• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Guru dan Peserta Didik

BAB V IMPLIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK

B. Eksistensi Guru dan Peserta Didik

a) Team Teaching

Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team; satu topik pembelajaran dilakukan oleh lebih dari seorang guru. Setiap guru memiliki tugas masing-masing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan. Kelebihan sistem ini antara lain adalah: (1) pencapaian KD pada setiap topik efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa yang ahli dalam berbagai bidang ilmu, (2) pengalaman dan pemahaman peserta didik lebih kaya daripada dilakukan oleh seorang guru karena dalam satu tim dapat mengungkapkan berbagai konsep dan

36 ~ Dr. Ahmad Sulhan, S. Ag., M. Pd. I, Ahmad Khalakul Khairi, M. Ag

pengalaman, dan (3) peserta didik akan lebih cepat memahami materi ajar karena diKIusi akan berjalan dengan narasumber dari berbagai disiplin ilmu.

Kelemahan dari sistem ini antara lain adalah jika tidak ada koordinasi, maka setiap guru dalam tim akan saling mengandalkan sehingga pencapaian KD tidak akan terpenuhi.

Selanjutnya, jika kurang persiapan, penampilan di kelas akan tersendat-sendat karena KIenario tidak berjalan dengan semestinya, sehingga para guru tidak tahu apa yang akan dilakukan di dalam kelas

Untuk mengatasi kelemahan maka diperlukan beberapa langkah seperti berikut.

1) Dilakukan penelaahan untuk memastikan berapa KD dan KI yang harus Dicapai dalam satu tema/

topik pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan berapa guru bidang studi Agama Islam yang dapat dilibatkan dalam pembelajaran pada tema tersebut

2) Disusun KIenario pembelajaran dengan melibatkan semua guru yang Telibat untuk membahas tema/

topik yang telah ditentukan, sehingga setiap anggota memahami apa yang harus dikerjakan dalam pembelajaran tersebut.

3) Setiap guru bertanggung jawab atas tercapainya KD yang termasuk dalam KI yang ia mampu, seperti misalnya KI-3 oleh guru dengan latar belakang biologi, KI-4 oleh guru dengan latar belakang fisika, dan seterusnya.

4) Sebaiknya dilakukan simulasi terlebih dahulu jika pembelajaran dengan Sistem ini merupakan hal

yang baru, sehingga tidak terjadi kecanggungan di dalam kelas.

5) Evaluasi dan remedial menjadi tanggung jawab masing-masing guru

b) Guru Tunggal

Pembelajaran berbagai mata pelajarn di sekolah berbagai mata pelajaran di sekolah contohnya dalam pembelajaran Agama Islam dengan seorang guru merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal ini disebabkan: (1) sutu bidang ilmu merupakaan satu bidang mata pelajaran, (2) guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan tema/topik yang ia kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru yang lain, dan (3) oleh karena tanggung jawab dipikul oleh seorang diri, maka potensi untuk saling mengandalkan tidak akan muncul.

Terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran tematik yang dilakukan oleh guru tunggal, yakni: (1) oleh karena mata pelajaran terpadu merupakan hal yang baru, sedangkan guru-guru yang tersedia merupakan guru bidang studi sehingga sangat sulit untuk melakukan penggabungan terhadap berbagai bidang studi tersebut, (2) seorang guru bidang studi fisika tidak menguasai secara mendalam tentang kimia dan biologi sehingga dalam pembelajaran terpadu akan didominasi oleh bidang studi biologi, serta (3) jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.

38 ~ Dr. Ahmad Sulhan, S. Ag., M. Pd. I, Ahmad Khalakul Khairi, M. Ag

2. Wawasan peserta didik

Dilihat dari aspek peserta didik, pembelajaran tematik memiliki peluang untuk pegembangan kreatifitas akademik.

Hal ini disebabkan model ini menekankan pada kemampuan analitik terhadap konsep-konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan asosiasi konsep dan aplikasi konsep, kemampuan asosiatif, serta kempuan eksploratif dan elaboratif.

Selain itu model pembelajaran tematik dapat mempermudah dan memotifasipesra didik untuk mengenal, menerima, menyerap dan memahamiketerkaitan antar konsep, pengetahuan, nilai, atau tindakan yang terdapat dalam Indikator dan Kompetensi Dasar.

BAB VI

KEBUTUHAN BAHAN AJAR DAN SARANA PRASARANA

A. Bahan Ajar

Bahan ajar memiliki paran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran tematik. Oleh karena pembelajaran tematik pada dasarnya merupakan perpaduan dari barbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu alam maka dalam pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensip dibandingkan dengan pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran, diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah standar kmpetensi yang merupakan jumlah bidang kajian yang tercakup di dalamnya lingkungan alam dan lingkungan sehari-hari.

Sumber belajar utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran tematik dapat berbentuk teks tertulis seperti buku, majalah, brosur, surat kabar, poster dan informasi lepas, atau berupa lingkungan sekitar. Seorang guru yang akan menyusun materi perlu mengumpulkan dan mempersiapkan bahan kepusakaan atau rujukan (buku dan pedoman yang berkaitan dan sesuai) untuk menyusun dan mengembangkan silabus. Pencarian informasi ini, sebenarnya dapat pula memanfaatkan perangkat teknologi informasi mutakhir seperti media dan internet.

40 ~ Dr. Ahmad Sulhan, S. Ag., M. Pd. I, Ahmad Khalakul Khairi, M. Ag

Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik tergantung pada wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan tingkat kreatifitasnya dalam mengelola bahan ajar semakin lengkap bahan yang terkumpulkan dan makin luas wawasan dan pemahaman guru terhadap materi tersebut maka berkecenderungan semakin baik pembelajaran yang dilaksanakan.

Bahan yang sudah terkumpul selanjutnya dipindah, dikelompokkan, dan disusun kedalam Indikator dari Kopetensi Dasar. Setelah bahan-bahan yang diperlukan terkumpul secara memadai, seorang guru selanjutnya perlu mempelajari secara cermat dan memperdalam tentang isi bahan ajar yang berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya.

B. Implikasi terhadap Pengaturan tempat belajar

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik, perlu dilakukan pengaturan ruang kelas agar terjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).

Pengaturan ruang kelas tersebut meliputi pengaturan meja, kursi, lemari, perabotan kelas, alat, media, atau sumber belajar lainnya yang ada di kelas, diatur dengan fleksibel atau mudah diubah-ubah disesuaikan dengan tuntutan strategi pembelajaran yang akan digunakan.

C. Implikasi terhadap Pemilihan bentuk kegiatan

Agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan tidak menjenuhkan, maka perlu dilakukan variasi pembelajaran yang berkaitan dengan gaya mengajar guru (teaching style), penggunaan alat dan media pembelajaran, dan pola interaksi pembelajaran, guru perlu juga menggunakan berbagai bentuk kegiatan misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, dan bercakap-cakap.

D. Implikasi terhadap Pemberian respon/ penguatan Pemberian penguatan perlu dilakukan untuk memberikan respons terhadap perilaku atau perbuatan peserta didik yang dianggap positif agar perilaku tersebut dapat berulang kembali atau meningkat. Pemberian penguatan ini dapat dilakukan dalam bentuk verbal dan non-verbal. Penguatan verbal berupa kata-kata atau kalimat pujian, dukungan, pengakuan, atau dorongan. Bentuk penguatan non-verbal ditunjukkan dengan cara-cara seperti: raut wajah atau mimik muka, gerakan atau isyarat badan (gestural reinforcement), gerak mendekati peserta didik (proximity reinforcement), sentuhan (contact reinforcement), kegiatan yang menyenangkan, simbol atau tanda (token reinforcement), dan penguatan dengan benda/barang.

E. Sarana, Prasarana, Sumber Belajar dan Media

Dlam pembelajaran tematik diperlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang pada dasarnya relaif sama dengan pembelajaaran yang lainnya, hanya saja dia memiliki kekhasan ersendiri. Dalam pembelajaran tematik, guru harus memilih jeli media yang akan digunakan, dalam hal ini media tersebut harus memiliki kegunaan yang dapat dimamfaatkan dalam berbagai bidang studi yng tekait dan tentu saja terpadu. Karena digunakan untuk pembelajaran konsep yang dirreekakan oleh tema, maka penggunaan sarana pembelajaran dapat lebih efisien jika dibandingkan dnegan pemisahan bidang kajian.

Namun demikian dalam pembelajaran ini tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan cara yang relatif lebih banyak dengan pembelajaran yang monolitik. Hal ini disebabkan untuk memberikan pengalaman yang terpadu, peserta didik harus diberikan ilustrasi dan demonstrasi

42 ~ Dr. Ahmad Sulhan, S. Ag., M. Pd. I, Ahmad Khalakul Khairi, M. Ag

yang komprehensif untuk satu topik tertentu guru dalam pembelajaran ini diharapkan dapat mengoptimalkan sarana yang tersedia untuk mencapai ujuan pembelajaran tematik.

Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization). Agar berbagai sumber belajar ini dapat dikelola dengan baik, masing-masing sekolah atau rayon sekolah, dapat mendirikan suatu pusat sumber belajar (learning resources center) yang merupakan suatu tempat yang dirancang secara khusus untuk melaksanakan aktivitas terorganisir dalam mendisain, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, mengevaluasi, dan meneliti berbagai sumber yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerapan pembelajaran tematik.

Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi. Dengan menggunakan berbagai media akan membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep yang abstrak, dan media tersebut dapat digunakan dalam kegiatan belajar sebagai pengganti dari objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat, obyek yang terlalu besar atau terlalu kecil. Penggunaan media ini dapat divariasikan ke dalam penggunaan media visual, media audio, dan media audio-visual.

Media visual adalah media yang dapat dilihat, contohnya seperti gambar-gambar yang disajikan secara fotografik misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat, atau objek lainnya. Selain itu, terdapat juga media grafis yaitu media pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan tema-tema pembelajaran.

Media ini dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui penggunaan kata-kata, angka serta bentuk

simbol (lambang). Jenis media ini adalah grafik, bagan, diagram, poster, kartun, dan komik. Media visual lainnya yaitu model dan realia. Model adalah media tiga dimensi yang merupakan tiruan dari beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, objek yang terlalu jauh, objek yang terlalu kecil, objek yang terlalu mahal, objek yang jarang ditemukan, atau objek yang terlalu rumit untuk dibawa ke dalam kelas dan sulit dipelajari wujud aslinya. Jenis-jenis media model diantaranya: model padat (solid model), model penampang (cutaway model), model susun (build- up model), model kerja (working model), mock-up dan diorama.

Masing-masing jenis model tersebut ukurannya mungkin persis sama, mungkin juga lebih kecil atau lebih besar dengan objek sesungguhnya. Media realia merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran tematik yang berfungsi memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada peserta didik.

Realia ini merupakan model dan objek nyata dari suatu benda, seperti mata uang, tumbuhan, binatang, dsb.

Media audio yaitu media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk mempelajari isi tema. Penggunaan media audio dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya yang auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara divariasikan dengan media lainnya.

Media audio-visual. Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media audio-visual ini maka penyajian materi menjadi lengkap.

BAB VII

PROSEDUR PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Langkah yang dilakukan dalam menyusun pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:

A. Pemetaan Kompetensi Dasar

Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh dari semua standar kompetensi dan kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang dipadukan.

Dalam melakukan pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara yakni:

1) Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang dapat dipadukan, setelah itu melakukan penetapan tema pemersatu.

46 ~ Dr. Ahmad Sulhan, S. Ag., M. Pd. I, Ahmad Khalakul Khairi, M. Ag

2) Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema- tema pengikat keterpaduan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi kompetensi dasar dari beberapa mata pelajaran yang cocok dengan tema yang ada.

Dari kedua cara pemetaan yang dilakukan, terdapat kegiatan yang harus dilakukan yaitu menentukan tema sebagai alat/wahana pemersatu dari standar kompetensi dari setiap mata pelajaran yang dipadukan. Dalam penentuan Tema dapat ditetapkan sendiri oleh guru dan/atau bersama peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:

(a) Lingkup tema

Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau terlalu sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya lebih spesifik dan lebih kongkret. Anak tema atau subtema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu materi/isi pembelajaran. Bila digambarkan akan tampak seperti di bawah ini.

TEMA

Sebagai contoh adalah:

1) Tema ”PENGALAMAN” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) Pengalaman menyenangkan, (2) Pengalaman menyedihkan, (3) Pengalaman lucu.

2) Tema ”ALAT TRANSPORTASI” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) Alat transportasi darat, (2) Alat transportasi laut, 3) Alat transportasi udara.

3) Tema ”PERISTIWA ALAM” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) banjir, (2) gempa bumi, (3) gunung meletus, (4) tanah longsor, dsb.

(b) Menetapkan Jaringan Tema

Setelah melakukan pemetaan dapat membuat jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dengan tema pemersatu dan mengembangkan indikator pencapaian-nya untuk setiap kompetensi dasar yang terpilih. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Kompetensi dasar dan materi yang luas dan tersebar pada masing-masing mata pelajaran dapat mengakibatkan pemahaman yang parsial dan tidak terintegrasi, padahal memiliki jalinan konsep yang saling mendukung. Berikut disajikan contoh jaringan tema keterhubungan kompetensi dasar dengan tema pemersatu

”BINATANG” dalam bagan dan matriks di bawah ini.

BAHASA INDONESIA KD (diisi KD yang diambil

dari Pemetaan

MATEMATIKA KD (diisi KD yang diambil dari pemetaan)

PENGETAHUAN ALAM KD (diisi KD yang diambil

dari pemetaan INDIKATOR (dibuat oleh

KERAJINAN TANGAN DAN KESENIAN KD (diisi KD yang diambil

dari pemetaan) Tema:

BINATANG

48 ~ Dr. Ahmad Sulhan, S. Ag., M. Pd. I, Ahmad Khalakul Khairi, M. Ag

(c) Cara penentuan tema

Menurut BSNP (2006) cara untuk menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (1) mempelajari KI dan KD yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai; dan (2) menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Dalam menentukan tema yang bermakna, kita harus memperhatikan dan mempertimbangkan pemikiran konseptual, pengembangan keterampilan dan sikap, sumber belajar, hasil belajar yang terukur dan terbukti, kesinambungan tema, kebutuhan peserta didik, keseimbangan pemilihan tema, serta aksi nyata, antara lain :

Pemikiran konseptual, tema yang baik tidak hanya memberikan fakta-fakta kepada peserta didik.

Tema yang baik bisa mengajak peserta didik untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.

Pengembangan keterampilan dan sikap. apakah tema yang sudah disepakati bisa mengembangkan keterampilan peserta didik. Misalnya, keterampilan berfikir, berkomunikasi, sosial, eksplorasi, mengorganisasi, dan pengembangan diri.

Pembentukan sikap juga harus bisa di akomodasi dalam pilihan tema, seperti sikap menghargai, percaya diri, kerja sama, komitmen, kreativitas, rasa ingin tahu, berempati, antusias, mandiri, jujur, menghormati dan toleransi.

·• Kesinambungan Tema. Kath Murdock (1998) dalam

bukunya Clasroom Connection-Strategies for Integrated Learning menjelakian bahwa tema yang baik bisa mengakomodasi pengetahuan awal yang dimiliki peserta didik sebelum belajar tentang sesuatu yang baru. Pengetahuan awal itu tentu sudah dipelajari peserta didik sebelumnya.

Materi Belajar Utama dan Tambahan. Materi dan sumber pembelajaran tematik biasa kita bagi menjadi dua sumber dan materi, yaitu utama dan tambahan. Contoh sumber atau materi belajar utama adalah para ahli atau orang-orang yang mempunyai profesi atau kompetensi dasar dalam bidang terentu, tempat-tempat yang bisa dipelajari, suasana belajar didalam kelas, lingkungan, komunitas, dan kesenian. Sedangkan musik, materi audio visual, literature, progam computer, dan internet adalah sumber materi pembelajaran tambahan bagi peserta didik. Dengan demikian, pemilihan tema harus juga memperhatikan kesediaan kedua sumber belajar itu.

Terukur dan Terbukti, Guru juga perlu memperhatikan hasil pembelajaran apa yang akan peserta didik capai dalam pembelajaran tematik.

Apa yang bisa peserta didik kerjakan dalam proses pembelajaran tematik. Perlu juga menunujukkan bukti-bukti itulah yang dinilai guru dan dicatat sebagai bukti bagaimana peserta didik menguasai tema yang diajarkan. Yang pada akhirnya akan dijadikan bahan evaluasi dan laporan kepada orang tua peserta didik.

Kebutuhan Peserta didik, dalam memilih tema,

50 ~ Dr. Ahmad Sulhan, S. Ag., M. Pd. I, Ahmad Khalakul Khairi, M. Ag

guru perlu memperhatikan kebutuhan peserta didik. Apakah tema yang kita pilih bisa menjawab kebutuhan peserta didik. secara kognitif, Gardner (2007 ) dalam bukunya Five Minds For The Future menyebutkan bahwa manusia pada era informasi ini harus dibekali lima cara berfikir, yaitu : pikiran yang terlatih, terampil, dan disiplin, pikir mensintesis; pikiran mencipta; pikiran merespek, dan pikiran etis. Apakah tema yang dipilih sudah bisa membekali peserta didik dengan lima cara berfikir untuk masa depan. Kebutuhan peserta didik yang lain bisa juga dilihat melalui perkembangan psikologi (imajinasi), perkembangan motorik, dan perkembangan kebahasaan peserta didik.

Keseimbangan Pemilihan Tema. Seperti telah dijelakian diatas bahwa pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran terpadu adalah pembelajaran tematik. Dalam satu tahun pembelajaran biasanya peserta didik bisa mempelajari 5-6 tema. Para guru hendaknya bisa memilih tema yang bisa mengakomodasi mata pelajaran bahasa, ilmu sosial, lingkungan, kesehatan, dan sains saja, tetapi tema-tema lain yang bervariasi.

Menurut Meinbach, dkk (1995) penentuan tema dapat berasal dari berbagai sumber, di antaranya :

· Topik-topik yang ada dalam kurikulum (Kompetensi Dasar) Contohnya : binatang-binatang, pengenalan musim, cuaca, tanaman, hidup sehat, matahari dan bulan, mesin sederhana, cahaya dan panas, bertetangga, bermasyarakat, transportasi, kehidupan keluarga, tumbuh menjadi besar dan

berolahraga

· Isu-isu yang langsung menimpa diri peserta didik.

Contohnya : pekerjaan rumah, kejadian dalam keluarga, saudara kandung, aturan-aturan, masalah sampah

· Masalah-masalah yang lebih cenderung kepada sesuatu yang sifatnya umum. Contohnya:

penggunaan energi, kriminalitas, sumber-sumber alamiah, lingkungan dan makanan

· Kejadian khusus. Contohnya: ulang tahun, liburan, nonton sirkus dan perjalanan wisata.

· Minat peserta didik, berkenaan dengan kegemaran atau aktivitas. Contohnya: teman dan tetangga, liburan, eksplorasi ruang angkasa, naik pesawat terbang atau kapal laut, sesuatu yang menakutkan peserta didik, alam laut atau pegunungan dan tema- tema yang berasal dari film (dinosaurus, monster, shark).

· Ketertarikan pada bacaan. Contohnya: kisah petualangan, fiksi, puisi, kisah misteri, cerita-cerita dongeng, cerita-cerita olah raga, dan buku-buku dari penulis favorit

· Lebih lanjut Meinbach, dkk (1995) menyatakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemilihan tema, yaitu :

· Tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak bidang studi

52 ~ Dr. Ahmad Sulhan, S. Ag., M. Pd. I, Ahmad Khalakul Khairi, M. Ag

· Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan peserta didik.

· Bermakna, maksudnya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi peserta didik untuk belajar selanjutnya

· Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri peserta didik.

· Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan psikologis anak, termasuk minat kebutuhan dan kemampuannya.

(d) Prinsip Penentuan tema

Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:

· Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan peserta didik:

· Dari yang termudah menuju yang sulit

· Dari yang sederhana menuju yang kompleks

· Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.

· Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri peserta didik

· Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan peserta didik, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya.

B. Penyusunan Silabus Pembelajaran Tematik

Silabus dikembangan dari jaringan tema (contoh jaringan tema lihat lampiran). Silabus dapat dirumukian untuk keperluan satu minggu atau dua minggu, tergantung pada

keluasan dan kedalam kompetensi yang diharapkan. Secara umum, silabus ini diartikan sebagai garis-garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi/materi pembelajaran. Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok materi yang perlu dipelajari peserta didik. Tahapan dalam menyusun silabus perlu didasarkan pada matriks/bagan keterhubungan yang telah dikembangkan. Kompetensi dasar setiap matapelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran tematik disusun dalam silabus tersendiri.

Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat tentang mata pelajaran yang akan dipadukan, kompetensi dasar, indikator (dirumukian oleh guru) yang akan dicapai, pengalaman belajar, materi pokok, strategi atau langkah- langkah pembelajaran yang akan dilakukan, alokasi waktu yang dibutuhkan, dan sumber bahan pustaka yang dijadikan rujukan. Contoh format dan petunjuk pengisian dapat dilihat pada contoh.