• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERJASAMA DESA

Dalam dokumen PEMERINTAHAN DESA - UIR (Halaman 144-149)

A. Kerjasama Desa

Desa yang dalam hal ini adalah pemerintahan desa (pe me­

rintah desa dan BPD) dalam proses penyelenggaraan pemerintah­

an dapat melakukan kerjasama dengan desa­desa lainnya atau yang disebut dengan istilah “kerjasama antar­desa”. Selain kerja­

sama antar desa, desa juga dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.

Secara historis keberadaan kerjasama antar desa sebenarnya sudah lama ada, seperti yang diyatakan Nurcholis (2011;108­

109), bahwa; “Pada abad ke 21 ini, secara realita sudah sulit un­

tuk ditemukan suatu desa yang benar­benar terpencil dari akses telekomunikasi, perhubungan, perintasan penduduk, dan tran­

saksi ekonomi. Sejak akhir abad ke­20 hampir semua desa sudah saling terhubung melalui jalan antardesa, jalan kecamatan, ja­

lan kabupaten, jalan provinsi, dan jalan negara. Warga desa pun sudah saling berinteraksi baik untuk kepentingan kekerabatan maupun untuk kepentingan ekonomi dan budaya. Dengan fakta tersebut sudah selayaknya desa melakukan kerjasama dengan

BAB XV

desa­desa di sekelilingnya konflik antar warga desa, ketimpang­

an pertumbuhan akibat akses transportasi yang tidak sama, dan potensi alam yang tidak sama dapat dicarikan jalan keluar yang menguntungkan kedua belah pihak”.

Lebih lanjut, terkait dengan tujuan dan raung lingkup dari kerja sama antar desa dinyatakan oleh Nurcholis (2011;109), bahwa; “kerjasama desa dimaksudkan untuk kepentingan desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan kerjasama desa adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ber­

sama dan mencegah ketimpangan antar desa. Kerjasama desa harus berorientasi pada kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Ruang lingkup kerjasama antar­desa meliputi bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Ker­

jasama meliputi:

1. Peningkatan perekonomian masyarakat desa.

2. Peningkatan pelayanan pendidikan.

3. Kesehatan 4. Sosial budaya

5. Ketentraman dan ketertiban

6. Pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

Sehubungan dengan kerjasama desa ini sudah diatur pada pasal 91 Undang­Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, yang berbunyi sebagai berikut; “Desa dapat mengadakan kerja sama dengan Desa lain dan/atau kerja sama dengan pihak ketiga”.

Oleh karena itu pemerintahan desa dapat melakukan kerjasama antar­desa, dan kerjasama dengan pihak ketiga, dengan tujuan untuk dapat memperluas dan mempercepat akses hubung an ker­

ja”.

Sehubungan kerjasama antar desa, menurut Nurcholis (2011­109) dapat dilakukan antara;

a). Desa dengan desa dalam 1 (satu) kecamatan.

b). Desa dengan desa di lain kecamatan dalam satu kabupaten.

Selain kerjasama antar desa desa seperti tersebut di atas, maka desa juga dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga. Lebih lanjut dinyatakan oleh Nurcholis (2011;109), bahwa; “Di samping kerjasama dengan desa­desa di yang ada di sekelilingnya, desa dapat juga melakukan proses kerjasama dengan pihak ketiga”.

B. Kerja Sama Antar Desa

Dalam hal kerjasama desa, dapat dilakukan kerjasama an­

tar desa, kerjasama antar desa ini telah diatur dengan jelas pada Pasal 92 Undang­Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang berbunyi sebagai barikut;

(1) Kerja sama antar­Desa meliputi:

a. Pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai nilai ekonomi yang berdaya saing;

b. Kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat antar­Desa; dan/atau c. Bidang keamanan dan ketertiban.

(2) Kerja sama antar­Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa melalui kesepakatan musyawarah antar­Desa.

(3) Kerja sama antar­Desa dilaksanakan oleh badan kerja sama antar­Desa yang dibentuk melalui Peraturan Bersama Kepala Desa.

(4) Musyawarah antar­Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) membahas hal yang berkaitan dengan:

1. pembentukan lembaga antar­Desa;

2. pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat dilaksanakan melalui skema kerja sama antar­Desa;

3. perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program pembangunan antar­Desa;

4. pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa, antar­Desa, dan Kawasan Perdesaan;

5. masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa tersebut berada; dan

6. kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar­Desa.

(5) Dalam melaksanakan pembangunan antar­Desa, badan kerja sama antar­Desa dapat membentuk kelompok/lembaga sesuai dengan kebutuhan.

(6) Dalam pelayanan usaha antar­Desa dapat dibentuk BUM Desa yang merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka terkait dengan kerjasama antar desa dapat dijelaskan hal­hal sebagai berikut;

– Kerjasama antar desa dapat dilakukan melalui pengembangan usaha bersama untuk mencapai nilai ekonomi yang lebih berdaya saing.

– Kerjasama antar desa dapat dilakukan dalam bentuk;

a. kegiatan kemasyarakatan b. kegiatan pelayanan c. kegiatan pembangunan

d. kegiatan pemberdayaan masyarakat – Kerjasama bidang keamanan dan ketertiban

– Kerjasama antar­desa yang dituangkan dalam bentuk Per­

aturan bersama Kepala Desa melalui kesepakatan hasil musyawarah antar­desa.

– Pelaksanaan terhadap kerjasama antar­desa dilaksanakan oleh suatu Badan Kerjasama Antar­Desa yang telah dibentuk melalui Peraturan bersama Kepala Desa yang telah disepakati dan disetujui secara bersama.

– Dalam proses kerjasama antar desa, juga dilaksanakan musya warah desa, dalam hal pelaksanaan musyawarah desa dibahas hal­hal yang berkaitan dengan;

a. Pembahasan tentang pembentukan lembaga antar desa b. Pembahasan tentang pelaksanaan program pemerintah

dan pemerintah daerah yang dapat dilaksanakan melalui skema kerjasama antar­desa.

c. Pembahasan tentang perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program pembangunan antar­desa.

d. Pembahasan tentang pengalokasian anggaran untuk pem bangunan desa, antar­desa, dan kawasan perdesaan.

e. Pembahasan tentang masukan terhadap program peme­

rintah daerah tempat desa tersebut berada.

f. Pembahasan tentang kegiatan lainnya yang dapat di­

selenggarakan melalui kerja sama antar­desa.

– Dalam proses pelaksanaan pembangunan antar­desa, maka badan kerjasama antar­desa dapat membentuk kelompok/

lembaga yang disesuaikan dengan kebutuhan desa atau masyarakat desa.

– Dalam pelayanan usaha antar­desa dapat dibentuk suatu Badan Usaha Milik Desa yang merupakan milik bersama antara 2 (dua) desa atau lebih yang telah bersepakat untuk bekerjasama.

C. Kerjasama Desa Dengan Pihak Ketiga

Selain memiliki kesempatan untuk melakukan berbagai bentuk kegiatan kerjasama antar­ desa, maka desa juga dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga, terkait kerjasama dengan pihak ketiga, menurut Nurcholis (2011;109), bahwa; “Se­

lain kerjasama dengan desa­desa disekelilingnya, desa juga dapat melakukan kerjasama dengan pihak ke­tiga. Pihak ketiga yaitu semua pihak yang berada di luar pemerintah desa baik dalam bentuk Badan Hukum maupun bukan dalam bentuk badan hu­

kum. Kerjasama desa dengan pihak ketiga dapat dilakukan de­

ngan instansi pemerintah atau swasta maupun per orangan sesuai dengan obyek yang dikerjasamakan. Tujuan kerjasama adalah mendapatkan keuntungan bagi kedua belah pihak demi mening­

katkan kesejahteraan warga desa. Kerjasama desa dengan pihak ketiga dapat dilakukan dalam bidang:

1. Peningkatan perekonomian masyarakat desa.

2. Peningkatan pelayanan pendidikan.

3. Kesehatan 4. Sosial budaya

5. Ketentraman dan ketertiban

6. Pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.

7. Tenaga kerja 8. Pekerjaan Umum 9. Batas Desa

10. Lain­lain kerjasama yang menjadi kewenangan desa”.

Proses dan prosedur terkait dengan kerjasama desa dengan pihak ketiga, telah diatur dengan jelas pada Pasal 93 Undang­

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang berbunyi se­

bagai berikut;

(1) Kerja sama Desa dengan pihak ketiga dilakukan untuk mem­

percepat dan meningkatkan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasya­

rakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

(2) Kerja sama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimusyawarahkan dalam Musyawarah Desa.

Berdasarkan ketentuan pada pasal tersebut di atas, maka ter­

kait dengan keberadaan dan proses kerjasama desa dengan pihak ketiga dapat dinyatakan hal­hal sebagai berikut:

– Kerjasama desa dengan pihak ketiga dapat dilakukan dalam upaya untuk mempercepat dan meningkatkan terhadap;

1. penyelenggaraan pemerintahan desa, 2. pelaksanaan pembangunan desa, 3. pembinaan kemasyarakatan desa, 4. dan pemberdayaan masyarakat desa.

– Kerjasama dengan pihak ketiga di atas harus dimusyawarahkan dalam musyawarah desa, antara pemerintahan desa (Peme­

rintah Desa+BPD) dengan pihak ketiga yang akan melaku­

kan proses kerjasama.

Kerjasama Desa dengan unsur pihak ketiga harus dinyatakan atau ditetapkan dengan suatu “perjanjian bersama”, seperti yang dinyatakan oleh Nurcholis (2011;110), bahwa; “Kerjasama antar desa ditetapkan dengan keputusan bersama. Adapun kerjasaman desa dengan pihak ketiga ditetapkan dengan Perjanjian bersama.

Penetapan keputusan bersama atau perjanjian bersama antara lain memuat:

a). Ruang lingkup kerjasama b). Bidang kerjasama

c). Tata cara dan ketentuan pelaksanaan kerjasama

d). Jangka waktu e). Hak dan kewajiban f). Pembiayaan

g). Tata cara perubahan, penundaan, dan pembatalan.

h). Penyelesaian perselisihan

i). Lain­lain ketentuan yang diperlukan.

Sehubungan dengan dilaksanakannya suatu bentuk kes­

epakatan kerjasama desa dengan pihak ketiga, maka lebih lanjut dinyatakan oleh Nurcholis (2011;110), bahwa;

“dalam rangka pelaksanaan kerjasama desa perlu dibentuk pengurus badan kerjasama desa. Pengurus Badan kerjasama desa terdiri dari unsur:

a) Pemerintah Desa

b) Anggota Badan Permusyawaratan Desa c) Lembaga Kemasyarakatan Desa

d) Lembaga lainnya yang ada di desa e) Tokoh Masyarakat”.

D. Perbandingan Dengan UU Nomor 32 Tahun 2004

Pada Undang­Undang sebelumnya yakni Undang­Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa, dan di tindak­

lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa juga sudah diakui keberadaan dari kerjasama desa, yakni kerjasama antar­desa dan kerjasama dengan pihak ketiga.

Perbedaan kerjasama antar desa antara Undang­Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dengan Undang­Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa hanya terletak pada ruang lingkup dari kerjasama yang di­

lakukan oleh masing­masing desa.

Kerjasama desa baik dalam bentuk kerjasama antara desa maupun kerjasama antara desa dengan pihak ketiga dapat dilaku­

kan antar desa dengan desa lainnya diluar kecamatan atau bukan satu kecamatan.

Untuk lebih jelasnya terkait tentang perbedaan kerjasama desa antara Undang­Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dengan Undang­Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Peme­

rintahan Daerah, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel. 11. Perbedaan Keberadaan Kerjasama Desa antara Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dengan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.

UU Nomor 6 Tahun 2014

UU Nomor 32 Tahun 2004 (PP Nomor 72

Tahun 2005) Keterangan Jenis Kerjasama:

- kerjasama antar­desa - kerjasama dengan

pihak ketiga

Jenis kerjasama:

- kerjasama antar desa - kerjasama dengan

pihak ketiga

Tidak ada perbedaan

Ruang Lingkup Kerjasama:

Kerjasama antar- desa

1. Pengembangan usaha bersama 2. Kegiatan kema­

sya rakatan 3. Pelayanan 4. Pembangunan 5. Pemberdayaan

Masyarakat

Kerjasama dengan pihak ketiga 1. Peningkatan pe­

nye lenggaraan

Ruang Lingkup Kerjasama:

Kerjasama antar-desa/

dengan pihak ketiga:

1. Peningkatan perekonomian masyarakat desa 2. Peningkatan

Pelayanan Pen di dikan 3. Kesehatan

4. Sosial Budaya 5. Ketentraman dan

ketertiban

6. Pemanfaatan SDA dan Teknologi tepat guna dengan

Pada UU Nomor 6 Tahun 2014 dibedakan ruang lingkup kerjasama atara kerjasama an tar-desa de ngan kerja- sama dengan pihak ketiga, sedangkan pada UU Nomor 32 Tahun 2004 tidak dibedakan antara kerja sa- ma antar

UU Nomor 6 Tahun 2014

UU Nomor 32 Tahun 2004 (PP Nomor 72

Tahun 2005) Keterangan pemerintahan

desa.

2. Pelaksanaan pem bangunan Desa

3. Pembinaan kemasya rakatan 4. Desa

5. Pemberdayaan ma sya rakat 6. Desa

memperhatikan kelestarian ling­

kungan hidup.

desa dengan kerjasama dengan pihak ketiga

Tidak diatur tentang Penyelesaian perselisihan kerjasama desa

Perselisihan ker ja sama antar desa dalam satu keca mat an, difasilitasi dan di selesaikan oleh Camat. Perse li sihan kerjasama antar desa pada kecamatan berbeda da lam satu kabupaten/

kota difasilitasi dan diselesaikan oleh Bupati/

Walikota.

Sumber: Data Olahan Penulisan

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa secara prinsip tidak ada perbedaan yang mendasar antara UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 yang ditindak­

lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, perbedaannya hanya terletak pada unsur ruang lingkup kerjasama, serta dari sisi proses penyelesai an perselisihan kerjasama antar desa.[]

A. Lembaga Kemasyarakatan Desa

Dalam upaya untuk proses pemberdayaan masyarajat desa dan untuk membantu tugas­tugas pemerintahan desa dalam proses penyelenggaraan pemerintahan desa, maka di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan desa sesuai dengan kebutuh­

an desa, baik dalam bentuk kebutuhan masyarakat desa maupun dalam bentuk kebutuhan dari pemerintahan desa.

Lembaga kemasyarakatan desa menurut Rahyunir (2012:10) adalah: “suatu lembaga yang dibentuk oleh masyarakat desa se­

tempat, yang diakui dan dibina oleh pemerintah sesuai dengan kebutuhan desa, dan berperan atau berfungsi sebagai perantara (mediating structure) dan unsur yang membantu tugas peme­

rintah desa dan pemerintah daerah setempat”.

Lembaga kemasyarakatan desa keberadaannya sudah di atur dengan jelas pada Pasal Pasal 94 Undang­Undang Nomor 6 Ta­

hun 2014 tentang Desa, yang berbuyi sebagai berikut:

(1) Desa mendayagunakan lembaga kemasyarakatan Desa yang ada dalam membantu pelaksanaan fungsi penyelenggaraan

BAB XVI

LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Dalam dokumen PEMERINTAHAN DESA - UIR (Halaman 144-149)