• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA

B. Lima Kode Pembacaan

5. Kode Semik

4.1.21 Analisis Scene 27

5. Kode Semik

Foke atau Jokowi. Tersedia dua pilihan calon gubernur selanjutnya bagi warga Jakarta. Namun, terdapat kesamaan rima antara “Jokowi” dan “jadi gubernur DKI” mengimplikasikan pesan khusus, bahwa Jokowi-lah yang diproyeksikan lebih layak mengemban tugas sebagai gubernur.

A. Analisis Leksia

Satu demi satu bermunculan punggung empat orang lelaki yang mengenakan kemeja kotak-kotak. Keempatnya berada dalam posisi telungkup, menghadap permukaan lapangan yang tertutup rumput kering berwarna cokelat. Mereka adalah Reza, Moreno, Jhony, dan lelaki berkopiah hitam. Reza mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna merah, putih, dan biru. Moreno mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna merah, putih, dan hitam. Dia juga mengenakan topi pet hitam. Tepat di depan Reza adalah Jhony yang mengenakan kemeja kotak- kotak berwarna putih dan biru muda. Lalu, di sebelah kirinya adalah lelaki berkopiah hitam. Kacamata hitam tersemat di wajahnya.

Scene ini menggunakan teknik pengambilan gambar medium shot dan low angle. Jenis fokus yang digunakan adalah selective focus. Pencahayaan terletak pada kategori high key dengan kategori warna warm.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa satu demi satu muncul punggung empat orang lelaki? Mengapa mereka berbaring telungkup? Mengapa Reza, Moreno, Jhony, dan lelaki berkopiah hitam mengenakan kemeja kotak-kotak? Mengapa mereka bernyanyi

"takotak kotak kotak kotak”?

2. Kode Proaretik

Kemunculan empat punggung berkemeja kotak-kotak berfungsi sebagai visualisasi lirik “takotak kotak kotak kotak”. Mereka berbaring telungkup untuk menunjukkan motif kemeja kotak-kotak dengan lebih jelas. Lirik “takotak kotak kotak” secara sinergis mengiringi aksi mereka.

3. Kode Simbolik

Kemeja kotak-kotak merupakan atribut politik pasangan Joko Widodo-Basuki Tahja Purnama sejak berlaga di Pilkada DKI Jakarta. Kemeja kotak-kotak ini selalu mereka gunakan untuk mendekati warga konstituennya. Kemeja kotak-

kotak dengan perpaduan warna merah, biru, dan putih ini—seperti yang diakui oleh Jokowi dan Ahok, melambangkan persatuan warga Jakarta yang bermacam ragam etnis, suku, dan agamanya.

Teknik pengambilan gambar medium shot menciptakan kesan hubungan personal dengan penonton. Low level angle menciptakan kesan didominasi atau kurangnya otoritas. Selective focus meminta perhatian penonton tertuju sosok Reza, Moreno, Jhony, dan lelaki berkopiah hitam. Pencahayaan high key menciptakan nuansa yang riang dan cerah. Pewarnaan yang hangat memberi kesan optimis serta penuh semangat.

4. Kode Kultural

Persatuan dan penghargaan terhadap kemajemukan dapat dilihat dari sosok dan kinerja Jokowi-Ahok. Jokowi berasal dari suku Jawa, sedangkan Ahok merupakan keturunan etnis Tionghoa. Namun, itu tak jadi masalah. Mereka sanggup bekerja sama dengan baik. Harapan mereka pun warga Jakarta dapat hidup berdampingan dengan harmonis.

5. Kode Semik

Kemeja merupakan jenis pakaian yang bisa dikenakan oleh siapa saja dalam suasana apa saja. Meskipun tampak lebih formal dibanding kaus, kemeja juga bisa dipakai dalam situasi informal atau santai. Filosofi kemeja kotak-kotak yang mengutamakan persatuan tercermin dari jalinan kerja sama antara Jokowi dan Ahok. Mereka dicitrakan sebagai calon pemimpin Jakarta yang mampu merangkul kemajemukan sisi sosio-demografi provinsi ini.

Gambar 4.56

A. Analisis Leksia

Keempat lelaki tersebut lalu berbalik badan. Tampaklah bahwa mereka semua mengenakan kumis palsu berwarna hitam. Reza berbaring sambil tersenyum lebar dan menampakkan deretan giginya. Moreno berbaring sambil tersenyum tipis, kedua tangannya berada di sisi tubuhnya. Jhony berbaring dengan mata terpicing.

Lelaki berkopiah hitam memasang ekspresi netral. Hampir seluruh matanya tertutup kacamata hitam. Dia meletakkan kedua tangannya di sisi tubuhnya.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa keempat orang itu berbalik badan? Mengapa mereka semua mengenakan kumis palsu? Mengapa Reza berbaring sambil tersenyum lebar dan menampakkan deretan giginya? Mengapa Moreno berbaring sambul tersenyum kecil? Mengaa kedua tangannya berada di sisi tubuhnya? Mengapa Jhony berbaring dengan mata terpicing? Mengapa lelaki berkopiah hitam memasang ekspresi netral? Mengapa dia meletakkan kedua tangannya di sisi tubuhnya?

2. Kode Proaretik

Keempatnya berbalik badan untuk menunjukkan wajah kepada penonton.

Bila tampilan punggung tidak menawarkan ekspresi apapun, kini setelah menghadapkan wajah ke arah penonton, mereka bisa menampilkan mimik serta gerak-gerik yang lebih lepas. Hal ini terbukti dengan bertambahnya variasi ekspresi yang mereka tampilkan.

Reza yang berbaring sambil tersenyum lebar memberikan kesan bahagia, puas, dan ceria. Moreno yang berbaring sambil tersenyum kecil memberikan kesan santai. Jhony yang berbaring dengan mata terpicing menandakan bahwa dia merasa agak silau terhadap cahaya yang menyorot padanya. Ekspresi netral dari lelaki berkopiah hitam bisa diinterprestasikan sebagai usahanya untuk tampil apa adanya. Tangan yang diletakkan di kedua sisi tubuhnya memberikan kesan rileks dan terbuka.

3. Kode Simbolik

Foke memiliki nama panggilan “Bang Kumis”, merujuk pada kumis hitam lebatnya yang khas. Kumis juga merupakan singkatan dari “kumuh dan miskin”—

dua hal yang Foke janjikan akan diberantasnya jika diberi kesempatan menjabat kembali untuk periode 2012-2017.

4. Kode Kultural

Kumis bukan hanya dipandang sebagai atribut fisik seseorang. Selain itu mempertajam penampilan, kumis juga kerap diasosiasikan dengan kekuasaan dan kharisma.

5. Kode Semik

Foke berjanji membebaskan Jakarta dari kekumuhan dan kemiskinan. Dengan demikian, warga Jakarta dapat hidup makmur karena adanya peningkatan kesejahteraan hidup. Posisi kelima pemeran utama yang berbaring saat menyanyikan “miskumis kumis kumis” bermakna bahwa mereka akan menunggu realisasi Foke dengan tenang dan rasional.

Gambar 4.57

A. Analisis Leksia

Kamera berubah posisi. Kali ini, Jhony yang berada di posisi depan. Lelaki berkopiah hitam dan Moreno berada di posisi kanan dan kirinya, sedangkan Reza berada di belakangnya. Sembari menyanyikan lirik "pilih pemimpin yang bijak", keempatnya menampilkan gaya masing-masing.

Jhony bernyanyi sambil memejamkan matanya. Moreno menatap kamera, kedua alisnya naik dan keningnya agak berkerut. Dia menggoyangkan tubuhnya dan bergantian menaik-turunkan tangan kanan dan kirinya. Lelaki berkopiah hitam menggoyang-goyangkan kedua telunjuknya, lalu menaruh telunjuk kanannya di dahi. Telunjuk kirinya mendarat di pinggang, sehingga sepintas membuatnya tampak seperti sedang berkacak pinggang. Reza membuka mulutnya lebar-lebar saat bernyanyi. Dia juga menaik-turunkan telapak tangannya yang terbuka secara bergantian.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa angle pengambilan gambar berubah posisi? Mengapa kali ini Jhony yang berada di posisi depan? Mengapa mereka menyanyikan "pilih pemimpin yang bijak"? Mengapa Jhony bernyanyi sambil memejamkan matanya? Mengapa

Moreno menaikkan alis dan mengerutkan kening? Mengapa dia menggoyangkan tubuhnya dan bergantian menaik-turunkan tangan kanan dan kirinya?

Mengapa lelaki berkopiah hitam menggoyang-goyangkan kedua telunjuknya? Mengapa dia menyentuh dahi dengan telunjuk kanannya? Mengapa dia setengah berkacak pinggang? Mengapa Reza menaik-turunkan telapak tangannya yang terbuka secara bergantian?

2. Kode Proaretik

Perubahan angle dalam pengambilan gambar—kali ini dengan menempatkan Jhony di posisi depan—dilakukan untuk memberikan variasi. Video pun terkesan lebih dinamis. Alhasil, Jhony yang tadinya berada di seberang Reza kali ini ada di posisi terdepan. Lirik “pilih pemimpin yang bijak” merupakan anjuran sekaligus panduan dari Cameo Project kepada para penonton. Menurut KBBI online (KBBI Online, 2012) bijak berarti ‘selalu menggunakan akal budaya, pandai, mahir;

pandai bercakap-cakap, petah lidah’. Tampak bahwa beberapa gestur yang ditampilkan Moreno, Reza, dan lelaki berkopiah hitam berfungsi merujuk serta menegaskan dua kedua definisi tersebut.

Jhony yang bernyanyi sambil memejamkan mata memberikan kesan rileks.

Moreno yang menaikkan alis dan mengerutkan kening memberi penekanan pada kata-kata yang diucapkannya. Dia menggoyangkan tubuhnya dan bergantian menarik-turunkan tangan kanan dan kirinya untuk memberi kesan ceria. Lelaki berkopiah hitam menggoyang-goyangkan kedua telunjuknya untuk memberi penekanan pada kata “pilih pemimpin”. Menyentuh dahi dengan telunjuk dimaksudkan sebagai gestur bagi kata “bijak”. Tangan kirinya diletakkan di pinggang sebagai respon gerakan sebelumnya. Gerakan yang dilakukan Reza—

menaik-turunkan telapak tangannya yang terbuka—adalah gerakan yang lazim dilakukan para pembawa pidato.

3. Kode Simbolik

Berbaring kerap diidentikkan dengan situasi atau keadaan rileks. Angle yang berbeda dari shot sebelumnya melambangkan dinamika perspektif. Low angle disosiasikan dengan kesan didominasi, dikuasai, dan kurangnya otoritas. Posisi

keenam pemain utama seakan mewakili kaum marginal yang selama ini menyuarakan kebenaran namun kurang terdengar gaungnya.

Mata yang terpejam diasosiasikan dengan kondisi emosional yang rileks. Hal itulah yang ditunjukkan Jhony. Aksentuasi pada beberapa gerakan ubuh, seperti alis yang dinaikkan dan kening yang dikerutkan, mengesankan bahwa Moreno ingin memberi kesan lebih kepada lirik yang dinyanyikannya. Tubuh yang digoyang-goyangkan dan tangan yang dinaik-turunkan menandakan keceriaan.

Lelaki berkopiah hitam memberi penegasan pada bagian “pilih pemimpin”

dengan menggoyang-goyangkan kedua telunjuknya. Tindakannya itu wajar mengingat bahwa telunjuk merupakan jemari yang lazim dipakai untuk menarik perhatian seseorang terhadap sesuatu. Telunjuk yang ditempelkan ke dahi kerap diasosiasikan dengan dengan kecakapan berpikir. Fakta bahwa lelaki berkopiah hitam melakukannya di saat kata “bijak” terucap menandakan bahwa pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang berakal, yang menggunakan pemikirannya untuk menyejahterakan rakyat.

Sementara itu, telapak tangan yang dinaik-turunkan melambangkan seorang pemimpin yang sedang berpidato. Kombinasi gerakan Reza dengan gerakan Moreno menandakan bahwa kualitas seorang pemimpin yang bijak mencakup kecakapan berpikir dan kelihaian berkomunikasi.

4. Kode Kultural

Di negara-negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Jadi, partisipasi politik merupakan pengejahwantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh rakyat.

Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik, misalnya melalui pemberian suara atau kegiatan lain, terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan bersama itu kepentingan mereka akan tersalur atau sekurang- kurangnya diperhatikan, dan bahwa mereka sedikit banyak dapat memengaruhi tindakan dari mereka yang berwenang untuk membuat keputusan yang mengikat.

Dengan kata lain, mereka percaya bahwa kegiatan mereka mempunyai efek politik (political effifacy) (Budiarjo, 2008:368-369).

Jelaslah bahwa partisipasi politik erat sekali kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggaraan pemerintah. Perasaan kesadaran seperti ini dimulai dari orang yang berpendidikan, yang kehidupannya lebih baik, dan orang-orang yang terkemuka.

5. Kode Semik

Secara implisit, Cameo Project membentuk wacana bahwa ‘pemimpin yang bijak’—seperti lirik yang mereka nyanyikan pada shot ini—adalah pemimpin yang berkemeja kotak-kotak. Tentu saja sentimen ini mengarah kepada Joko Widodo dan Basuki Tjahja Purnama. Hal ini dapat dilihat dari konstruksi wacana yang dibentuk oleh Cameo Project di dua shot sebelumnya.

Lirik “pilih pemimpin yang bijak” berima dengan lirik “takotak kotak kotak”.

Persamaan rima ini kelihatannya sepele, namun sebenarnya Cameo Project tengah membentuk satu wacana khusus yang mereka selipkan lewat kemiripan lirik dan rima. Trik verbal-audio ini akan membuat penonton secara tidak sadar mengaitkan antara sosok pemimpin yang bijak dengan kandidat berkemeja kotak- kotak. Apalagi karena kubu pendukung Foke diketahui melempar isu SARA, sementara kubu Jokowi tampak bermain bersih. Dengan kata lain, Jokowi memenuhi syarat sebagai ‘pemimpin yang bijak’.

Gambar 4.58

Gambar 4.59

A. Analisis Leksia

Pada lirik "jangan yang tukang bokis", keempatnya langsung menampilkan mimik dan bahasa tubuh yang lebih ekspresif. Jhony membuka mata dan bergantian memainkan telunjuk kiri dan kanannya. Saat mengucapkan kata

"bokis", dia kembali memejamkan mata lalu membuat kedua telunjuk kanannya beradu dengan telunjuk kiri Moreno, sementara pergelangan tangan kirinya beradu dengan pergelangan tangan kanan lelaki berkopiah hitam.

Moreno menggerak-gerakkan kedua tangan serta kedua telunjuknya ke kiri dan kanan saat hingga di lirik "jangan yang tukang", namun seketika mengerutkan

dahi, membelalakkan mata, membuka mulut lebar-lebar, dan mengarahkan kedua telapak tangannya ke udara saat sampai di kata "bokis".

Sembari menyanyikan lirik "jangan yang tukang" lelaki berkopiah hitam menggoyang-goyangkan kedua telunjuknya di depan wajah. Ketika harus menyanyikan kata "bokis", dia sontak mengepalkan tangan, lalu menggosok- gosokkan kedua telunjuk dengan jempolnya.

Reza memejamkan mata sembari menyanyikan lirik "jangan yang tukang", lalu membukanya saat tiba di bagian "bokis". Dia menekuk kedua lengannya di sisi badan, lalu bergantian menguncupkan dan membuka kedua tangannya.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa saat tiba di lirik “jangan yang tukang bokis”, mimik dan bahasa tubuh keempatnya menjadi lebih ekspresif? Mengapa Jhony membuka mata dan bergantian memainkan telunjuk kiri dan kanannya? Mengapa saat mengucapkan kata “bokis”, dia kembali memejamkan mata? Mengapa dia membuat kedua telunjuk kanannya beradu dengan telunjuk kiri Moreno, sementara pergelangan tangan kirinya beradu dengan pergelangan tangan kanan lelaki berkopiah hitam?

Mengapa Moreno menggerak-gerakkan kedua tangan dan telunjuknya ke kiri dan kanan saat bernyanyi "jangan yang tukang"? Mengapa dia seketika mengerutkan dahi, membelalakkan mata, membuka mulut lebar-lebar, dan mengarahkan kedua telapak tangannya ke udara saat tiba di kata "bokis"?

Mengapa lelaki berkopiah hitam menyanyikan lirik "jangan yang tukang"

sambil menggoyang-goyangkan kedua telunjuknya di depan wajah? Mengapa saat tiba di kata "bokis", dia sontak mengepalkan tangan lalu menggosok-gosokkan kedua telunjuk dengan jempolnya?

Mengapa Reza menyanyikan lirik "jangan yang tukang" sambil memejamkan mata? Mengapa dia membuka mata ketika tiba di bagian "bokis"? Mengapa dia menekuk kedua lengannya di sisi badan, lalu bergantian menguncupkan dan membuka kedua tangannya?

2. Kode Proaretik

Lirik “jangan yang tukang bokis” mengandung persuasi yang jelas. Para pemain pun menampilkan gerak-gerik yang mendukung lirik tersebut dengan lebih ekspresif. Jhony membuka mata dan menggerakkan telunjuknya ke kiri dan ke kanan untuk menegaskan kata “jangan yang tukang” yang dinyanyikannya saat itu. Mata yang terpejam saat mengucapkan kata “bokis” menunjukkan bahwa Jhony menolak pemimpin berkarakter demikian. Gerakan tangan yang tampak menyilang itu mengilustrasikan kata “jangan”.

Sentimen sama ditunjukkan oleh Moreno yang menggerak-gerakkan kedua telunjuknya ke kiri dan ke kanan saat bernyanyi. Dahi yang berkerut, mata yang membelalak, mulut yang terbuka lebar, dan kedua telapak tangan yang terbuka di udara menegaskan ketidaksetujuannya.

Reaksi yang hampir serupa ditunjukkan oleh lelaki berkopiah hitam yang bernyanyi sambil menggoyang-goyangkan kedua telunjuknya did depan wajah.

Kedua telunjuk yang beradu dengan jempol kala menyanyikan kata “bokis”

mengimplikasikan bahwa pemimpin semacam itu bermain kotor dengan uang rakyat.

Mata Reza yang dipejamkan sembari bernyanyi menandakan penolakannya terhadap pemimpin yang membohongi rakyat. Terbukanya kedua matanya saat tiba di bagian “bokis” menandakan bahwa Reza tak akan membiarkan pemimpin seperti itu begitu saja. Gestur menguncupkan dan membuka kedua tangan, sekali lagi, menegaskan bahwa spesifikasi “bokis” yang dimaksudnya menyangkut penyelewengan dana pembangunan.

3. Kode Simbolik

Derivasi tabiat ‘bokis’ atau bohong bisa bermacam-macam. Namun, apa pun bentuknya, sifat semacam ini, terlebih bila melekat pada pemimpin yang membawa amanah kesejahteraan rakyat, bisa berakibat fatal. Semua gerak-gerik dan gestur kelima pemeran utama menyatakan penolakan tegas terhadap pemimpin semacam ini.

4. Kode Kultural

Kesadaran dan kepedulian warga Jakarta terhadap calon pemimpinnya berpengaruh pada tipe pemilih yang akan dipimpin. Jangan sampai kurangnya kesadaran berdampak pada terpilihnya pemimpin yang korup.

5. Kode Semik

Pilihan warga Jakarta tingal dua, Foke atau Jokowi. Bila Jokowi sudah dikonstruksikan sebagai sosok pemimpin yang bijak, maka otomatis Foke akan jatuh ke kategori sebaliknya. Apalagi kata “kumis” berima dengan “bokis”, dan Cameo Project telah berkali-kali mengulangi bagian tersebut Dengan kata lain, Foke diproyeksikan sebagai pemimpin yang korup dan gemar menyelewengkan wewenang. Karena itu, warga Jakarta jangan memilih Foke.