لكوتلا اع نايملإا اع املكو ،هرارسأ تره و
B. Pengenalan Kisah Nabi Musa Dalam Al-Qur'an dan Pembagian Fase-fase Kehidupannya Dalam Al Qur'an
siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”11
Ini adalah nilai-nilai spiritual yang bisa dijadikan sebagai pelajaran dan teladan bagi orang-orang yang beriman yang sedang dalam situasi yang sama, saat kehidupan mereka diterpa berbagai hal yang mengkhawatirkan akan keselamatan dirinya, maka bisa mengambil pelajaran spiritual dari kisah yang diungkap tersebut.
Dalam hal ini Ibn ‘Aji>bah memberikan tafsir isharinya sebagai berikut :
dasarkan kepada sebuah hadits shahih diriwayatkan oleh Muslim dan yang lainnya dari Ibn ‘Abba>s :
ُمَتهسلا ّهحيَلَع َناَرحمّع ّنحب ىَسوُم ىَلَع ّبي َيّرحسُأ َةَلح يَل ُتحرَرَم
Aku melewati saat aku sedang Isra’ Mi’raj dihadapan Musa bin Imran alaihis salam.14
Adapun nasab Nabi Musa secara lengkap adalah Musa bin ‘Imra>n bin Qa>has|
bin ‘Azi>r bin La>wi> bin Ya‘qu>b bin Isha>q bin Ibra>hi>m ‘alaihimus sala>m.15
Pada fase ini juga membahas bagaimana kondisi kelahiran nabi Musa dalam suasana yang sulit pada saat Fir‘aun melakukan penyembelihan anak laki-laki dari Bani Isra>il setelah dia bermimpi bahwa kelak akan ada anak laki dari Ban Israil yang ditangannya kehancuran kerajaannya. Saat itu Fir‘aun memerintahkan kepada algojonya untuk menyembelih setiap anak laki-laki yang lahir dari Bani Isra>il. Hal ini menunjukkan kebodohan Fir‘aun karena kalau para dukun memang benar dalam ramalannya, maka tidak ada manfaatnya penyembelihan anak laki-laki tersebut dan kalau pun ternyata ramalan tersebut adalah salah maka juga tidak ada manfaatnya kalau sudah ditetapkan takdirnya oleh Allah. Dalam suasaan seperti itulah nabi Musa dilahirkan.16
Ibn ‘Ajiba>h menafsirkan ayat berikut :
ﱎﭐﱡ ﱏ
ﱐ ﱑ ﱒ ﱓ
ﱔ
ﱕ ﱖ ﱗ ﱘ ﱙ ﱚ ﱛ ﱜ ﱝ
ﱞ
ﱟ
ﱠ ﱡ ﱢ ﱣ ﱤ ﱥ ﱦ
ﱠ
Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.”17
Ibn ‘Ajibah menjelaskan bahwa dalam hal ini Allah jalla jalaaluhu berfirman Dan Kami wahyukan kepada ibunya Musa melalui ilham atau mimpi atau berita dari malaikat sebagaimana kepada Maryam, tetapi wahyu disini bukanlah wahyu risalah, karena ibunya nabi Musa bukanlah seorang Rasul dan tidak ada
14 Ima>m al-Nawawi>, Al-Minha>j Syarah S}ahih Muslim, (Beirut : Da>r Al-Ma‘rifah, 2012), Kitab al-Aima>n, Bab al-Isra>’ Bi Rasulilla>h saw ila> al-Samawa>t Wa Furid}a al- S{alawa>t, Jilid 2, h. 318.
15Ibnu Kas|ir, Qas}as} al-Anbiya, (Kairo : Da>r al-Hadi>s|, 1998), h. 247.
16Ibn ‘Aji>bah, Al-Bah}ru al-Madi>d Fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Maji>d, (Beirut : Da>r al- Kutub al-‘Ilmiyyah, 2015), Jilid 5, h. 247., Lihat pula Ibnu Kas|ir, al-Bida>yah Wa al- Niha>yah, (Beirut : Da>r Ibn Kas|ir, 2010), Jilid 2, h. 5-6.
17 Q.S. al-Qas}as} [28] : 7.
seorang wanita menjadi rasul. Ibunya nabi Musa bernama Yuha>na, ada yang mengatakan : Yukhabid binti Yas}har bin La>wi bin Ya‘qu>b bin Isha>q bin Ibra>hi>m, sebagaimana dijelaskan oleh al-Suyu>ti> dalam kitab al-Itqa>n. Dan kami katakan : ﱒ ﱓ
ﱔ bahwa ﱒ disini adalah al-mufassiratan yang berarti menafsirkan agar memerintahkan kepada ibunya nabi Musa agar menyusui bayinya selama dalam situasi masih aman untuk menyembunyikan bayinya. ﱗﱖﱕ Maka jika kamu khawatir kepadanya akan dibunuh ﱚﱙﱘmaka lemparlah ia ke sungai , sungai Nil Mesir. Dan Allah menyatakan ﱜﱛ agar kamu tidak usah takut akan keselamatan bayi Musa dari tenggelam dan hilang, juga ﱞﱟ ﱝ kamu juga tidak usah bersedih karena berpisah dengan bayimu, karena Allah berjanji ﱢﱡﱠ
Kami akan mengembalikannya kepadamu (ibunya) dengan cara yang lembut dan halus agar engkau bisa mendidiknya. 18
Dalam hal ini Shaikh al-Sha‘ra>wi> memberikan penjelasan yang mendalam tentang situasi yang sulit ini dimana beliau menjelaskan : Fir‘aun itu aneh, dia memerintahkan agar setiap anak bayi laki-laki dari Bani Isra>il harus dibunuh, namun saat dia menemukan bayi laki-laki kenapa tidak terpikir olehnya bahwa anak ini dibuang karena takut terbunuh. Bagaimana ia lupa, padahal dia mengaku dirinya tuhan, ataukah dia sudah tidak memiliki kecerdasan lagi, hingga hal ini terlewatkan dalam benak pikirannya. Bila ahli nujumnya menyatakan bahwa kehancuran kerajaannya akan dilakukan oleh bayi laki-laki dan seandainya kabar ini benar tentu anak itu pasti akan selamat dari pembunuhan. Dan ternyata Allah berkehendak agar bayi Musa diasuh di dalam lingkungan istana Fir‘aun . Ibunya yang sederhana akhirnya hidup dengan biaya istana bersama bayinya tersebut dalam keadaan bahagia dan berlimpah harta. Dengan kuasa Allah, Musa menjadi penyejuk hati bagi permaisuri yaitu istri Fir‘aun. Lihat bagaimana hal ini dapat terlupakan oleh Fir‘aun yang mengaku dirinya tuhan. Maka benarlah yang berbunyi : Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu sekalian dikumpulkan. [Q.S. Al-Anfa>l [8] : 24]. Hatinya Fir‘aun telah tertutup.19
Lalu Firman Allah kepada ibunya Musa ﱚﱙﱘﱗﱖﱕﱓﱔ ﱒSusuilah dia dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka lemparlah ia ke sungai (Nil).
Tentu sulit digambarkan apakah ada seorang ibut yang tega mau membuang anaknya ke laut karena takut anaknya dibunuh? Siapa yang mau menyelamatkan bayi tersebut dari kematian yang belum pasti (dibunuh) menuju kematian yang sudah pasti dilemparkan ke sungai Nil? Allah menjadikan perasaan keibuan lenyap di hadapan kasih Allah. Kemudian Allah menyempurnakan rencana-Nya kepada Musa, dengan menjadikan istri Fir‘aun yang berkata kepada Fir‘aun tentang Musa
18 Ibn ‘Aji>bah, Al-Bah}ru al-Madi>d Fi> Tafsi>r al-Qur’an al-Maji>d, (Beirut : Da>r al- Kutub al-‘Ilmiyyah, 2015), Jilid 5, h. 248.
19Muhammad Mutawalli al-Sha‘ra>wi>, Khawat}ir al-Sha‘ra>wi>, (Kairo : Da>r al-Nu>r, 2010), Jilid 13, h. 247.
ﱹ ﱺ ﱻ ﱼ
(Dia sang bayi) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu.
Fir‘aun langsung merespon bahwa bayi itu hanya penyejuk mata hati bagimu semata, tidak bagiku dimana seakan-akan Fir‘aun sudah merasakan apa yang akan terjadi nantinya. Akan tetapi kehendak Allah pasti terjadi dan takdirnya pasti akan berlaku, tidak ada yang bisa mencegahnya karena Allah jika berkehendak maka tidak ada yang bisa menolak kehendaknya. Walaupun Fir‘aun mengetahui lewat mimpinya dan dikabari oleh para ahli nujumnya, tetapi kenyataannya ia tetap memelihara bayi Musa di istananya, yang memang sudah merupakan kehendak Allah. Dan ini juga menunjukkan betapa besarnya pengaruh istri atas suami dalam situasi seperti ini. Untuk itu nabi bersabda Saw saat membaca ayat ini : Kalau seandainya Fir‘aun berkata seperti ucapan istrinya niscaya dia pasti mendapat hidayah pula.20 Hanya sayangnya Fir‘aun menolak bukti kebenaran yang Allah kirim kepadanya, oleh karena itu istrinya telah beriman dan wafat dalam keadaan beriman, sebagaiman diabdikan dalam Al Qur’an surat Al-Tahrim ayat 11, ketika ia berdo’a :
ﲣﭐﱡﭐ ﲤ ﲥ ﲦ ﲧ ﲨ ﲩ ﲪ ﲫ ﲬ ﲭ ﲮ ﲯ ﲰ
ﲱ
ﲲ ﲳ ﲴ
ﱠ
Ketika ia berdo’a ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi- Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir‘aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim. 21Adapun Fir‘aun maka ia mati dalam keadaan kufur dan seburuk-buruk kematian. 22
Dikisahkan selanjutnya bahwa bayi Musa tetap disusui oleh ibunya selama dia merasa aman dari mata-mata Fir‘aun . Suatu ketika seorang mata-mata memeriksa rumahnya, dia pun takut akan keselamatan nyawa bayinya, maka dengan gerakan spontan dia meletakkan bayi Musa di tempat tungku api. Saat pemeriksaan usai, diapun melihat anaknya kembali, dan ditemukannya dalam keadaan selamat
20 Teks hadits yang diriwayatkan oleh Al-Ha>kim diatas adalah :
اَمَك ّهّب ُالله ُهاَدََلِ هحتهرَ قَأ اَمَك ٍحيَْع َبهرُ ق ُهَل َنوُكَي حنَأ ُنحوَعحرّف هرَ قَأ حوَل ّهّب ُاَلحُيح يّذهلاَو ُهَمَرَح الله هنّكَلَو هُهَتَأَرحما ّهّب َدَه
َكّلَت
Artinya : Seandainya Fir’aun berkata ia (bayi Musa) juga penyejuk hati bagiku sebagaimana yang diakui istrinya niscaya Allah pasti sudah memberi hidayah kepadanya, sebagaimana Allah memberi hidayah kepada istrinya, akan tetapi Allah menghalangi Fir’aun berkata demikian. Lihat al-Zailai>, Takhri>jul Aha>dis| Wa al-A>s|a>r al-Wa>qi‘ah Fi> Tafsi>r al-Kashsha>f li Zamakhshari, 1994), Jilid 4, h. 932.
21 Q.S. al-Tah}ri>m [66] : 11.
22 Muhammad Mutawalli al-Sha‘ra>wi, Khawat}ir al-Sha‘ra>wi>,, (Kairo : Da>r al-Nu>r, 2010), Jilid 13, h. 248.
dari cedera. Hal itu merupakan kehendak Allah untuk menentramkan jiwanya bahwa bayi Musa tetap dijaga Allah dan janji Allah itu pasti benar.23
Kisah wahyu Allah kepada ibunya Musa di dalam Al-Qur’a>n terdapat 2 kali yang menyebabkan sebagian orientalis menuduh bahwa terdapat pengulangan kisah yang tidak perlu dalam Al-Qur’a>n. Mereka menyebutkan pengulangan tersebut dalam surat lain yang berbunyi :
ﱁ ﭐﱡﭐ ﱂ ﱃ ﱄ ﱅ ﱆ ﱇ ﱈ ﱉ ﱊ ﱋ ﱌ ﱍ
ﱎ ﱏ ﱐ
ﱑ ﱒ ﱓ ﱔ ﱕ ﱖ
ﱗ
ﱘ ﱙ ﱚ ﱛ ﱜ ﱝ ﱞ ﱟ ﱠ
(yaitu) ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu sesuatu yang diilhamkan,(38) (yaitu), letakkanlah dia (Musa) di dalam peti, kemudian hanyutkanlah dia ke sungai (Nil), maka biarlah (arus) sungai itu membawanya ke tepi, dia akan diambil oleh (Fir‘aun ) musuh-Ku dan musuhnya. Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan-Ku.(39)24
Tetapi sesungguhnya ada perbedaan antara wahyu yang pertama pada surat T{a>ha> ayat 38-39 dengan surat Al-Qas}as} yang sedang kita kaji ini. Adapun ayat yang sedang kita kaji saat ini adalah ayat yang berisi hal khusus tentang menyusui dan penjelasan waktu yang aman untuk menyusui, sementara wahyu yang lain dalam surat T{a>ha adalah setelah ibunya Musa khawatir dengan keselamatannya, maka Allah mewahyukan kepadanya untuk melemparkannya ke sungai Nil. Dan perhatikan ungkapan kemudian hanyutkanlah dia ﱉﱈ dimana arti al-Qazfu adalah melemparkannya dengan kekuatan, bukan memasukkannya dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang, karena pertolongan Allah menjaminnya untuk menjaganya dalam keadaan apapun.ﱑﱐﱏmaka biarlah (arus) sungai itu membawanya ke tepi . Hal ini adalah perintah dari Allah kepada sungai agar mengeluarkan bayi Musa dalam keadaan selamat menuju ke tepian, oleh karena itu tidak ada dalam surat ini penyebutan aktifitas menyusui. Jadi seakan-akan surat yang pertama dalam surat T{a>ha> datang sebagai pembukaan terhadap apa yang akan terjadi agar ibunya mempersiapkan diri untuk aktivitas ini, kemudian datang surat kedua adalah sebagai praktek dan pelaksaan, persis seperti anda mengingatkan tetangga anda akan adanya pencurian dan anda menasehatinya agar berhati-hati dengan pencurian tersebut, maka ketika masuk waktu malam ternyata pencurian tersebut benar-benar terjadi sesuai yang anda ingatkan kepada tetangga anda, maka anda segera menyerunya agar bersegera menghadang pencuri tersebut dan memukulnya.25
Dan ternyata ibunya bayi Musa benar-benar melemparkan bayi Musa ke sungai Nil dalam sebuah kotak hingga akhirnya sampai ke istana Fir‘aun. Lalu
23 Muhammad Mutawalli al-Sha‘ra>wi>, Khawat}ir al-Sha‘ra>wi, …. Jilid 13, h. 249.
24 Q.S. T{a>ha> [20] : 38-39.
25 Muhammad Mutawalli al-Sha‘ra>wi>, Khawat}ir al-Sha‘ra>wi>,, (Kairo : Da>r al-Nu>r, 2010),Jilid 13, h. 250.
setelah itu dipungutnya bayi Musa oleh istri Fir‘aun dan dijadikan sebagai anak angkat yang pada akhirnya disetujui oleh Fir‘aun. Tetapi tidak lama kemudian bayi Musa haus sehingga dicarilah oleh keluarga Fir‘aun para wanita yang berprofesi menyusui bayi, akan tetapi bayi Nabi Musa ternyata menolak semua wanita yang menyusui tersebut. Saat seperti itu datanglah kakak perempuan nabi Musa yang bernama Maryam yang kebetulan bekerja di istana Fir‘aun, dia menawarkan ke pihak istana bahwa ibunya bersedia mencoba untuk menyusui bayi Musa. Dan ternyata setelah datang dan dicoba olehnya ternyata bayi Musa cocok menyusui dengannya, hal itu tidak lain karena ia adalah ibunya sendiri yang pernah menyusuinya selama 3 bulan.. Maka dengan cara demikianlah Allah Yang Maha Bijaksana mengembalikan bayi Musa ke pangkuan ibunya. Adapun biaya penyusuannya menjadi tanggungan pihak istana, sehingga akhirnya bayi Musa tumbuh sehat dan memiliki kekuatan pisik yang luar biasa.26
Kondisi demikian itu dijelaskan oleh firman Allah berikut :
ﱧ ﭐﱡﭐ ﱨ
ﱩ ﱪ
ﱫ ﱬ ﱭ
ﱮ
ﱯ ﱰ ﱱ
ﱲ ﱳ
ﱴ ﱵ
ﱶ ﱷ ﱸ ﱹ
ﱺ ﱻ ﱼ
ﱽ
ﱾ
ﱿ ﲀ ﲁ ﲂ ﲃ ﲄ ﲅ
ﲆ ﲇ ﲈ ﲉ
ﲊ ﲋ
ﲌ
ﲍ ﲎ
ﲏ
ﲐ ﲑ ﲒ
ﲓ ﲔ ﲕ ﲖ ﲗ ﲘ ﲙ ﲚ
ﲛ
ﲜ ﲝ ﲞ ﲟ
ﲠ
ﲡ ﲢ ﲣ ﲤ ﲥ ﲦ ﲧ ﲨ
ﲩ ﲪ ﲫ
ﲬ ﲭ
ﲮ ﲯ ﲰ ﲱ ﲲ ﲳ ﲴ ﲵ ﲶ
ﲷ ﲸ
ﲹ ﲺ
ﲻ ﲼ ﲽ ﲾ ﲿ ﳀ ﳁ ﳂ ﳃ ﳄ ﳅ ﳆ ﳇ
ﳈ ﳉ
ﳊ ﳋ ﳌ
ﱠ
Maka dia (bayi Musa) dipungut oleh keluarga Fir‘aun agar (kelak) dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sungguh, Fir‘aun dan Haman bersama bala tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.(8) Dan istri Fir‘aun berkata, “(Dia bayi ini) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak, sedang mereka tidak menyadari.(9) Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh, hampir saja dia menyatakannya (rahasia tentang Musa), seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah).(10) Dan dia (ibunya Musa) berkata kepada saudara
26 Sali>m bin ‘Abd al-Hila>li>, S}ahih al-anbiya>i al-Musnad Min Ahadis| al-anbiya>’, (Beirut : Dar Ibn Hazm, 2008), Jilid 2, h. 498.
perempuan Musa, “Ikutilah dia (Musa).” Maka kelihatan olehnya (Musa) dari jauh, sedang mereka tidak menyadarinya. (11) Dan Kami cegah dia (Musa) menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah dia (saudara perempuan Musa), “Maukah aku tunjukkan kepadamu, keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik padanya?”(12) Maka Kami kembalikan dia (bayi Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.(13)27
Menurut Ibn ‘Aji>bah diriwayatkan bahwa ibunya Musa saat ingin melempar bayi Musa di sungai Nil membungkusnya dengan pakaiannya lalu dimasukkan ke dalam kotak yang terbuat dari kayu, kemudian ia menguncinya dan melemparkannya dengan keyakinan penuh dengan janji Allah sambil terus menanti terbuktinya janji Allah tersebut. Dan ternyata janji Allah benar-benar terbukti, dimana menurut Ibn Mukhlis ia mengatakan : Ibunya nabi Musa melemparkannya ke sungai Nil di pagi hari, dan Allah mengembalikannya kepada ibunya sebelum z}uhur. 28
Menurut Shaikh al-Sha‘ra>wi> bahwa makna ة َا ُل َق adalah mendapatkan sesuatu tanpa dicari. Begitulah saat keluarga Fir‘aun sedang duduk-duduk dan tanpa berusaha untuk mencari, tiba-tiba muncul bayi Musa. Dan saat mereka melihatnya ternyata mereka tertarik dan langsung mengambilnya. Muncul pertanyaan yaitu apa alasan dipungutnya bayi Musa? Al Qur’an menyatakan : Istirnya Fir’aun berkata Dia (bayi Musa) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu, maka janganlah kamu membunuhnya. Dan juga semoga dia bermanfaat kepada kita atau kita ambil dia menjadi anak (Q,S. al-Qas}as} [28] : 90-911). Tapi apakah tujuan tersebut tercapai? Jawabannya adalah tidak, karena takdir Allah menghendaki lain yaitu : akibatnya dia akan menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Ini bukti kebodohna Fir‘aun yang mengaku dirinya Tuhan. Padahal ahli sihirnya telah mengabarkan kepadanya akan bahaya anak bayi laki-laki tersebut, tetapi mengapa dia justru merawatnya di istananya. Maka disini terbuktilah kebenaran Firman Allah : Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya”.
(Q.S. al-Anfa>l [8] : 24). 29
Setelah dipungut ternyata bayi Musa haus dan menangis, sehingga seluruh isi istana berusaha mencari para wanita yang bisa menyusuinya. Tetapi tidak ada satupun yang berhasil menyusuinya. Sehinga akhirnya kakak perempuan Nabi Musa menawarkan bahwa ibunya sanggup menyusui bayi Musa. Dan ternyata ketika
27 Q.S. al-Qas}as} [28] : 8-13.
28Ibn ‘Aji>bah, Al-Bah}ru al-Madi>d Fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Maji>d, (Beirut : Da>r al- Kutub al-‘Ilmiyyah, 2015), Jilid 5, h. 249.
29 Muhammad Mutawalli al-Sha‘ra>wi>, Khawat}ir al-Sha‘ra>wi>,, (Kairo : Da>r Al-Nu>r, 2010), Jilid 13, h. 253.
mereka setuju mencobanya dan ternyata bayi Musa cocok dan mau menyusui kepadanya. Karena ibunya pernah menyusui Musa selama 3 bulan. 30
Adapun pencegahan Allah terhadap para wanita yang mau mencoba menyusui bayi Musa namun tidak berhasil dijelaskan dalam surat Al-Qas}as} :
ﲩ ﭐﱡﭐ ﲪ ﲫ
ﲬ ﲭ
ﲮ ﲯ ﲰ ﲱ ﲲ ﲳ ﲴ ﲵ
ﲶ ﲷ ﲸ ﲹ ﲺ
ﲻ ﲼ ﲽ ﲾ ﲿ ﳀ ﳁ ﳂ ﳃ
ﳄ ﳅ ﳆ ﳇ ﳈ ﳉ
ﳊ ﳋ ﳌ
ﱠ
Dan Kami cegah dia (Musa) menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah dia (saudaranya Musa),
“Maukah aku tunjukkan kepadamu, keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik padanya?” (12) Maka Kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah adalah benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.(13)31
Ibn ‘Aji>bah menafsirkan ayat diatas dengan menyatakan bahwa َاّ اَرَمحلا bentuk jamak dari اّ حرُم yaitu wanita yang berprofesi menyusui. 32
Menurut Ibn Ibnu ‘Aji>bah bahwa firman Allah Dan Kami cegah dia (bayi Musa) menyusui kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu maksudnya adalah pengharaman pencegahan bukan pengharaman secara syar’i yakni Kami mencegahnya disusui bukan oleh susu ibunya, sehingga bayi Musa menolak seluruh wanita yang menyusuinya hingga memgbuat mereka kesulitan, hingga takdir Allah menghendaki pengembalian bayi Musa kepada ibunya. Saat itu dengan kecerdasannya maka kakaknya nabi Musa berhasil meyakinkan pihak istana bahwa dia mempunyai ibu yang sanggup menyusui bayi Musa, ketika kakaknya Musa melihat Musa tidak mau menyusui kepada mereka. Dalam Al-Qur’an dijelaskan perkataan kakaknya nabi Musa : Maukah aku tunjukkan kepada kalian, keluarga yang akan memeliharanya untuk kalian dan mereka dapat berlaku baik padanya? Yakni menjaga bayi Musa untuk kalian yang tidak lalai dalam menyusuinya dan mendidiknya. 33
30Ima>m al-Bagha>wi>, Tafsi>r al-Bagha>wi>, (Beirut : Da>r T{ayyibah, 2007), Jilid 6, h.
192.
31 Q.S. al-Qas}as} [28] : 12-13.
32 Ibn ‘Aji>bah, Al-Bahru al-Madi>d Fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Maji>d, (Beirut : Da>r al- Kutub al-‘Ilmiyyah, 2015), Jilid 4, h. 235.
33 Ibn ‘Aji>bah, Al-Bah}ru al-Madi>d Fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Maji>d,..., Jilid 5, h. 252.
Dalam tafsir Ibnu ‘Irfah dikatakan : Allah tidak mengutarakan kami ا ارلما انعنم Kami cegah para wanita yang menyusuinya, tetapi Allah mengharamkan yang mengisyaratkan bahwa hal ini merupakan takdir yang sudah berlaku sejak lama. 34
Demikian fase kelahiran nabi Musa hingga Allah kembalikan bayi Musa ke pangkuan ibunya dengan cara yang sangat halus dan lembut. Karena Allahlah yang memproses semua takdir tersebut sesuai yang telah Allah rencanakan. Bahkan hati musuhnya yakni Fir’aun menjadi lunak dan tidak jadi menyembelihnya.35
Fase Kedua : Fase Masa Muda Nabi Musa Alaihis Salam.
Fase pertama yaitu fase kehidupan nabi Musa sejak kecilnya hingga menjelang dewasa di istana Fir’aun tidak kita temukan penjelasannya dalam Al- Qur’a>n.Yang kita temukan penjelasannya dalam Al-Qur’an adalah fase dimana Musa memasuki usia muda sebagaimana Allah jelaskan36 :
ﱁ ﭐﱡﭐ ﱂ ﱃ ﱄ ﱅ
ﱆ ﱇ
ﱈ
ﱉ ﱊ ﱋ ﱌ
ﱍ ﱎ
ﱏ ﱐ ﱑ ﱒ ﱓ ﱔ ﱕ ﱖ ﱗ ﱘ
ﱙ ﱚ ﱛ
ﱜ ﱝ
ﱞ
ﱟ ﱠ
ﱡ ﱢ ﱣ ﱤ ﱥ ﱦ ﱧ ﱨ ﱩ ﱪ
ﱫ
ﱬ ﱭ ﱮ ﱯ
ﱰ
ﱱ
ﱲ ﱳ ﱴ ﱵ ﱶ ﱠ
Dan setelah dia (Musa) dewasa dan sempurna akalnya, Kami anugerahkan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.(14) Dan dia (Musa) masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan yang seorang (lagi) dari pihak musuhnya (kaum Fir‘aun ). Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk (mengalahkan) orang yang dari pihak musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Dia (Musa) berkata, “Ini adalah perbuatan setan. Sungguh, dia (setan itu) adalah musuh yang jelas menyesatkan.”(15)37
Pada fase ini nabi Musa tumbuh menjadi pemuda yang s}aleh dan senantiasa menolong orang yang teraniaya. Lalu saat masa mudanya tersebut maka berusaha mencari tahu tentang asal usul jati dirinya. Dan setalah bertanya keberbagai pihak
34 Ibn ‘Irfah, Tafsi>r Ibn ‘Irfah, (Beirut : Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2008), Jilid 3, h.
265.
35 Muhammad Mutawalli al-Sha‘ra>wi>, Khawat}ir al-Sha‘ra>wi>,, (Kairo : Da>r Al-Nu>r, 2010), Jilid 13, h. 258.
36 S{alah ‘Abd al-Fatta>h Al-Kha>lidi>, Al-Qas}as} al-Qur’a>ni> ‘Ard}u Waqa>i‘ Wa Tah}li>lu Ahdas|, (Beirut : Da>r al-Qalam, 1998), Jilid 2, h. 311.
37 Q.S. al-Qas}as} [28] : 14-15.