BAB XVII DESA ADAT
B. Penyelenggaraan Desa Adat
Dalam proses penetapan suatu kesatuan masyarakat hukum adat menjadi suatu “desa adat” dilakukan melalui Peraturan Dae
rah Kabupaten/Kota masingmasing, Prosedur dan proses peneta
pan terhadap suatu desa adat setelah penetapan desa adat, maka dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor. Selanjutnya Penggabungan terhadap suatu desa adat dapat dilakukan atas prakarsa dan kesepaata antardesa adat, prosedur dari penetapan kesatuan masyarakat hukum adat ditetapkan menjadi desa adat telah diatur pada Pasal 98 UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang berbunyi sebagai berikut;
1. Desa Adat ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/
Kota.
2. Pembentukan Desa Adat setelah penetapan Desa Adat seba
gaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mem perhatikan faktor penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan ke masyarakat
an Desa, serta pemberdayaan masyarakat Desa dan sarana prasarana pendukung.
Berdasarkan ketentuan pada pasal tersebut di atas, maka ter
kait dengan keberadaan dari desa adat dalam sistem pemerintah
an daerah di Indonesia, dapat dinyatakan halhal sebagai berikut;
– Setelah memenuhi segala persayaratan dan telah melalui se luruh prosedur yang telah ditetapkam dalam peraturan perundangundangan, maka Desa Adat tersebut ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah masingmasing.
– Setelah penetapan desa adat melalui Peraturan Daerah masingmasing, maka pembentukan desa adat dilakukan de
ngan memperhatikan faktorfaktor antara lain;
1. Penyelenggaraan pemerintahan desa 2. Pelaksanaan pembangunan desa 3. Pembinaan kemasyarakatan desa 4. Pemberdayaan masyarakat desa 5. Sarana dan prasarana pendukung.
Sehubungan dengan perubahan status desa adat menjadi suatu kelurahan, maka terlebih dahulu harus melalui status desa terlebih dahulu, begitu juga sebaliknya perubahan status dari ke
lurahan menjadi status desa adat juga harus melalui status desa terlebih dahulu.
Selain dari pembentukan suatu desa adat, maka dalam U ndangUndang tentang desa ini juga diatur tentang peng
gabungan desa adat, hal ini dapat terlihat dengan jelas pada Pasal 99 UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang menyatakan bahwa;
1. Penggabungan Desa Adat dapat dilakukan atas prakarsa dan kesepakatan antarDesa Adat.
2. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memfasilitasi pelaksa
naan penggabungan Desa Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Berdasarkan ketentuan pada pasal tersebut di atas, maka ter
kait dengan aturan tentang penggabungan dari suatu desa adat, dapat dinyatakan halhal sebagai berikut;
– Penggabungan terhadap desa adat dilakukan atas prakarsa dan kesepakatan antar desa adat, oleh karena itu pemerintah tidak boleh memprakarsai pembentukan desa adat.
– Pemerintah daerah kabupaten/kota berfungsi dan berperan dalam memfasilitasi program dan pelaksanaan terhadap penggabungan desa adat.
Sekanjutnya terkait dengan status desa adat dalam suatu sistem pemerintahan daerah, maka Pasal 100 UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, telah menyatakan sebagai berikut:
1. Status Desa dapat diubah menjadi Desa Adat, kelurahan dapat diubah menjadi Desa Adat, Desa Adat dapat diubah men jadi Desa, dan Desa Adat dapat diubah menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa masyarakat yang bersangkutan melalui Musyawarah Desa dan disetujui oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
2. Dalam hal Desa diubah menjadi Desa Adat, kekayaan Desa beralih status menjadi kekayaan Desa Adat, dalam hal kelu
rahan berubah menjadi Desa Adat, kekayaan kelurahan ber
alih status menjadi kekayaan Desa Adat, dalam hal Desa Adat berubah menjadi Desa, kekayaan Desa Adat beralih status menjadi kekayaan Desa, dan dalam hal Desa Adat ber
u bah menjadi kelurahan, kekayaan Desa Adat beralih status menjadi kekayaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Berdasarkan ketentuan pada pasal tersebut di atas, maka ter
kait dengan keberadaan dari suatu desa adat, dapat dinyatakan halhal sebagai berikut:
– Dari sisi status desa, maka status desa adat dapat diubah men jadi desa adat, begitu juga kelurahan dapat juga di
ubah menjadi desa adat, dan desa adat dapat diubah men
jadi kelurahan berdasarkan prakarsa masyarakat yang ber
sang kutan melalui musyawarah desa dan disetujui oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
– Terkait dengan kekayaan desa, maka dalam hal perubahan status, maka;
1. Apabila desa diubah status menjadi desa adat, maka kekayaan desa beralih menjadi kekayaan desa adat.
2. Apabila dalam hal kelurahan berubah status menjadi desa adat, maka kekayaan kelurahan beralih status men jadi kekayaan desa adat,
3. Dalam hal desa adat berubah status menjadi desa, maka kekayaan desa adat beralih status menjadi kekayaan desa.
4. Selanjutnya dalam hal desa adat berubah status menjadi kelurahan, maka kekayaan desa adat beralih status menjadi kekayaan pemerintah daerah kabupaten/kota.
Dalam hal apabila suatu desa adat telah terbentuk, maka perlu penataan terhadap desa adat ini oleh unsur pemerintah, unsur pemerintah daerah provinsi, unsur pemerintah kabupaten/
kota, penataan desa adat ini telah diatur pada Pasal 101 Undang
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang menyatakan bahwa;
1. Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat melakukan penataan Desa Adat.
2. Penataan Desa Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
3. Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai lampiran peta batas wilayah.
Berdasarkan ketentuan pada pasal tersebut di atas, maka ter
kait dengan penataan terhadap desa adat dapat dinyatakan hal
hal sebagai berikut;
– Unsur pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerin
tah daerah kabupaten/kota dapat melakukan penata an desa adat sesuai dengan peraturan perundangundangan.
– Teknis dan prosedur dari proses penataan desa adat oleh unsur pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan peme
rintah daerah kabupaten/kota diatur dan ditetapkan dalam suatu Peraturan Daerah masingmasing.
– Terkait dengan Peraturan Daerah tentang pengaturan pe
nataan terhadap desa adat oleh unsur pemerintah, pemerin
tah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota harus disertai dengan lampiran peta batas wilayah.
Peraturan daerah terkait dengan penataan desa tersebut per
lu berpedoman pada ketentuan terkait dengan peraturan daerah
penataan desa adat, seperti yang diatur pada Pasal 102 Undang
Undang Nomor 6 Tahun 2014, yang berbunyi sebagai berikut;
“Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (2) berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17.”