• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemerdekaan Masa setelah Proklamasi

Dalam dokumen PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK PERGURUAN TINGGI (Halaman 64-68)

PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

J. Kemerdekaan Masa setelah Proklamasi

3. Sidang Ketiga. (20 Agustus 1945).

Dalam sidang ketiga ini PPKI melakukan pembahasan tentang agenda “Badan Penolong Keluarga Korban perang”. Adapun keputusan yang dihasilkan adalah terdiri atas delapan pasal. Salah satu dari pasal tersebut yaitu: pasal 2. Untuk maksud tersebut maka dibentuklah suatu badan yang disebut dengan “Badan Keamanan Rakyat” (BKR).

4. Sidang Keempat (22 Agustus 2045)

Pada sidang ini masalah yang dibahas oleh PPKI adalah pembentukan Komite Nasional., Partai Nasional Indonesia dan Badan keamanan Rakyat. Hal tersebut sebagaimana ditetapkan dalam pasal (4) aturan Peralihan, bahwa inti dari keanggotaan Komite Nasional ialah PPKI, kemudian ditambah dengan Pimpinan rakyat dari semua golongan, aliran dan lapisan masyarakat, seperti Pamong Praja, Alim Ulama, Kaum Cendekiawan, Wartawan dan golongan lain yang ada di masyarakat. (M.Syamsuddin, dkk.: 2009:

42).

Berikutnya setelah PPKI menyelesaikan sidang terakhir tersebut, maka bubarlah PPKI tersebut secara tidak langsung, dan para anggotanya dilebur menjadi anggota inti dari KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), yang anggotanya berjumlah sebanyak 150 orang. Yang selanjutnya pada Rabu tanggal 29 Agustus 1945, bertempat di gedung Kebudayaan (gedung Komidi di Pasar Baru) seluruh anggota tersebut dilantik secara resmi oleh Presiden Soekarno.

luar bahwa negara Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 hanyalah Hadiah dari Fasis Jepang.

Oleh sebab itu untuk melawan sikap licik dan tuduhan dari Belanda tersebut, maka pemerintah Indonesia mengeluarkan tiga maklumat, yang terdiri dari:

1. Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945, yang menghentikan kekuatan luar biasa dari Presiden sebelum habis masa berlakunya. Kemudian maklumat tersebut memberikan kekuasaan kepada MPR dan DPR yang semula dipegang oleh Presiden kepada KNIP.

2. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945, yang berisikan agar rakyat Indonesia mendirikan Partai politik sebanyak-banyak- nya. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan kepada negara luar (Barat), bahwa negara Indonesia yang telah memproklamsikan kemerdekaannya adalah negara demokrasi dengan multi partai.

3. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945, tentang peru- bahan sistem pemerintahan Indonesia, dari sistem Pemerintahan/

Kabinet Presidensial menjadi sistem Pemerintahan Perlementer yang berasaskan Demokrasi Liberal.

Kmudian dalam perkembangannya ternyata kondisi tersebut telah menciptakan situasi politik yang tidak atabil, karena Pemerintah telah melakukan penyimpangan dari ideologi Pancasila serta konstitusi yang berdasarkan UUD 1945. Akibat lainnya dengan pemberlakuan sistem pemerintahan/Kabinet Parlementer yang bebas/liberal, telah menciptakan instabilitas politik dalam negeri, bahkan hingga terjadinya Kabinet yang jatuh bangun yang kesemuanya itu berdampak negatif terhadap kedaulatan negara pada saat itu.

ˆ

ˆˆ

ˆ

ˆ Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)

Selanjutnya bertepatan pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag (Belanda), Pemerintah Indonesia telah menandatangani suatu persetujuan (Mantelresolusi) bersama Ratu Yulaiana di Belanda, sebagai hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB), berupa pembentukan

Negara Indonesia Serikat” (RIS). Akibatnya semua ketentuan yang

berkaitan dengan konstitusi RIS tersebut harus diberlakukan. Adapun sebagian dari isi Konstitusi tersebut antara lain adalah:

a. Konstitusi RIS menentukan bentuk Negara Serikat (Federalis) yang mencakup 16 negara bagian (pasal 1 dan 2).

b. Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintahan berdasarkan atas demokrasi liberal. Sehingga semua menteri dalam menjalankan tugasnya, bertanggung jawab kepada Parlemen (Pasal 118 ayat 2).

c. Dengan berlakunya Mukaddimah dalam Konstitusi RIS secara tidak langsung telah menghapuskan seluruh jiwa dan semangat, bahkan isi dari Pembukaan UUD 1945, serta Proklamasi Kemerdekaan In- donesia.

Namun demikian karena sebelum persetujuan Meja Bundar di Belanda tersebut dilaksanakan, bangsa Indonesia telah memiliki kedaulatan, oleh sebab itu persetujuan pada tanggal 27 Desember 1949 tersebut, bukanlah berupa penyerahan kedaulatan, melainkan sebagai “pemulihan kedaulatan” atau bahkan berupa “pengakuan akan kedaulatan negara Indonesia”.

ˆ

ˆˆ

ˆ

ˆ Negara Kesatuan Republik Indonesia

Secara politis pendirian negara RIS hanyalah suatu Taktik semata.

Sebab negara RI tetap konsisten terhadap deklarasi Proklamasi yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, khususnya alinea IV yang antara lain menyatakan, bahwa Pemerintahan negara ... “ yang melindungi segenap bangsa Indonesia d Indonesia dan seluruh tumpah darah negara Indonesia, ... “ yang berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila.

Akhirnya atas persetujuan antara RIS dengan negara RI pada Tanggal 19 Mei 1950, seluruh negara bagian dalam RIS bersatu ke dalam negara kesatuan, dengan berdasarkan Konstitusi Sementara yang berlaku sejak 17 Agustu 1950.

ˆ

ˆˆ

ˆˆ Dekrit 5 Juli 1959

Dalam rangka untuk menciptakan kestabilan di bidang politik, ekonomi, sosial dan di bidang pertahanan dan keamanan, maka pada

tahun 1955 telah dilaksanakan pemilihan umum. Namun dalam kenyataannya harapan tersebut tidak pernah tercapai sesuai dengan keinginan masyarakat Indonesia ketika itu. Ada beberapa penyebab hingga harapan rakyat tersebut tidak pernah terwujud, antara lain:

a. Perekonomian Indonesia ketika itu dikuasai oleh para pemodal raksasa.

b. Pemerintah tidak mampu menyalurkan aspirasi masyarakat di bidang ekonomi yang lebih baik/maju, yang disebabkan oleh jatuh bangunnya Kabinet ketika itu.

c. Pembentukan Kabinet masih bersifat Liberal yang berdasarkan UUDS 1950 sehingga menyebabkan situasi sosial politik menjadi tidak stabil.

d. Hasil Pemilu 1955, tidak menghasilkan DPR yang menggambarkan suara perimbangan kekuasaan politik yang riil ada di masyarakat.

Sehingga banyak kekuatan sospol dan golongan yang ada di daerah masih belum terwakili suaranya di DPR.

e. Konstituante yang bertugas membentuk UUD yang tetap bagi nega- ra RI, telah gagal dalam melaksanakan tugasnya, sekalipun mere- ka telah melaksanakan persidangan selama waktu dua setengah tahun. Hal tersebut juga disebabkan oleh karena terjadinya ketidak kompakkan dalam melaksanakan tugas. Misalnya konstituante seharusnya bertugas untuk membuat undang-undang negara, tetapi mereka kembali membahas tentang Dasar Negara.

Atas berbagai alasan sebagaimana tersebut di atas, maka Presiden sebagi Badan yang bertanggung jawab untuk menyelamatkan bangsa dan negaranya, menyatakan bahwa semua keadaan ketatanegaraan yang telah mengancam kesatuan dan persatuan bangsa serta keselamatan negara, perlu mengeluarkan Dekrit atau Pernyataan, yang berisikan sebagai berikut:

I. Membubarkan Konstituante.

II. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945. Serta tidak lagi diberlakunnya kembali UUD 1950..

III. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat- singkatnya

Oleh sebab itu atas pernyataan/Dekrit yang dikeluarkan pada tanggal 5 Juli 1959 tersebut, maka UUD 1945 kembali berlaku di Negara Republik Indonesia hingga sampai masa kini. (Mardoyo, 1978: 192).

Dalam dokumen PENDIDIKAN PANCASILA UNTUK PERGURUAN TINGGI (Halaman 64-68)