Shaikh Muhammad Mutawalli al-Sya’rāwi mempunyai berbagai macam karya dalam berbagai disiplin ilmu. Karya yang paling dikenal adalah tafsir al Khawat}ir al-I>ma>niyah atau Tafsir al-Sha’rāwi>. Diantara karya karyanya yang banyak tersebut adalah76 :
74 https://pwnujatim.or.id/syaikh-mutawalli-asy-syarawi-raih-ilmu-dari-sayid- balqaid-ajari/
75 Husaian Jauhar, Ma’a Da’iyah al-Islam syekh Muhammad Mutawalli al-Sha‘ra>wi>
imam al-Asr (Kairo Maktabah Nahbah t ) h 14.Shaikh 124-125.
76 Muqaddam Muhammad, Manhaj al-Sha’rāwi> Fi> Tafsi>r al-Qur’a>al-Kari>m, (al- Jaza>ir : Ja>mi‘ah al-Sala>niya Wa Hawa>n, 2012), h. 28-29.
a. Al-Qur’a>n dan ‘Ulu>m al-Qur’a>n
- Tafsir al-Sha’rāwi (Khawat>ir al-Sha’rāwi) (20 Jilid) - Mu‘jizat al-Qur’a>n (11 Jilid)
- Al-Mukhta>r Min Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m (3 Jilid) - Fi Riha>b al-Huda> al-Qur’a>ni>.
- Al-Ams|a>l Fi> al-Qur’a>n al-Kari>m.
- Naz}ara>t Fi> al-Qur’a>n al-Kari>m.
b. Pembahasan Fiqih.
- Al-Fata>wa al-Kubra>.
- Al Hala>l Wa al Haram.
- Al S{ala>tu Wa Arka>n al-Isla>m.
c. Pembahasan ‘Aqidah dan Akhla>q.
- Al Qad}a’ Wa al-Qadr.
- Taskhi>r al-Jin Wa Karama>h al-Auliya>i.
- Allah Wa al-Kaun.
- Al-Isla>m ‘Aqidah Wa Manhaj.
d. Sirah Nabawiyah.
-Al Isra>’ Wa Al-‘Mira>j.
- Al-Sirah Al-Nabawiyah.
- Min S{ifa>t Al-Rasu>l.
- Al-Syama>il Al-Muhammadiyah Wa Raddu Syubuha>t al-Mus>tasyiriqi>n.
e. Pemikiran Islam.
- Al-Fikru al-Isla>mi>.
- Ru>h al-Isla>m Wa Mazaya>hu.
- Qad}aya Mua>‘s}irah.
- Al-Syura> Wa Al-Tasyri‘ Fi> Al-Isla>m.
f. Pembahasan Umum - Al-Insa>n Wa Al-Syaya>t}i>n.
- Al Rizqu.
- Al-Tarbiyah al-Isla>miyah.
- Al-Mar’atu Kama> Ara>daha Allah.
5. Manhaj Tafsir Al-Qura>n Khawat}ir Al-Sha‘ra>wi>.
Shaikh Mutawalli al-Sha‘ra>wi> dalam Khawatir al-Sha‘ra>wi> ketika menafsirkan Al-Qur’a>n menempuh manhaj atau metode berikut :
a. Bersandarkan kepada tertib dan urutan surat seperti yang ditempuh oleh mayoritas ahli tafsir yaitu dimulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan akhir mushaf yaitu surat al-Nas.
b. Biasanya Shaikh al-Sha’rāwi> memulai tafsirnya dengan bab utama lalu beliau pecah menjadi beberapa bagian. Diantara contoh hal tersebut adalah ketika beliau menafsirkan firman Allah :
ﲲﭐﱡﭐ ﲳ ﲴ ﲵ ﲶ ﲷ ﲸ ﲹ ﲺ ﲻ ﲼ ﲽ ﲾ ﲿ
ﳀ ﳁ
ﳂ ﳃ ﳄ ﳅ
ﳆ ﳇ ﳈ
ﱠ
Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul (Muhammad) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, sebagian dari orang-orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah itu ke belakang (punggung), seakan-akan mereka tidak tahu.77
Shaikh al-Sha‘ra>wi> mengatakan78 : Yakni bahwa apa yang datang dari Al- Qur’a>n membenarkan apa yang datang dari Taurat, karena Al-Qur’a>n datang dari sisi Allah dan begitu pula Taurat datang dari sisi Allah. Dan firman Allah : Sebagian dari orang-orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah itu ke belakang (punggung).79
Shaikh al-Sha’rāwi menjelaskan : Kita katakan bahwa jika ada kitab yang pertama kali mereka buang pertama kali adalah Taurat. Dan ketika datang kepada mereka kitab suci terakhir yaitu Al-Qur’a>n ternyata mereka juga melemparkannya pula ke belakang punggung mereka. Dan pengertian dari Al-Nabdhu adalah melemparkannya jauh-jauh dari diri mereka. Sehingga jika mereka mendapati sifat-sifat Rasulullah dalam kitab suci mereka yaitu Taurat maka mereka melemparkannya jauh-jauh dari diri mereka. Dan ketika ada berita gembira tentang kedatangan Rasulullah Saw mereka juga membuangnya jauh-jauh dari diri mereka, padahal dahulu mereka mengharapkan kemenangan terhadap orang-orang kafir dimana mereka berkata : Telah tiba saat datangnya seorang nabi akhir zaman, kami akan beriman kepadanya dan kami akan memerangi kalian seperti membunuh kaum
A>d dan Romawi. Dan selanjutnya : ﳇﳆﳅ Seakan-akan mereka tidak
mengetahuinya, yakni mereka berpura-pura tidak mengetahui tentang kabar munculnya Rasulullah Saw dan sifat-sifatnya. Dan firman Allah ﳅ seakan- akan mereka merupakan dalil bahwa sesungguhnya mereka itu mengetahui kabar gembira dengan diutusnya Rasulullah dengan penuh keyakinan, karena kalau mereka tidak mengetahuinya, tentunya Allah ta’ala pasti berfirman dengan membuang kalimat ﳅ sehingga ayatnya berubah seperti ini :
ﲻ ﲼ ﲽ ﲾ ﲿ
ﳀ ﳁ
ﳂ ﳃ ﳄ ﳆ
ﳇ
77 Q.S. al-Baqarah [2] : 101.
78 Muqaddam Muhammad, Manhaj al-Sha’rāwi Fi>Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, (Al- Jaza>ir : Ja>mi‘ah al-Sala>niya Wa Hawa>n, 2012), h. 98.
79Q.S. al-Baqarah [2] : 101.
Sebagian dari orang-orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah itu ke belakang (punggung), mereka tidak tahu.80
Jadi sesungguhnya mereka mengetahuinya dengan yakin, akan tetapi mereka berpura-pura tidak mengetahuinya.81
c. Seringkali Shaikh Sya’rawi memenggal ayat Al-Qur’a>n menjadi beberapa mufradat, lalu mencukupkan diri dengan menjelaskan pengertian mufradat tersebut sehingga makna ayat menjadi jelas dan nampak sekali.
Diantaranya contohnya adalah ketika menafsirkan firman Allah ta’ala : ﲢﭐﱡ ﲣ ﲤ ﲥ ﲦ ﲧ ﲨ ﲩ ﲪ
ﲫ
ﲬ
ﲭ ﲮ
ﲯ ﱠ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu katakan, raa'inaa, tetapi katakanlah, “Unzhurnaa” dan dengarkanlah. Dan orang-orang kafir akan mendapat azab yang pedih.82
Shaikh al-Sha‘rawi mengatakan : ﲤﲣﲢ kita dapat mengetahui bahwa iman adalah sebab kita mendapatkan taklif atau perintah, karena Allah ta’ala tidak membebani kepada orang kafir atau orang yang tidak beriman. Dan firman Allah berikutnya : ﲧﲦﲥ Janganlah kalian katakan, raa'inaa merupakan larangan berkata demikian. Karena kata ﲧ adalah kata yang biasanya digunakan oleh orang-orang Yahudi, karenanya maka Allah melarang berkata demikian. Dan keimanan menuntut orang-orang beriman untuk taat dan mendengarkan larangan Allah tersebut. Akan tetapi mengapa Allah ta’ala mengganti kata ﲧ menjadi yang ﲩ artinya lihatlah. Hal itu karena sesungguhnya kalimat tersebut terdapat pula dalam bahasa Ibrani dan Suryani yang merupakan bahasa orang Yahudi artinya adalah kekasaran.
Oleh karena itu orang-orang Yahudi ketika mendengar dari para sahabat nabi berkata kepada nabinya dengan ucapan ﲧ mereka menjadikannya sebagai bahan ejekan kepada Rasulullah Saw, sementara kaum muslimin tidak mengetahui sedikitpun tentang hal itu. Oleh karena itu maka Allah memerintahkan orang-orang yang beriman meninggalkan kalimat tersebut sehingga tidak ada peluang bagi orang-orang Yahudi orang menyembunyikan ejekan mereka kepada Rasulullah.
Dan orang-orang yang beriman diperintahkan untuk menggantinya dengan
80 Q.S. al-Baqarah [2] : 101.
81Muqaddam Muhammad, Manhaj al-Sha’rāwi Fi>Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, …., h. 98.
82 Q.S. al-Al-Baqarah [2] : 104
mengatakan ﲩ . Kemudian selanjutnya Allah berfirman : ﲪ dengarkanlah, Allah disini mengisyaratkan perbedaan antara orang-orang Yahudi dan orang-orang beriman. Lalu ditutup dengan firman Allah : ﲮﲭﲬ Dan bagi orang-orang kafir adzab yang pedih. Yakni bagi siapa saja yang berkata
ﲧ untuk tujuan mengejek Rasulullah, maka bagi mereka adzab yang pedih.83 d.Seringkali kita temukan beliau memulai penafsirannya terhadap ayat Al- Qur’a>n dengan masalah nahwu atau bahasa dan balaghah. Hal itu beliau lakukan agar bisa menjelaskan pengertian ayat dengan cara menghubungkan makna bahasa tersebut dengan makna penafsirannya pada ayat yang sedang ditafsirkannya.
Diantara penafsiran beliau adalah tentang firman Allah :
ﭐﱡﭐ ﱯ ﱰ ﱱ ﱲ ﱳ
ﱴ ﱵ ﱶ ﱷ ﱸ ﱹ
ﱺ ﱻ
ﱼ ﱽ ﱾ
ﱿ ﱠ
Dan siapa saja yang beramal sholeh dari laki-laki atau perempuan, dan dia beriman, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak teraniaya sedikitpun. 84
Shaikh al-Sha‘rawi berkata : Datangnya kata ﱴ dan ﱶ agar supaya tidak seorangpun memahami bahwa datangnya fi‘il dalam bentuk tadzkir (Untuk lelaki) dalam firman Allah disiniﱰ berarti wanita termasuk dalam cakupan ayat tersebut, karena wanita dalam banyak persoalan hukum dileburkan ke dalam kelompok laki-laki yang mengisyaratkan bahwa wanita itu memang harus disembunyikan eksistensinya. Hanya saja suatu saat harus ada kejelasan dalam hal tersebut, sehingga Allah pun menegaskan dalam firman-Nya : ﱲﱱﱰ ﱯ
ﱳ ﱴ ﱵ
ﱶ Dan siapa saja yang beramal sholeh dari golongan laki-laki atau perempuan, maka Allah mendatangkan huruf ﱳ yang menunjukkan adanya pembagian laki-laki dan perempuan sehingga Allah berfirman : ﱲﱱﱰ ﱯ ,Allah tidak mengatakan ﱲﱰ ﱯ dengan membuang ﱱ , karena Allah mengetahui makhluk ciptaannya tidak mungkin bisa melakukan semua amal s}oleh.
Karena ada orang yang berusaha mengamalkan sebagian amal s}oleh sesuai dengan kesanggupannya. Jadi yang dituntut dari orang yang beriman adalah beramal s}oleh
sesuai dengan kemampuannya yang mungkin ia capai.85
83Muqaddam Muhammad, Manhaj al-Sha’rāwi> Fi>Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, (Al- Jaza>ir : Ja>mi‘ah al-Sala>niya Wa Hawa>n, 2012), h. 99.
84 Q.S. al-Nisa>’ [4] : 124.
85 Mutawalli al-Sha’ra>wi>, Khawat}ir al-Sha’ra>wi> , (Kairo : Da>r al-Nu>r, 2010), Jilid 4, h. 635-636.
e.Terkadang Shaikh al-Sha‘ra>wi> menyebutkan korelasi (munasabah) satu ayat dengan ayat sebelumnya, tanpa melewatkan keserasian antara surat-surat dalam Al-Qur’a>n.
Diantara contohnya adalah pembicaraan beliau tentang munasabah antara surat al-Baqarah dan surat Ali-‘Imran dimana beliau berkata :
Sungguh serasi sekali datangnya surat Ali-‘Imran setelah surat al-Baqarah, karena surat Ali-‘Imran berbicara tentang jenis baru dari macam manusia yang berbeda dengan yang dijelaskan dalam surat al-Baqarah. Karena surat Ali-‘Imran berbicara kepada kita tentang penciptaan Isa dimana penciptaannya berbeda dengan penciptaan Adam.86
f. Kita juga menemukan bahwa Shaikh al-Sha‘ra>wi> mengingatkan tentang pentingnya asba>b al-nuzu>l dalam penafsirannya terhadap ayat Al-Qur’a>n, hal itu bisa kita temukan pada saat menafsirkan firman Allah :
ﭐ
ﱏﭐﱡ ﱐ ﱑ ﱒ ﱓ ﱔ ﱕ ﱖ
ﱗ ﱘ
ﱙ ﱚ
ﱛ ﱜ
ﱝ
ﱞ
ﱟ ﱠ ﱡ ﱢ ﱣ ﱤ
ﱥ ﱦ
ﱧ
ﱨ
ﱩ ﱪ ﱫ ﱬ ﱭ
ﱮ
ﱯ ﱰ ﱱ ﱲ
ﱳ ﱴ ﱵ ﱶ ﱷ
ﱸ
ﱹ ﱺ ﱻ ﱼ ﱽ ﱾ
ﱿ ﲀ ﲁ ﱠ
Mereka (orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakiti Muhammad). Sungguh, mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir setelah Islam, dan menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), sekiranya Allah dan Rasul- Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertobat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di bumi.87
Shaikh al-Sha‘ra>wi> mengatakan : Bahwa ayat ini terjadi pada kisa perang tabuk ketika kaum muslimin memerangi bangsa Romawi. Dan ini merupakan perang pertama antara kaum muslimin dengan bangsa non arab, hal itu saat Rasulullah menyeru para sahabatnya untuk ikut dalam perang ini, pada saat udara amat sangat panas, dimana setiap orang pada saat itu lebih senang duduk-duduk di taman-taman mereka yang kecil. Mereka duduk dibawah naungan pohon kurma saat pohon dalam keadaan kering sehingga orang tidak berkeinginan untuk
86Muqaddam Muhammad, Manhaj al-Sha’rāwi Fi>Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, (Al- Jaza>ir : Ja>mi‘ah al-Sala>niya Wa Hawa>n, 2012), h. 102.
87 Q.S. al-Taubah [9] : 74.
meninggalkan naungan pohon tersebut. Ketika Rasulullah menyeru para sahabatnya untuk pergi berjihad maka kaum munafiqin mencari alasan dusta agar punya alasan tidak ikut dalam perang tabuk tersebut. Maka turun ayat ini buat mereka-mereka yang tidak ikut berperang 2 bulan secara sempurna.88
g.Dan begitu pula Shaikh al-Sha‘ra>wi> masuk kepada pembahasan ilmu qira’at dalam tafsirnya, hal itu ketika beliau menafsirkan ayat 55 dari surat Al- An’am :
ﭐ
ﱯﭐﱡ ﱰ
ﱱ ﱲ ﱳ
ﱴ ﱵ
ﱠ ﭐ
Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Qur'an, (agar terlihat jelas jalan orang-orang yang saleh) dan agar terlihat jelas (pula) jalan orang- orang yang berdosa.89
Shaikh al-Sha‘ra>wi> mengatakan : Kita membaca kata ليب س dalam sebagian qiraat dalam keadaan berharakat dlommah (marfu’ah) sehingga menjadi
ُليب س مر جا
يْ yakni jalan-jalan orang berdosa menjadi nampak dan jelas, dan dalam
sebagian qira’at yang lain dibaca berharakat fathah (manshubah)
ُلما َلحيّب َس
حيّْمّر حج maka
artinya wahai Muhammad anda ingin mengetahui jalan yang ditempuh oleh orang- orang berdosa. 90
h. Shaikh al-Sha‘ra>wi> dalam tafsirnya mengambil metode yang mudah dan sederhana sehingga menyebabkan orang banyak tertarik ingin mendengarkan tafsirnya, karena beliau terkadang mencampurkan antara bahasa arab yang fasih dan bahasa arab ‘amiyah yang sederhana dan logat orang-orang Mesir, dan terkadang memberikan contoh-contoh kehidupan masyarakat sekitarnya untuk mendekatkan kepada pemahaman dan mempermudah penafsirannya sehingga tafsirnya bisa difahami oleh orang secara umum maupun terpelajar.91
i. Shaikh al-Sha‘ra>wi> tidak terikat dengan satu macam cara dalam menafsirkan Al-Qur’a>n.
Cara yang beliau tempuh terkadang dimulai dengan makna ayat secara umum, kemudian menjelaskan kosa katanya, kemudian menjelaskan asbabun nuzul, lalu munasabah, kemudian qiraat kemudian hukum-hukum seperti yang ditempuh oleh kebanyakan para ahli tafsir.
Tetapi kita menemukan pula Shaikh al-Sha‘ra>wi> tidak terikat dengan metode tertentu, karena suatu saat beliau memulai dengan menjelaskan makna ijmali atau
88 Muqaddam Muhammad, Manhaj al-Sha’rāwi Fi>Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, (Al- Jaza>ir : Ja>mi‘ah Al-Sala>niya Wa Hawa>n, 2012), h. 103.
89 Q.S. al-An‘a>m [6] : 55.
90 Muqaddam Muhammad, Manhaj al-Sha’rāwi Fi>Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, , h.
104.
91 Muqaddam Muhammad, Manhaj al-Sha’rāwi Fi>Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, .., h.
104.
makna global. Dan seringkali beliau langsung menjelaskan kosa kata lalu menjelaskannya secara luas. Dan suatu saat langsung memulai dengan kajian irab dan suatu saat langsung memulai dengan asbabun nuzul, dan terkadang mengabungkan banyak ayat dalam satu tema dalam rangkaian tafsir tematik.92
j. Shaikh al-Sha‘ra>wi> dalam banyak penafsirannya mengisyaratkan kepada makna ijma>li, sehingga terkadang menafsirkan ayat tanpa menjelaskan kosa katanya atau irab atau beliau memperluas dan membahas panjang lebar. Diantaranya adalah ketika beliau menafsirkan firman Allah :
ﭐﱡﭐ ﱈ ﱉ ﱊ ﱋ ﱌ ﱍ ﱎ ﱏ ﱐ ﱑ ﱒ
ﱓ ﱔ
ﱕ ﱠ ﭐ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.93
Dimana beliau mengatakan : Bahwa iman itu bukan hanya sekedar ucapan tetapi harus dibuktikan dengan pengalaman yang menetapkan bahwa kalian itu diuji lalu kalian lulus dalam ujian tersebut. Oleh karena itu janganlah kalian menyangka bahwa masalah masuk surga itu berlalu begitu saja dengan mudah dimana kalian merasa cukup berkata kami membawa dakwah kebenaran. Tidak. Sesungguhnya jika kalian memang benar dalam perkataan kalian maka kalian harus menjadi teladan . Karena kebenaran kalau ia kuat tidaklah butuh teladan, akan tetapi persoalan iman yang benar membutuhkan keteladanan saat melemah. Dan masuk ke surga itu adalah pilihan yang harus dilalui oleh orang yang beriman. Dan Allah menyatakan :
ﭐ
ﱍﭐﱡ ﱎ ﱏ ﱐ ﱑ ﱒ
ﱓ ﱔ ﱕ
ﱠ
....padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.94
Ketika kita mendengar firman Allah tersebut maka kita harus mengetahui bahwa Allah mengetahui dalam ilmunya yang azali siapa saja diantara yang ada itu benar-benar seorang mujahid lagi bersabar. Akan tetapi si hamba tahu itu bukanlah hujjah bagi orang lain, dan ketika hujjah tersebut sudah menjadi realitas barulah hal itu menjadi hujjah bagi orang lain. Maka setelah itulah Allah berfirman :
ﭐ
ﱖﭐﱡ ﱗ ﱘ ﱙ
ﱚ ﱛ ﱜ ﱝ ﱞ ﱟ ﱠ ﱡ ﱢ
ﱠ ﭐ
92 Muqaddam Muhammad, Manhaj al-Sha’rāwi> Fi>Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, (Al- Jaza>ir : Ja>mi‘ah al-Sala>niya Wa Hawa>n, 2012), h. 105.
93 Q.S. Ali Imran [3] : 142.
94 Q.S. Ali Imran [3] : 142.
Dan kamu benar-benar mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; maka (sekarang) kamu sungguh, telah melihatnya dan kamu menyaksikannya.95
6. Penafsiran Corak Tafsi>r Isha>ri Dalam Khawat}ir al-Sha‘ra>wi> >.
Sementara terkait dengan tafsir isha>ri maka banyak kita temukan pula dalam tafsir beliau ini, hanya saja beliau termasuk menggunakan tafsir ishari yang maqbul (diterima) bukan tafsir isha>ri yang ditolak apalagi tafsir batini yang menyimpang. Diantara penafsiran beliau yang bercorak isha>ri s}u>fi banyak ditemukan diantaranya adalah96 :
1. Ketika beliau menafsirkan firman Allah :
ﭐ
ﱤﭐﱡ ﱥ ﱦ ﱧ ﱨ ﱩ ﱪ
ﱫ ﱬ
ﱭ
ﱮ ﱯ ﱰ
ﱱ
ﱲ
ﱳ ﱴ
ﱵ ﱶ ﱷ ﱸ ﱹ ﱠ
26. Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka ingat.97
Dimana Shaikh al-Sha‘ra>wi> menafsirkannya dengan corak tafsir ishari98 sebagai berikut : kalimat َمَدٰٓا ىحّنيَب َيا wahai bani Adam ini mengalihkan kepada kalian untuk mengenang masa lalu bapak moyang kalian yaitu nabi Adam alaihis salam bersama musuh kalian yang nyata yaitu Iblis, karena kalian adalah anak keturunan Adam, dan setan senantiasa ada. Oleh karena itu senantiasa berhati-hatilah kalian.
Dan Allah telah menurunkan kepada kalian pakaian yang menutup aurat kalian, karena penyimpangan yang pertama kali terjadi adalah terbukanya aurat kalian.
Kata اَنحلَ ح نَا Kami turunkan, menunjukkan bahwa perintah untuk menutup aurat itu turun dari atas (langit) agar kita memahami bahwa setiap kebaikan di bumi sesungguhnya turun dari langit. Dan mahasuci Allah yang telah menurunkan hujan dari langit, lalu air itu menyirami biji-biji tanaman maka keluarlah tanaman tersebut lalu kalian pintal sehingga menjadi pakaian. Seakan-akan kalau kalian kaitkan bahwa semua kebaikan itu turun dari langit. Oleh karena itu maka Allah memberikan anugrahnya kepada hamba-hamba-Nya99 :
95 QS. A>li ‘Imra>n [3] : 143.
96Muqaddam Muhammad, Manhaj al-Sha’rāwi Fi>Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, (Al- Jaza>ir : Ja>mi‘ah al-Sala>niya Wa Hawa>n, 2012), h. 255.
97 Q.S. al-A‘ra>f [7] : 26.
98Mutawalli al-Sha’ra>wi>, Khawat}ir al-Sha’ra>wi>, (Kairo : Dar> al-Nu>r, 2010)…Jilid 7, h. 50.
99 Mutawalli al-Sha’ra>wi>, Khawat}ir al-Sha’ra>wi>, …. Jilid 7, h. 51.