• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA

B. Lima Kode Pembacaan

5. Kode Semik

4.1.19 Analisis Scene 25

Gambar 4.49

Gambar 4.50

A. Analisis Leksia

Dua orang lelaki sedang duduk di belakang meja bertaplak putih. Keduanya menumpukan siku mereka di meja. Tangan mereka ditekuk dengan telapak tangan mereka menghadap ke bawah. Dagu kedua lelaki itu berada di antara telapak tangan mereka yang beradu.

Lelaki di sisi kiri mengenakan kaus ungu muda dan kacamata. Potongan rambutnya pendek dan 'mengumpul di depan'. Lelaki kedua mengenakan kaus hitam dengan tulisan 'I'm Not Perfect'. Dia juga mengenakan kacamata.

Rambutnya dipotong pendek. Kedua lelaki bertubuh gemuk itu tersenyum lebar sembari mulai bernyanyi, "Sebentar lagi."

Scene ini menggunakan teknik pengambilan gambar medium shot dan eye level angle. Jenis fokus yang digunakan adalah selective focus. Pencahayaan terletak pada kategori high key dengan kategori warna warm.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa terdapat dua orang lelaki yang duduk bersebelahan? Mengapa mereka duduk di belakang sebuah meja bertaplak putih? Mengapa keduanya

menumpukan siku mereka di meja? Mengapa mereka menekuk kedua tangan dengan telapak tangan menghadap ke bawah? Mengapa dagu mereka berada di antara sepasang telapak tangan mereka?

Mengapa lelaki di sisi kiri mengenakan kaus ungu muda dan kacamata?

Mengapa lelaki kedua mengenakan kaus hitam dengan tulisan "I'm Not Perfect"?

Mengapa dia mengenakan kacamata? Mengapa mereka berdua tersenyum lebar sambil menyanyikan "sebentar lagi"?

2. Kode Proaretik

Duduk bersebelahan dalam jarak dekat menandakan keakraban. Kedua siku yang ditumpukan di meja menandakan perasaan yang nyaman dan stabil, terlebih karena kedua orang tersebut melakukannya sambil tersenyum. Telapak tangan yang menghadap ke bawah berfungsi menyangga dagu mereka.

Kedua lelaki itu mengenakan pakaian dan aksesoris yang berbeda. Kaus yang dikenakan lelaki pertama memberikan kesan santai, sementara warna ungu muda memberi kesan ramah. Sementara itu, kesan yang sedikit berbeda ditunjukkan lelaki kedua. Warna hitam pada kaus memberikan kesan kasual namun sedikit misterius. Di bagian depan kausnya tertulis “I’m Not Perfect”—aku tidak sempurna. Kaus, selain merupakan bagian dari fashion, juga bisa dipakai sebagai media personal statement. Lelaki berkaus hitam itu mungkin memilih kaus bertuliskan “I’m Not Perfect” untuk menunjukkan sifat dasarnya sebagai manusia yang tak pernah sempurna. Kacamata yang dikenakan lelaki kedua menunjukkan bahwa penglihatannya tak begitu baik. Bingkai kacamata yang melengkung memberi kesan ramah.

Lirik “sebentar lagi” mengacu pada Pilkada tahap dua yang diadakan pada 20 September 2012. Ini merupakan kali kedua Cameo Project mengingatkan publik lewat reff yang dimulai dengan lirik “sebentar lagi”. Senyum lebar yang ditampakkan kedua pria itu menandakan bahwa Pilkada adalah peristiwa politik yang penting dan patut dinantikan.

3. Kode Simbolik

Kepala yang digoyangkan ke kiri dan ke kanan diibaratkan layaknya gerak bandul jam. Sering dijumpai pada jam dinding kuno, bandul berayun ke kanan dan kiri seiring pergantian detik. Kepala yang digoyangkan ke dua sisi juga melambangkan adanya dua pilihan calon gubernur yang tersisa, yaitu Fauzi Bowo dan Joko Widodo. Gerakan itu dan lirik “sebentar lagi” memiliki kombinasi makna bahwa warga Jakarta sebentar lagi harus memutuskan siapa yang menjadi pilihan mereka dalam Pilkada DKI 2012 putaran kedua.

Teknik pengambilan gambar medium shot menciptakan kesan hubungan personal dengan penonton. Eye level angle menciptakan kesan kesetaraan antara pemain dan penonton. Selective focus meminta perhatian penonton tertuju pada sosok dua lelaki tersebut. Pencahayaan high key menciptakan nuansa yang riang dan cerah. Pewarnaan yang hangat memberi kesan optimis serta penuh semangat.

4. Kode Kultural

Video ini diunggah ke Youtube pada tanggal 26 Agustus 2012. Pilkada DKI Jakarta tahap dua dilaksanakan pada 20 September 2012. Dengan kata lain, tidak sampai sebulan kemudian, Pilkada tahap dua akan hadir di tengah-tengah warga Jakarta. Lirik “sebentar lagi” bertindak sebagai pengingat bagi warga. Tingginya tingkat kesibukan serta apatisme politik yang semakin membesar membuat pesan politis dirancang sedemikian rupa.

Lirik “sebentar lagi” menggunakan pilihan kata yang langsung dan membumi. Alih-alih mencoba menarik minat warga dengan pilihan kata bombastis, warga disuguhkan dengan lirik yang berkesan kasual. Menempatkan warga sebagai teman dibanding objek pesan politis adalah cara Cameo Project untuk menurunkan tingkat apatisme warga. Dengan begitu, akan lebih banyak warga Jakarta yang bersiap menyambut Pilkada tahap dua.

5. Kode Semik

Lirik “sebentar lagi” menekankan urgensi Pilkada DKI Jakarta, terutama dari segi waktu. Pilkada DKI Jakarta tahap dua yang dilaksanakan pada 20 September, kurang dari sebulan sejak video ini pertama kali diunggah. “Sebentar lagi”

merupakan bagian dari reff lagu—yang sekaligus berfungsi sebagai pengingat—

bagi warga Jakarta mengenai Pilkada. Mengingat lirik ini dinyanyikan setelah Cameo Project menyentil isu SARA dan persatuan antar warga yang harus dijaga, reff kedua dengan lirik “sebentar lagi” sebagai permulaannya ingin menegaskan, bahwa isu apa pun yang berhembus, jangan sampai melupakan bahwa Pilkada sudah di depan mata.

Gambar 4.51

A. Analisis Leksia

Kedua lelaki tembam itu terus bernyanyi, "Kita harus memilih." sambil menggoyangkan kepala ke kanan dan ke kiri.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa kedua lelaki tembam itu terus bernyanyi "kita harus memilih"?

Mengapa mereka menggoyangkan kepala ke kanan dan kiri?

2. Kode Proaretik

Menyanyikan “kita harus memilih” sambil menggoyangkan kepala dan ke kiri menunjukkan bahwa warga Jakarta memiliki dua pilihan, yaitu pasangan

nomor satu, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli; atau pasangan nomor tiga, Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama.

3. Kode Simbolik

Gerakan kepala ke dua sisi mengisyaratkan dua hal. Di satu sisi, ini adalah gerakan yang biasa dilakukan untuk menunjukkan dua pilihan calon gubernur yang ada, yaitu Fauzi Bowo dan Joko Widodo.

4. Kode Kultural

Lirik “kita harus memilih” mengacu pada pada tingginya tingkat golput (golongan putih) di Pilkada DKI Jakarta tahap satu yaitu sebanyak 37,05 persen.

Jumlah ini bahkan lebih tinggi dibanding perolehan suara pasangan Foke-Nara yang berjumlah 33,77 persen. Tentu ada sebabnya mengapa tingkat ketidakpercayaan masyarakat terhadap kandidat yang berlaga cukup tinggi.

Jakarta dengan segudang masalah yang tak kunjung tuntas, ditambah dengan kinerja dan penanganan aparat yang tidak cakap, membuat masyarakat lelah untuk percaya pada visi dan misi yang diungkapkan dengan atraktif sekalipun. Selain itu, tiadanya figur yang dinilai kredibel dalam jajaran birokrasi Jakarta selama lima tahun terakhir membuat masyarakat semakin apatis.

5. Kode Semik

“Kita harus memilih” bermaksud menyampaikan bahwa perubahan wajah Jakarta mustahil dicapai tanpa duduknya pemimpin yang adil. Oleh sebab itu, Jakarta harus memilih. Selama ini media sudah melakukan tugasnya untuk mengekspos latar belakang dan rekam jejak para kandidat. Atas pertimbangan itu, golput di Pilkada tahap 2 sebaiknya dibuang dari pilihan. Hak pilih tidak seharusnya disia-siakan. Apatisme tidak akan membawa perubahan, malah mempertahankan status quo. Hakikatnya, memilih pemimpin yang benar bukan hanya hak, tapi juga kewajiban sebagai warga negara yang peduli dan mampu berpikir rasional.