RANAH KEBAHASAAN YANG MENJADI TUMPUAN KAJIAN
A. Teks sebagai Basis Kajian Linguistik Forensik
4. Jenis dan Struktur Teks
55 BAB 2 | Ranah Kebahasaan yang Menjadi Tumpuan Kajian Linguistik Forensik dalam analogi genom disebut Intron. Penyalinan di atas merupakan contoh penyalinan yang berupa repetisi bentuk. Contoh penyalinan yang berupa repetisi makna dalam bentuk sinonim, adalah pengulangan kata “pemilihan” dengan akronim “pilkada” yang juga terdapat pada paragraf yang berbeda dan telah diselingi paragraf lain (sebagai intron, dalam konsep gen); penyalinan lain dalam bentuk repetisi semantik, khususnya berupa hiponimi adalah “Al Maidah 51” dengan bentuk “haji, hajjah, umroh” yang keempat-empatnya merupakan bentuk hiponim dari konsep Islam. Jadi, meskipun Ahok ingin mengaburkan tujuan sosial (cerita yang disampaikan dalam pidatonya) adalah kampanye tersebung tentang pemilihan gubernur DKI, yang ditujukan untuk mengeliminir keyakinan pemilih muslim di Kepulauan Seribu karena Surat Al maidah 52, terbaca dari replikasi-replikasi penggunaan bentuk-bentuk bahasa di dalam pidatonya. Lebih jauh lihat bab IV. Dalam kaitan dengan analogi di atas, ingin ditekankan di sini bahwa analisis forensik dengan menjadikan bukti bahasa berupa satuan teks mampu berperan sebagaimana DNA dalam mendukung tujuan analisis forensik itu sendiri.
56 Linguistik Forensik: Memahami Forensik Berbasis Teks Dalam Analogi DNA Penggambaran, biasanya dilakukan melalui proses pengurutan sesuatu atau benda berdasarkan ciri yang diterima umum/akal sehat atau kerangka kerja teknis yang memaknai keberadaan sesuatu atau benda tersebut. Melalui proses sosial yang berupa penggambaran inilah, misalnya muncul penggambaran tentang diri manusia (deskripsi personal), deskripsi hal-hal umum, laporan informatif, laporan ilmiah, batasan-batasan dan sebagainya. Adapun penjelasan, biasanya dilakukan melalui proses pemilahan fenomena-fenomena dalam dimensi waktu dan/atau dalam dimensi hubungan sebab-akibat. Berdasarkan proses sosial yang berupa penjelasan inilah, misalnya muncul penjelasan yang terkait dengan jawaban tentang pertanyaan bagaimana dan mengapa, pengelaborasian/pengembangan, pengilustrasian, penjelasan singkat/
esai, menguraikan dan sebagainya. Kemudian perintah, biasanya dilakukan melalui pemilahan tindakan-tindakan atau tingkah laku secara logis. Melalui proses sosial berupa perintah inilah muncul tentang tata cara, instruksi, petunjuk/ manual, resep melakukan sesuatu.
Selanjutnya, berargumen, biasanya dilakukan melalui proses perluasan/
pengembangan sebuah proposisi/pernyataan untuk meyakinkan pembaca agar memiliki kesamaan sudut pandang. Melalui proses sosial inilah lahir berbagai teks diskusi, interpretasi, evaluasi, eksposisi/
penjelasan, penjelasan singkat (esai) dan sebagainya. Akhirnya, narasi, biasanya dilakukan melalui proses pemilahan orang dan peristiwa- peristiwa di dalam dimensi ruang dan waktu. Melalui proses sosial inilah lahir beberapa jenis teks yang menyangkut genre cerita, misalanya cerita ulang, naratif, eksemplum, dan anekdot. Secara diagramatis, Knapp dan Megan Watkins (2005) menggambarkan berikut ini:
PROSES SOSIAL RAGAM TEKS
Penggambaran: Penjelasan: Perintah: Argumen: Penceritaan:
Dilakukan melalui proses pengurutan sesuatu/benda berdasarkan akal sehat atau berdasarkan kerangka kerja teknis suatu pemaknaan
Dilakukan melalui proses pemilahan fenomena dalam dimensi waktu dan/atau melalui hubungan sebab-akibat
Dilakukan melalui proses pemilahan tingkah laku atau tindakan secara logis
Dilakukan melalui proses pengemb.
sebuah pernyataan untuk meya- kinkan pembaca untuk menerima sebuah pandangan
Dilakukan melalui proses pemilahan orang dan peristiwa- peristiwa di dalam ruang dan waktu
57 BAB 2 | Ranah Kebahasaan yang Menjadi Tumpuan Kajian Linguistik Forensik
PROSES YAnG LAZIM DIGUnAKAn Penggambaran
personal,
Penjelasan Bagaimana,
Prosedur, Penjelasan singkat/esei,
Penceritaan dengan panjang lebar
Penggambaran umum,
Penjelasan mengapa,
Instruksi, Penjelasan/
eksposisi,
Penceritaan ulang sejarah Penggambaran
teknis, Elaborasi/
pengembangan Buku manual, Diskusi, Sejarah Laporan
informatif, Ilustrasi/contoh/
perbandingan Resep, Debat, Cerita tentang
peri Laporan ilmiah Menerangkan Cara/ petunjuk Interpretasi/
penafsiran,
Mite Batasan-batasan
Definisi-definisi Esei-esei,
penjelasan Penilaian Fabel
narasi-narasi
HASIL Percobaan
ilmiah Penelahaan Laporan
Perjalanan Komentar-
komentar interviu
Surat-surat Berita Artikel Laman
BERBAGAI HASIL YAnG BERSIFAT UMUM
Berdasarkan sudut pandang penceritaannya, maka genre atau ragam teks dapat dipilah ke dalam dua kelompok besar, yaitu teks-teks yang termasuk dalam genre sastra dan genre non sastra. Sementara itu, teks- teks dalam kelompok genre sastra dikategorikan ke dalam genre cerita, sedangkan teks-teks genre non sastra dikelompokkan ke dalam genre faktual dan genre tanggapan. Baik genre cerita maupun genre faktual dan genre tanggapan masing- masing dikelompokkan ke dalam dua kelompok subgenre, yaitu:
1. subgenre naratif dan non naratif untuk kategori genre cerita;
2. subgenre laporan dan prosedural untuk kategori genre faktual; dan 3. subgenre transaksional dan ekspositori untuk kategori genre
tanggapan.
Selanjutnya, setiap subgenre tersebut memiliki tujuan sosial tersendiri yang masing-masing mengejawantahkan diri dalam berbagai
58 Linguistik Forensik: Memahami Forensik Berbasis Teks Dalam Analogi DNA jenis teks. Untuk jelasnya, dapat dilihat dalam Mahsun (2014 dan 2018).
b. Teks Makro/Teks Majemuk
Istilah tunggal dan majemuk yang disematkan pada konsep teks tunggal dan teks majemuk beranalogi pada konsep tunggal dan majemuk dalam kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola dasar kalimat inti (PDKI), minimal memiliki subjek dan predikat untuk kalimat tunggal yang berwatak intransitif atau memiliki subjek, predikat, dan objek untuk kalimat tunggal yang berwatak transitif. Adapun kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu pola dasar kalimat inti. Dua atau lebih PDKI tersebut dapat berasal dari penggabungan dua kalimat tunggal atau salah satu dari struktur kalimat yang baru berasal dari perluasan salah satu fungsi sintaktis (dapat subjek, atau objek), yang dalam konsep tata bahasa tradisional disebut anak kalimat. Berdasarkan analogi pada pengertian kalimat tunggal dan kalimat majemuk di atas, maka dapat didefinisikan bahwa teks majemuk merupakan sebuah teks kompleks yang terbentuk melalui penggabugan berbagai jenis teks tunggal. Dalam teks semacam ini memiliki struktur berikir/struktur teks yang lebih besar dan tersegmentasi ke dalam bagian-bagian yang dapat berupa bab, subbab, atau seksi, subseksi, atau tanpa pemilhan atas itu, namun batas antara satu teks dengan teks lain yang membentuk teks majemuk tersebut masi dapat terkenali melalui pilihan bahasa yang menjadi ciri khasnya. Artinya, struktur teks pada teks majemuk terpilah atas bagian-bagian, yang seakan-akan terpisah, padahal baik dari segi kohesi maupun koherensi menunjukkan keterkaitan antarsatu sama lain. Antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam jenis teks majemuk itu terdapat kohesi dan koherensi sehingga membentuk sebuah struktur teks majemuk yang padu. Termasuk dalam kategori teks majemuk/genre makro ini adalah teks peraturan perundang-undangan, teks-teks pidato, naskah akademik, seperti teks: usul penelitian (proposal), skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, artikel, abstrak dan lain-lain. Untuk keperluan analisis linguistik forensik, pada seksi di bawah ini akan dijelaskan ihwal teks peraturan perundang-undangan, sedangkan ihwal jenis teks lainnya dapat dilihat dalam Mahsun (2014 dan 2018). Sebagaimana halnya teks-teks tunggal, teks majemuk,
59 BAB 2 | Ranah Kebahasaan yang Menjadi Tumpuan Kajian Linguistik Forensik juga dapat diklasifikasikan atas tiga genre yaitu teks majemuk genre tanggapan, faktual, dan fiksional/sastra. Termasuk ke dalam teks-teks kelompok teks majemuk genre tanggapan, di antaranya teks pidato, teks peraturan perundang-undangan; sedangkan yang termasuk genre faktual di antaranya teks akademik seperti usul/proposal penelitian, laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi, makalah, artikel ilmiah, buku dan lain-lain. Adapun yang termasuk teks majemuk genre sastra/fiksional misalnya cerpen, novel dan lain-lain.
Selain jenis teks di atas, terdapat satu jenis teks yang tidak sepenuhnya berwujud verbal, tetapi merupakan kombinasi dari simol- simbol verbal yang dikombinasikan dengan simbol semiotik lainnya, misalnya gambar, suara, warna dan lain-lain, yang sering disebut dengan nama teks multimodal. Teks multimodal merupakan jenis teks yang mengombinasikan berbagai mode semiotika, baik verbal maupun nonverbal untuk mengomunikasikan pesan yang ingin disampaikan.
Dalam konteks ini, teks multimodal dapat berupa campuran antara pernyataan perbal dengan bentuk gambar, warna dan sebaginya yang dapat mempertegas pesan yang ingin di sampaikan. Dalam konteks linguistik forensik, jenis teks semacam ini pun dapat dianalisis, tentu dengan enggunakan pijakan konsep teori “tata bahasa gambar” (Kress dan van Leeuwen, 2006 dan Arnheim, 1969). Namun, jenis teks ini tidak menjadi fokus pembicaraan dalam konteks kajian linguistik forensik dalam buku ini.