakan bahwa warga Jakarta dapat berpartisipasi.

Lirik tersebut juga menegaskan keharusan warga Jakarta untuk memilih. Tulisan

“Change Your Mind” pada kaus salah satu pemain figuran pun merupakan pesan bahwa mereka yang tadinya golput (atau berencana kembali golput) hendaknya berubah pikiran dan aktif memilih.

Gambar 4.21

A. Analisis Leksia

Kamera kian bergerak sisi kiri penonton. Tampaklah lelaki ketiga berada di sebelah lelaki berkaus ungu. Seperti kedua rekannya, dia turut mengambil minuman dari nampan yang dibawakan si perempuan bersanggul. Rambut lelaki itu pendek dan dia mengenakan kaus biru laut dengan tulisan "change" berwarna oranye dan "forever" berwarna putih. Ketiga lelaki itu lalu serempak menyanyikan lirik “Foke atau Jokowi”.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa kamera kian bergerak ke sisi kiri penonton? Mengapa lelaki ketiga turut mengambil minuman yang dibawakan si perempuan bersangggul? Mengapa

dia mengenakan kaus biru laut bertuliskan “change” yang berwarna oranye?

Mengapa di bawahnya tertulis kata “forever” dengan warna putih? Mengapa ketiganya serempak bernyanyi “Foke atau Jokowi”?

2. Kode Proaretik

Kamera yang bergerak ke sisi kiri penonton dimaksudkan untuk memberi sorotan pada satu pemeran figuran baru di scene kali ini. Pemeran figuran baru itu adalah lelaki ketiga yang turut mengambil minuman yang dibawakan oleh si perempuan bersanggul. Kaus biru yang dikenakannya memberi kesan bahwa dia memiliki pemikiran yang damai dan stabil. Kata ‘change’ berwarna oranye yang tercetak di kausnya menimbulkan kesan bahwa change—perubahan—identik dengan vitalitas, kesan yang identik dengan warna oranye.

Sedangkan kata ‘forever’ yang berarti ‘selamanya’ atau ‘abadi’ menandakan sesuatu yang bertahan dalam waktu yang sangat lama. Warna putih identik dengan kemurnian dan kesucian. Kedua hal ini dikombinasikan, mengimplikasikan makna keabadian sebagai sesuatu yang murni dan suci. Jika digabungkan, dua tulisan itu bermakna perubahan berlangsung terus-menerus. Seiring proses perubahan yang kontinyu itulah, diharapkan bisa memurnikan manusia dari cara hidup atau cara berpikir yang stganan.

Penonton juga disuguhi lirik “Foke atau Jokowi” yang dinyanyikan oleh kedua lelaki tersebut di shot ini. Tindakan ini untuk menunjukkan bahwa ada dua calon yang berlaga dalam Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, yaitu Fauzi Bowo yang akrab disapa Foke; dan Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi. Pesan dari lirik tersebut menandakan bahwa warga Jakarta berhak memilih siapa saja di antara kedua calon gubernur tersebut.

3. Kode Simbolik

Shot ini memuat tema ‘memilih’. Hal ini ditunjukkan secara langsung maupun tidak langsung. Aksi memilih tersebut ditunjukkan dalam hal-hal sederhana. Perempuan berkaus biru membawakan senampan minuman, dan saat tiba di hadapan tiga lelaki tersebut, mereka masing-masing memilih minuman yang diinginkannya.

Hal ini menunjukkan bahwa dalam Pilkada, para calon gubernur mendatangi dan menyuguhkan diri, visi-misi, serta program kerja mereka. Pada akhirnya warga sendirilah yang akan memilih dan memutuskan. Dalam konteks ini, warga memiliki dua pilihan yang terbukti paling besar potensi untuk diterima bersama, yaitu Fauzi Bowo, gubernur petahana (incumbent) Jakarta saat itu, atau Joko Widodo, calon gubernur yang saat itu masih menjabar sebagai walikota Solo.

4. Kode Kultural

Ada banyak faktor mengapa pemilih menjagokan salah satu kandidat. Tak hanya dari segi sosok, memilih calon pemimpin juga tak lepas dari partai-partai yang bertindak sebagai motornya. Pasangan Foke-Nara didukung oleh Partai Demokrat, Golkar, PAN, PPP (Partai Persatuan Pembangunan), PKS (Partai Keadilan Sejahtera), PBN (Partai Barisan Nasional), PDN (Partai Demokrasi Pembangunan), PPRN (Partai Peduli Rakyat Nasional), dan Pakar Pangan (Partai Karya Perjuangan). Sementara itu, pasangan Jokowi-Ahok didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

5. Kode Semik

Fauzi Bowo (Foke) dan Joko Widodo (Jokowi) adalah kandidat gubernur yang tersisa. Bersama para wakil yaitu Nara dan Ahok, mereka siap berlaga dalam Pilkada DKI Jakarta putaran kedua untuk memperebutkan dukungan warga Jakarta.

Gambar 4.22

A. Analisis Leksia

Ketiganya lalu mengacungkan telunjuk ke depan sambil bernyanyi “jadi gubernur DKI”. Ekspresi wajah mereka cerah.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa ketiganya mengacungkan telunjuk ke depan sambil bernyanyi “jadi gubernur DKI”? Mengapa ekspresi wajah mereka cerah?

2. Kode Proaretik

Ketiga telunjuk yang diacungkan ke depan menandakan bahwa Pilkada DKI Jakarta akan menjadi wadah bagi warga untuk memilih gubernur mereka untuk masa jabatan lima tahun ke depan. Gestur tersebut menegaskan bahwa pihak yang berhak berpartisipasi dalam Pilkada tersebut adalah warga Jakarta. Video Takotak Miskumis memang diunduh di Youtube dan bisa diakses oleh massa, namun sasaran utama dari video ini tetaplah warga Jakarta yang termasuk dalam penonton yang mengakses video ini. Itulah mengapa ketiga pemeran video ini mengacungkan telunjuk mereka ke layar—untuk merangkul para penontonnnya secara langsung.

3. Kode Simbolik

Gubernur DKI Jakarta adalah simbol dari penanggung jawab tata pemerintahan di tingkat provinsi. Status Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia juga menempatkan gubernur Jakarta dalam bentuk tanggung jawab yang lebih besar. Bagaimanapun juga, Jakarta merupakan provinsi yang sangat eklektik, dengan tingkat persaingan dan urbanisasi tertinggi di Indonesia.

4. Kode Kultural

Secara definitif, gubernur adalah kepala daerah tingkat provinsi. Secara etimologis, kata “gubernur” berasal dari bahasa Portugis “governador”, bahasa Spanyol “gobernador”, atau dari bahasa Belanda “gouveneur”. Etimologi kata dalam bahasa Belanda tersebut mirip dengan bentuk kata dalam bahasa Perancis yang memiliki arti harfiah “pemimpin”, “penguasa”, atau “pemerintah”.

Gubernur dipilih secara simultan bersama wakilnya oleh rakyat provinsi setempat untuk masa jabatan selama lima tahun. Gubernur bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Pelantikan gubernur dilakukan oleh Presiden atau oleh Menteri Dalam Negeri sebagai perwakilannya.

Cakupan tugas dan wewenang Gubernur sebagai wakil peremerintah di tingkat provinsi sebagaimana diatur dalam PP No 19 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:

1. Kooordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah daerah provinsi dengan instansi vertikal, dan antarinstansi vertikal di wilayah provinisi yang bersangkutan.

2. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antara pemerintah daerah provinsi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan.

3. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan antarpemerintahan daerah kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan.

4. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah daerah kabupaten/kota

5. Menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Menjaga dan mengamalkan ideologi Pancasila dan kehidupan demokrasi.

7. Memelihara stabilitas politik

8. Menjaga etika dan norma penyelenggaraan pemerintahan di daerah, dan 9. Koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas

pembantuan di daerah provinsi dan kabupaten/kota.

Menjadi gubernur DKI Jakarta berarti menerima tanggung jawab untuk menjalankan pemerintahan yang baik sesuai cakupan tugas dan wewenang yang berlaku. Gubernur DKI Jakarta yang terpilih nantinya akan bertindak sebagai kepala daerah yang berkedudukan di Jakarta sebagai ibu kota provinsi yang dipimpinnya.

Provinsi DKI Jakarta lahir pada 22 Juni 1527. DKI Jakarta memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia. Dengan luas 740,3 km2, Jakarta dihuni oleh lebih dari sepuluh juta jiwa. Jumlah ini bersifat fluktuatif karena banyaknya pekerja yang datang dari kota-kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, atau Depok. Aspek demografi provinsi Jakarta terbilang beragam. Berbagai suku bangsa dan etnis mendiami Jakarta, mulai dari suku Betawi, Jawa, Sunda, Tionghoa, Batak, Minang, Melayu, dan sebagainya. Jakarta merupakan pusat bisnis, politik, kebudayaan, dan lembaga pemerintahan.

5. Kode Semik

Siapa pun yang menang di antara Foke atau Jokowi, akan menjadi gubernur Jakarta. Penentunya adalah partisipasi rakyat dalam memilih serta perhitungan suara sah yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Meski demikian, Jakarta memiliki sederet masalah kronis, dua di antaranya adalah kemacetan dan banjir. Kemacetan dialami setiap hari oleh para penduduknya dan telah dibuktikan memicu stres berat dan agresivitas dari orang- orang yang terjebak di dalamnya. Sedangkan banjir merupakan masalah tahunan yang menyerang setiap musim hujan tiba. Tak berhenti di situ, kriminalitas, kemiskinan, minimnya daerah resapan air hujan, serta tata ruang kota yang tidak efektif menjadi poin tambahan yang harus segera ditanggulangi oleh pemerintah.

Lewat Pilkada inilah, warga Jakarta berharap menemukan pemimpin yang mampu memberikan mereka solusi terhadap masalah-masalah ini.