• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aset Non Lancar

Dalam dokumen (AUDITED) - PPID - Kabupaten Agam (Halaman 53-58)

Aset Non Lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan Pemerintah Kabupaten Agam atau yang digunakan masyarakat umum.

35 Aset Non Lancar diklasifikasikan menjadi:

a) Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi nonpermanen dan investasi permanen.

Penyajian investasi pada Neraca Pemerintah Kabupaten Agam Per 31 Desember 2018 terbatas pada investasi jangka panjang.

Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu non permanen dan permanen.

(1) Investasi Non Permanen

Investasi Non Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau suatu waktu akan dijual atau ditarik kembali.

(2) Investasi Permanen

Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan atau tidak untuk diperjual belikan atau ditarik kembali. Investasi yang tidak dimaksudkan dan/atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi permanen meliputi seluruh Penyertaan Modal Daerah pada perusahaan negara/daerah, badan internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik negara.

b) Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah daerah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari :

(1) Tanah;

(2) Peralatan dan Mesin;

(3) Gedung dan Bangunan;

(4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan;

(5) Aset Tetap Lainnya; dan (6) Konstruksi Dalam Pengerjaan.

Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan handal.

Aset Tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan akun ekuitas.

Nilai perolehan Aset Tetap harus memenuhi batasan jumlah biaya dari Aset Tetap yang telah ditetapkan. Ketentuan batas minimal perolehan untuk Aset Tetap:

1) Peralatan dan Mesin adalah sebesar Rp750.000,00. Ketentuan ini tidak berlaku untuk alat kesehatan adalah sebesar Rp200.000,00;

2) Gedung dan Bangunan adalah sebesar Rp20.000.000,00;

3) Aset Tetap Lainnya selain buku adalah sebesar Rp750.000,00;

36

4) Ketentuan batas minimal perolehan tidak berlaku untuk Tanah dan Jalan, Irigasi dan Jaringan.

Pengeluaran setelah perolehan awal suatu Aset Tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomis di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, dan memenuhi nilai batasan kapitalisasi harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan.

Nilai pemeliharaan yang dapat dikapitalisasi menambah nilai aset yang bersangkutan, diatur sebagai berikut:

(1) Pemeliharaan tersebut memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi;

(2) Pemeliharaan tersebut tidak bersifat rutin;

(3) Pemeliharaan tersebut tidak untuk mempertahankan kondisi fisik Aset Tetap;

(4) Khusus untuk pemeliharaan gedung dan bangunan termasuk Aset Tetap Renovasi Gedung dan bangunan yang akan dikapitalisasi menjadi penambah Aset Tetap adalah minimal sebesar Rp10.000.000,00;

(5) Pengeluaran anggaran untuk belanja pemeliharaan akan dikelompokan ke dalam Belanja Modal.

Barang yang nilai perolehannya dibawah nilai satuan minimum tetap dicatat dalam buku inventaris, namun tidak menambah nilai aset pada neraca dan disajikan dalam aset “extracomptable”.

Penambahan masa manfaat Aset Tetap karena adanya perbaikan terhadap Aset Tetap baik berupa overhaul dan renovasi berpedoman pada Peraturan Bupati.

c) Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.

d) Aset Lainnya adalah aset pemerintah daerah yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana cadangan. Termasuk dalam aset lainnya adalah Aset Tidak Berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya.

Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) menggambarkan jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran kepada pegawai pemerintah yang dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang telah dibayar oleh pegawai ke kas daerah atau daftar saldo tagihan penjualan angsuran.

Tagihan Tuntutan Kerugian Daerah (TP/TGR) merupakan sejumlah uang atau barang yang dinilai dengan uang yang harus dikembalikan kepada

37

negara/daerah oleh seseorang atau badan yang telah melakukan perbuatan melawan hukum baik segaja maupun lalai.

TPA dan TP/TGR yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai aset lancar.

Kemitraan dengan pihak ketiga merupakan perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki.

Aset Tak Berwujud merupakan aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset Tak Berwujud meliputi software komputer; lisensi dan franchise; hak cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya; hak jasa dan operasi Aset Tak Berwujud dalam pengembangan.

Amortisasi adalah penyusutan terhadap Aset Tak Berwujud yang dialokasikan secara sistematis dan rasional selama masa manfaatnya. Masa manfaat Aset Tak Berwujud dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang semuanya harus diperhitungkan dalam penetapan periode amortisasi.

Metode amortisasi dilakukan dengan metode garis lurus tanpa memperhitungkan adanya nilai residu, dengan mengalokasikan nilai yang dapat dilakukan Amortisasi atas Aset Tidak Berwujud secara merata setiap periode/tahun selama masa manfaat. Amortisasi hanya dapat diterapkan atas Aset Tak Berwujud yang memiliki masa manfaat terbatas dan pada umumnya ditetapkan dalam jumlah yang sama pada periode, atau dengan suatu basis alokasi garis lurus. Untuk Aset Tak Berwujud dengan masa manfaat terbatas, diatur sebagai berikut:

Tabel 4.3.3

Masa Manfaat Aset Tak Berwujud

No. Uraian Masa Manfaat

1. Aset Tidak Berwujud 1.1 Software

Software/Aplikasi 5

1.2 Hak Cipta dan Paten

Hak Cipta 25

Paten 20

1.3 Lisensi dan Franchise

Lisensi 10

Franchise 5

1.4 Hasil Kajian

Hasil Kajian/Penelitian 10

Data Perencanaan 5

Aset Lain-Lain merupakan Aset Lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke dalam TPA, Tagihan TP/TGR, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, maupun Aset Tak Berwujud. Aset Lain-Lain dapat berupa Aset Tetap Pemerintah

38

Kabupaten Agam yang dihentikan dari penggunaan aktif Pemerintah Kabupaten Agam, dan piutang tidak tertagih (macet) juga termasuk dalam kelompok Aset Lain-Lain.

f. Kewajiban

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemerintah Kabupaten Agam.

Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah daerah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihansetoran pajak dari wajib pajak, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa lainnya.

Kewajiban diklasifikasikan ke dalam Kewajiban Jangka Pendek dan Kewajiban Jangka Panjang.

1) Kewajiban Jangka Pendek

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai Kewajiban Jangka Pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.

Kewajiban Jangka Pendek meliputi utang belanja pegawai, utang belanja barang, utang bunga, utang jangka pendek kepada pihak ketiga, utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.

2) Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban Jangka Panjang adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu lebih dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan.Saat ini Pemerintah Kabupaten Agam tidak memiliki Kewajiban Jangka Panjang.

Kewajiban pemerintah daerah dicatat sebesar nilai nominalnya. Apabila kewajiban tersebut dalam bentuk mata uang asing, maka dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.

g. Ekuitas

Ekuitas merupakan selisih antara Aset dan Kewajiban pada Neraca. Ekuitas terdiri dari tiga kelompok yaitu, Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana Cadangan.

h. Selisih Kurs

Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dalam mata uang rupiah dengan menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut menurut kurs tengah Bank Sentral pada tanggal transaksi. Selisih kurs antara tanggal transaksi dan tanggal neraca dicatat sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas dana periode berjalan.

39 BAB V

PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN

Bab ini menjelaskan mengenai pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan, yaitu pada Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Sisa Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan Ekuitas.

5.1 Penjelasan atas Pos-Pos Laporan Realisasi Anggaran

Dengan diberlakukannya Permendagri Nomor 64 Tahun 2013, maka untuk pelaporan keuangan, Pemerintah Kabupaten Agam menerapkan pengelompokan pendapatan dan belanja sesuai dengan yang diatur dalam Permendagri tersebut, sehingga akan berbeda dengan pengelompokan berdasarkan penganggarannya yang telah ditetapkan melalui APBD.

Pada TA 2018, Pemerintah Kabupaten Agam menganggarkan pendapatan sebesar Rp1.430.853.431.924,49 dengan realisasi sebesar Rp1.390.233.385.516,01 atau 97,16%.

Realisasi Pendapatan Daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp99.684.205.378,01, Pendapatan Transfer sebesar Rp1.230.670.766.034,00 dan Lain- lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar Rp59.878.414.104,00.

Belanja Daerah dilakukan berdasarkan pada prinsip pengendalian anggaran belanja daerah dengan tetap menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar dan alokasi belanja minimum, dengan mempertimbangkan penghematan dan efisiensi penggunaan belanja daerah, menjamin terlaksananya kegiatan administrasi pemerintahan, serta terselenggaranya agenda-agenda penting daerah.

Belanja Daerah meliputi (i) Belanja Operasi, (ii) Belanja Modal, (iii) Belanja Tak Terduga, dan (iv) Transfer. Belanja Operasi ditujukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan tanpa menimbulkan Aset Tetap. Belanja Modal ditujukan untuk mendukung kegiatan pembangunan berupa Aset Tetap. Belanja Tak Terduga ditujukan untuk mengantisipasi di luar perencanaan pemerintah daerah. Belanja Transfer ditujukan untuk pemerataan pembangunan.

Realisasi Belanja Daerah pada TA 2018 adalah sebesar Rp1.238.202.621.255,89 yang terdiri dari: Belanja Operasi sebesar Rp1.022.580.951.231,49, Belanja Modal sebesar Rp212.319.559.024,40, Belanja Tak Terduga sebesar Rp3.302.111.000,00.

Transfer Daerah sebesar Rp149.357.638.793,00. Berdasarkan realisasi Pendapatan Daerah dan realisasi Belanja Daerah, maka terjadi Surplus Anggaran pada TA 2018 sebesar Rp2.673.125.467,12.

Realisasi Pembiayaan Netto pada TA 2018 adalah sebesar Rp59.287.180.000,21 yang semuanya berasal dari Penerimaan Pembiayaan berupa SiLPA awal tahun sebesar Rp59.287.180.000,21.Terdapat koreksi SiLPA sebesar Rp(1.964.387,00), sehingga Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) setelah koreksi menjadi sebesar Rp61.958.341.080,33.

Dalam dokumen (AUDITED) - PPID - Kabupaten Agam (Halaman 53-58)