IKAN PELAGIS
3.2.1 Ikan tuna
81 3.2 Ikan Pelagis Besar
82 Famili : Scombridae
Sub Famili : Scombrinae Suku : Thunnini
Genus : Thunnus
Spesies : Thunnus albacares, T. obesus, T. alalunga, T. maccoyii, T. tongkol, T. thynnus, T. atlanticus
Tabel 7 Jenis ikan tuna besar, nama ilmiah, dan nama komersialnya No Nama Indonesia Nama Ilmiah Nama Komersial 1
2 3 4 5 6 7
Madidihang Tuna mata besar Albakora
Tuna sirip biru selatan Tuna sirip biru utara Tuna ekor panjang Tuna sirip hitam
Thunnus albacares Thunnus obesus Thunnus alalunga Thunnus maccoyii Thunnus thynnus Thunnus tongkol Thunnus atlanticus
Yellowfin tuna Bigeye tuna Albacore
Southern bluefin tuna Northern bluefin tuna Longtail tuna
Blackfin tuna
Madidihang (Thunnus albacares) memiliki badan yang besar gemuk dan kuat dengan sumber kekuatannya terletak pada pertemuan ekor dan badan. Jenis ikan ini dianggap sebagai proyektil laut terbaik dari semua jenis tuna. Linea lateralisnya berombak, sirip punggung kedua dan dubur melengkung panjang ke arah ekor yang ramping dan runcing menyerupai sabit. Ujung sirip dada berakhir pada permulaan sirip dubur, dan ciri khas ini sering digunakan untuk membedakannya dari albakora yang sirip dadanya melewati permulaan sirip dubur. Semua sirip berwarna kuning keemasan yang cerah, dan pinggirnya berwarna hitam
83
dengan ujung yang tajam (biasanya ciri ini tidak terdapat pada jenis tuna lain). Bagian atas badan berwarna keperak‐perakan (Tampubolon, 1983).
Yesaki (1983) melaporkan bahwa ukuran madidihang pertama kali matang gonad berkisar 53 cm untuk jantan dan 57 cm untuk betina di sekitar perairan Philipina, bahkan dapat mencapai 81‐100 cm untuk betina di Pasifik sebelah barat. Ikan madidihang melakukan pemijahan sepanjang tahun di daerah tropis dari Samudera Pasifik, diduga melakukan pemijahan berkali‐kali (multiple spawner), dan diperkirakan paling tidak dua kali dalam setahun. Fekunditas madidihang di perairan Hawai diperkirakan sekitar 2,4 – 8,6 juta telur tiap pemijahan. Pemijahan ikan madidihang terjadi pada perairan dengan suhu paling rendah 26oC.
Larva madidihang dengan panjang 3‐10 cm sudah dapat dibedakan dengan larva tuna mata besar dengan ditemukannya suatu melanofor pada ekor ventral madidihang, namun setelah tahap yuana kedua spesies tersebut sama‐sama memiliki melanofor.
Albakora (Thunnus alalunga) memiliki badan yang relatif pendek dan lebih kecil dibandingkan dengan tuna sirip biru, madidihang dan tuna mata besar. Permulaan sirip dada terletak di belakang lubang insang, panjang dan melengkung ke arah ekor hingga di belakang ujung sirip punggung kedua. Sirip dada yang panjangnya mencapai sepertiga dari seluruh panjang badannya merupakan cirri khas untuk mengenalinya. Siripnya berwarna hitam, warna putih di pinggir ekor sering menyulitkan untuk membedakannya dengan tuna mata besar yang masih muda. Bagian punggung badannya berwarna biru tua dan perak yang semakin memudar ke arah perut (Tampubolon, 1983)
84
Gambar 16 Jenis‐jenis ikan tuna (Thunnus) di perairan Indonesia.
Albakora diperkirakan mulai matang gonad pada ukuran sekitar 85 cm atau pada umur 5 tahun. Fekunditas ikan ini diperkirakan 0,8‐2,6 juta telur setiap pemijahan. Pemijahan ikan ini bersifat multiple spawning, meskipun frekuensinya belum diketahui.
Tuna mata besar (Thunnus obesus) bentuknya hampir sama dengan madidihang dan albakora ketika ukurannya masih kecil. Pada ikan tuna mata besar yang berukuran sekitar 30 kg/ekor, sirip dadanya hampir serupa dengan albakora dan madidihang. Namun setelah berkembang dan lebih besar lagi, sirip punggung kedua dan sirip dubur berbentuk melengkung dan lebih panjang berbeda dengan madidihang
Madidihang (Thunnus albacares) Tuna mata besar (Thunnus obesus)
Albakora (Thunnus alalunga)
Ekor panjang atau abu‐abu (Thunnus tonggol)
Tuna sirip biru selatan (Thunnus macoyii)
85
dan albakora. Sirip punggung berwarna keabu‐abuan dengan jari‐jari sirip berwarna kuning dengan pinggiran warna cokelat tua yang tidak teratur. Sirip dada atas berwarna hitam dengan bagian bawah yang keabu‐abuan. Sirip dubur berwarna putih dan ujungnya kuning dengan jari‐jari berwarna abu‐abu. Badan bagian atas umumnya berwarna biru tua dan bagian bawah berwarna keperak‐perakan dengan batas yang cukup jelas.
Miyabe (1994) mengemukakan bahwa ukuran minimum tuna mata besar untuk pertama kali matang kelamin adalah 90‐100 cm, dan ikan yang telah matang gonad dapat ditemukan sepanjang tahun di Samudera Pasifik. Namun demikian, informasi tentang lamanya musim pemijahan dan frekuensi pemijahan ikan yang sama selama satu musim pemijahan belum banyak diketahui. Telur ikan tuna mata besar ini sulit dibedakan dengan telur tuna besar lainnya. Telur yang sudah dibuahi bersifat pelagis dan non‐adesif.
Tuna sirip biru dibagi menjadi dua berdasarkan daerah penyebarannya, yaitu sirip biru selatan (Thunnus maccoyii) dan tuna sirip biru utara (Thunnus thynnus). Kedua jenis tuna ini hampir tidak ditemukan perbedaan yang menonjol kecuali dalam ukurannya, yang mana tuna sirip biru utara lebih besar dari tuna sirip biru selatan. Badan ikan tuna sirip biru berbentuk oval, tinggi, tebal dan padat berisi sekitar dada dan lonjong ke arah ekor. Siripnya sangat berguna dalam kesempurnaan peluncuran dan pergerakannya. Oleh karena itu, ikan ini memiliki kekuatan dan kecepatan renang yang sangat tinggi. Panjang
86
ikan tuna siri biru selatan dapat mencapai 200 cm dan berat 200 kg. ikan ini dapat mencapai umur lebih dari 20 tahun.
Bagian punggung tuna sirip biru berwarna biru tua dan bagian perutnya keperak‐perakan. Jari‐jari sirip punggung dan dubur berwarna kuning dengan bintik‐bintik kuning pada siripnya. Sirip punggung kedua, sirip dada dan sirip duburnya tergolong pendek. Sirip kedua untuk tuna sirip biru utara lebih tinggi dibandingkan tuna sirip biru selatan, tetapi sirip punggung pertamanya lebih rendah, bentuknya pipih bulat seperti piring dan berwarna perak. Bagian linea lateralis agak tinggi di belakang dan terpotong dengan tajam pada sisi bagian tengah dari tulang ekor.
Pemijahan tuna sirip biru selatan di perairan Indonesia diduga terjadi di Samudera Hindia sebelah selatan Jawa dan Bali. Berdasarkan data hasil tangkapan rawai tuna, tuna sirip biru selatan yang tertangkap di daerah pemijahan ini hanya yang berukuran besar dan telah siap memijah. Kematangan gonad terjadi pada ukuran 120‐130 cm, tetapi lebih sering terjadi pada ukuran 130 cm dengan umur sekitar 8 tahun.
Fekunditas untuk ukuran induk 150 cm diperkirakan mencapai 14‐15 juta telur untuk tiap kali pemijahan. Informasi tentang frekuensi pemijahan belum banyak diketahui, akan tetapi waktu pemijahan diperkirakan pada bulan Januari‐Februari karena larva ikan ini tertangkap setelah periode waktu tersebut.
87
Dinamika daerah penangkapan ikan tuna dan faktor yang mempengaruhinya
Jenis ikan tuna besar menyebar luas di seluruh perairan tropis dan subtropis. Penyebaran jenis‐jenis tuna dan cakalang tidak dipengaruhi oleh perbedaan garis bujur (longitude) tetapi dipengaruhi oleh perbedaan garis lintang (latitude) (Nakamura, 1969 diacu dalam Yunus, 2000). Penyebaran tuna ditemukan hampir di seluruh perairan Indonesia. Penyebaran di kawasan barat Indonesia (KBI) meliputi Samudera Hindia, sepanjang pantai utara dan timur Aceh, pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, sedangkan di kawasan timur Indonesia (KTI) meliputi Laut Banda, Flores, Halmahera, Maluku, Sulawesi, perairan Pasifik di sebelah utara Papua, dan Selat Makasar (Uktolseja et al., 1998).
Jenis tuna besar yang ditemukan di perairan Indonesia adalah madidihang, albakora, tuna mata besar, tuna sirip biru selatan dan tuna ekor panjang (abu‐abu). Tuna sirip biru utara dan tuna sirip hitam tidak ditemukan di Indonesia. Tuna sirip biru utara terdapat perairan Samudera Pasifik dan Atlantik, sedangkan tuna sirip hitam hanya terdapat di perairan Samudera Atlantik.
Penyebaran daerah penangkapan dan tingkat pemanfaatan beberapa jenis ikan tuna besar disajikan pada Gambar 17. Daerah penangkapan ikan tuna madidihang dan mata besar cukup luas, baik di KTI maupun di KBI, dan tingkat pemanfaatannya bervariasi dari rendah hingga tinggi. Daerah penangkapan ikan tuna albakora juga tersebar luas di KTI dan KBI, namun tingkat pemanfaatannya masih berkisar pada
88
kategori rendah hingga sedang. Daerah penangkapan ikan tuna sirip biru selatan hanya terdapat di KBI, yaitu di perairan selatan Jawa.
Sumber : data diolah dari statistik perikanan Indonesia (2004)
Gambar 17 Penyebaran ikan tuna dan tingkat pemanfaatannya di perairan Indonesia.
Penyebaran ikan tuna di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungan. Faktor internal meliputi jenis (genetis), umur dan ukuran, serta tingkah laku (behaviour). Perbedaan genetis ini menyebabkan perbedaan dalam morfologi, respon fisiologis dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Faktor eksternal merupakan faktor
Jenis ikan tuna : Tingkat pemanfaatan
< 33,3 33,4 – 66,7 – 100,0 Ket :
Madidihang Mata besar Albakora Sirip biru selatan
89
lingkungan, seperti suhu, salinitas, densitas dan kedalaman lapisan thermoklin, arus dan sirkulasi massa air, serta kelimpahan makanan.
Ikan tuna adalah ikan perenang cepat dan hidup bergerombol (schooling) sewaktu mencari makan. Kecepatan renang ikan dapat mencapai 50 km/jam. Kemampuan renang ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebarannya dapat meliputi skala ruang (wilayah geografis) yang cukup luas, termasuk di antaranya beberapa spesies yang dapat menyebar dan bermigrasi lintas samudera.
Kedalaman renang ikan tuna bervariasi tergantung jenis atau spesiesnya. Kedalaman lapisan renang ikan, termasuk tuna dipengaruhi oleh sebaran suhu secara vertikal. Ikan tuna dapat melakukan migrasi atau berenang ke lapisan perairan yang lebih dalam atau ke lapisan permukaan untuk menghindari perubahan suhu perairan yang tidak dikehendaki. Penyebaran ikan tuna secara vertikal di perairan tropis sangat dipengaruhi oleh lapisan termoklin. Ikan tuna dan cakalang umumnya tertangkap pada kedalaman 0‐400 meter (Tabel 8). Ikan madidihang umumnya terdapat pada lapisan homogen (mix layer) di atas termoklin, tuna mata besar terdapat pada lapisan termoklin, sedangkan albakora dan tuna sirip biru selatan terdapat di bawah lapisan termoklin.
Kisaran suhu perairan untuk penyebaran habitat dan penangkapan ikan tuna juga cukup bervariasi (Tabel 8).
Madidihang termasuk ikan penjelajah perairan oseanis, dan biasanya ditemukan bergerombol. Ikan ini ditemukan hampir di seluruh laut yang hangat kecuali Laut Mediterania. Penyebaran geografisnya mencakup daerah yang sangat luas di seluruh daerah tropis dan
90
subtropis Samudera Hindia, Pasifik, dan Atlantik. Penyebarannya di Indonesia terdapat hampir di seluruh perairan oseanis (Allen &
Swainston, 1988). Jenis tuna ini menyebar di perairan dengan kisaran suhu antara 17‐31oC dengan suhu optimum yang berkisar antara 19‐23oC (Nontji, 1987), sedangkan suhu yang baik untuk kegiatan penangkapan berkisar antara 20‐28oC (Uda, 1952 diacu dalam Laevastu & Hela, 1970).
Tabel 8 Kisaran suhu perairan untuk penyebaran habitat dan daerah penangkapan, serta lapisan renang ikan tuna yang tertangkap Jenis ikan Kisaran suhu perairan (oC) untuk Lapisan
renang (meter) Habitat Daerah penangkapan
Penyebaran Optimum Penyebaran Optimum Cakalang
Madidihang Tuna mata besar Albakora Tuna sirip biru
17‐28 18‐31 11‐28 14‐23 12‐25
20‐24 20‐28 17‐23 14‐22 14‐21
19‐23 20‐28 18‐23 15‐21 15‐22
16‐22 21‐24
‐ 15‐19
‐
0‐40 0‐200 50‐400 20‐300 50‐300 Sumber : Laevastu & Hela (1970)
Menurut Uktolseja et al. (1998), panjang madidihang bisa mencapai lebih dari 2 meter. Yesaki (1983) melaporkan bahwa madidihang yang tertangkap di perairan Philipina sangat bervariasi, baik ukuran kecil (15‐60 cm/ekor) maupun ukuran besar (lebih panjang dari 110 cm/ekor). Selanjutnya Allen & Swainston (1988) melaporkan bahwa ikan madidihang tertangkap di sebelah barat Australia pada ukuran hingga 210 cm, bahkan pernah tertangkap dengan berat 176,4 kg/ekor.
Madidihang seringkali menunjukkan pergerakan diurnal vertikal, yaitu dekat permukaan pada malam hari dan di lapisan yang lebih dalam
91
pada siang hari. Namun penyebaran vertikalnya masih berada di atas lapisan termoklin.
Madidihang, terutama ukuran sedang dan besar sering berasosiasi dengan lumba‐lumba. Dalam hal ini schooling madidihang umumnya terdapat di bawah lapisan renang lumba‐lumba. Berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa keberadaan madidhang bersama‐sama dengan lumba‐lumba diduga karena ada kesamaan preferensi terhadap makanan. Jenis makanan yang ditemukan pada lambung kedua jenis biota tersebut hampir sama. Kebersamaan ikan madidihang dan lumba‐
lumba juga dapat dianggap sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan proteksi terhadap serangan predator.
Tuna mata besar banyak ditemukan di perairan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia pada daerah laut tropis maupun sub tropis. Tuna mata besar (Thunnus obesus) menyebar dari Samudera Pasifik melalui perairan di antara pulau‐pulau di Indonesia sampai ke Samudera Hindia.
Habitat ikan ini terutama ditemukan di perairan sebelah selatan Jawa, sebelah barat daya Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara, Laut Banda dan Laut Maluku. Menurut Uda (1952) diacu dalam Laevastu & Hela (1970), tuna mata besar merupakan jenis ikan yang memiliki toleransi suhu yang paling besar, yaitu antara 11‐28oC dengan kisaran suhu untuk penangkapan antara 18‐23oC. Kedalaman habitat perairan bagi tuna mata besar umumnya terdapat pada 10‐120 meter dengan suhu rata‐
rata 10‐23oC (Tampubolon, 1983), namun menurut Laevastu & Hela (1970) ikan tersebut dapat ditemukan pada kedalaman 50‐400 meter.
92
Penyebaran albakora (Thunnus alalunga) sangat dipengaruhi oleh suhu, dan jenis ikan ini menyenangi suhu yang relatif lebih rendah dibandingkan madidihang. Albakora biasanya tertangkap dari perairan dengan suhu permukaan laut 15‐19oC (Tabel 14). Ikan albakora ukuran kecil cenderung berada di perairan yang lebih dingin dengan kisaran suhu yang sempit, sedangkan ukuran yang lebih besar mampu beradaptasi pada kisaran yang lebih lebar. Ikan dewasa berukuran besar dapat melakukan migrasi secara vertikal ke lapisan yang lebih dalam dengan kondisi suhu perairan yang lebih dingin.
Tuna sirip biru selatan hanya ditemukan di belahan bumi selatan.
Oleh karena itu jenis ikan ini sering disebut sebagai southern bluefin tuna. Jenis ikan ini tidak terlalu banyak tertangkap oleh nelayan Indonesia, dan umumnya tertangkap dari perairan Samudera Hindia dengan rawai tuna.
Tuna sirip biru utara dan tuna sirip biru selatan merupakan jenis tuna yang tergolong highly migratory fish yang dapat berenang rata‐rata 13 mil per hari. Ikan ini mampu berenang menuju perairan yang lebih dingin dari Samudera Atlantik Utara sampai mencapai bagian tengah dari Norwegia dan sub Antartika. Suhu optimal bagi tuna sirip biru adalah 11‐
20oC (Rothschild & Suda, 1977 dan Tampubolon, 1983).
Ikan tuna sirip biru selatan yang berumur lebih muda (ukuran kecil) umumnya lebih memilih habitat di perairan pantai dan paparan benua dibandingkan dengan ukuran besar yang cenderung memilih perairan lepas pantai. Hal ini terbukti dari komposisi hasil tangkapan dari perairan Australia Barat bagian barat daya yang didominasi oleh ikan
93
berumur 1‐3 tahun, sedangkan semakin ke arah timur (lepas pantai) didominasi oleh ikan berumur 2‐6 tahun.