• Tidak ada hasil yang ditemukan

ﺌْﻓَ ْﻷﺍ

E. Pendidikan Karakter

41

mampu menjadi khalifah di muka bumi apabila dilandasi pengabdian kepada Allah Swt.

Tujuan pendidikan dalam Islam juga tidak terlepas dari tiga hal di atas. Dengan kata lain, pendidikan diselenggarakan dengan maksud menyiapkan setiap peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah, mampu menjadi khalifah Allah di muka bumi sesuai petunjuk-petunjuk-Nya, dan mampu mengelola kekayaan alam yang terbentang luas di jagad raya. Jika hal ini bisa dicapai, maka peserta didik akan bisa meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.48

ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola pemikiran.50

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.

Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek teori pengetahuan.

Perasaan, dan tindakan.51

Dalam kacamata Islam, secara historis pendidikan katakter merupakan misi Nabi Muhammad Saw. sejak awal tugasnya memiliki sesuatu pernyataan yang unik, bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan karakter (akhlak). Manifesto Muhammad Saw. ini mengindikasikan bahwa pembentukan karakter merupakan kebutuhan utama bagi tumbuhnya cara beragama yang dapat menciptakan peradaban. Pada sisi lain, juga menunjukkan bahwa masing-masing manusia telah memiliki karakter tertentu, namun belum disempurnakan.52

Pendidikan karakter yang berbasis Al-Qur`an dan As-Sunnah, gabungan antara keduanya yaitu menanamkan karakter tertentu sekaligus memberi benih agar peserta didik mempu menumbuhkan karakter khasnya pada saat menjalani kehidupannya. Hanya menjalani sejumlah gagasan atau model karakter saja tidak akan membuat peserta didik menjadi manusia kreatif yang tahu bagaimana

50Ilvuatun Navisah, “Pendidikan Karaker Dalam Keluarga (Studi kasus Orang Tua Siswa Sekolah Dasar Brawijaya Smart School Malang), Tesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2016, h. 18. Tidak diterbitka (t.d)

51Ilvuatun Navisah, “Pendidikan Karaker Dalam Keluarga, h. 19

52Bambang Q-Anees dan Hambali, “Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur`an”, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 100

43

menghadapi perubahan zaman, sebaliknya memberikan sedari awal agar peserta didik mengembangkan nilai pada dirinya tidak akan berhasil mengingat peserta didik tidak sedari awal menyadari kebaikan53

Hadis Nabi yang berkaitan dengan konsep pendidikan karakter adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhârî, Muslim dan Ahmad sebagai berikut:

“Usman bin Zaid ra. berkata: saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Akan dihadapkan orang yang berilmu pada hari kiamat, lalu keluarlah semua isi perutnya, lalu ia berputar-putar dengannya, sebagimana himar yang berputar-putar mengelilingi tempat tambatannya. Lalu penghuni neraka disuruh mengelilingi secara bertanya:

Apakah yang menimpamu? Dia menjawab: Saya pernah menyuruh orang pada kebaikan, tetapi saya sendiri tidak mengerjakaknnya, dan saya mencegah orang dari kejahatan, tetapi saya sendiri yang mengerjakannya”.

Dalam hadis riwayat di atas menguraikan bahwa pembentukan karakter yang didasari keteladanan akan menuai kebaikan pada dirinya sendiri dan orang lain. Dengan bukti adanya siksa Allah Swt. bagi orang yang hanya memerintahkan suatu kebaikan namun ia tidak turut menjalankannya. Oleh karenanya, pengaruh keluarga sebagai tempat pendidikan pertama bagi sang anak harus berupa orang-orang yang baik pula.54 Beberapa

53Abdul Fattah, “Konsep Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Hadis”, dalam Jurnal Tarbawi Vol. 1 No 2 ISSN 2527-40882, h. 116

54Abdul Fattah, “Konsep Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Hadis”, h. 118

pandangan dari para ilmuan dari Barat menyoroti masalah pendidikan dikenal adanya tiga teori:

1) Teori Nativisme

Terori ini mengemukakan bahwa manusia yang dilahirkan telah memiliki bakat-bakat dan bawaan baik karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun karena ditakdirkan demikian. Penganut teori ini mengatakan bahwa lingkukangan sekitar manusia tidak akan memberi pengaruh apa-apa dalam perkembangan manusia, jika manusia membawa potensi jahat maka dalam perkembangannya ia akan menjadi jahat dan begitu juga sebaliknya, jika manusia sejak lahir membawa potensi baik, maka perkembangan hidup selanjutnya akan menjadi baik pula.

2) Teori Empirisme (Lingkungan)

Teori ini mengemukakan bahwa anak yang lahir itu itu laksana kertas putih bersih atau semacam tabularasa (meja lilin), di mana kertas dapat ditulisi dengan tinta macam warna apa saja.

Dalam pespektif pendidikan teori ini mengagap bahwa pendidik sangat memegang peranan yang sangant penting terhadap peserta didik, sebab pendidik akan menyediakan lingkungan semaksimal mungkin sesuai dengan yang dikehendaki oleh peserta didik. Lingkungan pendidikan ini kemudian disajikan dan dikondisikan oleh pendidik kepada pesera didik sebagai pengalaman-

45

pengalaman dalam kehidupannya dan selamjutnya memulai pengalaman-pengalaman tersebut akan membentuk pengetahuan, sikap dan tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.

3) Teori Konvergensi

Teori ini mengatakan bahwa manusia lahir di dunia ini telah membawa bakat. Bakat itu tidak akan berfungsi jika tidak dikembangkan oleh lingkungan sekelilingnya. Jadi, pembawaan dan lingkungan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan mendukung, tetapi bila bakat itu ada maka pribadi manusia sulit untuk bisa berkembang dan sebaliknya, bila bakat itu ada tetapi lingkungan tidak mendukung juga sulit untuk berkembang.

Lingkungan manusia yang paling awal dan utama dalam membentuk dan mempengaruhi perkembangan manusia sejak lahir adalah lingkungan keluarga. Anak manusia akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang memiliki sifat dan karakter seperti kaum Yahudi, Nasrani atau Majusi, sangat tergantung dari didikan dalam keluarga teruma yang diberikan oleh kedua orang tua.55 F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan di sekolah dan masyarakat adalah faktor yang saling mempenggaruhi. Keduanya mempunyai timbal balik yang tidak dapat dipisahkan. Seorang anak didik setelah mendapatkan pendidikan di keluarga akan segera lanjut untuk mencari sekolah. Dalam lingkungan yang baru peserta didik

55Abdul Fattah, “Konsep Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Hadis”, h. 119

diberi berbagai macam ilmu pengatahuan yang berguna bagi dirinya maupun orang lain. Setelah itu mereka akan beranjak ke lingkungan berikutnya, yaitu masyarakat disinilah sebagai tempat pengaplikasian ilmu yang telah didapat ketika melakukan pendidikan di sekolah.

Terkadang seorang anak didik tidak bisa diterima oleh masyarakat karena pendidikan yang diberikan oleh sekolah tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga peserta didik tersebut hanya bisa menjadi penonton tanpa terlibat secara langsung dalam masyarakat. Tetapi ketika pendidikan yang diterima di sekolah tepat sebagaimana yang dibutuhkan dalam masyarakat, maka akan bermanfaat dalam masyarakat. Faktor pendidikan dan hubungan timbal balik pendidikan (formal) berperan penting dalam mencetak generasi yang siap terjun ke tengah masyarakat. Sebagian masyarakat mengangap bahwa pendidikan mahal dan hanya menghabiskan uang.

Disinilah perlunya pendekatan dari pihak sekolah untuk mensosialisasikan pentingnya pendidikan bagi anak-anak.

Perencanaan pendidikan yang baik akan menghasilkan output yang berkualitas.56

Dilihat diri penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan mupunyai pengaruh besar terhadap pendidikan. Menurut Hasbullah (2001) faktor yang mempengaruhi pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Ideologi

Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan.

56Endang Hangestiningsih danHeri Maria zulfati, dkk, “Diktata Pengantar Ilmu Pendidikan”, Diktat, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, 2015, h. 26

47

b. Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

c. Sosial Budaya

Semakin banyak orang tua yang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya.

d. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Perkembangan Iptek meuntuk untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan agar tidak kalah dengan negara maju.

e. Psikologi

Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangakan kepribadian individu agar lebih bernilai.57

57Endang Hangestiningsih, Heri Maria zulfati, dkk, “Diktata Pengantar Ilmu Pendidikan”, Diktat, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, 2015, h. 30

49 BAB III

BIOGRAFI DAN PROFIL KITAB TAFSIR AL-QUR`AN AL-KARIM

A. Biografi Mahmud Yunus