• Tidak ada hasil yang ditemukan

Erupsi Gunung Merapi Tahun 1984-2010

Dalam dokumen erupsi gunung merapi: perubahan sosial dan (Halaman 70-93)

Bagan 2.1 Kerangka Adaptasi Penduduk Di Lereng Gunung Merapi Sumber: Lucas Sasongko Triyoga, Merapi dan Orang Jawa: Persepsi dan

A. Erupsi Gunung Merapi Tahun 1984-2010

Gunung Merapi sebagai gunung api aktif dalam perjalanan sejarahnya telah mengalami erupsi dengan beberapa letusan besar dan menimbulkan bencana yang luar biasa. Namun demikian, erupsi Gunung Merapi tidak sedahsyat letusan yang terjadi pada Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat maupun Gunung Krakatau di Selat Sunda yang menghebohkan dunia.88 Pada 1984 hingga tahun 2010 Gunung Merapi mengalami erupsi sebanyak delapan kali yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Erupsi Gunung Merapi Tahun 1984-2010

No Erupsi Gunung Merapi

Waktu Letusan Keterangan

1. 15 Juni 1984 Tipe letusan B VEI 2 menuju barat daya 2. 2 Februari 1992 Tipe letusan A VEI 2 menuju barat daya

3. 22 November 1994 Tipe letusan B VEI 2 menuju barat laut dan selatan menghancurkan Dusun Turgo

4. 17 Januari 1997 Tipe letusan B VEI 2 menuju barat daya

5. 11 dan 19 Juli 1998 Tipe letusan B VEI 2 menuju barat daya dan didominasi awan panas mengarah ke atas

6. 10 Februari 2001 Tipe letusan B VEI 1 menuju ke utara

7. 14 Juni 2006 Tipe letusan B VEI 2 menuju selatan menghancuran objek wisata Kaliadem

8. 26 Oktober, 3 dan 5 November 2010

Tipe letusan D VEI 4 menuju selatan, dan terjadi secara eksplosif dengan material vulkanik yang terlontar vertikal ke atas dengan jarak 10 km

Sumber: Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi dan Ketep Vulcano Merapi.

88Ulin Nihayatul Khoiriyah, “Erupsi Gunung Kelud 1919 dan Akibat- Akibat yang Ditimbulkannya di Wilayah Blitar sampai Tahun 1922” (Tesis pada Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, 2016), hlm. 60.

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa erupsi Gunung Merapi terjadi sebanyak delapan kali sepanjang tahun 1984 sampai 2010. Erupsi terjadi antara lain pada 1984, 1992, 1994, 1997, 1998, 2001, 2006, dan 2010. Tahun 2010 menjadi erupsi terbesar karena letusan yang bersifat eksplosif dengan material vulkanik yang terlontar vertikal ke atas dengan jarak 10 km. Puncak letusan terjadi pada bulan Oktober dan November. Erupsi yang cukup besar juga terjadi pada tahun 1994 dan 2006. Kedua letusan tersebut memiliki tipe letusan B dengan Volcanic Explosivity Index (VEI) dua dan arah letusan menuju ke selatan yang menyebabkan hancurnya objek wisata Kaliadem pada letusan 14 Juni 2006 dan hancurnya Dusun Turgo pada letusan 22 November 1994. Erupsi yang terjadi pada tahun 1984, 1997, dan 2001 merupakan erupsi dengan tipe letusan B dengan Volcanic Explosivity Index (VEI) dua. Letusan tidak tergolong dahsyat dan tidak menuju ke arah selatan. Pada 1992 Gunung Merapi mengalami letusan tipe A dengan Volcanic Explosivity Index (VEI) satu. Arah letusannya menuju barat daya.

Aktivitas vulkanik Gunung Merapi pada tahun 1984 mengalami peningkatan sejak munculnya Gempa Vulkanik Dalam (Va) pertama pada 27 Mei 1984. Gempa Vulkanik Dalam (Va) dan Vulkanik Dangkal (Vb) mulai meningkat hingga memicu terjadinya awan panas pertama kali pada 13 Juni 1984 pukul 03.30 WIB secara terus-menerus dan berhenti pada 14 Juni 1984 malam. Kemudian pada 15 Juni 1984 terjadi letusan kuat pukul 02.15 WIB dini hari. Awan panas mengalir sepanjang Kali Blongkeng, Kali Putih, Kali Bebeng, dan Kali Krasak. Erupsi Merapi terjadi setinggi enam km dan sejauh 80 km ke arah barat dari Gunung Merapi. Sebaran hujan abu vulkanis terjadi sampai ke Weleri, Kendal, dan Semarang. Erupsi kedua dan ketiga Gunung Merapi tahun 1984 terjadi secara berturut-turut pukul 03.47 WIB dan 06.00 WIB. Aktivitas Gunung Merapi dilanjutkan dengan awan panas skala kecil dan luncuran batu pijar.89

Pada 15 Juni 1984 malam, kawah tahun 1979 dengan volume 3.6 juta m3 sepenuhnya terlempar keluar. Erupsi Gunung Merapi tahun 1984 diklasifikasikan ke dalam letusan tipe B dengan Volcanic Explosivity Index

89Data Letusan Gunung Merapi Tahun 1984 (Koleksi Museum Gunung Merapi).

45

(VEI) dua. Setelah erupsi terjadi pada 15 Juni 1984 aktivitas selanjutnya didominasi oleh aliran lava selama 10 hari dan pembentukan kubah baru yang berakhir pada Maret 1985.90 Gambaran sebaran awan panas letusan Gunung Merapi pada tahun 1984 dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Foto Sebaran Awan Panas Letusan Gunung Merapi Tahun 1984 (Koleksi Ketep Vulcano Merapi).

Dari gambar di atas terlihat bahwa erupsi Gunung Merapi yang terjadi tahun 1984 mengeluarkan awan panas atau biasa disebut dengan wedhus gembel yang berbentuk cendawan raksasa. Awan panas Merapi yang terjadi tahun 1984 tidak sampai ke permukiman penduduk di Kabupaten Sleman. Awan panas hanya sampai pada batas vegetasi di lereng Gunung Merapi.

Enam tahun setelah letusan Gunung Merapi 1984, Gunung Merapi tidak menunjukkan tanda-tanda peningkatan aktivitas vulkaniknya. Akan tetapi, pada tahun 1991 hampir semua tipe gempa muncul seperti Va, Vb, LF dan Tremor.

Hal tersebut memuncak pada September 1991 tanpa aktivitas vulkanik yang berarti. Jumlah gempa mulai menurun selama empat bulan dari Oktober 1991 hingga Januari 1992. 91 Aktivitas vulkanik Gunung Merapi mengalami peningkatan frekuensi guguran lava sejak minggu ke dua bulan Januari 1992.

90Data Letusan Gunung Merapi Tahun 1984 (Koleksi Museum Gunung Merapi).

91Data Letusan Gunung Merapi Tahun 1992 (Koleksi Museum Gunung Merapi).

Pada 7 sampai 13 Januari 1992 terjadi 13 kali gempa akibat guguran lokal.92 Tanggal 13-19 Januari 1992 terjadi gempa guguran sebanyak 49 kali. Gempa guguran tersebut masih dalam batas bisa ditoleransi karena frekuensi terjadinya masih jarang.93

Guguran lava pijar meluncur dari puncak Gunung Merapi sejak Senin 20 Januari 1992. Jarak luncur guguran lava pijar mencapai lebih dari 500 meter.

Guguran lava pijar meluncur ke arah barat menuju Kecamatan Srubung, Salam, Dukun dan Muntilan.94 Berdasar monitoring tingkat seismik, Gunung Merapi semakin hari mulai memperlihatkan peningkatan aktivitas vulkaniknya. Status Merapi diubah dari Aktif Normal menjadi Waspada Merapi sejak 23 Januari pukul 08.00 WIB.95 Pada Senin 27 Januari 1992 tercatat terjadi gempa guguran 95 kali, empat di antaranya cukup besar dan terjadi perubahan jarak luncur lava pijar dari 650 meter menjadi 1.500 meter.96

Pada 1 Februari 1992 malam, Gunung Merapi resmi dinyatakan berstatus Siaga. Sejak pukul 20.30 WIB hingga 21.00 WIB terjadi tiga aliran piroklastik atau awan panas dari puncak Gunung Merapi ke arah barat dengan jarak luncur 1-1,5 km dibarengi dengan bahaya awan panas. Hal tersebut menunjukkan kondisi Gunung Merapi yang semakin kritis.97

Status aktivitas vulkanik Gunung Merapi dinyatakan berubah dari Siaga menjadi Awas sejak Minggu 2 Februari 1992 pukul 14.30 WIB. Artinya, Gunung Merapi telah memasuki tahap paling kritis. Letusan mulai terjadi pada 2 Februari 1992 pukul 16.05 WIB yang didahului dengan beberapa kali awan

92“Guguran Lava Pijar Mengalir Dari Puncak Gunung Merapi”, Kompas, 24 Januari 1992, hlm. 13.

93“Gunung Merapi Masuk Tingkat Waspada”, Kompas, 26 Januari 1992, hlm. 16.

94“Guguran Lava Pijar Mengalir Dari Puncak Gunung Merapi”, Kompas, 24 Januari 1992, hlm. 13.

95“Gunung Merapi Masuk Tingkat Waspada”, Kompas, 26 Januari 1992, hlm. 16.

96“Gempa Guguran Gunung Merapi Kini Makin Meningkat, Kompas, 29 Januari 1992, hlm. 13.

97“Awan Panas Meluncur, Bau Belerang Tercium”, Kompas, 3 Februari 1992, hlm. 1 dan 11.

47

panas kecil.98 Letusan ini menghasilkan kolom abu vulkanis hingga ketinggian 2,6 km beserta awan panas sejauh 4,5 km menuju Kali Sat. Aktivitas tersebut berhenti pukul 22.30 WIB. Letusan Gunung Merapi kali ini diklasifikasikan ke dalam letusan tipe A dengan Volcanic Explosivity Index (VEI) dua.99

Status Awas Merapi ditinjau kembali dan disepakati diturunkan setingkat lebih rendah menjadi Siaga Merapi pada Rabu 12 Februari 1992. Awan panas hampir tidak pernah terjadi. Analisis kegiatan Merapi dilakukan lewat Slide foto yang diambil lewat helikopter Satuan Penerbang Kodam IV Diponegoro.100 Aktivitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Foto Aktivitas Gunung Merapi Berangsur Normal

Sumber: “Status Gunung Merapi Berangsur Jadi Siaga”, Kompas, 13 Februari 1992, hlm. 13.

Gambar di atas diambil pada Selasa 11 Februari 1992. Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa aktivitas Gunung Merapi mulai berangsur normal.

Penduduk sudah beraktivitas mencari kayu bakar di lereng Gunung Merapi tanpa rasa takut karena telah mengetahui bahwa gunung sudah tenang kembali.

Catatan di kantor Penyelidikan Gunung Merapi Yogyakarta menunjukkan bahwa kondisi Gunung Merapi semakin membaik. Status Siaga Merapi

98“Awan Panas Meluncur, Bau Belerang Tercium”, Kompas, 3 Februari 1992, hlm. 1 dan 11.

99Data Audio Kronologi Erupsi Gunung Merapi Tahun 1992 (Koleksi Ketep Vulcano Merapi).

100“Status Gunung Merapi Berangsur Jadi Siaga”, Kompas, 13 Februari 1992, hlm. 13.

diturunkan lagi menjadi Waspada Merapi, kemudian ke tingkat paling rendah yaitu Aktif Normal. Aktivitas Gunung Merapi selanjutnya adalah pembentukan kubah 1992 yang berlangsung sampai Juli 1993.101

Setahun kemudian pada 1994 Gunung Merapi mulai mengalami peningkatan aktivitas vulkanik lagi. Aktivitas vulkanik Gunung Merapi tahun 1994 dibagi menjadi lima tahapan erupsi. Pertama, terjadi rayapan dari blok lava yang terdapat di bagian atas kubah Merapi tahun 1992. Pada Desember 1993 blok lava sebesar 90.000 m3 merayap ke selatan-barat daya dengan kecepatan 0,18 m/hari. Aktivitas rayapan blok lava terjadi hingga Januari 1994 dengan kecepatan pergerakan blok lava yang naik menjadi 0,5 m/hari.102

Kedua, berdasar monitoring tingkat seismik Gunung Merapi mengalami peningkatan aktivitas jumlah guguran lava pijar dan awan panas serta emisi gas SO2. Kantor Seksi Penyelidikan Gunung Merapi di Yogyakarta, mengubah status Merapi dari tingkat Aktif Normal menjadi Waspada Merapi pada Rabu 23 Maret 1994.103 Perubahan yang menandai terjadinya peningkatan aktivitas Merapi yaitu jumlah guguran lava pijar pada Januari tercatat 599 kali, Februari 827 kali, dan Maret sampai tanggal 23 tercatat sebanyak 1341 kali. Emisi gas SO2-pun juga ikut mengalami kenaikan. Jika semula rata-rata per hari kurang dari 100 ton mengalami peningkatan yang tajam menjadi antara 123 sampai 169 ton.104

Perubahan di berbagai indikator terjadi disebabkan oleh pasokan magma dari dalam perut bumi yang terus meningkat, kemudian hujan berkepanjangan di daerah puncak, serta efek topografis gunung yang semakin curam. Guguran kubah lava dari puncak sering disebut awan panas, sementara ketika melewati sungai bersama air hujan disebut lahar hujan atau lahar dingin. Guguran lava pijar menjadi salah satu ancaman serius Gunung Merapi, di samping letusan dan awan panas yang terjadi. Volume kubah lava tercatat sampai 28 Maret yaitu 9

101Data Letusan Gunung Merapi Tahun 1992 (Koleksi Museum Gunung Merapi).

102Data Letusan Gunung Merapi Tahun 1992 (Koleksi Museum Gunung Merapi).

103“Gunung Merapi Berstatus Waspada”, Kompas, 28 Maret 1994, hlm. 17.

104“Gunung Merapi Berstatus Waspada”, Kompas, 28 Maret 1994, hlm. 17.

49

juta meter kubik, sedangkan endapan lahar hujan bentukan tahun 1992/1993 skitar 4 juta meter kubik, dan lava lama sekitar 3 juta meter kubik.105 Catatan terakhir arah ancaman Gunung Merapi sedikit berubah, jika semula banyak mengarah ke barat daya yaitu Magelang, kini bergeser ke arah selatan yaitu ke arah Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Hal tersebut ditunjukkan oleh gerakan-gerakan guguran dari awan panas.106

Tahapan kedua ditandai dengan munculnya kubah pada Februari 1994.

Lava baru ditemukan berada di atas kubah lava 1992 dibatasi oleh rekahan pada bagian kubah 1992 yang stabil. Lava baru tersebut mendorong blok yang aktif sehingga terbentuk awan panas berskala kecil yang berasal dari blok yang jatuh pada 9 Maret hingga 8 April 1994. Awan panas sebagian besar masuk ke Kali Bebeng sejauh 1,7 kilometer. Pembentukan lava baru mencapai 6500 m3 sampai Mei 1994.107

Ketiga, pada Mei hingga Juni 1994 lava mengalami kenaikan hingga rata- rata 17.000 m3/hari. Pembentukan kubah lava mengalami penurunan pada periode Juli sampai Agustus 1994. Pada akhir September 1994, volume kubah mencapai 2,5 juta m3. Kubah tersebut menjadi stabil selama 3 bulan yang ditandai oleh hilangnya guguran lava. Kejadian Multiphase (MP) pada Gunung Merapi masih terjadi meskipun morfologi kubah Lava Gunung Merapi tidak memperlihatkan perubahan.108

Keempat, hampir semua bagian kubah lava 1994 runtuh yang menghasilkan awan panas sepanjang Kali Boyong sejauh enam kilometer dari puncak Merapi pada 22 November 1994. Desa Turgo hancur terbakar oleh awan

105“Gunung Merapi Berstatus Waspada”, Kompas, 28 Maret 1994, hlm. 17.

106“Gunung Merapi Butuh Perhatian Ekstra Ancaman kini ke Yogya”, Kompas, 4 April 1994, hlm 13.

107Data Letusan Gunung Merapi Tahun 1994 (Koleksi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian dan Geologi), hlm. 2.

108Data Letusan Gunung Merapi Tahun 1994 (Koleksi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian dan Geologi), hlm. 2.

panas.109 Erupsi Gunung Merapi pada 22 November 1994 dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Foto Erupsi Gunung Merapi Tahun 1994 (Koleksi Badan Geologi-PVMBG).

Berdasar gambar di atas pada Selasa 22 November 1994 pukul 10.15 WIB Gunung Merapi meletus. Letusan besar terjadi sebanyak 20 kali hingga pukul 11.26 WIB. Semburan awan panas, material debu, dan pasir berlangsung hingga pukul 15.30 WIB. Padahal sudah ratusan tahun desa tersebut tidak pernah dilanda oleh awan panas. Awan panas meluncur menuju permukiman penduduk dan menghancurkan Dusun Turgo yang berada di Desa Purwobinangun, Kecamatam Pakem. Padahal sudah ratusan tahun dusun tersebut tidak pernah dilanda oleh awan panas. Aktivitas vulkanik Gunung Merapi itu terlihat dari Dusun Ngelo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY.

Aktivitas Gunung Merapi sepanjang Rabu 23 November 1994 tidak menunjukkan aktivitas berarti kecuali semburan awan panas dan aliran lava disertai kepulan asap tebal yang terus menyelimuti puncak kepundan.110 Gunung Merapi terjadi gempa berturut-turut sebanyak tiga kali, guguran lava 65 kali, dan

109Data Letusan Gunung Merapi Tahun 1994 (Koleksi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian dan Geologi), hlm. 2.

110“Korban Merapi Sudah 27 Tewas, Presiden Soeharto Amat Prihatian”, Kompas, hlm. 1 dan 13.

51

tremor sekali pada 28 November 1994. Emisi gas SO2 yang keluar di puncak Gunung Merapi mengalami peningkatan dari 54 ton per hari pada 24 November 1994 menjadi 94 ton per hari pada 28 November 1994. Artinya, di dalam kepundan masih ada kegiatan yang luar biasa, sehingga emisi gas yang dikeluarkan semakin pekat.111

Informasi dari Sabo Center Yogyakarta, pada 28 November 1994 pukul 16.10 WIB tercatat curah hujan di Kaliurang 8 mm, di Kecamatan Turi dan Pakem hujan lebat disertai angin sekitar satu jam dan curah hujan mencapai 20 mm, di Desa Mranggen dan Girikerto curah hujan mencapai 20 mm, dan 21 mm.

Satlak PB Sleman melaporkan curah hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi Ngepos mencapai 14 mm.112 Gunung Merapi mengalami letupan-letupan akibat bercampurnya air hujan dengan endapan awan panas di sepanjang Kali Boyong.113 Tahapan kelima, terjadi pembentukan kubah lava baru menggantikan kubah yang runtuh. Kubah itu disebut dengan kubah lava tahun 1995.114

Gunung Merapi giat lagi dengan erupsinya yang mengarah ke selatan dan barat daya pada 1997. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menaikkan status Gunung Merapi menjadi Waspada Merapi pada Senin 13 Januari 1997 pukul 13.00 WIB.115 Dalam kurun waktu sehari aktivitas vulkanik Gunung Merapi menunjukkan peningkatan yang tajam dan kembali bergetar. Status Gunung Merapi ditingkatkan lagi menjadi Siaga Merapi pada 14 Januari 1997.116 Aktivitas Gunung Merapi didominasi oleh kejadian awan panas pada 14 Januari pukul 10.34 WIB. Aktivitas Gunung Merapi masih tinggi hingga Kamis 16 Januari

111“Gas SO2 dari Merapi Kian Pekat”, Kompas, hlm. 1 dan 8.

112“Gas SO2 dari Merapi Kian Pekat”, Kompas, hlm. 1 dan 8.

113“2.700 Pengungsi Merapi Dilarang Pulang”, Kompas, 30 November 1994, hlm. 1 dan 13.

114Data Letusan Gunung Merapi Tahun 1994 (Koleksi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian dan Geologi), hlm. 2.

115“Gempa Merapi Meningkat, Guguran Lava Makin Banyak”, Kedaulatan Rakyat, 14 Januari 1997, hlm. 15.

116“Gunung Merapi Kembali Bergetar”, Suara Merdeka, 15 Januari 1997, hlm. 1.

1997. Guguran lava masih terjadi dan menuju ke Kali Krasak dengan jarak luncur sekitar 1000 meter. Kubah lava aktif telah menyatu dengan kubah lava lama tahun 1992, 1993, 1994 dan 1995.117

Status Gunung Merapi ditingkatkan lagi pada tahap paling kritis yaitu Awas Merapi dan meletus pada 17 Januari 1997. Peristiwa erupsi Gunung Merapi pada 1997 dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Cendawan Awan Panas Erupsi Gunung Merapi Tahun 1997 Sumber: “Merapi Meletus”, Kompas, 18 Januari 1997, hlm. 1.

Berdasar pada gambar di atas terjadi semburan awan panas dengan bunyi letupan dan guguran besar yang terjadi secara berturut-turut pada pukul 10.34 WIB dan 10.33 WIB. Pada pukul 10.43 WIB Gunung Merapi menyemburkan awan panas bercampur debu dan pasir melalui letusan keras berbentuk cendawan raksasa dan disusul letusan-letusan awan panas lainnya. Hingga pukul 15.47 WIB, terjadi sedikitnya 10 kali letusan semburan awan panas. Awan panas meluncur ke arah barat daya memasuki alur Kali Krasak, Bebeng dan sebagian ke Boyong. Jarak luncur awan panas mencapai enam kilometer ke arah Krasak dan sekitar lima kilometer ke arah Boyong. Luncuran material awan panas meninggalkan jejak berupa torehan yang cukup dalam di lereng barat daya.

117“Status Masih Siaga: PGM Bentuk Tim ke Puncak Merapi”, Kedaulatan Rakyat, 17 Januari 1997, hlm. 8.

53

Frekuensi guguran lava pijar kecil hingga berskala besar masih tetap tinggi yaitu 36 kali sepanjang hari Sabtu 18 Januari 1997. Letusan awan panas tercatat dua kali di puncak Gunung Merapi. Aktivitas Merapi ditandai dengan terjadinya letusan vulkanik A pada Sabtu siang. Akibatnya, terjadi akumulasi tekanan gas dalam kawah. Batu-batuan berhamburan menyembur ke luar bersama luncuran awan panas dan guguran lava pijar dari puncak Gunung Merapi.118Aktivitas vulkanik Gunung Merapi tetap dinyatakan tinggi dengan status Awas Merapi, meskipun tidak muncul awan panas pada Senin 20 Januari 1997.119

Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada 1997 hanya berselang satu tahun dengan disusul erupsi kembali pada 1998. Erupsi terjadi antara lain pada 11 dan 19 Juli 1998. Pada 11 Juli 1998 Gunung Merapi mengalami erupsi dengan menghasilkan endapan piroklastik sebesar 8,8 juta meter kubik. Volume tersebut merupakan endapan terbesar sejak erupsi tahun 1969. Aliran piroklastik atau awan panas meluncur ke arah hulu-hulu Kali Sat, Blongkeng, dan Senowo yang berada di sektor barat dari Gunung Merapi.120

Erupsi Gunung Merapi pada tanggal 19 Juli 1998 menghasilkan abu vulkanik lebih banyak dibandingkan dengan letusan pada 11 Juli 1998. Hal tersebut ddapat dilihat pada Gambar 3.5.

118“Kegiatan Merapi: Frekuensi Letusan Tinggi”, Kompas, 19 Januari 1997, hlm. 1.

119“Aktivitas Merapi Tetap Tinggi: Meningkat, Pertumbuhan Kubah Lava”, Kedaulatan Rakyat, 21 Januari 1997, hlm. 1.

120Data Letusan Gunung Merapi Tahun 1997 (Koleksi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian dan Geologi), hlm. 3.

Gambar 3.5 Foto Erupsi Gunung Merapi Tahun 1998 (Koleksi Badan Geologi-PVMBG).

Berdasar gambar di atas, erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada 19 Juli 1998 sebenarnya masuk ke dalam kategori letusan besar. Akan tetapi, awan panas didominasi mengarah ke arah atas, sehingga permukiman penduduk tidak dilanda amukan awan panas. Erupsi pada 19 Juli 1998 tersebut menghasilkan endapan abu vulkanik yang tersebar sampai ke Kota Muntilan yang berjarak sekitar 20 km dari puncak Gunung Merapi. Arah awan panas pada erupsi Merapi 1998 memiliki kemiripan dengan arah awan panas pada 1992.

Perubahan bentuk kawah yang diakibatkan oleh letusan 1998 telah membuat bukaan tapal kuda kawah Merapi hasil dari letusan 1961 yang kemudian diperlebar oleh letusan 1967-1969 menjadi lebih lebar lagi. Letusan yang terjadi antara tahun 1967 sampai 1997 selalu berada di dalam bukaan tapal kuda kawah Merapi. Baru pada Juli 1998, sisi utara kawah Merapi yang ditempati oleh lava 57 hancur dan terbentuk lava 1998.121

Gunung Merapi telah beristirahat selama dua tahun sejak erupsi tahun 1998. Belum ada tanda-tanda erupsi kembali. Periode erupsi Gunung Merapi tidak terartur, tetapi hampir pasti berulang. Aktivitas vulkanik Gunung Merapi

121Data Letusan Gunung Merapi Tahun 1998 (Koleksi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian dan Geologi), hlm. 4.

55

mulai menunjukkan gejala peningkatan kembali setelah beristirahat lebih dari dua tahun sejak erupsi pada 19 Juli 1998. Level aktivitas Gunung Merapi berada pada status Waspada sejak 7 Agustus 1998 dan bertahan hingga tahun 2001.

Gejala peningkatan mulai tampak jelas terutama ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah guguran lava yang terekam oleh seismograf maupun terlihat secara visual pada awal tahun 2001. Guguran lava dari kubah lava 1998 menuju ke arah Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Putih, Kali Lamat dan Kali Senowo. Pada 9 Januari 2001 dini hari mulai tampak adanya hembusan asap berwarna putih pekat kecokelatan disertai dengan guguran lava secara intensif. Status aktivitas Merapi dinaikkan dari Waspada menjadi Siaga pada 10 Januari 2001.122

Merapi mulai memasuki fase terjadinya erupsi dengan awan panas kecil pada 14 Januari 2001.123 Frekuensi guguran lava pijar dan awan panas muncul susul-menyusul dalam interval waktu setengah sampai satu jam. Luncuran lava pijar terjadi sejauh tiga kilometer. Frekuensi guguran lava pijar tercatat sebanyak 67 kali dan awan panas muncul empat kali. Namun demikian, tajamnya aktivitas Merapi belum diikuti dengan adanya perubahan tingkat status Merapi menjadi Awas.124 Letusan-letusan kecil disertai guguran lava dan luncuran awan panas berlangsung terus-menerus dalam tiga hari terakhir. Aktivitas Gunung Merapi sedikit menurun sepanjang Selasa 16 Januari 2001. Berdasar catatan seismograf hanya terjadi sekali semburan awan panas sekitar pukul 15.46 WIB.125 Awan panas kembali meluncur sampai lima kali sejak pukul 00.00 WIB sampai 06.00 WIB pada Rabu 17 Januari 2001. Jumlah luncuran awan panas meningkat dibandingkan dengan sepanjang Selasa yang terjadi hanya sekali.126

122Data Letusan Gunung Merapi Tahun 2001 (Koleksi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian dan Geologi), hlm. 5.

123Data Letusan Gunung Merapi Tahun 2001 (Koleksi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian dan Geologi), hlm. 5.

124“Gunung Merapi Mencapai Fase Erupsi”, Kompas, 16 Januari 2001, hlm. 20.

125“Rekahan Merapi Ancaman Berbahaya”, Kompas, 17 Januari 2001, hlm.

19.

126“Aktivitas Gunung Merapi Meningkat”, Kompas, 18 Januari 2001, hlm.

19.

Sejak Minggu 21 Januari 2001 pukul 00.00 WIB hingga pukul 8.30 WIB telah terjadi 17 kali aliran awan panas dan 21 kali guguran lava. sejak pukul 8.30 WIB Merapi mulai tampak tenang. Namun demikian, sekitar pukul 11.00 WIB erupsi Merapi kembali muncul dengan ditandai keluarnya awan panas dan lava pijar. Pada pukul 11.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB terjadi hembusan awan panas sebanyak enam kali.127 Meskipun awan panas dan guguran lava pijar semakin meningkat, tetapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) tetap menyatakan Gunung Merapi berada dalam status Siaga. Erupsi Merapi yang terjadi sepanjang tahun 2001 mengarah ke Kabupaten Boyolali.128 Berdasar hasil pengamatan vulkanik, arah luncuran menuju hulu Kali Sat sejauh 4,2 kilometer, sebagian kecil meluncur ke Kali Senowo dan Kali Bebeng.129

Pada 9 Februari 2001 pukul 21.13 WIB terjadi awan panas secara beruntun selama dua jam. Awan panas besar secara trus-menerus terjadi ke arah hulu Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Lamat, dan Kali Senowo pada pukul 04.49 WIB. Level aktivitas Gunung Merapi dinaikkan menjadi Awas Merapi pada pukul 05.00 WIB.130

Pada 9 Februari 2001 muncul gumpalan material awan panas yang membumbung tinggi sampai dua km dari puncak Merapi. Tremor juga terjadi secara terus-menerus sampai terjadinya letusan pada pukul 15.07 WIB. Tremor merupakan suara gemuruh di puncak Merapi sebagai bertanda adanya suplai magma dari perut bumi. Setelah sampai di permukaan magma disebut lava pijar yang kemudian meluncur ke bawah, baik dalam jumlah kecil, sedang maupun besar.131

127“Merapi Muntahkan Awan Panas dan Lava Pijar”, Kompas, 22 Januari 2001, hlm. 19.

128“Aktivitas Merapi Meningkat”, Kompas, 30 Januari 2001, hlm. 19.

129“Status Gunung Merapi Tetap Siaga”, Kompas, 31 Januari 2001, hlm.

19.

130Data Letusan Gunung Merapi Tahun 2001 (Koleksi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian dan Geologi), hlm. 5.

131“Merapi Meletus Lagi”, Suara Merdeka, 20 Juli 1998, hlm. 11.

Dalam dokumen erupsi gunung merapi: perubahan sosial dan (Halaman 70-93)