• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat dan Landasan

E. Peran LPTK (S1 PG-PAUD) dalam Menyiapkan Guru/

6. Pendidikan Profesi Guru

Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini

a. Pengertian Program PPG

Menurut UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian program PPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1Kependidikan dan S-1/D-IV Non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru, agar mereka dapat menjadi guru yang profesional sesuai dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik

Sesuai pasal 1 ayat 2 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pendidikan Profesi Guru disebutkan bahwa program pendidikan profesi guru prajabatan yang selanjutnya disebut program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 kependidikan dan S1/D IV non kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik profesional pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

b. Landasan Penyelenggaraan Program PPG

Merujuk pada bahan seminar dan sosialisasi Pendidikan Profesi Guru (Kemendiknas, Dirjen Dikti, 2010) landasan penyelenggaraan program PPG sangatlah kuat dan patut untuk dilaksanakan. Perundang-undangan dan peraturan pemerintah yang terkait dengan hal tersebut adalah (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; (4) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; (5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru; (6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 tentang Program Pendidikan Profesi Guru Pra-Jabatan; (7) Naskah Akademik Program PPG Pra-Jabatan; (8) Panduan Penyelenggaraan Program PPG Pra-Jabatan.

c. Tujuan Program PPG

Mengacu pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tujuan umum program PPG adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi mahasiswa didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan khusus program PPG seperti yang tercantum dalam pasal 2 Permendiknas Nomor 8 Tahun 2009 adalah untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, dan pelatihan mahasiswa didik serta melakukan penelitian, dan mampu mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.

d. Program PPG PAUD

Berkenaan dengan PPG bagi pendidik yang melayani anak usia dini (berdasarkan UU No.20 Tahun 2003, adalah anak sejak lahir- 6 tahun), dianggap mengasuh, membimbing dan mendidik anak usia dini adalah hal yang mudah, siapapun dapat melakukannya tanpa harus mengikuti pendidikan tinggi apalagi memiliki sertifikat sebagai Pendidik. Itu berarti, siapapun dengan latar belakang pendidikan dari manapun dapat menjadi guru, tanpa perlu tanpa adanya legalisasi kompetensi dari masyarakat dan pemerintah.

Alasan lainnya adalah berkaitan dengan kualitas, performa dan kesejahteraan guru yang saat ini sudah menjadi guru di berbagai Lembaga PAUD terutama di TK.

Apabila ditinjau dari segi kualitas, guru anak usia dini di Indonesia belum sesuai dengan apa yang diharapkan dalam PP No. 14 tahun 2005 dan PP No 19 tahun 2005, yaitu berkualifikasi minimal S1 atau DIV dan memiliki kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian dan profesional.

(4) memahami perspektif orang lain, dan merundingkan dan menerapkan aturan dalam kehidupan;

(5) memahami dan respek terhadap pelbagai sosial dan budaya;

(6) mengetahui tentang peran masyarakat dan sosial;

(7) menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara efektif yang berguna bagi upaya belajar dan berpikir;

(8) menjadi individu yang memahami dan memperoleh kepuasan, selain memperoleh informasi, melalui membaca dan menulis;

(9) berpikir secara kritis, memberi alasan, dan memecahkan masalah;

(10) membangun pengertian tentang relasi di antara objek, orang, dan kejadian, seperti mengklasifikasikan, mengurutkan, bilangan, ruang, dan waktu;

(11) membangun pengetahuan tentang dunia fisik, memanipulasi objek untuk sesuatu pengaruh teertentu yang dikehendaki, dan memahami hubungan sebab akibat;

(12) memperoleh pengetahuan; serta

(13) mengapresiasi mengenai seni, kemanusiaan, dan ilmu pengetahuan.

Dalam perkembangan selanjutnya, dampak dari kebutuhan yang sangat besar terhadap pendidik/ guru anak usia dini yang mampu melayani anak secara profesional, maka baik pemerintah dan lembaga non pemerintah telah menggulirkan berbagai program peningkatan kinerja guru melalui program singkat, seperti seminar, workshop, lokakarya, magang dan atau kursus.

a. Pengertian Program PPG

Menurut UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian program PPG adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1Kependidikan dan S-1/D-IV Non Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru, agar mereka dapat menjadi guru yang profesional sesuai dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik

Sesuai pasal 1 ayat 2 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pendidikan Profesi Guru disebutkan bahwa program pendidikan profesi guru prajabatan yang selanjutnya disebut program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 kependidikan dan S1/D IV non kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar menguasai kompetensi guru secara utuh sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik profesional pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

b. Landasan Penyelenggaraan Program PPG

Merujuk pada bahan seminar dan sosialisasi Pendidikan Profesi Guru (Kemendiknas, Dirjen Dikti, 2010) landasan penyelenggaraan program PPG sangatlah kuat dan patut untuk dilaksanakan. Perundang-undangan dan peraturan pemerintah yang terkait dengan hal tersebut adalah (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen; (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; (4) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; (5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru; (6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 8 Tahun 2009 tentang Program Pendidikan Profesi Guru Pra-Jabatan; (7) Naskah Akademik Program PPG Pra-Jabatan; (8) Panduan Penyelenggaraan Program PPG Pra-Jabatan.

c. Tujuan Program PPG

Mengacu pada pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tujuan umum program PPG adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi mahasiswa didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan khusus program PPG seperti yang tercantum dalam pasal 2 Permendiknas Nomor 8 Tahun 2009 adalah untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan, dan pelatihan mahasiswa didik serta melakukan penelitian, dan mampu mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.

d. Program PPG PAUD

Berkenaan dengan PPG bagi pendidik yang melayani anak usia dini (berdasarkan UU No.20 Tahun 2003, adalah anak sejak lahir- 6 tahun), dianggap mengasuh, membimbing dan mendidik anak usia dini adalah hal yang mudah, siapapun dapat melakukannya tanpa harus mengikuti pendidikan tinggi apalagi memiliki sertifikat sebagai Pendidik. Itu berarti, siapapun dengan latar belakang pendidikan dari manapun dapat menjadi guru, tanpa perlu tanpa adanya legalisasi kompetensi dari masyarakat dan pemerintah.

Alasan lainnya adalah berkaitan dengan kualitas, performa dan kesejahteraan guru yang saat ini sudah menjadi guru di berbagai Lembaga PAUD terutama di TK.

Apabila ditinjau dari segi kualitas, guru anak usia dini di Indonesia belum sesuai dengan apa yang diharapkan dalam PP No. 14 tahun 2005 dan PP No 19 tahun 2005, yaitu berkualifikasi minimal S1 atau DIV dan memiliki kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian dan profesional.

Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini

PPG Pra Jabatan yang belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan berdasarkan hasil asesmen (berdasarkan standar kompetensi lulusan melalui tes penguasaan SKL). Kurikulum matrikulasi adalah kurikulum S1 kependidikan dapat berupa matrikulasi matakuliah akademik kependidikan, maupun akademik bidang studi. (Sumber: Pedoman Penyelenggaraan PPG Anak Usia Dini, Dikti, Kemdiknas, 2009)

Merujuk pada dokumen Program Penyelenggaraan PPG PAUD (Dirjen DIKTI, Depdiknas, 2009: 9-11) diketahui bahwa pada kompetensi pedagogik, guru tidak atau belum memahami perkembangan anak dan cara mendidik anak sesuai dengan kebutuhan/ tahapan perkembangan anak. sehingga wajar saja jika guru salah/ keliru menanamkan konsep awal pada anak usia dini. Apa yang diajarkan guru hanya berdasarkan pengalaman nenek moyangnya/pendahulunya bahkan banyak juga guru yang masih melakukan tindak kekerasan pada anak usia dini;

Pada kompetensi profesional guru anak usia dini belum mampu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini. Guru tidak memberikan layanan bimbingan/konseling pada anak usia dini secara komprehensif. Guru belum mampu menjadi contoh teladan, fasilitator, motivator dan teman bermain bagi anak secara optimal. Masih banyak guru yang selalu menggunakan teori belajar behavioristik, tidak dimodifikasi dengan teori belajar yang lain sehingga guru cenderung bersifat otoriter atau teacher center bukan student center. Selain itu, guru juga masih banyak yang kurang cakap dalam mencatat, mengelola, mengarsipkan dan menggunakan kembali dokumen-dokumen yang mereka miliki; Pada kompetensi sosial, masih ada guru yang kurang membina kerjasama dengan sesama guru, orangtua dan masyarakat. Masih ada guru yang berpenyakit hati terhadap keberhasilan orang lain. Membina kerjasama dengan orangtua masih dirasa kurang, guru selalu mengharapkan orangtua yang selalu hadir dalam program sekolah namun guru masih jarang melakukan home visit, hanya dilakukan jika anak mengalami masalah. Ada juga yang malas mengikuti organisasi profesi karena dianggapnya buang-buang waktu atau ada kesibukan lain yang lebih menarik. Guru juga jarang terlibat dalam event-event social politik pemerintah, padahal guru bisa berkiprah dengan keunggulannya mencerdaskan kehidupan; Pada kompetensi kepribadian, masih banyak guru yang belum memiliki konsep diri positif terhadap diri dan lingkungannya. Sikap negatif lebih banyak ditonjolkan seperti egosentris, otoriter berlebihan, malu, kurang percaya diri, dan sebagainya. Nilai-nilai budaya yang luhur sudah mulai pudar dari diri guru. dengan adanya kemajuan ilmu dan teknologi. Yang dimaksud misalnya guru kurang mampu menyaring budaya kapitalisme/sekulerisme untuk diterapkan pada pendidikan anak usia dini. Guru kadang mengabaikan sisi psikologis dan sosial dengan penggunaan alat-alat teknologi canggih.

Pelanggaran hak-hak asasi manusia juga masih saja dilakukan pada anak usia dini. Adanya pemberian hukuman yang tidak mendidik bahkan mencelakakan anak masih saja dilakukan oleh guru yang tidak memahami perkembangan anak dan cara mendidik.

e. Calon Peserta dan Rekruitmen Program PPG

Peserta program PPG dapat berasal dari lulusan mahasiswa S1 jalur kependidikan dan non kependidikan, sehingga apabila di kelompokkan dapat berasal dari:

 S-1 Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh (bersifat linier, misalnya lulusan S1 PG PAUD ikut PPG Anak Usia Dini);

 S-1 Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, dengan me- nempuh matrikulasi;

 S-1/D-IV Non Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi;

S-1/D-IV Non Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi;

 S-1 Psikologi untuk program PPG pada PAUD atau SD, dengan menempuh matrikulasi.

Program matrikulasi hanya dipersiapkan bagi peserta PPG pra jabatan. Artinya lulusan S-1 Kependidikan dan S-1/D-IV Non Kependidikan yang tidak sesuai (linier) dengan program PPG yang akan diikuti, harus mengikuti program matrikulasi.

Matrikulasi adalah sejumlah matakuliah yang wajib diikuti oleh peserta program PPG yang sudah dinyatakan lulus seleksi untuk memenuhi kompetensi akademik bidang studi dan/atau kompetensi akademik kependidikan sebelum mengikuti program PPG. Matrikulasi diperuntukkan bagi calon peserta Program

PPG Pra Jabatan yang belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan berdasarkan hasil asesmen (berdasarkan standar kompetensi lulusan melalui tes penguasaan SKL). Kurikulum matrikulasi adalah kurikulum S1 kependidikan dapat berupa matrikulasi matakuliah akademik kependidikan, maupun akademik bidang studi. (Sumber: Pedoman Penyelenggaraan PPG Anak Usia Dini, Dikti, Kemdiknas, 2009)

Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini

BAB 3

Tujuan, Fungsi