• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIDUP ADALAH UJIAN

Dalam dokumen Kumpulan Khutbah Jum'at & Hari Raya (Halaman 59-65)

Kumpulan Khutbah Jum'at & Hari Raya | 53

9

54 | Dr. Khairul Hamim, MA.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Manusia dalam menjalani kehidupannya senantiasa berada dalam ujian Allah SWT. yang beraneka ragam, dari yang menyenagkan seperti, sehatnya jiwa dan raga, terpenuhinya kebutuhan hidup, menumpuknya harta benda, dan lain lainnya sampai pada ujian yang tidak menyenangkan, seperti, sakit, kemiskinan, kelaparan, hilangnya orang yang kita sayangi, seperti kematian ayah, ibu atau anak, bisa juga berupa hilangnya jabatan dan harga diri. Allah SWT juga Berfirman Q.S. Al- Anbiya : 35

َنوُع َجْرُت انْيَلِإَو ًةَنْتِف ِ ْيَ ْلاَو ِّ َّشلاِب ْمُكوُلْبَنَو ِتْوَْلا ُةَقِئاذ ٍسْفَن ُّلُك

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu dikembalikan.”

Allah SWT, akan menguji hambanya dengan berbagai musibah atau dengan berbagai nikmat untuk melihat diantara mereka yang bersyukur dan siapa yang kufur, siapa yang bersabar dan siapa yang berkeluh kesah.

Semua apa yang ada di atas dunia ini hanyalah sementara, tidak ada yang abadi, orang-orang yang kita cintai suatu saat pasti akan mati meninggalkan kita, atau justru sebaliknya, kita meninggalkan mereka terlebih dahulu. ini adalah ujian untuk musibah yang tidak bisa dihindari. Kehilangan pekerjaan, jabatan atau harta benda bisa menimpa siapa saja atau terjadi kapan saja.

Tidak seorangpun yang hidup di dunia ini bisa menghindarinya, kalau hari ini selamat dari musibah mungkin besok atau lusa tidak, kalau hari ini yang tertimpa musibah adalah teman kita, mungkin besok atau lusa adalah giliran kita.

Hadirin kaum muslimin yang dirahmati Allah

Musibah yang menimpa suatu kaum, jika dicermati secara jujur tidak dapat dipungkiri bahwa sesungguhnya ia datang

Kumpulan Khutbah Jum'at & Hari Raya | 55 karena kesalahan kita sendiri yang tidak mengindahkan aturan dan hukum hukum Allah SWT baik yang bersifat alamiah dan sosial (kauniah) maupun hukum al-Qur’an (Qauliyah) firman Allah Q.S. al-Rum: 41

ْمُهَقيِذُيِل ِساَّنلا يِدْيَأ ْتَب َسَك مِب ِر ْحَبْلا َو ِّ َبْلا ِف ُداسَفْلا َرَه َظ

َنوُعِجْرَي ْمُهَّلَعَل اوُلِمَع يِذَّلا َضْعَب

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar.

Ada hakikat yang seringkali dilalaikan oleh manusia ketika musibah itu terjadi, yaitu:

Pertama, musibah merupakan ujian dari Allah SWT.

Kehidupan ini sesungguhnya merupakan proses ujian bagi manusia untuk membuktikan siapa yang beriman kepada Allah dan siapa yang mendustakannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S. al-Ankabut: 3

اوُق َد َص َنيِذَّلا ُللها َّنَمَلْعَيَلَف ْمِهِلْبَق ْنِم َنيِذَّلا اَّنَتَف ْدَقَل َو

َيِبِذاكْلا َّنَمَلْعَيَل َو

Artinya: Dan sesungguhnya kami telah menguji orang orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang orang yang dusta.”

Kedua, musibah merupakan Azab dari Allah SWT. Boleh jadi musibah juga merupakan azab yang diberikan kepada manusia sebagai akibat dari kedurhakaan, kemaksiatan, serta dosa dosa yang diperbuat, sehingga berfunsi sebagai teguran untuk menyadarkan dan memperbaiki langkah kehidupan manusia itu sendiri agar kembali kejalan yang benar. Sebagai mana firman Allah SWT Q.S. al-Sajdah: 21

56 | Dr. Khairul Hamim, MA.

َنوُعِجْرَي ْمُهَّلَعَل ِ َبْكَ ْلا ِباذَعْلا َنوُد ىنْدَ ْلا ِباذَعْلا َنِم ْمُهَّنَقيِذُنَلَو

“Dan sesungguhnya kami merakan kepada mereka sebahagian Azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar ( di akhirat), mudah mudahan mereka kembali ( ke jalan yang benar).”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Musibah merupakan sifat alamiah, kedatangannya tidak bisa ditolak, kehancuran, kemusnahan, dan kefanaan adalah sifat dasar alam dunia dan kita hidup di dalam ujian. Itulah sebabnya, Rasulullah SAW pernah berwasiat dengan Sabdanya:

ٌةَقِراَفُم َكَّنِاَف َتْبَب ْحَا ْنَم ْبِب ْحَا َو ٌتِّيَم َكَّنِاَف َتْئِش اَم ْشِع

“Hiduplah sesukamu, tapi ingatlah bahwa engkau akan mati dan cintailah orang yang kamu cintai tapi ketahuilah bahwa nanti engkau akan berpisah.”

Terhadap musibah, kita tidak bisa menghindar yang penting bagi kita adalah bagaimana menyikapinya, dua orang yang menghadapi musibah yang sama tapi reaksinya bisa berlainan. Yang satu bersabar dan ikhlas menerimanya, sedang yang lainnya menerimanya dengan penuh penderitaan. Kita harus bisa membedakan antara musibah dan derita. Musibah adalah realitas objektif di luar diri kita, sedangkan derita adalah realitas subjektif (gambaran di dalam pikiran kita).

Dengan demikian, menjadi tidak aneh jika ada orang yang menderita luar biasa, setelah mendapatkan musibah, walau tak seberapa. Akan tetapi ada orang yang biasa saja, bahkan menjadi bahagia meskipun tertimpa musibah yang berat.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Seorang muslim tidak boleh tenggelam dalam kesedihan yang berlama lama. Boleh bersedih hati, tapi tidak boleh menderita, orang yang menderita berarti mendapatkan kerugian dua kali. Ibarat orang sudah jtuh tertimpa tangga lagi. Bagi orang yang beriman, musibah itu adalah ujian, bagi

Kumpulan Khutbah Jum'at & Hari Raya | 57 yang telah mempersiapkan diri dengan baik, maka musibah itu akan dihadapi dengan tenang, akinbat ketenangannya, ia bisa lulus ujian, lalu naik kelas atau naik tingkat dan naik pula derajatnya.

Dalam pandangan manusia dia menjadi lebih mulia, sedang di sisi Allah SWT dia akan mendapat pahala. Sebaliknya orang-orang yang tidak siap menghadapi ujian akan bersikap menentang, jangankan lulus ujian bahkan mereka akan dihadapkan pada sanksi dan hukuman di mata manusia, mereka menjadi hina, di hadapan Allah SWT, orang yang demikian itu pantas mendapatkan siksa. Allah maha adil dibalik setiap ujian atau musibah akan ada hikmah bagi orang orang yang meyakininya. Orang yang cerdas akan mengubah musibah itu menjadi rahmat, sedangkan orang yang bodoh mengubah musibah menjadi dua kali bencana. Rasulullah dapat berkuasa, memimpin dan membangun Madinah setelah diusir oleh kaumnya dari tanah kelahirannya mekah.

Imam Ahmad Bin Hambal menjadi imam dan pemimpin ahli-sunnah setelah dipenjara dan didera hukuman oleh penguasa pada zamannya. Demikian pula Nabi Ibrahim As.

Mendapat gelar “khalilullah” ( kekasih Allah) setelah dibakar hidup-hidup oleh Namrud. Nabi Nuh As dapat memimpin bangsanya setelah tanah airnya ditenggelamkan bersama istri dan anaknya, demikian juga Nabi Yusuf As. Nabi Ayub As. Dan nabi-nabi lainnya. Allah tidak akan pernah mengambil dari diri kita kecuali dia telah menyiapkan penggantinya yang lebih baik bagi kita, asal kita bersabar, ikhlas dan tawakal menerimanya.

Allah SWT berfirman dalam Surah al-Baqarah ayat 157

َنو ُدَتْهُْلا ُمُه َكِئلوُأَو ٌةَ ْحَرَو ْمِ ِّبَر ْنِم ٌتاوَل َص ْمِهْيَلَع َكِئلوُأ

“Mereka itulah yang akan mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari tuhannya, dan mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk.”

58 | Dr. Khairul Hamim, MA.

Inilah kabar gembira dari Allah bagi orang orang yang tertimpa musibah, karena itu jangan takut, jangan sedih dan jangan pula putus asa.

َنو ُرِفاكْلا ُمْوَقْلا َّلِإ ِللها ِحْوَر ْنِم ُسَأْيَي ل ُهَّنِإ

“Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir (Yusuf : 87 )

Hadirin kaum muslimin yang dimuliakan Allah

Demikianlah khutbah singkat ini, mudah mudahan musibah yang ditimpakan oleh Allah kepada kita baik berupa banjir, tanah longsor, kematian maupun musibah lainnya itu akan menjadi peringatan bagi kita atas kesalahan dan kekeliruan yang dilakukan, agar segera kita sadar dan kembali kejalan yang benar, dan segera bertaubat dan menyesali kesalahan yang telah dilakukan dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.

ِهْيِف َمِب ْمُكاَّيِاَو ْيِنْعَفَنَو .ِمْيِظَع ِنَاْرُقْلا ِف ْمُكَلَو ْ ِل ُللها َكَراَب

ُهَّنِا ُهَت َو َلَت ْم ُكْنَم َو ْيِّنِم َلَّبَقَت َو .ِمْيِكَ ْلا ِرْك ِّذلا َو ِةَي َلْا َنِم

ْ ِل ِمْيِظَعْلا َللهاُرِفْغَت ْساَو ا َذَه ِلْوَق ُلْوُقَا .مْيِلَعْلا ُعْيِم َّسلاَوُه

ُتاَنِم ْؤُلا َو َ ْيِنِم ْؤُلا َو ُت َمِل ْسُلا َو َ ْيِمِل ْسُلا ِرِئا َسِل َو ْم ُكَل َو

. ِمْيِحَّرلا ُروفَغْلا َوُه ُهَّنِا ُه ْوُرِفْغَت ْساَف

Kumpulan Khutbah Jum'at & Hari Raya | 59

10

HIKMAH ISRA’ MI’RAJ NABI

Dalam dokumen Kumpulan Khutbah Jum'at & Hari Raya (Halaman 59-65)