• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA

B. Lima Kode Pembacaan

5. Kode Semik

4.1.16 Analisis Scene 22

lengannya di meja bertaplak putih. Matanya menatap lurus ke kamera dan sebelah bibirnya agak naik. Ekspresinya terlihat agak sinis.

Martin menekuk tangannya di depan tubuhnya. Lutut kirinya menyangga siku kirinya. Matanya menatap tajam. Kedua sisi bibirnya ditarik ke bawah; dia cemberut. Moreno menekuk kedua tangannya di sisi depan tubuhnya. Tangan kanannya bertumpu pada lutut kanan. Jeans yang dikenakannya terbuka pada bagian lutut. Dia memalingkan muka ke kiri. Tatapan matanya netral, namun bibirnya menyudut ke bawah; ekspresi acuh tak acuh bercampur kesal.

Jhony bersedekap. Dahinya berkerut. Dia menatap kamera dengan bibir tertetuk. Lelaki berkopiah hitam ada di posisi paling belakang. Dia menekuk kedua tangannya di sisi depan tubuhnya. Siku kirinya bertumpu pada kotak suara.

Meskipun pose mereka berbeda-beda, ada satu gerakan yang beberapa kali mereka lakukan. Keenamnya berulang kali menekukkan telunjuk mereka. Yosi meletakkan kedua telapak tangannya di meja lalu menyanyikan, "Isu SARA jadi senjata."

Ekspresi dan bahasa tubuh kelima rekannya sontak berubah. Reza mengerutkan kening dan mengerucutkan bibir. Martin menyilangkan lengan kanannya. Tangan kanannya menggenggam pergelangan tangan kirinya. Dia memelototkan matanya, dua sudut mulutnya ditarik ke bawah. Jhony menyilangkan tangan kanannya di depan tubuhnya. Bibirnya ditekuk. Dagunya terangkat. Dia melayangkan tatapan menantang ke arah kamera. Moreno menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Kedua alisnya terangkat, matanya tidak menunjukkan emosi, bibirnya mendatar; ekspresinya acuh. Lelaki berkopiah hitam mendongak, bibirnya mengerucut, dadanya membusung.

Scene menggunakan teknik pengambilan gambar medium shot dan eye level angle. Jenis fokus yang digunakan adalah selective focus. Pencahayaan terletak pada kategori high key dengan kategori warna warm.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Yosi kini berkumpul bersama Reza, Martin, Moreno, Jhonny, dan lelaki berkopiah hitam? Mengapa Yosi juga mengenakan kumis palsu? Mengapa Yosi menumpukan kedua sikunya di meja? Mengapa dia menatap kamera dengan dagu terangkat?

Mengapa Reza menumpukan kedua lengannya di meja? Mengapa matanya menatap lesu ke kamera? Mengapa dia menekuk sebelah sisi mulutnya? Mengapa ekspresinya terlihat sedikit sinis? Mengapa Martin menekuk kedua tangannya di sisi depan tubuhnya? Mengapa matanya menatap tajam? Mengapa ekspresinya cemberut?

Mengapa Moreno menekuk kedua tangannya di sisi depan tubuhnya?

Mengapa dia mengenakan jeans robek? Mengapa dia memalingkan muka?

Mengapa tatapannya netral namun mulutnya melengkung ke bawah? Mengapa Jhonny menekuk kedua tangannya di sisi depan tubuhnya? Mengapa dahinya berkerut? Mengapa dia menatap kamera dengan bibir tertekuk? Mengapa lelaki berkopiah hitam menumpukan kedua sikunya pada kotak suara?

Mengapa keenamnya berulang kali menekukkan telunjuk mereka? Mengapa Yosi menyanyikan "isu SARA jadi senjata"? Mengapa kelima rekannya tak turut bernyanyi? Namun, mengapa setelah mendengar Yosi, ekspresi dan gestur kelimanya sontak berubah? Mengapa Reza mengerutkan kening dan mengerucutkan bibir?

Mengapa Martin menyilangkan lengan kanannya? Mengapa dia memelototkan mata dan menekuk mulutnya ke bawah? Mengapa tangan kanannya menggenggam pergelangan tangan kirinya? Mengapa Jhony menyilangkan tangan kanan di depan tubuhnya? Mengapa dia menekuk bibirnya dan mengangat dagunya? Mengapa dia melayangkan tatapan menantang ke arah kamera?

Mengapa Moreno bersedekap dengan kedua tangan disilangkan di depan dada? Mengapa kedua alisnya terangkat? Mengapa matanya tidak menunjukkan emosi? Mengapa bibirnya datar dan ekspresinya acuh? Mengapa lelaki berkopiah hitam mendongak dengan bibir mengerucut dan dada yang membusung?

2. Kode Proaretik

Berkumpulnya Yosi dan Reza di tengah lapangan mengindikasikan bahwa video ini mulai memasuki bagian utamanya.

Pada awalnya memang Yosi tidak mengenakan kumis palsu. Namun, mengingat judul video ini adalah Takotak Miskumis, maka sudah sewajarnya para pemain utamanya mengenakan atribut yang mengingatkan penonton akan dua pilihan calon gubernur DKI Jakarta, yaitu Joko Widodo dan Fauzi Bowo. Atribut khas kedua kompetitor itu adalah kemeja kotak-kotak dan kumis. Selain Yosi, kelimanya baru saja muncul di shot ini. Mereka mengenakan kemeja kotak-kotak dan kumis palsu. Hal itu membuat penampilan keenam pemain utama ini senada.

Reza membuat pose yang mirip dengan Yosi. Dia menumpukan kedua lengannya di meja. Kedua telunjuknya terangkat untuk membentuk tanda angka satu. Tatapan yang lesu, sebelah sisi mulut yang tertekuk, dan ekspresi yang terlihat sinis menandakan bahwa Reza tidak menyenangi isi pesan yang disampaikan oleh Yosi. Isu SARA yang diucapkan Yosi membuatnya memasang reaksi negatif.

Martin pun menekuk kedua tangannya di sisi depan tubuhnya. Gestur defensif ini menandakan ketertutupan atau penolakan terhadap pesan. Tatapan mata yang tajam dan ekspresi yang cemberut menandakan bahwa Martin menanggapi isu ini dengan benci.

Kedua tangan Moreno yang ditekuk di sisi depan tubuhnya menandakan ketertutupan dan perlindungan diri. Hal ini berarti Moreno melindungi dirinya dari gagasan tentang SARA, seperti yang dilakukan oleh Yosi, Reza, dan Martin.

Celana jeans robek yang dikenakannya menandakan pribadi yang sederhana.

Jeans robek juga melambangkan pembangkangan dan proses perubahan yang tak bisa dilalui tanpa rasa sakit. Moreno memalingkan muka dari kamera menandakan bahwa dia menolak mengakui bahwa isu SARA menjadi senjata untuk menjelek-jelekkan salah satu kandidat dalam Pilkada DKI Jakarta.

Tatapannya memang terlihat netral tanpa emosi, namun mulutnya yang melengkung ke bawah menandakan bahwa dia tidak menyetujui tindakan oknum yang menyebarluaskan isu SARA.

Ketidaksetujuan ditunjukkan Jhony dengan menekuk kedua tangannya di sisi depan tubuhnya. Dahinya yang berkerut menegaskan hal itu. Bibirnya yang ditekuk, selain menunjukkan ketiadaan minat, juga menunjukkan keengganan bicara. Tumpuan lengan lelaki berkopiah hitam pada kotak suara menunjukkan tindakan menopang tubuh sendiri. Tindakan ini menyiratkan kurangnya energi dan sikap bergantung. Secara implisit, tindakan ini berarti lelaki berkopiah hitam menjadi aktor yang paling pasif di antara kelima rekannya.

Telunjuk yang berulang kali ditegakkan lalu ditekukkan memiliki beberapa arti. Keenam orang ini tengah membuat lambang angka satu. Perhatian penonton dituntut untuk tertuju kepada gerakan tersebut. Sepintas, dalam kehidupan sehari- hari, gerakan ini menandakan perilaku yang ceria dan jahil. Dalam konteks Pilkada putaran kedua, angka satu merujuk kepada pasangan Fauzi Bowo- Nachrowi Ramli. Lirik “isu SARA jadi senjata” dinyanyikan setelahnya. Secara implisit, gestur tersebut mengaitkan isu SARA yang sedang dinyanyikan Yosi dengan pasangan nomor satu, yaitu Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.

Ekspresi dan gestur mereka yang sontak berubah setelah lirik itu dinyanyikan menandakan adanya reaksi emosional yang kuat. Kerutan kening dan bibir yang ditampakkan Reza menandakan bahwa dia tidak menyenangi isu yang tengah disinggung dalam shot ini.

Lengan kanan Martin yang tersilang menandakan reaksi penolakan atau penentangan. Mata yang melotot dan mulut yang tertekuk ke bawah menandakan kemarahan. Tangan kanan yang menggenggam pergelangan tangan kiri merupakan indikasi bahasa tubuh tertutup atau melindungi diri.

Kedua tangan Jhony yang bersilang di depan tubuhnya adalah sikap penolakan. Bibir yang ditekuk dan dagu yang diangkat menciptakan ekspresi yang menantang. Kesan ini diperkuat dengan tatapan bernada serupa yang dilayangkannya ke arah kamera. Ekspresi dan gerak-gerik yang ditunjukkan Jhony saat lirik “isu SARA jadi senjata” menandakan bahwa dia secara implisit sedang menantang penyebar isu SARA menyangkut Pilkada DKI Jakarta, terutama yang tengah atau sudah menonton video ini.

Moreno bersedekap dan menyilangkan tangan di depan dada dapat dilihat sebagai gestur penolakan atau ketidaksetujuan, dalam konteks ini terhadap isu

SARA yang sedang dibahas. Alis yang terangkat dan sorot mata yang datar menunjukkan ketiadaan minat. Moreno mengesankan bahwa dia tidak akan terpancing oleh isu tersebut. Garis bibir yang datar dan ekspresi yang secara keseluruhan terkesan acuh menunjukkan maksud menghindari pancingan. Kepala yang didongakkan, bibir yang mengerucut dan dada yang membusung menandakan bahwa lelaki berkopiah hitam tidak ambil pusing mengenai isu SARA maupun oknum yang menyebarkannya.

3. Kode Simbolik

Kumis yang dikenakan oleh keenam pemeran utama diasosiasikan dengan Fauzi Bowo. Gubernur incumbent Jakarta itu memang terkenal dengan kumis tebal hitam yang tumbuh di wajahnya. Yosi yang akhirnya tampil dengan kumis palsu mengikuti kelima rekannya menandakan bahwa bagian utama dari wacana yang dibangun video ini mulai masuk ke bagian utamanya. Penampilan keenam pemeran utama yang senada memberi kesan keteraturan dan kekompakan. Dua kesan itu merupakan hal yang berusaha dibangun sepanjang video berjalan.

Telunjuk yang terangkat di kedua tangan Yosi mengisyaratkan angka satu.

Basis pemikiran ini bersumber dari dua fakta, yaknik penempatan waktu (timing) diunggahnya video dan peta perpolitikan Jakarta pada saat itu.

Video ini diunggah tanggal 26 Agustus 2012. Jakarta hendak memasuki Pilkada DKI tahap dua yang akan dilaksanakan pada 20 September 2012. Calon pasangan gubernur-wakil gubernur yang tersisa adalah pasangan nomor 1, Fauzi Bowo-Nachrowi Rambli dan pasangan nomor 3, Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama.

Karena itu, isyarat telunjuk yang ditunjukkan Yosi merujuk kepada pasangan nomor 1, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Hal lain yang patut diperhatikan adalah gerakan menekukkan telunjuk yang berulang kali dilakukan di shot ini. Gerakan ini tak hanya dilakukan oleh Yosi, melainkan juga oleh kelima rekannya.

Tindakan bisa dibaca sebagai cara keenam pemeran utama dalam menarik perhatian penoton—tidak hanya terhadap lirik lagu maupun gerakan mereka, tetapi juga terhadap implikasi yang berlindung di baliknya.

Yosi lalu mengangkat dagunya. Dagu yang terangkat merupakan simbol dari ketidakacuhan maupun penolakan. Gestur ini adalah reaksi dari lirik “Isu SARA jadi senjata”. Yosi secara lirikal dan gestural menunjukkan ketidaksetujuan dan penolakannya terhadap isu SARA yang disebarkan selama Pilkada. Menilik dari gestur yang ditunjukkannya di awal shot, isu SARA ini diciptakan oleh pasangan nomor 1. Reza yang membuat pose menyerupai Yosi menegaskan sentimen yang sama. Sama halnya dengan Martin yang menyilangkan tangan dan menatap tajam ke arah kamera.

Kesan ketertutupan dan perlindungan diri ditunjukkan Moreno dengan kedua tangan yang ditekuk di sisi depan tubuhnya. Dari segi fashion, celana jeans robek yang dikenakan Moreno adalah simbol pembangkangan terhadap kemapanan.

Muka yang dipalingkan dan mulut yang melengkung ke bawah menandakan penolakan, dalam hal ini terhadap isu SARA yang berhembus selama Pilkada.

Begitu pun halnya dengan Jhony, yang menekuk kedua tangannya di sisi depan tubuhnya. Tindakan ini diasosiasikan dengan ketidaksetujuan. Dahi yang berkerut dan ekspresi cemberut menandakan ketiadaan minat dan keengganan bicara. Bahasa tubuh yang ditunjukkan lelaki berkopiah hitam—bersandar pada kotak suara—mengesankan bahwa di antara kelima rekannya, dia adalah pemain yang paling pasif. Fakta bahwa hanya Yosi yang bernyanyi menegaskan sosoknya sebagai perwakilan suara kaum muda.

Teknik pengambilan gambar medium shot menciptakan kesan hubungan personal dan kesetaraan dengan penonton. Eye level angle menciptakan kesan kesetaraan antara pemain dan penonton. Selective focus meminta perhatian penonton tertuju pada satu objek tertentu, yaitu Yosi dan kelima rekannya.

Pencahayaan high key menciptakan nuansa yang riang dan cerah. Pewarnaan yang hangat memberi kesan optimis serta penuh semangat.

4. Kode Kultural

Lirik “Isu SARA jadi senjata” dinyanyikan Yosi dan kelima rekannya dalam keadaan memakai baju kotak-kotak dan kumis palsu. Penggunaan dua atribut tersebut menunjukkan bahwa topik isu SARA yang mereka singgung berkaitan dengan rivalitas antara kubu Foke-Nara dan Jokowi-Ahok.

Budaya Indonesia, yang merupakan bagian dari budaya Timur, dikenal menjunjung tinggi keberagaman. Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika—berbeda-beda namun tetap satu—sebagai semboyan negara. Variasi suku, agama, dan bahasa daerah idealnya dipandang sebagai keanekaragaman yang membangggakan. Mempermasalahkan SARA adalah kebalikan dari pola pikir progresif.

Lirik “isu SARA jadi senjata” sebenarnya tengah menyindir pihak yang berpikiran kolot dan picik. Kata ‘senjata’ yang diucapkan Yosi di sini adalah metafora bagi tindakan pihak tertentu yang menyerang eksistensi pihak lain.

Penggunaan metafora adalah salah satu bentuk dari komunikasi tingkat tinggi, di mana pesan-pesan disampaikan secara implisit. Namun demikian, gerakan telunjuk Yosi dan kelima rekannya, serta tangan yang ditepukkan ke meja saat bernyanyi, memberi penegasan bahwa meskipun ditampilkan secara implisit, isu SARA tetaplah masalah yang serius.

5. Kode Semik

Tema dalam shot kali ini adalah penggunaan isu SARA sebagai alat bagi kampanye hitam (black campaign). Isu SARA yang dimaksud melanda pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama.

Pilkada DKI Jakarta yang dilaksanakan pada 11 Juli 2012 tadinya direncanakan hanya berlangsung sebanyak satu putaran. Hasil resmi Pilkada DKI Jakarta lalu diumumkan pada tanggal 20 Juli 2012. Ternyata, hasil quick count dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tanggal 11 Juli sudah menunjukkan bahwa tidak ada satu pun dari kelima calon yang memperoleh suara di atas lima puluh persen—yaitu syarat utama dilaksanakannya Pilkada sebanyak satu putaran saja.

Tersisa dua pasangan dengan jumlah suara yang bersaing ketat, yaitu Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (34,42%) dan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama (42,85%). Pilkada putaran kedua pun dijadwalkan pada 20 September 2012.

Tak lama setelah kemenangan sementara Joko Widodo-Basuki Tajhja Purnama pada 11 Juli lalu, tersebar berbagai isu SARA menyangkut kedua pasangan itu. Melalui berita di media nasional seperti Tempo dan Kompas,

tercatat berbagai variasi empat broadcast message (BM) yang berisikan sindiran ke pasangan nomor tiga. Broadcast message itu menyatakan bahwa Jokowi beragama Kristen sementara Ahok dikatakan Cina, karenanya tak layak dipilih.

Gambar 4.37

Gambar 4.38

A. Analisis Leksia

Yosi menyanyikan, "Katanya pilih dari agama" sembari menirukan gerakan seseorang yang sedang mencoblos. Tangan kanannya menguncup seakan tengah

memegang paku. Dia memandang telapak tangan kirinya yang terbuka. Yosi lalu menghadap ke depan, membuka lebar kedua tangannya di sisi depan tubuhnya.

Reza sontak mengalihkan pandangannya ke kamera. Alisnya berkerut, pandangan matanya menajam, dan sudut kiri bibirnya naik. Martin masih menyilangkan lengan kanannya, sementara lutut kiri menyangga siku kirinya.

Namun kini tubuhnya condong ke kiri. Tatapannya tertuju pada gerakan tangan Yosi. Segera setelah Yosi membuka lebar kedua tangannya, Martin kembali menghadap kamera dan menampilkan ekpresi terkejut: alis naik, mata melotot, dan mulut terbuka.

Moreno menatap lurus ke depan, lengan kanannya menyilang di sisi depan tubuhnya. Siku kanan ada di atas lutut kanannya. Tangan kanannya membentuk gestur 'menembak'—ibu jari dan jari telunjuk ditegakkan sementara jari tengah, jari manis, dan jari kelingking dilipat.

Jhony tetap pada pose sebelumnya, menatap lurus ke depan, kedua lengan disilangan ke depan tubuh. Begitu juga dengan lelaki berkopiah hitam yang berada di belakang kotak suara—tak ada perubahan pose maupun ekspresi yang signifikan.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa Yosi lirik yang dinyanyikan Yosi berbunyi “katanya pilih dari agama”? Mengapa Yosi menirukan gerakan seseorang yang sedang mencoblos?

Mengapa dia menghadap ke depan, lalu membuka lebar kedua tangannya di sisi depan tubuhnya?

Mengapa Reza akhirnya memandang ke arah kamera? Mengapa alisnya berkerut, pandangan matanya menajam, dan sudut kiri bibirnya naik? Mengapa Martin masih menyilangkan lengan kanannya, dengan lutut kiri menyangga siku kirinya? Mengapa kini tubuhnya condong ke kiri, menghadap Yosi? Mengapa tatapannya tertuju pada gerakan tangan Yosi? Mengapa setelah Yosi membuka lebar kedua tangannya, Martin kembali menghadap kamera? Mengapa dia menampilkan ekspresi terkejut: alis naik, mata melotot, dan mulut terbuka?

Mengapa Moreno membentuk gestur menembak dengan tangan kanannya?

Mengapa Jhony tetap pada pose menyilangkan kedua tangan dengan tatapan lurus ke depan? Mengapa pose maupun ekspresi lelaki berkopiah hitam sama sekali tak berubah?

2. Kode Proaretik

Lirik “katanya pilih dari agama” menjabarkan isu SARA yang disinggung di shot sebelumnya. Hal ini agar penonton video Takotak Miskumis memahami isu SARA seperti apa yang melanda salah satu pasangan calon gubernur-wakil gubernur pada Pilkada tahap dua, yaitu Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama.

Yosi menirukan gerakan mencoblos untuk menunjukkan penonton agar pada hari pemilihan nanti, isu SARA yang berhembus mendesak warga Jakarta untuk memilih pemimpin berdasarkan agama. Begitulah gambaran umum mengenai isu SARA yang menyusupi warga Jakarta pasca Pilkada DKI Jakarta putaran satu.

Kedua tangan Yosi yang terbentang lebar adalah gestur final pemaparan Yosi kepada penonton. Giliran Yosi untuk memaparkan masalah sentral di shot ini telah usai. Namun, gerakan tangan Yosi yang demikian tidak hanya berfungsi sebagai gestur penutup. Tangan yang dibuka lebar mengisyaratkan keterbukaan dan penerimaan respon balik atau feedback. Ini artinya, seusai menjelaskan duduk perkara, Yosi secara gestural menyerahkan interpretasi isu ini kepada penonton.

Reza yang akhirnya memandang ke arah kamera menandakan bahwa kini perhatiannya terfokus sepenuhnya kepada penonton. Reaksi dan gesturnya kini sepenuhnya fokus untuk menarik perhatian penonton. Kontak mata dengan penonton adalah usaha untuk membangun minat dan ketertarikan penonton.

Menampilkan alis yang berkerut, pandangan yang menajam, dan sudut kiri bibir yang naik, adalah cara Reza menampilkan ketidaksetujuannya terhadap sentimen

‘memilih pemimpin semata berdasarkan agama’.

Martin masih mempertahankan pose sebelumnya; lengan yang tersilang, dengan lutut kiri menyangga siku kiri. Namun, tubuhnya kini lebih condong ke arah Yosi. Ini menandakan bahwa ia semakin tertarik mendengar ucapan Yosi.

Pertanda ini diperkuat oleh tatapan Martin yang tertuju pada gerakan tangan Yosi.

Telah disinggung di atas bahwa terbuka lebarnya kedua tangan Yosi

mengisyaratkan kepercayaannya kepada penonton untuk menilai isu SARA ini sendiri. Martin pun menatap ke arah kamera setelah mendengarnya. Ini berarti dua hal: pertama, perhatian Martin kembali ke dirinya yang kemudian mencerna isu tersebut; kedua, perhatian Martin kembali ke penonton. Reaksi Martin setelah lirik

“katanya pilih dari agama” adalah keterkejutan, yang ditandai dengan alis yang naik, mata yang melotot, dan mulut yang terbuka. Reaksi terkejut ditampilkan saat manusia menghadapi sesuatu yang tidak biasa atau di luar normal. Ini berarti, Martin menanggapi isu SARA tersebut sebagai sesuatu yang tidak biasa atau tidak sepantasnya.

Isyarat dari Moreno menyerupai pistol dengan jari telunjuk yang siap menembak. Isyarat ini biasa digunakan untuk menekankan hal yang penting, menambah penekanan pada kalimat, menunjukkan sesuatu dengan kekuatan, dan bisa juga mematikan gagasan orang lain. Ini pernyataan nonverbal yang setara dengan kata-kata, “Jangan main-main!” Isyarat demikian menunjukkan Moreno menolak—bahkan mematikan—bahwa memilih seorang pemimpin hanya berdasarkan agama.

Pose dan gestur Jhony dan lelaki berkopiah hitam tampak tak berubah sama sekali. Jhony mempertahankan reaksi menantangnya dan lelaki berkopiah hitam mempertahankan sikap tidak pedulinya.

3. Kode Simbolik

Ada dua gestur penting penggiring lirik “katanya pilih dari agama” yang ditampilkan Yosi di shot ini. Pertama, Yosi menirukan gerakan mencoblos dengan cara yang lazim dilakukan masyarakat. Satu tangan memeragakan kertas suara yang tengah diamati, sedangkan tangan lainnya seolah tengah memegang paku yang digunakan untuk mencoblos. Kedua, Yosi membentangkan kedua tangannya setelah menyanyikan lirik tersebut. Fungsi kedua gestur ini cukup kuat. Gestur pertama berfungsi mengilustrasikan lirik, sementara gerakan kedua berfungsi memancing reaksi dari penonton.

Secara psikologis, tangan yang dibentangkan adalah simbol dari keterbukaan dan penerimaan. Lewat gerakan ini Yosi seolah ingin menanyakan apa pendapat penonton mengenai informasi yang tengah disampaikannya.

Di antara kelima rekannya, Moreno menampilkan reaksi yang paling menyolok. Jari telunjuknya diposisikan serupa pistol yang siap menembak. Ini merupakan isyarat yang menyimbolkan pemusnahan gagasan—dalam hal ini gagasan untuk memilih calon gubernur hanya berdasarkan agama.

4. Kode Kultural

Lirik “katanya pilih dari agama” merupakan eksposisi lanjut dari Cameo Project tentang isu SARA yang telah disebutkan sebelumnya. Isu ini berisi ajakan untuk memilih pemimpin semata berdasarkan agama. Hal yang ironis mengingat bahwa sudah seharusnya pemimpin dipilih secara demokratis—bukan sekadar berdasarkan agama namun juga mementingkan kompetensi. Lirik ini seolah mengesampingkan kemajemukan Jakarta yang ditandai dengan beragamnya suku, agama, maupun ras yang bermukim di sana.

Adapun ‘agama’ yang dimaksud sebagai tolak ukur dalam lirik ini adalah agama Islam. Sebabnya, isu SARA ini disinyalir kuat bersumber dari kubu Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. Pasangan kandidat gubernur dan calon gubernur itu beragama Islam. Sedangkan seperti yang sudah diketahui kubu Joko Widodo- Basuki Tjahja Purnama yang menawarkan pilihan yang tak senada. Jokowi beragama Islam sementara Ahok—panggilan akrab Basuki—beragama Kristen.

Isu SARA tersebut berusaha membentuk suatu konsep ideal bahwa gubernur dan wakilnya haruslah yang beragama Islam.

Sebagai khalayak sasaran utama, kaum muda urban Jakarta diajak untuk berpikir kritis. Benarkah tolak ukur memilih seorang pemimpin hanya berdasarkan agama? Faktor apa yang menjadi jaminan bahwa calon dengan satu agama lebih baik memimpin dibandingkan calon dengan agama lainnya?

5. Kode Semik

Pada dasarnya, bahasa adalah produk ideologi. Lirik “katanya pilih dari agama” menyinggung tentang pengkultusan suatu agama tertentu. Pola pikir semacam ini tentu saja menentang ekualitas yang disebutkan dalam sila kelima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial yang