• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usia Dini

A. Tokoh Pendidikan Manca Negara 1. Johann Amos Comenius

3. Jean Jacques Rousseau

Jean Jacques Rousseau dilahirkan Geneva, Switzerland tahun 1712. Rousseau adalah seorang filosof yang tulisannya fokus pada pendidikan, religius, sosial dan politik. Ia terkenal dan sering juga disebut sebagai bapak dari early childhood educationdan progressive education (Puckett dan Diffily, 2004: 41-42).

Pemikiran dan karya Rousseau sangat dilatarbelakangi oleh kehidupan masyarakat Perancis pada kala itu, dimana umumnya kehidupan keluarga bangsawan memperlihatkan suatu hal yang sangat menyedihkan. Mereka larut dalam pesta pora yang tidak berkesudahan, sehingga orangtua melalaikan kewajiban mereka dalam mengasuh anak, dan bahkan menyerahkan pendidikan anak mereka pada budak yang kerap buruk kehidupannya.

Dalam salah satu buku yang berjudul “ Emile ou de l’education” yang berisi gagasan tentang pendidikan, pada halaman pertama Rousseau menulis bahwa “semua baik dari tangan sang pencipta, semua menjadi buruk ditangan

manusia”. Kesimpulan dari pandangan tersebut adalah kodrat manusia adalah baik, masyarakat adalah buruk, untuk memperbaiki kesusilaan, kebiasaan dalam masyarakat, orang wajib kembali ke alam / kodrat (Ag Soejono, 1988: 23-29).

Berdasarkan dari beberapa sumber (Puckett dan Diffily, 2004: 41-42; Essa, 2011:124-125; Ag Soejono, 1988: 126-129) dapat dijelaskan sejumlah pemikiran Rousseau yang sangat memiliki kontribusi terhadap dunia pendidikan pada jamannya dan sampai saat kini.

• Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia bebas, merdeka tanpa tekanan atau ikatan. Anak bebas menentukan akan menjadi apa ia kelak.

• Jenis pendidikan harmoni meliputi jasmani dan rohani, termasuk pendidikan intelektual, akhlak dan ke- susilaan.

• Usaha pendidikan secara individual, agar anak didik tidak mendapat pengaruh dari orang lain, diluar ma- syarakat bahkan terlepas dari orangtuanya. Pendapat ini kemudian menjadi kontroversi dalam masyarakat pendidikan.

• Alat pendidikan berupa kebebasan dan kemerdekaan sebagai konsekwensi dari gagasannya, bahwa alam/ kodrat anak adalah baik, tanpa kekangan sesuatu apapun.

• Tugas pendidikan adalah membiarkan anak berkembang menurut alamnya dan menjauhkan pengaruh yang jelek, karena kodrat anak adalah baik.

Rousseau berperan penting dalam mengubah pandangan selama ini bahwa anak sebagai miniatur orang dewasa “child as a miniature adult” (Puckett dan diffily, 2004: 42). Diyakini bahwa anak diberkahi sesuatu bawaan yang baik dari sang Pencipta.

4. Johann Heinrich Pestalozzi

Johann Heinrich Pestalozzi seorang ahli pendidikan Switzerland yang hidup pada tahun 1746-1827. Pemikiran Pestalozzi dalam memiliki pengaruhnya cukup besar terhadap dunia pendidikan karena pembaharuan yang dilakukankannya dalam praktik pendidikan saat ini dalam Soejono (1988:32- 39) dan Essa (2003:125).

Pestalozzi mendirikan sekolah di tanah pertaniannya dengan nama

“Neuhof” (Puckett dan Diffily, 2004:42-43). Di sekolah itu Pestalozzi mengembangkan idenya tentang keterpaduan antara kehidupan rumah, pendidikan kejuruan dan pertanian. Prinsip-prinsip bimbingan yang diberikan pada anak, diantaranya:

- Pendidikan harus didasarkan pada psikologi anak

- Anak berkembang secara fisik, mental, moral melalui pengalaman

- Pengalaman-pengalaman harus meliputi kesan yang menyenangkan, pengamatan yang hati-hati, pengertian yang jelas dan pengaplikasian be- lajar dalam aktivitas sehari-hari.

- Perkembangan belajar melalui hal-hal yang paling mudah yang lebih sulit/kompleks dan dari yang kongkrit ke abstrak, dari pengalaman menuju ke keputusan dan aturan-aturan.

- Guru harus mempertimbangkan dan respek kepada hal-hal yang disenangi oleh anak. Kesiapan dalam belajar lebih lanjut, kebebasan berekspresi diri dan kebutuhan sosial dan emosional.

- Disiplin dibutuhkan tetapi harus bersifat membangun bukan untuk menghukum. Bahkan bila anak terta- rik dan aktif, disiplin yang terlalu keras menjadi tidak dibutuhkan (Puckett dan Diffily, 2004: 43-45)

Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini

Implikasi Teori Pestalozzi dalam Pendidikan

Melalui teori AVM (Auditori, Visual, Memori) dapat berkembang kemampuan lain, sebagai contoh: melalui pengalaman nyata seperti melihat gunung, seorang anak dapat berimajinasi membuat bentuk gunung saat ia bermain pasir atau mengekspresikan bakat dan minatnya menggambar gunung di selembar kertas.

Selanjutnya dipaparkan contoh implementasi teori AVM dalam pembelajaran anak usia dini pada berbagai lembaga pendidikan.

Di Play Group ( Usia 2-3 tahun)

 Melalui konsep pendengaran (Auditory)

Berikan alat permainan yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian, seperti boneka-bonekaan yang dapat tertawa, berbicara dan atau bernyanyi.

 Melalui konsep penglihatan (Visual)

Beri warna-warna primer yang menarik di kamar tidur anak sehingga dapat merangsang mata dan peng- lihatan anak, seperti gambar mobil pemadam kebakaran yang berwarna merah.

 Konsep ingatan (memory)

Melalui konsep bercerita sederhana, singkat, aktual dan dekat dengan kehidupan sehari-hari anak. Agar anak dapat selalu mengingat isi atau pesan yang disampaikan dalam cerita, maka perlu alat peraga yang menarik baik dalam tampilan warna ataupun bunyi yang dikeluarkan.

Di Taman Kanak-kanak (Usia 3-6 tahun)

 Konsep pendengaran (Auditory)

Guru dan anak anak bertepuk tangan sebelum melakukan kegiatan, sehingga anak dapat mendengar berbagai macam bunyi pola tepuk.

 Konsep penglihatan (Visual)

Letakkan cermin di dalam kelas, sehinga anak dapat melihat dirinya sendiri dengan bagian-bagian tubuhnya.

 Konsep ingatan (Memory)

Guru menyediakan kartu gambar seri. Guru bercerita tentang isi gambar secara berurutan. Kemudian minta salah satu anak menceritakan kembali tentang isi gambar dengan menggunakan kata-katanya sendiri

Di Sekolah Dasar (Usia 6 8 tahun)

 Konsep pendengaran (Auditory)

Melalui mainan tabung suara anak dapat mendengar dan mencermati bermacam-macam bunyi gesekan pasir, batu atau tepung yang dimasukan kedalam botol plastik.

 Konsep penglihatan (Visual)

Melalui drama pantomim anak dapat melihat dan mengikuti gaya/gerakan yang diperagakan guru.

 Konsep Ingatan (Memory)

Melalui kegiatan menari anak akan mendengarkan musik/lagu, melihat gerakan tari yang diajarkan dan mengingat musik dan gerakan tari tersebut; sehingga ada kordinasi antara gerakan tubuh dengan irama musik.

Teori Audio Visual Memory (AVM)

Merujuk dari beberapa sumber (Brewer 2007:3-4; Essa 2003:125; Puckett & Diffily, 2004:43-45) Teori ini mengandung intisari bahwa melalui pengembangan AVM dapat dikembangkan potensi lain, seperti daya imajinasi, kreativitas, bakat, minat dari seorang anak, karena melalui pengembangan:

Auditory, anak dapat mengoptimalkan pendengarannya.

Visual, anak dapat mengunakan penglihatannya dengan baik.

Memory, anak dapat menggunakan dan melatih ingatan secara baik.

Konsep dalam Mengasuh, Membimbing dan Mendidik

Pestalozzi berpendapat bahwa pendidikan anak perlu memperhatikan 5 konsep dalam mengasuh, mem- bimbing dan mendidik, yaitu:

Heart, pendidik anak usia dini harus membelajarkan dengan ikhlas dari lubuk hatinya dan bukan berdasarkan paksaan.

Hand, pendidik harus mempunyai keterampilan untuk berkreativitas sehingga stimulasi yang di berikan pada anak sesuai, tepat dan menarik.

Health, pendidik harus sehat secara fisik dan rohani karena sosok seorang pendidik akan sangat berpengaruh pada kelangsungan pembelajaran dan kehidupan anak.

Head, pendidik harus mempunyai wawasan berpikir yang luas sehingga diharapkan wawasan anak yang dididiknyapun akan semakin bertambah.

Harmonis, pendidik harus dapat membuat anak aman, nyaman dan menyenangkan selama mengikuti kegiatan belajar.

Dalam hal belajar bagi anak, pestalozzi sangat menekankan pengalaman belajar melalui indra pengamatan dan persepsi yang dapat memberikan pengalaman pada proses mental kepada anak. Indera adalah pintu gerbang dan sekaligus sebagai sarana untuk terjadinya proses mental pada anak.

Menurut Pestalozzi pada hakikatnya anak adalah pribadi yang memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan. Selain itu, anak seharusnya tidak hanya sebagai makhluk individu, akan tetapi harus dipandang sebagai anggota masyarakat.

Tujuan pendidikan adalah membimbing anak menjadi orang yang baik dengan jalan mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak. Pandangan Pestalozzi banyak dipengaruhi oleh teori yang dikemukakan oleh tokoh pendidikan, diantaranya: Rousseau, yang memfokuskan pandangan kepada lingkungan alam sebagai sarana untuk pembatasan spirit anak; Plato, yang memandang anak sebagai masa elastis dan ekspresif dari faktor pembawaan; Comenius, yang memandang bahwa pengalaman sensori anak dapat mewujudkan potensi ke permukaan kesadaran serta John Locke, yang memandang anak sebagai subjek bagi pengaruh-pengaruh lingkungan.

Implikasi Teori Pestalozzi dalam Pendidikan

Melalui teori AVM (Auditori, Visual, Memori) dapat berkembang kemampuan lain, sebagai contoh: melalui pengalaman nyata seperti melihat gunung, seorang anak dapat berimajinasi membuat bentuk gunung saat ia bermain pasir atau mengekspresikan bakat dan minatnya menggambar gunung di selembar kertas.

Selanjutnya dipaparkan contoh implementasi teori AVM dalam pembelajaran anak usia dini pada berbagai lembaga pendidikan.

Di Play Group ( Usia 2-3 tahun)

 Melalui konsep pendengaran (Auditory)

Berikan alat permainan yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian, seperti boneka-bonekaan yang dapat tertawa, berbicara dan atau bernyanyi.

 Melalui konsep penglihatan (Visual)

Beri warna-warna primer yang menarik di kamar tidur anak sehingga dapat merangsang mata dan peng- lihatan anak, seperti gambar mobil pemadam kebakaran yang berwarna merah.

 Konsep ingatan (memory)

Melalui konsep bercerita sederhana, singkat, aktual dan dekat dengan kehidupan sehari-hari anak. Agar anak dapat selalu mengingat isi atau pesan yang disampaikan dalam cerita, maka perlu alat peraga yang menarik baik dalam tampilan warna ataupun bunyi yang dikeluarkan.

Di Taman Kanak-kanak (Usia 3-6 tahun)

 Konsep pendengaran (Auditory)

Guru dan anak anak bertepuk tangan sebelum melakukan kegiatan, sehingga anak dapat mendengar berbagai macam bunyi pola tepuk.

 Konsep penglihatan (Visual)

Letakkan cermin di dalam kelas, sehinga anak dapat melihat dirinya sendiri dengan bagian-bagian tubuhnya.

 Konsep ingatan (Memory)

Guru menyediakan kartu gambar seri. Guru bercerita tentang isi gambar secara berurutan. Kemudian minta salah satu anak menceritakan kembali tentang isi gambar dengan menggunakan kata-katanya sendiri

Di Sekolah Dasar (Usia 6 8 tahun)

 Konsep pendengaran (Auditory)

Melalui mainan tabung suara anak dapat mendengar dan mencermati bermacam-macam bunyi gesekan pasir, batu atau tepung yang dimasukan kedalam botol plastik.

 Konsep penglihatan (Visual)

Melalui drama pantomim anak dapat melihat dan mengikuti gaya/gerakan yang diperagakan guru.

 Konsep Ingatan (Memory)

Melalui kegiatan menari anak akan mendengarkan musik/lagu, melihat gerakan tari yang diajarkan dan mengingat musik dan gerakan tari tersebut; sehingga ada kordinasi antara gerakan tubuh dengan irama musik.

Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini

pengolah dan penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi, (3) lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi yaitu sebagai konsumen. Adapun yang dimaksud dengan ’bahan’ ini dapat saja berupa tanaman, tanah, batu- batuan, kebun, sungai dan ladang, pengrajin kayu, rotan dan pasar atau toko sebagai pusat jual beli bahan- bahan jadi tersebut.

Langkah Pembelajaran Barang Sesungguhnya

Pembelajaran melalui barang sesungguhnya memiliki 5 (lima) langkah sebagai berikut: (1) menentukan sesuatu yang menjadi pusat minat anak, (2) melakukan perjalanan sekolah, (3) membahas hasil pengamatan, (4) menceritakan kembali lingkungan yang telah diamati dan (5) kegiatan ekspresi dalam bentuk pameran hasil karya anak.

Berikut ini adalah contoh kongkrit dalam pembelajaran barang sesungguhnya.

1) Menentukan sesuatu yang menjadi pusat minat anak

Pusat minat anak ditentukan berdasarkan bahan-bahan pembelajaran yang terdapat pada lingkungan di sekitar anak. Penentuan pusat minat sebaiknya ditentukan berdasarkan lingkungan yang paling dekat dengan diri anak itu sendiri, kemudian berangsur-angsur ke lingkungan yang terjauh.

Misalnya: singkong, umbi dan kentang.

2) Melakukan studi wisata

Setelah ditentukan pusat minat anak dan diberikan penjelasan tentang pusat minat tersebut, maka anak bersama guru melakukan perjalanan dari sekolah ke situasi dan kondisi yang menjadi pusat minat terse- but. Selama perjalanan sekolah, anak diajak untuk melakukan berbagai pengamatan pada kondisi sesung-guhnya ditempat itu. Pada kondisi inilah keaktifam dan perhatian spontan anak akan muncul.

Mungkin secara tiba-tiba ada seekor kupu-kupu hinggap pada setangkai bunga kemudian secara spontan anak ber-tanya “Mengapa kupu-kupu itu hinggap pada bunga itu?” Spontanitas anak ini sudah tentu akan mengun-dang dialog dan interaksi positif antara anak dengan guru atau antara anak. Dari sinilah pengembangan bahasa dan pengembangan intelektual dapat secara bersama-sama dikembangkan.

3) Pembahasan hasil pengamatan

Berbagai bahan lingkungan yang telah diamati anak kemudian dibicarakan lagi dalam kelas.

Pembahasan dilakukan dengan menggunakan gambar tentang berbagai aspek penting yang mewakili lingkungan yang telah diamati anak. Dalam situasi interaksi ini dibahas berbagai hal yang dilihat dan ditemukan anak dari hasil pengamatannya dengan menggunakan bantuan gambar-gambar.

4) Menceritakan lingkungan yang diamati

Untuk menanamkan perilaku positif anak pada lingkungan, guru hendaknya menceritakan berbagai pe- ristiwa atau kondisi lingkungan yang diamati serta dihubungkan dengan peristiwa atau kondisi lain yang relevan, terutama dengan tindakan dan sikap anak terhadap lingkungan tersebut.

5) Kegiatan Ekspresi

Agar anak lebih menghayati kondisi lingkungan yang telah diamati, guru menugaskan anak untuk mengekspresikan hal-hal yang ada pada lingkungan melalui berbagai kegiatan seperti mewarnai, meng- gambar, membuat suatu keterampilan, menirukan gerak-gerik orang yang diamati atau melalui berbagai bentuk permainan dan nyanyian.

Contoh implementasi dalam pembelajaran ini:

USIA KEGIATAN METODE BAHAN

2 – 3 Tahun Mengenal Tanaman Praktik Langsung Tanaman sekitar lingkungan, alat untuk menyiram dan air 3 – 6 Tahun Menanam biji kacang hijau Praktik Langsung Wadah Kecil, Kapas, Biji kacang hijau, Air 6 – 8 Tahun Berkebun Praktik Langsung Lahan kosong sekitar lingkungan, biji-bijian.