• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran

Dalam dokumen erupsi gunung merapi: perubahan sosial dan (Halaman 39-43)

letusan Gunung Krakatau. Sejumlah 48.000 jiwa menjadi korban yang hangus terbakar dilanda lava dan debu vulkanis. Sejumlah 36.275 orang meninggalkan Pulau Sumbawa untuk mengungsi ke pulau-pulau disekitarnya.

Letusan Gunung Tambora berdampak pada keadaan politik yang membuat dua kerajaan yakni Pekat dibawah perintah raja Muhammad dan kerajaan Tambora dibawah perintah raja Abdul Gafar hilang dari muka bumi. Abu vulkanis menghujani Pulau Jawa terutama daerah sebelah timur. Pada malam hari 10 April terdengar ledakan dahsyat di Cirebon dan daerah sebelah timurnya. Dari Solo dan Rembang terjadi gempa dan gelap gulita pada siang hari.

Erupsi Gunung Tambora juga membawa dampak besar dalam tatanan iklim di Eropa Barat dengan dilanda hujan lebat selama beberapa minggu saat bukan musimnya. Hal tersebut membuat Napoleon yang baru lolos dari pengasingannya di Pulau Elba sulit untuk bergerak cepat dengan pasukannya ke Brussel. Wabah penyakit kolera juga menyebar ke seluruh dunia, dan dunia mengalami musim panas pada 1816 yang luar biasa dingin.

Relevansi buku ini adalah kesamaan mengenai jenis bencana yang dibahas yaitu erupsi Gunung Tambora. Gunung yang meletus pada 1815 yang begitu dahsyat mengakibatkan timbunya dampak besar terhadap negara Indonesia dan dunia. Gambaran terkait letusan Gunung Tambora dan dampaknya yang ditulis oleh Andrian B. Lapian memberikan gambaran bagi penulis dalam menganalisis dan menjelaskan mengenai erupsi Gunung Merapi dengan perspektif sejarah.

13 aktif, gunung api istirahat, dan gunung api mati. Pertama gunung api aktif merupakan gunung yang masih bekerja mengeluarkan asap, gempa, dan letusan, misalnya adalah Gunung Merapi yang berada di perbatasn Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kedua gunung api istirahat, yaitu gunung yang meletus sewaktu-waktu, kemudian beristirahat kembali. Gunung Pinatubo di Filipina termasuk jenis ini. Ketiga gunung api mati, yaitu gunung yang tidak memiliki kegiatan erupsi sejak tahun 1600, misalnya Gunung Merbabu.24 Gunung Merapi masuk dalam kategori gunung api aktif stratovolkano dengan danau kawah dan karakteristik letusannya bersifat eksplosif.

Erupsi Gunung Merapi pada 1984 hingga 2010 merupakan suatu bencana alam. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana adalah sesuatu yang dapat mengakibatkan kerusakan, kerugian, dan penderitaan.25 Gunung Merapi sebagai gunung yang lerengnya dipadati penduduk menjadikan wilayah tersebut berpotensi terhadap bahaya primer dan sekunder karena magma yang keluar dari perut bumi sering kali melanda permukiman penduduk. Bencana alam erupsi Gunung Merapi ini merupakan bencana geologis yang tidak dapat diramalkan kapan terjadinya, hanya saja antisipasi dapat dilakukan melalui tanda-tanda ataupun gejala alam yang tampak sebelum Merapi meletus. Namun demikian, Gunung Merapi sering kali membawa korban akibat amukan awan panas. Gunung Merapi memiliki kawah yang akan menjadi sangat panas dan mendidih ketika Gunung Merapi meletus. Air dari kawah tersebut akan dilontarkan oleh Gunung Merapi saat terjadi erupsi, sehingga mengakibatkan adanya korban jiwa, kerusakan, kerugian, dan penderitaan bagi penduduk.

Erupsi merupakan bagian dari aktivitas vulkanologi dari gunung api.

Pengertian dari erupsi adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi karena

24Ulin Nihayatul Khoiriyah, “Erupsi Gunung Kelud 1919 dan Akibat-Akibat yang Ditimbulkannya di Wilayah Blitar sampai Tahun 1922” (Tesis pada Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, 2016), hlm. 18.

25Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2006).

tekanan dari dalam melalui retakan atau lubang kepundan.26 Menurut sifatnya keluarnya magma ada yang bersifat letusan (exsplosive) dan lelehan (effusive).27 Magma Gunung Merapi dapat dikategorikan mempunyai ciri letusan eksplosif, sehingga melontarkan magma keluar dari dalam bumi ke permukaan bumi.

Gunung dengan kategori letusan eksplosif membahayakan kehidupan makhluk hidup yang ada di sekitar Gunung Merapi.

Definisi selanjutnya adalah pengertian dampak. Dampak diartikan sebagai pengaruh kuat yang menimbulkan akibat baik positif maupun negatif.28 Dampak positif dari erupsi Gunung Merapi adalah semua zona yang dialiri lahar vulkanik menjadi lahan baru bagi penduduk sebagai sumber rizki mereka. Erupsi yang terjadi pada Gunung Merapi membawa material-material vulkanis yang memiliki manfaat untuk pembangunan dan nilai jual yang tinggi. Material tersebut seperti pasir, krikil, dan batu yang begitu melimpah. Wilayah Gunung Merapi menjadi tanah-tanah yang subur pasca-erupsi. Namun di sisi lain, Gunung Merapi juga membawa dampak negatif terhadap kehidupan makhluk hidup yang berada di sekitarnya. Lahar dingin yang mengalir di sungai-sungai dengan membawa material-material vulkanis sering kali menghantam rumah warga yang berada di sekitar sungai. Banyak kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut seperti kerusakan pada rumah warga, kerusakan pada pipa air bersih, kerusakan jembatan, dan pohon-pohon tumbang. Bencana alam yang terjadi pada Gunung Merapi memberikan banyak kerugian pada kehidupan masyarakat lereng Merapi di Kabupaten Sleman dalam aspek sosial dan ekonomi. Dalam kajian skripsi ini, dampak yang diakibatkan dari bencana erupsi Merapi meliputi korban meninggal dan luka-luka, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

26Ferad Puturuhu, Mitigasi Bencana dan Pengindraan Jauh (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2015), hlm. 88.

27Ferad Puturuhu, Mitigasi Bencana dan Pengindraan Jauh (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2015), hlm. 88.

28Pius A Partanto dan M Dachlan Al Bahrry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arloka, 1994), hlm. 92.

15 dampak psikologis. Dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan dari erupsi Gunung Merapi membawa perubahan-perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat.

Perubahan sosial merupakan suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah lama diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun adanya penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.29 Perubahan yang ada dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk antara lain perubahan sosial yang dikehendaki dan perubahan sosial yang tidak dikehendaki. Perubahan sosial yang dikehendaki adalah perubahan yang diperkirakan atau telah direncanakan oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agen of change, yaitu sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga kemasyarakat. Perubahan sosial yang tidak dikehendaki adalah perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat, dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan dalam masyarakat, misalnya terjadinya bencana alam letusan Gunung Merapi.30 Bencana alam tersebut telah membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat. Salah satu perubahan tersebut adalah muncul mata pencarian baru sebagai penambang saat lahan pertanian milik warga dihantam awan panas dan banjir lahar dingin. Warga memanfaatkan material vulkanis yang melimpah dan mulai tebiasa dengan profesi ganda mereka demi memenuhi kutuhan hidup sehari-hari.

Adaptasi adalah suatu proses oleh suatu populasi atau individu terhadap kondisi lingkungan yang berakibat populasi atau individu tersebut bertahan

29Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 2006), hlm. 263.

30Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 2006), hlm. 263.

(survive) atau tersingkir.31 Pada hakikatnya proses adaptasi pada masyarakat di lereng Gunung Merapi tidak akan pernah sempurna karena lingkungan akan selalu berubah-ubah, dan manusia harus selalu tetap mengikutinya menuju pada kondisi perubahan lingkungan barunya. Salah satu adaptasi masyarakat dalam menghadapi erupsi Gunung Merapi adalah melalui tindakan penanggulangan.

Adaptasi tersebut muncul setelah adanya permasalahan yang ada di sekitar masyarakat yaitu bencana erupsi Gunung Merapi yang kerap melanda kehidupan masyarakat di kawasan lereng Gunung Merapi. Pasca-erupsi Gunung Merapi banyak warga yang mulai berpikir untuk mengurungkan niat mereka membangun rumah mewah. Hal tersebut terjadi sebagai bentuk adaptasi warga dalam menyadari bahwa lingkungan tempat tinggal mereka merupakan wilayah rawan bencana erupsi Gunung Merapi.

Dalam dokumen erupsi gunung merapi: perubahan sosial dan (Halaman 39-43)