• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN USAHA MILIK DESA

Dalam dokumen PEMERINTAHAN DESA - UIR (Halaman 140-144)

(3). Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) me­

lakukan pinjaman sesuai dengn aturan perundang­undangan.

Dengan dikeluarkannya Undang­Undang tentang Desa yang baru yakni Undang­Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka keberadaan dari suatu Badan Usaha Milik Desa (BUMDes a) tetap dipertahankan, karena telah dirasakan man­

faat nya oleh sebagian masyarakat desa yang telah mendirikan Badan Usaha Milik Desa.

Terkait dengan Badan Usaha Milik Desa, menurut Saragih (2004;328), bahwa; “Gerakan penanggulangan kemiskinan di desa sepenuhnya dilakukan oleh governance desa, dengan me­

manfaatkan seluruh kapital kapital yang dimiliki. Pihak luar ber­

peran hanya untuk meningkatkan kapasitas yang dibutuhkan diaspek tertentu. Untuk itu governance desa harus memiliki lem­

baga yang bertugas untuk itu. Salah satu alternatif yang ter sedia adalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDES).”.

Sehubungan dengan hal di atas, lebih lanjut dinyatakan oleh Saragih (2004;329), bahwa;

Pertama, BUMDES sebagai lembaga ekonomi di desa telah diatur dalam undang­undang Nomor 22 Tahun 1999, bukanlah hal baru sebab lembaga sejenis telah dicantumkan dalam bebe­

rapa Undang­Undang sebelumnya. Hanya saja perhatian peme­

rintah untuk mengembangkan lembaga ini sejak dahulu sangat minim. Pemerintah cenderung membangun lembaga lain sesuai dengan kebutuhan proyek yang akan dilaksanakan ke desa.

Kedua, Pendirian BUMDES adalah untuk meningkatkan ke­

mampuan keuangan governance.

Ketiga, BUMDES berhak mengelola kekayaan desa dan sumber­sumber Pendapatan Asli Desa.

Keempat, BUMDES diakui sebagai salah satu bentuk Badan Hukum sehingga lebih memungkinkan untuk berinteraksi den­

gan Badan Hukum Lainnya.

B. Manajemen Badan Usaha Milik Desa

Dengan dikeluarkannya Undang­Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, keberadaan dari Badan Usaha Milik Desa lebih diperkuat lagi, hal ini dapat terlihat pada Pasal 87 Undang­

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, yang berbunyi;

1. Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang di­

sebut BUM Desa.

2. BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan ke­

gotongroyongan.

3. BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/

atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan yang berlaku.

Berdasarkan pada ketentuan pasal tersebut di atas, maka terkait dengan keberadaan dari Badan Usaha Milik Desa di desa dapat dijelaskan hal­hal sebagai berikut;

– Desa diberikan kesempatan untuk mendiriksn Badan Usaha Milik Desa yang disebut dengan BUM Des. Badan Usaha Milik Desa ini dibentuk atau didirikan oleh pemerintah desa, dengan tujuan mendayagunakan segala potensi desa, ke lembagaan perekonomian desa, serta menggali potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

– Pengelolaan dari Badan Usaha Milik Desa dilakukan dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. Hal ini di­

karenakan Badan Usaha Milik Desa secara spesifik dan

fungsi nya tidak dapat disamakan dengan badan hukum seperti perseroan terbatas, CV, atau koperasi. Oleh karena itu, Badan Usaha Miik Desa merupakan suatu Badan Usaha bercirikan Desa yang dalam pelaksanaan aktivitas dan ke­

giatannya disamping untuk membantu penyelenggaraan pemerintahan desa, juga untuk dapatr memenuhi kebutuh an hidup masyarakat desa, serta Badan Usaha Milik Desa juga dapat melaksanakan fungsi pelayanan jasa, dan pengembang­

an jenis ekonomi lainnya di desa.

Dalam upaya untuk meningkatkan sumber pendapatan desa, Badan Usaha Milik Desa dapat menghimpun tabungan dalam skala lokal masyarakat desa, antara lain melalui pengelola­

an dana bergulir dan simpan pinjam. Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/

atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan dari peraturan perundang­undangan.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam kegiatannya tidak hanya berorientasi pada keuntungan keuangan, akan tetapi juga dapat berorientasi untuk mendukung peningkatan ke sejahteraan masyarakat desa. Melalui Badan Usaha Milik Desa diharapkan dapat mengembangkan unit usaha dalam mendaya gunakan po­

tensi ekonomi. Dalam hal kegiatan usaha dapat ber jalan dan ber­

kembang dengan baik, sangat dimungkinkan pada saatnya Badan Usaha Miik Desa mengikuti badan hukum yang telah ditetapkan dalam ke tentuan peraturan perundang­undangan.

Proses dan prosedur dari pendirian Badan Usaha Milik Desa telah diatur dengan jelas pada Pasal 88 Undang­Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, yang berbuyi;

1. Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa.

2. Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Berdasarkan ketentuan pada pasal di atas, maka terkait dengan proses dan prosedur pendirian suatu Badan Usaha Milik Desa, dapat dijelaskan hal­hal sebagai berikut;

– Prosedur pendirian suatu Badan Usaha Milik Desa oleh pemerintah desa harus terlebih dahulu disepakati dan disetujui melalui musyawarah desa.

– Prosedur selanjutnya dari pendirian suatu Badan Usaha Milik Desa harus ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Tujuan dari pembentukan suatu Badan Usaha Milik Desa telah diatur dengan jelas pada Pasal 89 Undang­Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, yang berbunyi sebagai berikut;

Hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk:

a. pengembangan usaha; dan

b. Pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat Desa, dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Berdasarkan ketentuan pada pasal tersebut diatas, terkait dengan tujuan pendirian suatu Badan Usaha Milik Desa dalam undang­undang ini, dapat dijelaskan hal­hal sebagai berikut;

– Tujuan dari pendirian suatu Badan Usaha Milik Desa lebih berorientasi kepada pengembangan usaha.

– Selain dari tujuan tersebut di atas, maka tujuan dari pendirian suatu Badan Usaha Milik Desa adalah untuk;

1. Pembangunan desa

2. Pemberdayaan masyarakat desa

3. Pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui

hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Dalam hal untuk menguatkan dan mendorong perkembang­

an dari Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa), maka dapat di­

lakukan berbagai bentuk usaha, aktivitas dan kegiatan, seperti yang telah diatur dengan jelas pada Pasal 90 Undang­Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang berbunyi sebagai beri­

kut;

“Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa dengan:

a. memberikan hibah dan/atau akses permodalan;

b. melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar;

c. memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber dan daya alam di Desa”.

Berdasarkan ketentuan pada pasal tersebut di atas, terkait dengan program pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUM­

DES), maka dapat dijelaskan hal­hal sebagai berikut;

– Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah desa mendorong per kem­

bangan Badan Usaha Milik Desa dengan cara mem berikan hibah dan/atau akses permodalan kepada Badan Usaha Milik Desa, sebagai modal awal atau modal pendukung dalam berbagai usaha yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa.

– Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah dae rah kabupaten/kota, dan pemerintah desa melakukan kegiat an pendampingan teknis dan akses ke pasar. Yang dimak sud dengan “pendampingan” dalam hal ini adalah ter masuk

penyediaan terhadap sumber daya manusia (SDM) pendam­

ping dan penyiapan fungsi manajemen Badan Usaha Milik Desa.

Sehubungan Keberadaan Badan Permusyawaratan Menurut Saragih (2004; 330­335), “sejalan dengan alasan pem bentukan BUMDES maka tujuan pengembangan BUMDES harus se­

nantiasa diarahkan pada:

Pertama, Bumdes diberi peluang untuk mengelola kekaya an desa. Oleh karenanya keuntungan yang diperoleh Bumdes har­

uslah didistribusikan ke kas desa. Disamping itu, Bumdes dapat memperoleh penyertaan modal dari pemerintah desa. Tentu­

nya jasa modal tersebut harus diperhitungkan dalam pembagian keuntungan usaha. Dengan demikian maka keberhasilan Bumdes akan mampu meningkatkan keuangan desa yang pada akhirnya desa mampu meningkatkan kesejahteraan aparatnya.

Kedua, Pengembangan usaha masyarakat untuk pengen­

tasan kemiskinan.

C. Perbandingan Dengan UU Nomor 32 Tahun 2004

Keberadaan dari Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa), maupun prosedur dan manajemen dari Badan Usaha Milik Desa tidak ada perubahan yang bersifat prinsip dan mendasar anta­

ra Undang­Undang yang baru yakni Undang­Undang Nomor 6 T ahun 2014 tetang Desa dengan Undang­Undang tentang peng a turan desa sebelumnya, yakni Undang­Undang Nomor 32 T ahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maupun pada Per­

aturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.[]

A. Kerjasama Desa

Desa yang dalam hal ini adalah pemerintahan desa (pe me­

rintah desa dan BPD) dalam proses penyelenggaraan pemerintah­

an dapat melakukan kerjasama dengan desa­desa lainnya atau yang disebut dengan istilah “kerjasama antar­desa”. Selain kerja­

sama antar desa, desa juga dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.

Secara historis keberadaan kerjasama antar desa sebenarnya sudah lama ada, seperti yang diyatakan Nurcholis (2011;108­

109), bahwa; “Pada abad ke 21 ini, secara realita sudah sulit un­

tuk ditemukan suatu desa yang benar­benar terpencil dari akses telekomunikasi, perhubungan, perintasan penduduk, dan tran­

saksi ekonomi. Sejak akhir abad ke­20 hampir semua desa sudah saling terhubung melalui jalan antardesa, jalan kecamatan, ja­

lan kabupaten, jalan provinsi, dan jalan negara. Warga desa pun sudah saling berinteraksi baik untuk kepentingan kekerabatan maupun untuk kepentingan ekonomi dan budaya. Dengan fakta tersebut sudah selayaknya desa melakukan kerjasama dengan

BAB XV

Dalam dokumen PEMERINTAHAN DESA - UIR (Halaman 140-144)