• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penyediaan Data

Dalam dokumen LINGUISTIK FORENSIK: - Universitas Mataram (Halaman 107-110)

RANAH KEBAHASAAN YANG MENJADI TUMPUAN KAJIAN

NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

B. Metode Penyediaan Data

95 BAB 3 | Metode Dalam Kajian Linguistik Forensik

METODE DALAM KAJIAN LINGUISTIK FORENSIK

3

96 Linguistik Forensik: Memahami Forensik Berbasis Teks Dalam Analogi DNA

1. Penyediaan Data Bahasa Lisan

Dalam praktiknya, data sampel bukti dugaan terjadi tindak kejahatan (pidana atau perdata), ataupun kejahatan lainnya baik berupa kejahatan nasional maupun transnasional biasanya sudah disediakan oleh pihak penegak hukum jika itu menyangkut kasus umum bukan kasus pribadi. Apabila merupakan kasus pribadi, biasanya pribadi yang memerlukan bantuan itulah yang menyediakan data tersebut. Data bahasa lisan biasanya berupa rekaman pernyataan, seperti ancaman pembunuhan, permintaan tebusan, pidato yang mengandung unsur penodaan/penistaan agama dan lain-lain yang mungkin disampaikan secara langsung dalam bentuk pesan telpon atau berupa rekaman yang tersimpan dalam perangkat rekaman (flashdisk dan sejenisnya) yang dikirim oleh pihak yang anonim, sehingga yang perlu dilakukan terkait penyediaan data adalah:

a. Membuat transkripsi fonetis atas rekaman suara tersebut;

b. Membuat resolusi ujaran-ujaran yang disengketakan, yang dalam tahap ini ahli bahasa mengidentifikasi hasil transkripsi rekaman itu atas ujaran-ujaran yang mengandung unsur tindak kejahatan dan jenis kejahatan apa (penistaan agama, ancaman pembunuhan, permintaan tebusan, penipuan dan lain-lain.) yang dapat diinden- tifikasi dari ujaran tersebut;

c. Memastikan keaslian rekaman, misalnya jika terjadi keanehan dalam pencatatan waktu atau telah beredar berbagai versi rekaman;

d. Menemukan data pembanding (jika diperlukan) yang teridentifikasi sumbernya (bukan anonim) dapat berupa rekaman suara tersangka yang telah ditahan atau masih dalam buronan atau berasal dari korpus data kebahasaan, jika dalam transkripsi itu dijumpai kata- kata yang mengandung unsur register, dialek, atau unsur bahasa (daerah) tertentu.

Sampai tahap ini, penyediaan data untuk data yang berupa bahasa lisan dipandang sudah cukup. Selanjutnya, untuk data berupa data bahasa tulis, dijelaskan berikut ini

2. Penyediaan Data Bahasa Tulis

Seperti halnya dalam penyediaan data bahasa lisan, penyediaan data sampel bukti dugaan terjadi tindak kejahatan yang berupa data bahasa

97 BAB 3 | Metode Dalam Kajian Linguistik Forensik tulis pun biasanya sudah disediakan oleh pihak penegak hukum atau pihak yang berkepentingan untuk memanfaatkan hasil analisis linguistik forensik. Oleh karena itu, langkah berikutnya yang dilakukan oleh ahli linguistik forensik adalah:

a. Mengidentifikasi ujaran-ujaran yang disengketakan, yang dalam tahap ini ahli linguistik forensik mengidentifikasi hasil transkripsi rekaman itu atas ujaran-ujaran yang mengandung unsur tindak kejahatan dan jenis kejahatan apa (penistaan agama, ancaman pembunuhan, permintaan tebusan, penipuan dan lain-lain.) yang dapat diindentifikasi dari ujaran tersebut;

b. Memastian keaslian data, jika diketahui terdapat banyak versinya atau terdapat kejanggalan waktu penulisan antara satu versi dengan versi lainnya atau kejanggalan waktu penulisan yang tertera dalam catatan yang menjadi sampel bukti kebahasaan (anonim);

c. Menemukan data pembanding (jika diperlukan) yang teridentifikasi sumbernya (bukan anonim) yang dapat berupa contoh-contoh korpus tulisan tersangka yang telah ditahan atau masih dalam buronan atau berasal dari korpus data kebahasaan, jika dalam transkripsi itu dijumpai kata-kata yang mengandung unsur register, dialek, bahasa daerah tertentu.

d. Mendeskripsi dan mengukur sifat-sifat bukti yang tertinggal dari suatu tindak kejahatan dan membandingkannya dengan temuan sifat-sifat dalam material acuan yang diperoleh/diketahui. Apabila sifat-sifat temuan itu mirip, maka dapat ditarik benang merah hubungan antara bukti dengan material acuan yang diperoleh.

Sebagai contoh, membukti hubungan antara: peluru dengan senjata, fingerprint dengan jari orang, bahasa dengan penulis atau penutur, shoeprint dengan sepatu orang, tulisan tangan dengan penulis. Secara alamiah, bukti fisik (tulisan atau darah) adalah nyata. Hal itu secara tidak langsung memudahkan menemukan sebuah hubungan tetapi bukan menentukan informasi yang membolehkan untuk menarik sebuah inferensi deduktif (bukti tidak langsung) tentang hubungan yang memungkin terjadi di antaranya.

e. Membuat spesifikasi secara sistematis karakteristik kelompok sesuai bidang terbatas dengan menghilangkan beberapa penulis yang tidak berhubungan ciri-ciri khas kelompok tulisan tertentu.

Karakteristik kelompok itu memaksakan individu berada di luar

98 Linguistik Forensik: Memahami Forensik Berbasis Teks Dalam Analogi DNA pengaruh bahasa dari spesifik komunitas tuturnya, seperti geografi, kelas sosial, konteks komunikasi dan lain-lain. secara individual sehingga teridentifikasi (misalnya terkelompok) oleh ciri-ciri kelas.

Patut ditambahkan bahwa tahapan penyediaan atau disebut juga pengumpulan data dimaksudkan sebagai tahapan untuk melengkapi data sampel kebahasaan yang tertinggal (anonim) dari suatu tindak kejahatan dengan sampel data kebahasaan yang teridentifikasi/

terketahui sebagai bahan pembanding. Termasuk ke dalam tahapan penyediaan data ini adalah verifikasi dan pengujian bahwa data yang tertinggal itu memang merupakan sampel yang menyangkut individu yang diduga melakukan tindak kejahatan. Kegiatan verifikasi dan pengujian ini dilaksanakan selama dibutuhkan, jadi tidak mutlak diperlukan. Sebagai contoh, teks lisan/rekaman video pidato Ahok di Kepulauan Seribu, tidak perlu dilakukan verifikasi dan pengujian, karena oleh yang bersangkutan selain sudah diakui bahwa rekaman itu memang rekamn tentang dirinya juga data itu terpubikasikan dalam situs resmi pemerintah DKI Jakarta. Untuk kasus Ahok, tambahan data pembanding pun sangat tergantung pada keperluan. Artinya, dapat saja ahli linguistik forensik tidak memandang perlu untuk mengumpulkan data tambahan sebagai pembanding, cukup dengan data dari rekaman pidato yang diunggah pada situs resmi pemerintah DKI itu. Namun, demikian, dapat saja data pembanding disediakan untuk memperkuat simpulan yang ditarik dari interpretasi atas hasil analisis data, terutama untuk memperkuat alasan bahwa tindak kejahatan dengan memanfaatkan sarana yang sama itu dilakukan berulang-ulang, sehingga dapat dikatakan sebagai tindak kejahatan yang bersifat berencana. Dalam konteks ini dilakukan analisis intertekstual.

Dalam dokumen LINGUISTIK FORENSIK: - Universitas Mataram (Halaman 107-110)