• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA

B. Lima Kode Pembacaan

5. Kode Semik

4.1.20 Analisis Scene 26

merah, putih dan biru. Dia juga mengenakan jam tangan hitam di tangan kanan.

Lelaki itu meletakkan tangan kirinya di atas kotak suara. Dia menggoyangkan kepalanya sedikit ke kiri dan kanan serta menggerak-gerakkan tangan kirinya sambil bernyanyi.

Seorang lelaki Tionghoa duduk di posisi paling depan. Rambutnya pendek dan dirapikan menggunakan gel. Lelaki itu mengenakan cardigan hitam dan kaus leher V putih.

Scene ini menggunakan teknik pengambilan gambar medium shot dan eye level angle. Jenis fokus yang digunakan adalah selective focus. Pencahayaan terletak pada kategori high key dengan kategori warna warm.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa latar belakang scene ini berpindah posisi? Mengapa kelima orang tersebut menyanyikan “Foke atau Jokowi”? Mengapa lelaki berkaus ungu meletakkan tangan kirinya di mimbar kayu? Mengapa dia bertopang dagu dengan tangan kiri? Mengapa dia menggoyangkan kepalanya ke kiri dan kanan saat bernyanyi?

Mengapa perempuan pertama berkacamata dan berambut pendek? Mengapa dia mengenakan baju kuning, rok oranye pucat, dan kalung biji-bijian coklat?

Mengapa dia menggoyangkan badannya sambil bernyanyi? Mengapa perempuan di sebelahnya mengenakan kaus biru muda? Mengapa dia mengenakan jam di tangan kiri dan sarung kuning beraksen biru?

Mengapa lelaki yang berada di depan kedua perempuan itu berjongkok?

Mengapa dia meletakkan tangan kirinya di atas kotak suara? Mengapa potongan rambutnya pendek dan klimis? Mengapa dia mengenakan kemeja kotak-kotak tiga warna: merah, putih, dan biru? Mengapa dia memakai jam tangan di tangan kanan? Mengapa dia menggoyangkan kepalanya ke kiri dan kanan? Mengapa dia menggerak-gerakkan tangan kirinya sembari bernyanyi?

Mengapa lelaki Tionghoa duduk di depan kotak suara? Mengapa dia rambut pendeknya dirapikan dengan gel? Mengapa dia mengenakan blazer hitam dan kaus V-neck putih?

2. Kode Proaretik

Perpindahan posisi berfungsi memberi kesan dinamis. Jika penonton disuguhi pemain dengan latar yang statis akan mengakibatkan kebosanan. Latar belakang rumah bertingkat dua dengan deretan pohon di depannya menunjukkan bahwa mereka berada di lingkungan yang cukup elit.

Jika lirik pada shot sebelumnya berbicara tentang keharusan memilih, lirik

“Foke atau Jokowi” pada shot ini memberi opsi tentang siapa yang harus dipilih.

Beberapa pemain fguran bernyanyi dengan penuh semangat. Lelaki berkaus ungu meletakkan tangan kirinya di mimbar kayu untuk menopang sebagian berat tubuhnya. Kepalanya yang digoyangkan ke kiri dan ke kanan mengisyaratkan dua kandidat gubernur yang tersedia, yaitu Foke atau Jokowi.

Penampilan perempuan pertama dengan kacamata dan rambut pendek menunjukkan karakternya yang praktis. Baju kuning, rok oranye pucat, dan kalung biji-bijian memberi kesan ceria dan modis. Kesan santai ditunjukkannya lewat kepala dan badan yang digoyangkan ke kiri dan ke kanan. Perempuan di sebelahnya sempat muncul di beberapa shot terdahulu. Dia masih mempertahankan gaya tradisional dan santai lewat kaus biru muda, jam di tangan kiri, dan sarung kuning beraksen biru.

Agar figur dua perempuan di belakangnya tidak terhalang, lelaki berkemeja kotak-kotak itu berjongkok. Tangan kirinya yang berada di atas kotak suara menunjukkan kepeduliannya terhadap Pilkada. Rambut pendeknya yang klimis mengesankan bahwa dia pribadi yang rapi. Kemeja kotak-kotak dengan tiga warna, merah, putih, dan biru yang dikenakannya menandakan bahwa dia mendukung Jokowi-Ahok. Pemakaian jam tangan menandakan bahwa dia orang yang menghargai waktu. Kepala dan tangan yang digerakkan sembari bernyanyi adalah caranya menikmati nyanyiannya.

Lelaki Tionghoa duduk di depan kotak suara. Jarak yang dekat menandakan kepentingan yang besar. Ini berarti dia memiliki keinginan berpartisipasi dalam

Pilkada. Rambutnya yang dirapikan dengan gel menandakan dirinya lelaki yang rapi dan gaya. Blazer hitam dan kaus V-neck putih memberi kesan trendi dan modern.

3. Kode Simbolik

Scene ini diisi oleh pemain dari kedua gender, lelaki dan perempuan.

Terdapat wajah-wajah pribumi maupun Tionghoa. Ini adalah penggambaran dari kondisi sosio-demografi Jakarta yang beragam. Penduduk Jakarta yang beragam ini harus memilih satu di antara dua kandidat untuk tanggal 20 September 2012, Foke atau Jokowi.

Teknik pengambilan gambar medium shot menciptakan kesan hubungan personal dengan penonton. Eye level angle menciptakan kesan kesetaraan antara pemain dan penonton. Selective focus meminta perhatian penonton tertuju pada kelima pemain figuran ini. Pencahayaan high key me menciptakan nuansa yang riang dan cerah. Pewarnaan yang hangat memberi kesan optimis serta penuh semangat.

4. Kode Kultural

Foke dan Jokowi hadir sebagai opsi gubernur Jakarta yang memiliki demografi penduduk dan usia yang amat beragam. Di antara rentang usia warga yang sudah berhak menggunakan hak pilih, kaum muda menempati peringkat pertama sebagai grup dengan skeptisme paling tinggi di Pilkada putaran pertama.

Cameo Project berangkat dari kepedulian mereka terhadap partisipasi kaum muda. Sedari awal video ini dihiasi oleh wajah pemuda-pemudi Jakarta, kali ini menyanyikan “Foke atau Jokowi”. Terkait implikasi tersebut, Pilkada tahap dua tak hanya soal siapa di antara kedua kandidat yang lebih populer di mata masyarakat. Hasil Pilkada tahap dua juga dapat menjelaskan apakah Foke atau Jokowi yang lebih didukung oleh kaum muda provinsi DKI Jakarta.

5. Kode Semik

Baik “Foke” maupun “Jokowi” sama-sama merupakan nama akrab bagi Fauzi Bowo dan Joko Widodo. Panggilan semacam ini menciptakan kedekatan

semu (pseudo-closeness) antara kandidat dengan warga konstituennya. Pada titik inilah pembentukan citra tiap kandidat berperan besar. Kandidat yang dianggap lebih dekat dengan rakyat memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapat dukungan lebih di Pilkada tahap dua.

Gambar 4.53

A. Analisis Leksia

Saat menyanyikan lirik "jadi gubernur DKI”, perempuan berkaus biru mengangkat kedua tangannya ke atas, dengan kedua telapak tangan terbuka.

Lelaki ber-cardigan hitam melempat confetti ke udara di saat yang sama.

B. Lima Kode Pembacaan

1. Kode Hermeneutika

Mengapa perempuan berkaus biru mengangkat tangannya saat menyanyikan

“jadi gubernur DKI”? Mengapa lelaki ber-cardigan hitam melempar confetti ke udara di saat yang sama?

2. Kode Proaretik

Tangan yang diangkat ke atas saat menyanyikan lirik “jadi gubernur DKI”

merupakan gestur kegembiraan dan penghormatan terhadap siapa pun yang akan terpilih nantinya. Telapak tangannya yang terbuka mengisyaratkan penerimaan.

Confetti yang dilempar ke udara mencerminkan antusiasmenya menyambut Pilkada.

3. Kode Simbolik

Gubernur merupakan kepala pemerintahan di tingkat provinsi. Kesejahteraan dan kemakmuran suatu provinsi berkaitan erat dengan kecakapan manajerial gubernur yang bersangkutan, baik itu dari segi manajerial maupun relasional.

4. Kode Kultural

Foke memiliki jargon “Menang Satu Putaran”. Janji kampanye Foke adalah mewujudkan Jakarta menjadi kota yang bersih dan layak huni. Namun, Foke tidak memasukkan banjir dan macet sebagai salah satu prioritasnya. Sedangkan Jokowi memiliki jargon “Jakarta Baru”. Jokowi berjanji untuk mengatasi kekumuhan di Jakarta, banjir, dan mengatasi macet dengan merintis transportasi massal.

Pra-pencalonan diri sebagai kandidat gubernur pun, baik Foke amupun Jokowi memiliki prestasi masing-masing, seperti yang ditunjukkan oleh tabel berikut ini:

Tabel 4. 1

Prestasi Kepemimpinan Foke dan Jokowi

Prestasi Jakarta di Bawah Foke, 2007-2012

Prestasi Solo di Era Jokowi

Predikat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) terhadap laporan Pemprov DKI dari BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)

Kota Pro-Investasi dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah

Penghargaan dari Bank Dunia melalui perusahaan pemeringkat terbesar di Indonesia, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan nilai AA+

Kota Layak Anak dari Kementerian Negara dan Pemberdayaan Perempuan

Wahana Nugraha dari Departemen Perhubungan

Sanitasi dan Penataan Pemukiman Kumuh dari Departemen Pekerjaan Umum.

Kota dengan Tata Ruang Terbaik ke-2 di Indonesia

Pendidikan

Doktor Ingenieur dari Fachbereich Architektur/Raumund Umweltplanung -

Baungenieurwesen Universitat Kaiserlautern Republik Federasi Jerman.

Fakultas Kehutanan UGM lulusan 1985

Sumber: Majalah Detik edisi 33. (2012). Jokowi Ajaib. Jakarta: PT Agranet Multicitra Siberkom

5. Kode Semik

Foke atau Jokowi. Tersedia dua pilihan calon gubernur selanjutnya bagi warga Jakarta. Namun, terdapat kesamaan rima antara “Jokowi” dan “jadi gubernur DKI” mengimplikasikan pesan khusus, bahwa Jokowi-lah yang diproyeksikan lebih layak mengemban tugas sebagai gubernur.