RANAH KEBAHASAAN YANG MENJADI TUMPUAN KAJIAN
A. Teks sebagai Basis Kajian Linguistik Forensik
1. Mengapa Berbasis Teks?
41 BAB 2 | Ranah Kebahasaan yang Menjadi Tumpuan Kajian Linguistik Forensik
RANAH KEBAHASAAN YANG
42 Linguistik Forensik: Memahami Forensik Berbasis Teks Dalam Analogi DNA Memang satuan kata, misalnya “meja, pergi” dan lain-lain. atau satuan kalimat: “Ayah membeli sebuah meja,” memiliki makna tetapi makna yang dikandung satuan tersebut masih belum lengkap. Kebelumlengkapan makna pada satuan itu, karena masih memunculkan pertanyaan, misalnya tentang kata “meja” masih bisa memerlukan informasi lanjutan yang terkait denganya, seperti:
mengapa meja, untuk apa meja itu, siapa yang memelukan meja itu?
dan seterusnya. Begitu pula dengan satuan kalimat: “Ayah membeli sebuah meja”, masih memerlukan informasi lanjutan, seperti: di mana, untuk apa ayah membeli sebuah meja? Berbeda dengan teks. Di samping teks itu memiliki struktur berpikir/struktur teks, terutama teks tunggal, yang bersifat generik, juga kehadiran teks memiliki konteks sosial dan konteks budaya yang dapat digunakan untuk menjelaskan pesan/makna yang dikandung sebuah teks.
b. Adanya struktur generik serta konteks sosial dan konteks budaya yang mendasari lahirnya sebuah teks juga dapat menjadi indikator untuk mengeksplanasi tujuan sosial, yang dalam hal itu tujuan tindak kejahatan verbal yang tercermin dalam teks. Hal itu dimaksudkan, bahwa untuk mengisi struktur berpikir teks yang hadir karena konteks sosial dan budaya tertentu tersebut memerlukan keseriusan, keterencanaan dalam memilih gagasan- gagasan serta piranti-piranti kebahasaan yang digunakan untuk menyatakan gagasan-gagasan orang yang memproduksi teks.
Piranti-piranti kebahasaan yang mendukung logika berpikir si pembuat teks harus ditata sedemikian rupa mengikut alur berpikir teks tersebut, tidak boleh sembarangan karena akan menghasilkan teks yang tidak kohesif dan koheren. Sebagai contoh, teks genre sasatra, jenis penceritaan, misalnya teks naratif, secara generik memiliki struktur berpikir: pengenalan yang berisi siapa, mengalami kejadian/pristiwa apa, kapan dan di mana pristiwa itu terjadi, lalu diikuti struktur masalah, dan terakhir pemecahan masalah. Antara struktur berpikir teks naratif itu tidak boleh dibolak balik sesuka hati, misalnya strukturnya diawali dari masalah, lalu diikuti pengenalan, dan terakhir pemecahan masalah, karena akan menghasilkan teks yang tidak padu (kohesif dan koheren). Untuk jelasnya, dikemukakan contoh teks naratif yang sederhana berikut ini, yang dikutip dari Mahsun (2014 dan 2018).
43 BAB 2 | Ranah Kebahasaan yang Menjadi Tumpuan Kajian Linguistik Forensik
no. Struktur Teks Konstruksi Teks
1. Pengenalan Di desa saya baru masuk listrik. Saya dan teman sudah dapat belajar dan menonton televisi pada malam hari.
2. Masalah Ketika sedang belajar besama, listrik padam. Kami panik karena gelap dan tidak dapat belajar lagi.
3. Pemecahan Masalah Kami menyalakan lilin sebagai pengganti listrik. Kami dapat belajar kembali dan menyelesaikan pekerjaan rumah.
Apabila teks naratif di atas dibalik struktur berpikirnya, maka akan mengahasilkan teks yang tidak kohesif dan koheren berikut ini.
no. Struktur Teks Konstruksi Teks
1. Masalah Ketika sedang belajar besama, listrik padam. Kami panik karena gelap dan tidak dapat belajar lagi.
2. Pengenalan Di desa saya baru masuk listrik. Saya dan teman sudah dapat belajar dan menonton televisi pada malam hari.
3. Pemecahan Masalah Kami menyalakan lilin sebagai pengganti listrik. Kami dapat belajar kembali dan menyelesaikan pekerjaan rumah.
Hal yang serupa terjadi pada teks-teks lain, misalnya pada teks pidato, yang memiliki struktur berpikir: Salam penghormatan, salam pembuka, isi, dan salam penutup. Apabila teks pidato yang memiliki struktur berpikir seperti disebutkan di atas, diubah susunannya, misalnya didahlui dengan salam penghormatan, lalu diikuti isi, dan kemudian secara berturut-turut diikuti struktur salam pembuka dan salam penutup, tentu akan menghasilkan teks yang tidak padu, dan akan terasa janggal. Bahkan untuk menata gagasan-gagasan utama untuk merumuskan tujuan sosial teks pidato itu memerlukan kecermatan dan perencanaan yang matang. Hal itu disebabkan, bahwa gagasan-gagasan utama yang menjadi isi pidato harus memiliki satu gagasan sentra/inti yang menjadi pengikat gagasan-gagasan utama, sert penempatannnya dalam urutan pengungkapan haruslah memiliki relasi kelogisan yang bersifat pendasaran.
c. Teks sebagai bahasa yang sedang menjalankan fungsi sosial tentu memiliki tujuan sosial dan karenanya dapat menjadi tuntunan dalam mengungkap tujuan tindak kejahatan verbal yang dilakukan.
44 Linguistik Forensik: Memahami Forensik Berbasis Teks Dalam Analogi DNA d. Teks dapat berupa teks lisan, teks yang murni verbal dan teks yang
campuran antara enggunaan bentuk verbal dengan bentuk semiotic lannya, misalnya gambar seperti teks multimodal. Adanya beragam jenis teks itu memungkinkan untuk menganalisis semua perilaku manusia, termasuk perilaku yang berhubungan dengan tindak kejahatan verbal.
e. Analisis teks mencakupi semua unti kenahasaan yang membentuk teks itu sendiri, mulai dari tataran bunti (untuk teks lisan), huruf (teks tulis), kata/leksikon, kelompok kata, satuan gramatis, frasa, kalimat, paragraph, sampai teks. Oleh karena itu, dengan menjadikan basis analisis linguistic forensic pada teks, berarti keseluruhan tataran itu harus dianalisis sejauh member dukungan pada upaya pembuktian bagi penegakan hukum.
f. Teks memiliki tujuan sosial dengan muatan konteks budaya dan konteks sosial, sehingga dapat mengeksplanasi profil pelaku, jenis, serta cara tindak kejahatan itu dilakukan. Dengan kata lain, melalui analisis teks tiga pilar dalam penegakan hukum dapat dilakukan.
Ihwal penjelasan tentang hal ini lihat bab IV.
g. Teks memiliki sifat yang serupa dengan gen/DNA sehinggaa menggunakan analisis bahasa berbasis teks untuk keperluan linguistik forensik dapat disejajarkan dengan analisis DNA forensik;
h. Teks merupakan satuan bahasa yang sedang menjalankan fungsi dan dibentuk dari penggabungan satuan-satuan yang bersifat diskret, dari satuan terkecil berupa simbol abjad (bahasa tulis) atau bunyi (bahasa lisan) dalam kata-kata, kata-kata dalam frase, frase dalam klusa, klausa dalam kalimat-kalimat, kalimat-kalimat dalam paragraf, dan paragraf-paragraf dalam teks, mengandung maksud baahwa dengan berbasis analisis teks berarti pula mencakup analisis semua komponen pembentuk teks, dari tataran terkecil (bunyi/
simbol abjad) sampai tataran yang terbesar, yaitu teks itu sendiri, tergantung pada hierarki bukti kebahasaan yang mana tindak kejahatan itu dapat diekspalanasi profil semua atau salah satu dari aspek penegakan hukumnya.
i. Patut ditambahkan bahwa konsep linguistik berbasis analisis teks yang dimaksudkan di sini, bukanlah dalam pengertian “Literary
45 BAB 2 | Ranah Kebahasaan yang Menjadi Tumpuan Kajian Linguistik Forensik
Forensic” seperti yang dilakukan Foster (2000: 17), tetapi konsep teks yang dipahami dalam teori linguistik sistemik fungsional Halliday (1985), yang mencakup semua genre, baik genre sastra (penceritaan, nonpenceritaan), genre faktual, dan genre tanggapan (Martin, 1992).