• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keperawatan Keluarga Rentan atau Risiko

Dalam dokumen Buku Ajar Keperawatan Keluarga (Halaman 78-81)

Bab III Konsep Keperawatan Keluarga

G. Keperawatan Keluarga Rentan atau Risiko

G. KEPERAWATAN KELUARGA RENTAN ATAU RISIKO

Faktor-faktor yang berisiko menimbulkan asalah kesehatan terdiri dari beberapa kategori antara lain: biologic risk, sosial risk, economic risk, life-style risk dan life even risk (Stanhope &

Lancaster, 2000). Biologic risk adalah faktor genetic atau fisik yang berkontribusi terjadinya risiko. Social risk merupakan faktor kehidupan yang tidak teratur, tingkat criminal yang tinggi, lingkungan yang terkontaminasi oleh polusi udara, kebisingan, zat kimia berkontribusi untuk terjadinya masalah. Economic risk adalah tidak seimbangnya antara kebutuhan dengan penghasilan, krisis ekonomi berkepanjangan, sehingga berpengaruh terhadap kebutuhan perumahan, pakaian, makanan, pendidikan dan kesehatan. Life style risk merupakan kebiasaan atau gaya hidup yang berdampak terjadinya risiko, termasuk keyakinan terhadap kesehatan, kebiasaan sehat, persepsi sehat, pengaturan pola tidur, rencana aktivitas keluarga, norma tentang perilaku yang berisiko.

Life even risk adalah kejadian dalam kehidupan yang berisiko terhadinya masalah kesehatan, sperti pindah rumah, adanya anggota keluarga abru, adaya anggota keluarga yang meninggalakan rumah padat berpengruh pada pola komunikasi.

2. Definisi Rentan (Vulnerable) 1) Definisi kelompok rentan

Kelompok sosial yang berisiko tinggi terjdi masalah kesehatan.

Populasi ini mempunyai kemungkinan besar terjadi penyakit dari pada kelompok lainya.

2) Jenis kelompok rentan

Lansia, anak- anak, fakir miskin, perempauan rentan, penyandang cacat, dan kelompok minoritas.

3) Masalah- masalah kelompok rentan

1) Anak : pelanggaran hak asasi; abuse, eksploitasi dan diskriminasi

2) Perempuan; KDRT /kekerasan dalam rumah tangga

3) Penyandang cacat; diskriminasi pekerjaan, perhatian yang kurang

4) Kelompok minoritas; diskriminasi politik, ekonomi, sosial dan budaya.

4) Asuhan keperawatan individu dan keluarga rentan atau risiko 1) Family violence

2) Child abuse

3) Penyalahgunaan NAPZA 4) Elderly negligence

5) Penyakit menular dan penyakit tidak menular 6) Gangguan jiwa

7) Cancer

8) Diabetes Melitus 9) Family planning

10) Hearth disease and stroke 11) Respiratory disease 12) Cronic kidney disease 13) Injury violence revention 14) Occupational health

15) Maternal, infant and child health 16) Health communication

BAB IV

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA A. LATAR BELAKANG KELUARGA SEBAGAI SASARAN

PELAYANAN

Keluarga merupakan fokus sentral dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga. Keluarga merupakan suatu gambaran status kesehatan masyarakat dan individu dalam suatu keluarga, sehingga untuk dapatmewujudkan kesehatan yang baik, maka fokus sentral asuhan keperawatan adalah keluarga (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Beberapa alasan yang menjadikan keluarga sebagai focus sentral asuhan keperawatan keluarga dan dijadikan sebagai sasaran pelayanan keperawatan (Effendi & Muflikhudi, 2009) dalam Susanto (2013):

1. Keluarga dipandang sumber daya kritis untuk menyampaikan pesan kesehatan

Seperti pada kasus demaam Berdarah program PSN (pemberantasan Sarang Nyamuk) keluarga sebagai unit terkecil berperan dalm penyampaian pesan PSN terhindar dari wabah.

2. Keluarga sebagai satu kesatuan

Keluarga dengan sejumlah anggota keluarga berada satu ikatan dan saling mempengaruhi. Daam melakukan pengkajain perlu memahami hal ini agar mendapat data yang diperlukan mengingat anggota keluarga satu dan yang alin saling mempengaruhi. Misal ada anggota keluarga yang mendapatkan beasiswa pendidikan diluar negeri akan menimbulkan kesediahan anggota keluarga lain yang ditinggalkanya (homesick syndrome).

3. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya

Peran keluarga sangat penting dalam tahap- tahap perawatan kesehatan, mulai dari tahap peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan sampai rehabilitasi. Misal keluarga yang memperhatikan kesehatan akan memperhatikan pemberian makanan dengan gizi seimbang dan imuniasai yang baik.

4. Keluarga sebagai tempat penemuan kasus dini

Adanya maslah pada salah satu anggota keluarga akan memunculkan faktor risiko pada anggota keluarga yang lain. Jika ayah mengalami TBCmaka anggota keluarga lain berisiko mengalami penyakit yang sama.

5. Individu dipandang dalam konteks keluarga

Seseorang dapat memahami peran dan fungsinya bila dipandang dalam konteks keluarga. Misal anak perempuan menikah maka akan berubah peran menjadi istri dan calon ibu bagi keluarganya.

6. Keluarga sebagai sumber dukungan sosial bagi anggota keluarga lainya Dukungan sosial sangat diperlukan setiap individu disetiap siklus kehidupanya. Dukungan sosial semakin diperlukan bila sedang mengalami masalah atau sakit, maka perlunya peran anggota keluarga menjalanimasa sulit dengan tepat.

Dalam pemberian perawatan keluarga pengambil keputusan tetap pada keluarga. Pearawat hanya membantu keluarga dalammendapatkan keterangan dan pandangan yang realistis terhadap masalah keunggulan dan kelemahan tiap tindakan yang keluarga hadapi sehingga semua penentu kebiajakan dan keputusan adalah menjadi hak, kewajiban dan tanggung jawab keluarga, sehingga perawat hanya memfasilitasinya.

B. PRINSIP- PRINSIP KEPERAWATAN KELUARGA

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalammemberkan asuhan keperawatan keluarga adalah sebagai berikut:

1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan 2. Dalam memberikan asuhankeprawatan kesehatan keluarga, sehat

merupakan tujuan utama

3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga

4. Dalam memebrikan asuhan keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran serta aktif seluruh anggota keluarga dalam mengtasi maslah kesehatannya.

5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dengan tidka mengabaikan upaya promotifdan rehabilitative

6. Dalam memebrikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat me-manfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga

7. Sasaran asuhan keperawatan keluarga dalah keluarga secara keseluruhan.

C. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA

Dalam mengatasi masalah keperawatan keluarga segala keputusan untuk dirawat atau tidak, dikembalikan pada wewenang keluarga untuk menentukan. Dalam keluarga yang menganut budaya ketimuran, pengamblan keputusan dalam hal keperawatan tetap berada di tangan kepala keluarga sebagai orang yang dituakan. Hal tersebut didasarkan pada pemikiran sebagai berikut:

1. Hak dan tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga

2. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota kelarga

3. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga

4. Anggota keluarga yang bermasalah.

D. HAMBATAN PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA

Lazimnya dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga meski terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaanya baik yang berasal dari keluarga maupun hambatan yang berasal dari perawat.

1. Hambatan dari keluarga

a. Pendidikan keluarga rendah ; hal ini mneyebabkan sultnya anggota keluarga menerima masukan yang baru dan sering memper- tahankan kebiasaan yang mereka anggap benar tetapi tidak tepat dari segi kesehatan.

b. Keterbatasan sumber daya (keuangan, sarana dna prasarana);

ketidak sediaan sumber daya seperti inilah yang menyebabkan tidak terlaksananya programkeperawatan yang dipilih.

c. Kebiasaan-kebiasaan yang salah; misalnya banyak pantangan saat hamil, sehingga tidak memenuhi kebutuhan gizi calon bayi.

d. Sosial budaya yang berlawanan dengan nilai-nilai kperawatan.

2. Hambatan dari Perawat

a. Saran dan prasarana yang tidak menunjang.

b. Kondisi alam (geografi yang jelek, jalan yang jelak, sulit dijangkau kendaraan, dll).

c. Kesulitan komunikasi (bahasa dan peralatan).

d. Keterbatasan pengetahuan perawat tentang kultur keluarga.

E. HALANGAN PERKEMBANGAN PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA

Beberapa faktor yang dpat menghambat pelaksanaan asuhan keperawatan dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1. Dana; kurangnya persediaan dana dari kelurga dan kurangnya peranan pemerintah dalam pembiayaan kesehatan tentu sangat menghambat pelaksanaan proses perawatan dirumah.

2. Perawat hanya mampu beretorika dikalangan masyarakat tanpa menunjukan contoh yang baik yang seharusnya dilaksankan oleh masyarakat. Pada masa ini, perawat sebagian besar tidak bias dijadikan tokoh panutan yang mampu merubah perilaku masyarakat.

3. Bayar jasa; setiap perawat yang mau melaksanakan asuhan keperawatan keluarga menilai bahwa pemberian asuhan kepada keluarg yang tidak mampu tentu tidak memberikan keuntungan sama sekali. Bila dibandingkan bahwa sebagian besar keluarga di Indonesia tergolong keluarga tidak mampu, sehingga hal ini sulit dilakukan dan tidak bisa dipaksakan.

BAB V

TERAPI MODALITAS KELUARGA A. PENGERTIAN

Terapi modalitas adalah terapi yang melibatkan perlakuan terhadap fisik pasien. Terapi ini sebaiknya tidak diberikan secara tersendiri pada penatalaksanaan penyakit, namun diberikan tambahan baik dalam bentuk terapi latihan maupun intervensi farmakologis (Malanga, 2010) dalam Sutanto, 2012.

B. JENIS TERAPI MODALITAS 1. Coaching dan Guidance

Coaching atau bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan, demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera. Tujuan dari coaching pada keluarga dengan remaja adalah untuk meningkatkan, mengembangkan dan atau menerapkan materi pembelajaran atau prosedur misal prosedur belajar yang efektif (Gladding, 2002 dalam Susanto, 2013).

2. Konseling

Konseling merupakan proses saling belajar yang menyangkut dua individu dalam suasana edukatif. Pihak pertama adalah konseling atau klien yang meminta atau memerlukan bantuan dari pihak kedua yaitu konselor (Friedman, Bowman & Jones, 2003 dalam Susanto, 2013.

Misal pada keempat keluarga binaan direncanakan dilakukan konseling dalam pemecahan perawatan tumbuh kembang kesehatan reproduksi remaja. Permasalahan yang timbul seputar remaj dikeluarga akan digali dan dipecahkan melalui pemberian solusi yang baik melalui konseling keluarga.

Tujuan konseling diberikan pada keempat keluarga binaan untuk membantu keluarga mengemukakan maslah yang dihadapi lalu bersama-sama mencari solusi sesuai sumber yang keluarga masing- masing miliki, untuk melaksakana solusi bertahap sesuai kesepakatan masing- masing keluarga.

3. Game terapi

Game adalah suatu cara menarik perhatian terhadap suatu objek. Game merupakan sesuatu yang menyenangkan disukai dari dahulu hingga sekarang. Game menghasilkan suasana relax dan hati raing bebas dari masalah. Menimbulkan tantangan memecahkan materi permainan, mendorong keikutsertaan setiap orang masuk dalam permainan tersebut.

4. Modifikasi Perilaku

Modifikasi perilaku pada keluarga dilakukan dengan perjanjian kontrak dan prinsip ekonomi. Perjanjian kontrak yang dimaksud agar remaja dapat mendisplinkan remaja untuk manajemen aktivitas keseharian dari bangun tidur sampi tidur lagi. Contingency contracting berfokus pada perjanjian antara terapis dank lien. Perjanjian dibuat dengan punishment dan reward. Konsekuensi yang berat jika melanggar kebiasaan buruk yang sudah disepakati untuk ditinggalkan.

5. Token Ekonomi

Ini merupakan bentuk reinforcement positif yang sering digunakan pada kelompok anak- anak dengan masalah psikiatrik. Hal ini dilakukan secara konsisten saat mampu menghindari perilaku buruk.

Pemberian penghargaan dilakukan seperti yang diharapkan secara bersamaan dengan pemberian umpan balik. Hal ini dilakukan pada keluarga dengan tujuan supaya terjadi perubahan perilkau dengan pemberian penghargaan.

6. Relaksasi Progresif

Relaksasi ini diberikan pada remaja dalam keluarga untuk meningkatkan manajemen stress terkait pola koping keluarga. Upaya ini untuk mengatasi stress, ketegangan jiwa dan raga individu serta keluarga. Tujuanya mengistirahatkan unsur jiwa dan raga secara optimal melalui perasaan, kemauan dan pikiran secara berturut- turut.

7. Latihan Aserif

Ini adalah kemampuan individual untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada oranglain namun tetap menjaga hak- hak serta perasaan orang lain. Latihan asertif adalah suatu terapi modalitas keperawatan dalam bentuk terapi kelompok (terapi perilaku), klien belajar mengungkkapkan perasaan marah secara tepat atau asertif sehingga mampu berhubungan dengan lain, mampu menyatakan apa yang diinginkan, apa yang disukai, apa yang ingin dia kerjakan dan kemampuan membuat seseorang merasa tidak risih berbicara tentang dirinya sendiri.

8. Komunikasi Efektif

Komunikasi adalah suatu proses penyampian pikiran, perasaan melalui bahasa, mendengar, body language atau ungkapan emosi dan saling menghargai dan mendengar orang lain ketika berbicara dalam suasana harmonis dan terbuka. Tujuan interven si komunikasi ini adalah untuk membangun hubungan harmonis dengan remaja dan membentuk suasana keterbukaan dan mendengar dinatara orangtua dan remaja sehingga akan menghindarkan konflik yang terjadi diantara orangtua dan remaja.

Komunikasi yang efektif akan dapat membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi masalah dan memebuat mereka mau endengar dan menghargai orangtua sehingga akan dapat menyelasiakan masalahnya.

C. CONTOH TERAPI MODALITAS KELUARGA 1) Terapi Keluarga

a. Pengertian Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada proses interpersonal. Terapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan membina komunikasi secara terbuka dan interaksi keluarga secara sehat.

Terapi keluarga merupakan salah satu bentuk psikoterapi kelompok yang berdasarkan pada kenyataan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan bukan suatu mahluk yang terisolir (Harmoko, 2016)

b. Ruang Lingkup Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah suatu tindakan berupa modifikasi keadaan sekarang bukan sekedar eksplorasi dan interaksi masa lampau.

Adapun sasaranya adalah system keluarga. Terapi bergabung dengan sistem tersebut dan menggunakan dirinya untuk mengubah system tadi dengan mengubah posisi anggota keluarga, terapi mengubah pengalaman dan subjektif.

1) Perubahan didalamstruktur akan memberi paling sedikit satu kemungkinan untuk berubah berikutnya.

2) Sistem keluarga diorganisir sekitar dukungan, aturan, asuhan dan sosialisasi anggota keluarga tadi.Dalam hal ini terapis bergabung dengan keluarga bukan untuk mendidik dan membuat sosialnya tetapi memperbaiki memodifikasi fungsi keluarga hingga fungsinya menjadi baik.

3) Sistem keluarga memiliki sifat- sifat pertahanan diri karena itu sekali perubahan terjadi akan mempertahankan dan mengubah umpan balik atau memberi nilai pengalaman pada anggota keluarganya.

c. Perkembangan Dari Teori Keluarga

Terapi keluarga digunakan dalam upaya mengerti perilaku manusia, khususnya disfungsi manusia. Berikut adalah asumsi sebagai pedoman dalam menggunakan pendekatan- pendekatan dalam praktek perawatan kesehatan :

1) Keluarga merupakan unit sosial dasar dalam fungsi manusia 2) Keluarga adalah fenomena sosial yang multicultural dan

multidimensi.

3) Keluarga mempengaruhi seluruhnya system sosial baik pada perkembangan maupun kelangsungan perilaku seseorang.

4) Sebagai suatu system sosial dasar keluarga untuk mentransfer nilai budaya dan tradisi pada generasinya.

5) Perkembangan dan peningkatan system keluarga melalui organisasi yang kompleks melalui tahap perkembangan.

6) Individu juga berkembang melalui tahap perkembangan terjadi dalam konteks keluarga.

7) Kelurga mengalami transisi dalam peristiwa perkembangan seprti kelahiran, kematian dan pernikahan. Dimana kejadian tersebut menimbulkan perubahan pada anggota keluarga dan komposisi system keluarga

8) Keluarga memperoses dan mengembangkan kekuatan dan sumber internal. Diantara sumber- sumber tersebut adalah

9) Perubahan struktur dan proses keluarga menunjukan perubahan dalam seluruh anggota keluarganya.

10)Perubahan perilaku dan fugsi individu anggota keluarga berpengaruh terhadap system keluarga dan seluruh anggota keluarganya lainya

11) Keluarga sebagai sistem adalah lebih dari sejumlah fungsi dari setiap individu anggotanya.

12) Perubahn dalam struktur dan fungsi keluarga dapat difasilitasi melalui terapi keluarga.

d. Kerangka Teori Terapi Keluarga

Beberapa teori yang mendasari terapi keluarga adalah : 1) Psycodinamic Family Therapy

Tujuan terapi ini berorientasi psikodinamika yaitu menolong anggota keluarga mencapai pengertian tentang dirinya dan caranya berinterkasi tetang dirinya dan cara berinteraksi satu sama lain di dalam keluarga. Anggota keluarga didorong asosiasi bebas dengan membiarkan pikiran mereka berjalan bebas tanpa sensor alam sadar dan memverbalisasikan pikiranya. Terapis secara aktif mengintervensi hindari memberikan saran dan memanipulasi keluarga.

2) Behavioral Family Therapy

Terapi perilaku dalam keluarga diawali dengan mempelajari pola perilaku keluarga untuk menentukan keadaan yang menimbulkan masalah perilaku itu.Tujuan utamanaya meningkatkan perilaku yang positif yang diidnginkan dan kemampuan beradaptasi berubah terhadap kebutuhan internal dan eksternal.

emnghilangkan perilaku negative. Hal ini dilakukan dengan mengatur keluarga sehingga perilaku yang diinginkan diperkuat dengan memberi ‘reward’.

3) Group Therapy Approaches

Terapi kelompok dapat diterapkan dalam keluarga. Tujuanya menolong anggota keluarga mendapatkan insight melalui proses interaksi didalam kelompok. Peranan terapis adalah sebagai fasilitator menginterpretasi yang terjadi pada anggota kelompok.

4) Communication Process

Terapi keluarga menggunakan teori komunikasi proses komunikasi yang terajdi di dalam keluarga dijelaskan berikut : a) Komunikasi dan kognisi

Perawat menolong keluarga dengan menjelaskan arti komunikasi diantra mereka. Perawat mengarahkan anggota keluarga mengamati apa yang dimaksud anggota keluarga lain saat menyatakan sesuatu. Perawat mengobservasi flutuasi proses komunikasi dengan memperjelas kesalahpamahan serta perhatiak bahasa non verbal.

b) Komunikasi dan kekuatan

Bila seseorang mengkomunikasikan pesan pada orang lain berarti sedang membuat siasat untuk menentukan hubungan.

c) Komunikasi dan Perasaan

Pasangan perkawinan mempunyai kebutuahn emosional diharapkan ditentukan dalam perkawinan jika kita menemukan kebutuhan emosional dari setiap orang

maka kemunikasi perasaan sangat penting artinya.

Tujuan memperbaiki ketidakpuasan.

d) Struktural Family Terapi

Perawat memulai terapi dengan cara bergabung dengan keluarga dalam transaksi, sehingga perawat dapat mengobservasi aspek tertentu dari fungsi keluarga dan struktur keluarga tersebut. Lalu tentukan seberapa jauh gejala dari pasien atau masalah keluarga berkaitan dengan fungsi keluarga. Jika berkaitan maka intervensi merubah struktur keluarga.

e) Indikasi Terapi Keluarga

Indikasi terapi keluarga menurut Walround Skinner dalam susanto, 2013 adalah :

1) Gejala yang timbul merupakan ekspresi disfungsi dari system keluarga

2) Gejala yang timbul lebih menyebabkan beberapa perubahan dalam hubungan anggota keluarganya dapat merupakan masalah secara individual.

3) Kesulitan berpisah

4) Terapi keluarga yang berorientasi psikosomatik menyatakan bahwa terapi keluarga akan berguna pada keluarga- keluarga schizoid, dan keadaan ekonomi yang buruk.

e. Manfaat Terapi Keluarga

Manfaat untuk individu dalam keluarga

1) Mempercepat proses kesembuhan melalui dinamika kelompok/ keluarga

2) Memperbaiki hubungan interpesrsonal pasien dengan tiap anggota keluarga atau memperbaiki proses sosialisasi yang dibutuhkan dalam upaya rehabilitasinya.

Manfaat untuk keluarga :

1) Memperbaiki fungsi dan struktur keluarga

2) Keluarga mampu meningkatkan pengertianya terhadap pasien sehingga lebih dapat menerima, lebih toleran dan lebih dapat menghargai pasien sebagai manusia maupun potensi- potensinya masih ada.

3) Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu pasien dalam rehabilitasi.

f. Teknik Terapi Keluarga

Terapi keluarga dilakukan dengan tekhnik sebagai berikut : 1) Terapi Keluarga Berstuktur

Terapi keluarga berstruktur adalah suatu kerangka teori tekhnik pendekatan individu dalam konteks sosialnya.

Tujuanya mengubah organisasi keluarga. Terapi ini menggunakan proses balik antara lingkungan dan orang-orang yang terlibat perubahan –perubahan yang ditimbulkan oleh seseorang terhadap sekitarnya dan cara- cara dimana umpan balik terhadap perubahan- perubahan tadi mempengaruhi tindakan selanjutnya. Terapi keluarga mempergunakan tekhnik- teknik dan mengubah konteks orang-orang terdekat sedemikian rupa sehingga posisi ereka berubah dengan mengubah hubungan antara seseorang dengan konteks yang akrab tempat dia berfungsi, kita mengubah pengalaman subyektifnya.

2) Terapi individu/perorangan

Melihat individu sebagi tempat patologis dan mengumpulkan data yang dieroleh dari atau tentang individu. Terapi ini dilakukan pengungkapan pikiran dan perasaan tentang kehidupanya sekarang, dan orang- orang didalamnya. Riwayat perkembangan koflik dengan orangtua dan saudara- saudaranya. Bila akan dirujuk ke dalam terapi keluarga maka terapis akan mengekplorasi individu dalam konteks yang erarti.

Dalam konteks wawancara dengan keluarga lainya dukungan yang diberikan diberikan oleh anggota kleuarga.

Terapi keluarga salah satu terapi modalitas yang melihat masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga. Untuk dapat menjalankan terapi keluarga dengan baik diperlukan pendidikan dan laithan dengan dilandasi berbagai teori yaitu psikodinamik akelompok, konsep keluarga terstruktur dan fugsi kelompok, dinamika kelompok, terapi perilaku dan teori komunikasi. Manfaat peran keluarga dalam proses terapi pasien dapat diperbesar melalui terapi keluarga.

Dengan terapi keluarga diharapkan selain bermanfaat untuk terapi dan rehabilitasi pasien juga dapat memperbaiki kesehatan mental dari keluarga, termasuk tiap-tiap anggota keluarga dalam arti memeperbaiki peran da fungsi atau hubungan interpersonal.

2) Terapi Binatang (Animal Assited Therapy) f. Definisi

Suatu tindakan terapi dengan menggunakan binatang untuk memberikan kasih saying, perhatian, pengelakan dan relaksasi pada klien (McCloskey & Bulechek, 1996 dalam Susanto, 2012).

g. Indikasi

1) Ditujukan bagi klien yang mengalami ketidaknyaman seperti kecemasan, nyeri dan stress.

2) Lanjut usia dalam mengenang memori yang telah lalu.

h. Persiapan 1) Alat

a) Binatang kesayangan atau keseukaan klien, serti kucing, hamster, burung, ayam, anjing, dll.

b) Binatang dalam keadaan sehat 2) Klien

a) Klien tidak alergi terhadap binatang terapi b) Suka terhadap bianatang terapi

3) Terapis

a) Terapis memahami karakteristik dari binatangnya yang digunakan sebagai terapi.

b) Mampu berkomunikasi dengan klien dan binatangnya.

4) Lingkungan

a) Lingkungan yang tenang dan nyaman

b) Lingkungan yang terbuka seperti taman atau kebun.

i. Prosedur

1) Tentukan dan pastikan klien menerima biantang sebagi agen terapi

2) Beri penjelasn pada klien dan keluarga maksud dan rasionalisasi dari penggunaan terapi binatang dalam lingkungan perawatan klien

3) Pastikan bahwa binatang diskiring dan ditraining dalam program terapis

4) Libatkan pengawas binatang atau pelajari permainan terhadap binatan/ pelajari tingkah laku binatang yang digunakan dalam terapi.

5) Berikan bianatang terapi pada klien sesui dengan kesenanagn dan keseukaan seperti anjing, kuda , kelinci, kura- kura, burung dll.

6) Fasilitasi klien untuk melihat, memegang dan memeluk binatang terapi.

7) Dukung klien mengekspresikan perasaan dan emosi pada bianatang.

8) Fasilitasi klien untuk latihan dan bermain dengan binatang terapi denagn memberi makan atau mengenakan baju binatang terapi.

9) Gali perasaan klien selama dan sesudah terapi.

3) Terapi Bermain j. Definisi

1) Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial (Wholey &

Wong, 1996 dalam Susanto, 2013)

2) Suatu tindakan terapi dengan maksud menggunakan mainan atau peralatan yang lain untuk membentu klien dalam berkomunikasi persepsinya pada dunia dan membantu memimpin lingkungan (McCloskey & Bulechek, 1996 dalam Sutanto, 2013).

k. Indikasi bermain bagi anak 1) Permainan sensorik motorik

2) Perkembangan intelektual/ kognitif 3) Merupakan media sosialisasi anak 4) Media kesadaran diri

5) Perkembangan moral 6) Sebagai alat komunikasi 7) Terapi

l. Tujuan bermain

1) Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal 2) Dapat mengekpresikan keinginan, perasaan dan fantasi.

3) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat

4) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stres karena sakit

m. Prinsip- prinsip bermain yang dilakukan

1) Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana 2) Mempertimbangkan keamanan

3) Kelompok usia/ usia klien sama.

4) Melibatkan orangtua

5) Tidak bertentangan dengan pengobatan.

n. Persiapan 1) Alat

a. Alat-alat yang bermain anak yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, usia, jenis permaianan dan tujuan dari permaianan

b. Jenis mainan adalah merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak

c. Alat bermain tidak berbahaya bagi anak

Dalam dokumen Buku Ajar Keperawatan Keluarga (Halaman 78-81)