• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biografi Mahmud Yunus 1. Latar Belakang Keluarga

ﺌْﻓَ ْﻷﺍ

A. Biografi Mahmud Yunus 1. Latar Belakang Keluarga

49 BAB III

BIOGRAFI DAN PROFIL KITAB TAFSIR AL-QUR`AN AL-KARIM

A. Biografi Mahmud Yunus

50

(Masjid). Pada waktu itu, jabatan Imam Negeri diberikan secara adat oleh anak Nagari kepada salah seorang warganya yang pantas menduduki jabatan itu atas dasar ilmu agama yang dimilikinya.4

Di samping itu Mahmud Yunus di tengah masyarakat juga dikenal sebagai seorang yang jujur dan tulus. Ibunya seorang yang buta huruf, karena tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah, apalagi pada waktu itu di desanya belum ada sekolah desa. Tetepi, ia dibesarkan dilingkungan yang Islami. Kakek Hafsah adalah seorang ulama yang cukup terkenal, bernama Syekh Muhammad Ali yang banyak dikenal masyarakat waktu itu. Ayah Hafsah bernama Doyan bin Muhammad Ali, bergelar Angku Kolok.5

Pekerjaan Hafsah sehari-hari adalah bertenun, ia mempunyai keahlian menenun kain songket atau selendang yang dihiasi benang emas, yaitu kain tradisional Minangkabau yang dipakai pada upacara- upacara adat. Saudara Hafsah bernama Ibrahim, seorang pedagang kaya di Sangkar. Kekayaan Ibrahim ini sangat menopang kelanjutan pendidikan Mahmud Yunus, terutama pada waktu ia belajar di Mesir.

Ibrahim sangat memperthatikan bakat serta kecenderungan yang dimiliki oleh keponakannya ini. Dialah yang mendorong Mahmud Yunus untuk melanjutkan belajarnya ke luar negeri dengan disertai dukungan dana untuk keperluan itu. Hal ini memberikan gambaran tentang bagaimana tanggung jawab seorang mamak (saudara lelaki dari ibu) terhadap keponakannya yang berada di Minangkabau pada waktu itu. Sebagai pepatah berbunyi: “Anak dipangku, kemenakan dipangku”. Suatu kelaziman yang berlaku sepenuhnya pada waktu itu.

4Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Ciputat: CV. Sejahtera Kita, 2013), cet.

Ke-2, h. 59

5Khadher Ahmad, dkk., “Ketokohan Mahmud Yunus Dalam Bidang Tafsir Al- Qur`an: Kajian Terhadap Kitab Tafsir Al-Qur`an Al-Karim”, dalam The 2 Annual Internasional Qur`anic Conference, 2012, h. 198

Tanggung jawab mamak terhadap keponakan bukanlah didasarkan atas ketidak mampuan seorang ayah, tetapi karena sistem adat di mana saudara lelaki ibu harus membimbing anak saudara perempuannya, termasuk membantu biaya.6

Ibrahim mempunyai seorang anak yang setelah dewasa bergelar Datuk Sati sebaya dengan Mahmud Yunus. Dia sangat ahli dalam bidang adat. Sedangkan Mahmud Yunus kurang menonjol pengetahuannya dalam adat Minangkabau. Ibrahim menginginkan arahan yang berbagi antara anak dan keponakan, karena anaknya sangat menggemari untuk belajar pada ahli-ahli adat, sehingga ia menguasai adat ini dengan baik. Dilain pihak, melihat perkembangan Mahmud Yunus dari kecil, ternyata lebih condong mempelajari agama, maka Ibrahim pun menyokong kecenderungan ini. Bahkan, ia tak berkeberatan menanggung semua biaya yang diperlukan untuk keperluan itu, hingga mahmud Yunus dapat melanjutkan pelajarannya ke tingkat yang lebih tinggi.7

Dukungan ekonomi dari sang mamak dengan disertai dorongan dari orang tuanya, maka Mahmud Yunus sejak kecil hingga remaja hanya disibukkan dengan kegiatan untuk belajar dengan baik tanpa harus memikirkan ekonomi keluarga dalam membantu orang tuanya mencari nafkah, ke sawah atau keladang. Mahmud Yunus dan adiknya Hindun selagi masih kecil ditinggalkan oleh ayahnya. Karena itu juga, beban ekonomi lebih lebih banyak ditanggung oleh mamaknya, Ibrahim.8

6Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 60

7Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 60

8Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang Selatan: PT Mazhab Ciputat, 2013), h. 61

52

2. Pendidikan Mahmud Yunus

Mahmud Yunus kecil berkembang dalam lingkungan ibu dari kalangan pemimpin agama dan bukan kalangan “sekuler”. Sehingga dapat dipahami pilihan pendidikan Mahmud Yunus tidak masuk ke sekolah Belanda seperti HIS9, MULO10, AMS11 atau tidak melanjutkan sekolah tinggi di Amsterdam Belanda.12

Sebagai anak yang hidup dalam keluarga agamis, sejak kecil Mahmud Yunus sudah memperlihatkan minat dan kecenderungan yang kuat untuk memperdalam ilmu agama Islam. Dan dikenal sangat kuat hafalannya. Pada tahun 1906 ketika umur 7 tahun ia belajar membaca Al-Qur`an dibawah bimbingan kakeknya, M. Thahir yang yang dikenal dengan nama Engku Gadang. 13 Mahmmud Yunus belajar bersama anak perempuan kakeknya bernama Jamah. Mahmud Yunus belajar dari dasar mengenal huruf-huruf Al-Qur`an, ia sangat tekun belajar di malam hari dan selesai melaksanakan shalat subuh, pada siang hari ia pun ikut bermain dengan teman-teman seusianya.14 Setelah selesai belajar menghafal Al-Qur`an, Mahmud Yunus langsung membantu kakeknya mengajarkan Al-Quran sebagai guru bantu, sambil ia mempelajari dasar-dasar tata bahasa Arab dengan kakeknya.

Mahmud Yunus diberikan pemahaman oleh kakeknya sekaligus sebagai guru mengajinya bahwa pelajaran yang sangat penting dipelajari adalah membaca dan mamahami Al-Qur`an serta

9Hollands inlandsche school

10Meer uitgebreid lager onderwijs

11Algemene middelbare school

12Hawib Hamzah, “Pemikiran Mahmud Yunus dalam Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”, h. 126

13Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 61

14Edi Iskandar, “Mengenal Sosok Mahmud Yunus dan Pemikirannya Tentang Pendidikan Islam”, dalam Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 3. No. 1 Januari-Juni 2017, h. 30- 31

mempelajari cara shalat secara sempurna, dan bagaimana tuntunan melaksanakan ibadah puasa. Pada masa itu orang kampung masih percaya depada khurafat dan dongeng-dongeng. Misalnya hari Rabu yang akhir bulan di bulan Safar dikatakan hari naas.15

Selain pendidikan dasar agama, Mahmud Yunus juga sempat masuk sekolah dasar rakyat. Pada saat itu, pemerintah kolonial Belanda memang sedang menggalakkan pendidikan dasar.16 Pada tahun 1908, penduduk Sungayang mendirikan sekolah desa di dekat sekolah masjid, suatu bentuk pendidikan dasar yang disediakan untuk masyarakat pedesaan. Dengan dibukanya sekolah desa oleh masyarakat Sungayang, Mahmud Yunus pun tertarik untuk memasuki sekolah ini. Ia kemudian meminta restu ibunya untuk belajar ke sekolah desa tersebut.17 Dia mengikuti pelajaran di sekolah desa pada siang hari, tanpa meninggalkan tugas-tugasnya mengajar Al-Qur`an pada malam hari. Rutinitas seperti ini dijalani oleh Mahmud Yunus dengan tekun dan penuh prestasi. Tahun pertama sekolah desa diselesaikannya hanya dalam masa 4 bulan, karena ia memperoleh penghargaan untuk dinaikan ke kelas berikutnya.18

15 Merupakan kepercayaan masyarakat kampung yang sudah mendarah daging, mereka percaya bala dan bencana akan turun ke kota-kota, sebab itu dianjurkan supaya orang pergi keluar kota menghindari bahaya. Kalau tidak keluar kota hendaklah diminum tangkalnya, yaitu: ditulis do'a tolak bala di atas piring dengan tinta, kemudian dibasuh dengan air yang bersih, lalu diminum bersama-sama, Insya Allah terhindar dari bala, Mahmud Yunus pun melakukan hal yang demikian. Ada juga yang menuliskan ayat-ayat al- Qur'an di daun kelapa untuk tangkal pianggang di tengah sawah.

16 Pemerintah kolonial Belanda bukan semata-mata menjajah dalam bidang ekonomi dan agama saja, tapi juga dalam lembaga pendidikan. Utuk membangun pembelajaran agama yang dipelopori umat Islam melalui pondok pesantren, pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah dasar dengan berbagai kebijakan polotik pendidikan yang menskriditkan lembaga pendidikan Islam.

17Hawib Hamzah, “Pemikiran Mahmud Yunus dalam Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”, h. 126

18Asmi Yuni, “Pemikiran Mahmud Yunus Tentang Pendidikan,” Skripsi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, 2011, h. 35. Tidak diterbitkan (t.d)

54

Di kelas tiga Mahmud Yunus menjadi siswa terbaik bahkan ia dinaikkan ke kelas empat. Mahmud Yunus merasa bosan belajar di sekolah desa, karena pelajaran sebelumnya sering diulang-ulang. Pada saat bosan itu, ia mendengar kabar bahwa H.M Thalib Umar membuka madrasah19 (sekolah agama) di surau Tanjung pau sunga yang dengan nama Madras Scool (Sekolah Surau).20

Mahmud Yunus membagi waktu belajarnya dari jam 09:00 pagi hingga 12:00 siang di Madras Scool. Sedang malam harinya mengajar di surau kakeknya, sebagai guru bantu mengajar Al-Qur`an.

Pada tahun 1911, karena keinginan untuk mempelajari ilmu-ilmu agama secara lebih mendalam, ia kemudian menggunakan waktu sepenu hnya, siang dan malam belajar dengan tekun bersama H.M Thalib Umar, ulama pemaharu ini, hingga ia menguasai ilmu-ilmu agama dengan baik.21 Ilmu-ilmu yang dipelajari dari H.M Thalib Umar adalah Iqna‟, Fath Al-Wahhab, Fath Al-Mu‟in, nahwu/sharaf Alfiyah Ibn Aqil, Asyumi dan Taftazani; tentang tauhid Kitab Umm al- Barahin; balaghah kitab Al-Jauhar Al-Maknun, Talkhish; Ushul Fiqh Kitab Jami‟ Al-Jawami‟; tasawuf kitab Ihya‟ Ulum Al-Din dan Manhaj Al-Abidin. Karena wataknya yang tekun dan rajin, pada tahun 1925 dalam usia 16 tahun Mahmud Yunus dipercaya oleh gurunya ini untuk mengajarkan kitab-kitab yang cukup berat (Al-Maballi, Alfiyah Ibn Aqil dan Jami‟ Al-Jawami) untuk ukuran saat itu.22 Karena itu

19 Historis madrasah sejak mulai dikenal di masyarakat Islam Indonesia telah menjadikan lembaga pendidikan ini tumbuh dengan karakteristik yang membedakan dirinya dengan sekolah. Motivasi utama pembentukan madrasah lebih diwarnai oleh kebutuhan memenuhi kewajiban menuntut ilmu khususnya agama bagi generasi penerus dari pada oleh kebetuhan menyiapkan tenaga terampil pada bidang-bidang kerja tertentu.

20Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 63

21Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 63

22Hawib Hamzah, “Pemikiran Mahmud Yunus dalam Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”, h. 127

pula kemudian, Mahmud Yunus langsung ditugaskan untuk menggantikan gurunya memimpin Madras Scool.

Kepercayaan dan harapan H.M Thalib Umar terhadap muridnya yang brilian ini cukup besar. Pernyataan ini tidak berlebihan, sebab H.M Thalib Umar pernah mengutus Mahmud Yunus mewakili dirinya dalam pertemuan akbar yang diikuti oleh alim ulma seluruh Minangkabau. Rapat akbar itu membicarakan tentang keinginan untuk mendirikan persatuan Guru Agama Islam (PGAI). Hal ini merupakan indikator, bahwa Mahmud Yunus dapat duduk bersama membicarakan kepentingan-kepentingan umat Islam ditengah para intelektual Islam senior waktu itu.23

Pada tahun 1917, tepat pada usia 19 tahun, Mahmud Yunus mulai mengajar di Madrasah School karena gurunya H.M. Thalib Umar sakit dan berhenti mengajar. Sejak 1918-1923, tugas mengajar itu bahkan sepenuhnya diambil alih Mahmud Yunus. Dalam mengajar, ia tidak hanya mengajarkan kitab-kitab yang dipelajari dari gurunya, melainkan kitab-kitab baru yang diterima dari Mesir seperti Bidayat Al-Mujtahid, Husnul Al-Makmul, dan Irsyad Al-Fuhul. Pada tahun 1917, Mahmud Yunus sendiri memang sudah membaca tafsir Al-Qur`an melalui majalah Al-Manar. Selanjutnya pada 4 oktober 1918, Mahmud Yunus melaksanakan sistem klasikal di Madrasah School. Meskipun demikian, Mahmud Yunus masih meneruskan sistem halaqah untuk pelajaran-pelajaran dewasa.24

23Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 63-64

24Hawib Hamzah, “Pemikiran Mahmud Yunus dalam Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”, h. 127

56

Dalam pengajaran malam, Mahmud Yunus mengembangkan keaktifan murid. Ia bertindak sebagai fasilitator.25 Murid-murid dikumpulkan dalam kelas besar, kemudian mereka ditanya, siapa yang akan membaca teks bahasa arab pelajaran baru. Selanjutnya, murid- murid yang lain diminta untuk menyimak. Setelah itu, ia meminta murid lain untuk menerjemahkannya. Ia juga meminta murid lain melaksanakannya. Kalau penjelasannya dirasa kurang barulah ia sendiri yang menambahkannya. Melalui cara ini, murid-murid tidak pasif. Salain itu murid-murid yang belajar selama kurang lebih 5-6 tahun akan mampu menggantikan gurunya. Berbeda dengan pesantren-pesantren di Jawa, Mahmud Yunus tidak berusaha mengabil jarak dengan muridnya26.

Selain kompetisi Mahmud Yunus sebagaimana digambarkan di atas, tahun 1918 Mahmud Yunus menghidupkan kembali Madras Scool yang mati sepeninggal Syekh M. Thalib Umar dengan nama baru, Diniyah Scool. Kegiatan ini dilakukan di tengah maraknya perbincangan tentang perlunya pembaruan sistem pendidikan. Oleh karena itu, sejak tahun 1918-1923 merupakan masa-masa sibuk Mahmud Yunus dalam mentransfer menginternalisasikan ilmu pengetahuannya di Diniyah Scool. Mahmud Yunus menggambarkan sebagai berikut: “Pada saat menjadi guru di Madrasah Scool ini, di Minangkabau sedang tumbuh gerakan pembaruan Islam yag dibawa oleh alumni Timur Tengah, di antaranya melalui lembaga pendidikan yang berorientasi pembaruan yang dipelopori oleh Syekh Tahir

25 Fasilitator sebuah metode untuk melakukan pendampingan dalam proses pembelajaran, baik menggunakan metode wetonan, sorogan,dan bendongan. Mahmud Yunus selaku fasilitator menunjukkan kemajuan pemikiran Mahmud Yunus dalam dunia pendidikan di wilayah yang mengantar sebagai pembaru pendidikan Islam dalam skala nasional sesuai dengan jabatan yang disandarkannya.

26 Hawib Hamzah, “Pemikiran Mahmud Yunus dalam Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia”, Dinamika Ilmu, Vol. 14. No. 1 Juni 2014, h. 127

Djalaluddin, Abdullah Ahmad, Zainuddin Labay el- Yunusy dan lain- lainnya. Saya ikut juga berkecimpung dalam gerakan pembaruan ini.27 3. Karya Tulis Mahmud Yunus

Mahmud Yunus di masa hidupnya dikenal sebagai seorang pengarang yang produktif. Aktivitasnya dalam melahirkan karya tulis tak kalah penting dari aktivitasnya dalam lapangan pendidikan.

Popularitas Mahmud Yunus lebih banyak dikenal dengan karangan- karangannya, karena buku-bukunya tersebar di setiap jenjang pendidikan khususnya di Indonesia.28

Buku-buku Mahmud Yunus menjangkau hampir setiap tingkat kecerdasan. Karangan-karangannya bervariasi mulai dari buku-buku untuk konsumsi anak-anak dan masyarakat awam dengan bahasa yang ringan, hingga merupakan literatur pada perguruan tingi. Pada perjalanan hidupnya, ia telah menghasilkan buku-buku karangannya sebanyak 82 buku.dari jumlah itu Mahmud Yunus membahas berbagai bidang Ilmu Agama Islam.29

Berikut ini di antara buku-buku karya Mahmud Yunus:

1. Bidang Pendidikan: 6 karya

a. Pengetahuan Umum dan Ilmu Mendidik

b. Metodik Khusus Pendidikan Agama, 1980, Hidakarya Agung, Jakarta

c. Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia

d. Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, 1978, Hidakarya Agung, Jakarta

e. At-Tarbiyyah wa at-Ta‟lîm

27Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, (Tangerang Selatan: PT Mazhab Ciputat, 2013), h. 64

28Asmi Yuni, “Pemikiran Mahmud Yunus Tentang Pendidikan,” h. 37

29Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 69

58

f. Pendidikan di Negara-negara Islam dan Intisari Pedidikan Barat, 1968, al-Hidayah Jakarta

2. Bidang Bahasa Arab: 15 karya

a. Pelajaran Bahasa Arab I (tidak teridentifikasi lengkap) b. Pelajaran Bahasa Arab II (tidak teridentifikasi lengkap) c. Pelajaran Bahasa Arab III (tidak teridentifikasi

lengkap)

d. Pelajaran Bahasa Arab IV (tidak terindentifikasi) e. Durûsu Al-Lughah Al-„Arabiyyah „Alâ Tharîqatî Al-

Hadîtsah I, tt. CV Al-Hidayah, Jakarta

f. Durûsu Al-Lughah Al-„Arabiyyah „Alâ Tharîqatî Al- Hadîtsah II, tt. CV Al-Hidayah, Jakarta

g. Metodik Khusus Bahasa Arab, tt, CV. Al-Hidayat h. Kamus Arab Indonesia, 1973, Yayasan Penyelenggara

Penerjemah/Pentafsir Al-Qur`an Jakarta

i. Contoh Tulisan Arab (tidak teridentifikasi lengkap) j. Muthâla‟ah wa Al-Mahfuzhât, (tidak teridentifikasi

lengkap)

k. Durûsu Al-Lughah Al-„Arabiyyah I, 1980, PT.

Hidakarya Agung Jakarta

l. Durûsu Al-Lughah Al-„Arabiyyah II, 1980, PT.

Hidakarya Agung Jakarta

m. Durûsu Al-Lughah Al-„Arabiyah III, 1981, PT.

Hidakarya Agung Jakarta

n. Muhâdatsah Al-„Arabiyyah (tidak teridentifikasi lengkap)

o. Al-Mukhtârât li Al-Muthala‟ah wa Al-Mahfuzhhat (tidak teridentifikasi lengkap)

3. Bidang Fiqh: 17 karya

a. Marilah Sembahyang I, 1979, PT Hidakarya Agung, Jakarta

b. Marilah Sembahyang II, 1979, PT Hidakarta Agung, Jakarta

c. Marilah Sembahyang III, 1979, PT. Hidakarya Agung, Jakarta

d. Marilah Sembahyang IV, 1979, PT. Hidakarya Agung, Jakarta

e. Puasa dan Zakat, 1979, PT. HIdakarya Agung, Jakarta f. Haji ke Mekkah, 1979, PT. Hidakarya Agung, Jakarta g. Hukum Warisan dalam Islam, 1974, CV. Al-Hidakarya

Agung, Jakarta

h. Hukum Perkawinan dalam Islam, 1979, PT. Hidakarya Agung, Jakarta

i. Pelajaran Sembahyang untuk Orang Dewasa, 1980, PT.

Hidakarya Agung, Jakarta

j. Manasik Haji untuk Orang Dewasa (tidal teridentifikasi lengkap)

k. Soal Jawab Hukum Islam (tidak teridentifikasi lengkap)

l. Al-Fiqhu Al-Wadhîh, juz 1, 1935, PT. Hidakarya Agung, Jakarta

m. Al-Fiqhu Al-Wadhîh, juz 2, 1935, PT. Hidakarya Agung, Jakarta

n. Al-Fiqhu Al-Wadhîh, juz 3, 1935, PT. Hidakarya Agung, Jakarta

60

o. Mabâdi‟u Fiqhu Al-Wadhîh (tidak teridentifikasi lengkap)

p. Fiqhu Al-Wadhîh An-Nawawy (tidak teridentifikasi lengkap)

q. Al-Masâilu Al-Fiqhiyyah „Ala Mazâhibu Al-Arba‟ah (tidak teridentifikasi lengkap)

4. Bidang Tasir: 15 karya

a. Tafsir Al-Qur`an Al-Karim (30 juz), (tidak teridentifikasi lengkap)

b. Tafsi Al-Fatihah, 1971, Sa‟adiyah Putra, Padang Panjang – Jakarta

c. Tafsir Ayat Akhlak, 1975, CV. Al-Hidayah, Jakarta d. Juz „Amma dan Terjemahnya, 1978, PT. Hidakarya

Agung, Jakarta

e. Tafsir Al-Qur`an Juz 1-10 (tidak teridentifikasi lengkap)

f. Pelajaran Huruf Al-Qur`an 1973 (tidak teridentifikasi lengkap)

g. Kesimpulan Isi Al-Qur`an

h. Alif Ba Ta wa Juz „Amma (tidak teridentifikasi lengkap)

i. Muhâdharât Al-Israiliyyât fi At-Tafsir wa Al-Hadîts (tidak teridentifikasi lengkap)

j. Tafsir Al-Qur`an Karim Juz 11-20 (tidak teridentifikasi lengkap)

k. Tafsir Al-Qur`an Karim Juz 21-30 (tidak teridentifikasi lengkap)

l. Kamus Al-Qur`an I (tidak teridentifikasi lengkap)

m. Kamus Al-Qur`an II (tidak teridentifikasi lengkap) n. Kamus Al-Qur`an (juz 1-30), 1978, PT. Hidakarya

Agung, Jakarta

o. Surat Yasin dan terjemahannya (Arab Melayu), 1977, (tidak teridentifikasi lengkap)

5. Bidang Akhlak: 9 karya

a. Keimanan dan Akhlak I, 1979, (tidak teridentifikasi lengkap)

b. Keimanan dan Akhlak II, 1979, (tidak teridentifikasi lengkap)

c. Keimanan dan Akhlak III, 1979, (tidak teridentifikasi lengkap)

d. Keimanan dan Akhlak IV, 1979, (tidak teridentifikasi lengkap)

e. Beriman dan Berbudi Pekerti, 1981, PT. Hidakarya Agung, Jakarta

f. Lagu-lagu Baru Pendidikan Agama/Akhlak (tidak teridentifikasi lengkap)

g. Akhlak Bahasa Indonesia (tidak teridentifikasi lengkap)

h. Moral Pembaruan dalam Islam (tidak teridentifikasi lengkap)

i. Akhlak, 1978, (tidak teridentifikasi lengkap) 6. Bidang Sejarah: 5 karya

a. Sejarah pendidikan Islam (tidak teridentifikasi lengkap)

b. Sejarah pendidikan Islam di Indonesia, 1979, Mutiara, Jakarta

62

c. Tarîkh Al-Fiqhu Al-Islami (tidak teridentifikasi lengkap)

d. Sejarah Islam Minangkabau, 1971, (tidak teridentifikasi lengkap)

e. Tarîkh Al-Islam, tt, PT. Hidakarya Agung, Jakarta 7. Bidang Perbandingan Agama: 2 karya

a. Ilmu Perbandingan Agama, 1978, PT. Hidakarya Agung, Jakarta

b. Al-Adyân, (tidak teridentifikasi lengkap) 8. Bidang Dakwah: 1 karya

Pedoman Dakwah Islamiyyah, 1980, PT. Hidakarya Agung, Jakarta

9. Bidang Ushul Fiqh: 1 karya

Muzâkarât Ushulu Al-Fiqh (tidak teridentifikasi lengkap) 10. Bidang Tuhid: 1 karya

Durûsu At-Tauhid (tidak teridentifikasi lengkap) 11. Bidang Ilmu Jiwa: 1 karya

Ilmu An-Nafs (tidak teridentifikasi lengkap) 12. Lain-lain: 9 karya

a. Beberapa Kisah Nabi dan Khalifahnya, 1980, PT.

Hidakarya Agung, Jakarta

b. Pemimpin Pelajaran Agama I, tt. CV. Al-Hidayah, Jakarta

c. Pemimpin Pelajaran Agama II, tt. CV. Al-Hidayah, Jakarta

d. Pemimpin Pelajaran Agama IV, tt. CV. Al-Hidayah, Jakarta

e. Kumpulan Do‟a, 1976, CV. Al-Hidayah, Jakarta

f. Marilah ke Al-Qur`an, 1971, CV. Al-Hidayah, Jakarta g. Asy-Syuhuru Al-„Arabiyyah fi Bilâdi Al-Islamiyyah

(tidak teridentifikasi lengkap)

h. Khulâshah Tarîkh Al-Ustadz Muhamud Yunus (tidak teridentifikasi lengkap)30