• Tidak ada hasil yang ditemukan

Media (Alat Peraga)

Dalam dokumen Buku Ajar Keperawatan Keluarga (Halaman 131-137)

Bab IX Metode dan Media Pendidikan Kesehatan Keluarga

B. Media (Alat Peraga)

tinggi, mahal, memerlukan ruangan khusus karena tidak dapat dilaksanakan disembarang tempat. Serta keseulitan dalam menerima informasi tidak dapat segera diatasi.

j. Siaran terprogram

Merupak penyampian informasi secara terprogram melalui siaran tv dan radio, yang bertujuan merubah pengetahuan, sikap dan tindkaan masyarakat. Siaran terprogram dapat dipakai secara efektif untu menambah pengetahuan umum dapat mencakup sasaran yang luas tenaga pengajar dpata dikurangi sampai seminimal mungkin.

Kekuarnag metode penyiaran terprogram radio dan tv belum merata dimiliki oleh semua lapisan masyarakat, memerlukan perencanaan yang matang dan memerlukan penyaiaran yang mahir.

k. Interview

Merupakan tanya jawab yang diarahkan kepada pencapaian tujuan yang telah ditentukan untuk memebahas topic masalah secara mendalam. Keuntungan interviewe adalah topic pembahasan sesuia dengan minat dan perhatian public, tidak kaku seperti ceramah/ kuliah sehingga interview harus tahu permasalahan dan tahu kehendak public serta menguasia tekhnik wawancara.

B. MEDIA (ALAT PERAGA)

akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan. Alat bantu adalah alat bantu pendidikan yang digunakan petugas kesehatan untuk menyampaikan pesan kesehatan/

alat peraga yang dapat ditangkap panca indra.

2. Tingkat intensitas Alat Peraga Elgar Dale

Alat peraga menjadi 11 macam menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut data sebuah kerucut

1) Kata-kata 2) Tulisan 3) Rekaman, radio 4) Film

5) Televisi 6) Pameran 7) Filed trip 8) Demonstrasi 9) Sandiwara 10) Benda tiruan 11) Benda asli

Lapisan paling dasar benda asli paling atas kata2. Dlm penerimaan pesan benda asli mempunyai intensitas paling tinggi untuk mempersepsikan pesan. Kata2 kurang efektif

3. Tujuan Penggunaan Media

a. Mempermudah penyampaian informasi b. Menghindari kesalahan persepsi c. Memperjelas infomasi

d. Menampilkan objek yang tidak bias ditangkap mata e. Sebagai alat bantu dalam pendidikan/ latihan/ penyuluhan.

f. Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah g. Untuk mengingatkan suatu pesan/ informasi

h. Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.

i. Menstimulasi sasaran meneruskan pesan kepada oranglain 4. Sasaran yang dicapai alat bantu/media

a. Yang prlu diketahui ttg sasaran antara lain

b. Tempat pemasangan

1) Didlm rumah; antara lain dlm kesempatan kunjungan rumah, merawat bayi, menolong orang sakit

2) Di masyarakat, saat perayaan hari besar, arisan, pengajian, dipasang ditempat strategis

3) Diinstansi, Pkm, Rs, kantor, sekolah c. Alat peraga sdpt mungkin digunaka oleh;

1) Nakes

2) Kader kesehatan 3) Guru

4) Pamong desa

5. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pendidikan Kesehatan a. Umur, tingkat pendidikan, kepercayaan , adat istiadat sehingga

sulit dirubah, lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku, disamping pengaruh Kondisi 1) Individu/ kelompok

2) Kategori sasara; umur, pendidika, pekerjaan 3) Bahasa yang digunakan

4) adat minat

5) Pengetahuan dan pengalaman pesan yang akan diterima

fisik dan psikologi sasaran seperti pengamatan, intelegensi, daya tangkap, dan ingatan serta motivasi (Notoatmojo, 1993) .

b. Faktor pemberi pesan kesehatan seperti tenaga kesehatan seperti kurannya penguasaan materi, bahasa yang kurang tepat, kurang dapat dimenegrti, penampilan kurang meyakinkan, suara terlalu kecil, penyampaian yang monoton, tempat waktu tidak sesaui keinginan sasaran.

6. Penggolongan Media Promosi Kesehatan

a. Bahan Bacaan; Modul, buku rujukan/ bacaan, folder, leafleat, majalah, bulletin, dll.

b. Bahan peragaan; Poster tunggal, poster seri, flipchart, transparent, slide, film, dan seterusnya.

7. Macam- Macam Media Promosi Kesehatan a. Leaflet

Berupa lembaran yang dilipat. Berisi maslah kesehatan yang ingin disampiakn , untuk men ambah penegathaun sasaran, dapat digunakan sebagai abahn diskusi mencapai sasaran lebih luas.

Leafleat dapat disebarkan sesudah atau sebelum penyampaian pendidikan kesehatan. Agar sasaran lebih memahami informasi kesehatan.Leafleat dapat dibawa pulang untuk menyebarakan informasi pada masyarakat lebih luas sperti keluarga dan masyarakat dilingkunganya.

Leafleat dibuat semenarik mungkin dengan warna dan gambar sesuai pesan yang ingin disampikan, merenagkan pesan kesehatan selengkap mungkin. Hindari kesalahan penulisan karena dapat mempengaruhi kesalahan persepsi sasaran. Leafleat berisi tulisan

yang terdiri dari 200- 400 kata, isi lengkap dapat ditangkap sekali baca, ukuran 20 x 30 cm.

b. Poster

Selembar kertas dalam bentuk gambar untuk mempengaruhi seseorang agar tertarik terhadap pesan yang akan disampikan.

Dibuat dengan gambar warna yang merangsang, dapat menerangkan pesan dengan jelas, dibuat tidak lebih dari 7 kata dapat dibaca pada harak 6 meter. Poster biasanya dipasnag ditempat umu. Poster harus dapat menggugah emosi masyarakat yang melihatnya, sehingga merubah perilkau masyarakat, poster dapat dibuat dengan ukuran 50 x 70 cm atau 35 x 50 cm.

c. Flipchart

Ini merupakan koleksi chart yang disusun dalam urutan tertentu, dengan ukuran yang sama dengan poster. Ini dapat dibawa keman- mana, urutan penyajian dapat diatur dengan tepat. Penulisan dan jumlah flipchart tergantung pesan yang ingin disampaikan dan waktu penyampian. Sebelum memulai pendidikan kesehata, sebaiknya ditutup terlebih dahulu urutan penyajian dapat diatur.

d. Buletin

Alat peraga ukuran 90 x 120 cm, ditempelkan pada gambar, tulisan dari topic tertentu. Prinsip pembuatannya ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat, gunakan peristiwa tertentu seperti pada waktu libur, judul harus menarik, tentukan jangka waktu pemasanagn supaya tidak membosankan seprti 1- 2 minggu untuk sekolah dan 3 minggu untuk ruangan umum. Keuntungannya merangsang perhatian sesame, menghemat waktu dan

membiarkan pembaca belajar masalah dalam urutan tertentu, sebagi review terhadap bahan yang diajarkan.

e. Flash Card

Flash Card meruapakan alat perada berupa kartu bergambar ukuran 25 x 30 cm untuk menyampikan masalah tertentu, tulisan diletakkan dibelakang gambar. Keuntungan penggunaan flash card, mudah dibawa keman-mana dapat disimpan.

f. Buku cerita bergambar

Buku ini adalah alat peraga berupa buku yang berisi gambar, garis- garis, foto yang terdiri dari 12 halaman, dapat digunakan sebagai bahan diskusi kelompok, keterangan gambar ditulis pada setiap gambar. Keuntungan penggunaan buku cerita bergambar mudah dibuat, murah dan mudah dibawa kemana-mana.

g. Chart

Media ini merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan gambara atau diagnram dengan ukuran 50 x70 cm atau 75 x 100 cm, yang digunakan pada kelompom kecil. Keuntunganya mudah dibuat, pesan yang ruwet dapat dibuat secara sederhana.

h. Diorama

Diorama merupakan visualisasi tiga dimensi yang disajikan seolah- olah seperti bentuk nayata. Figur orang dan lainya disusun tata letak untuk menggambarkan siatuasi.

BAB X

KONSEP PIS-PK (PROGRAM INDONESIA SEHAT-PENDEKATAN KELUARGA)

A. PENGERTIAN

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke- 5 Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia.

Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2015- 2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/ 52/2015 (Kemenkes RI, 2016)

B. KONSEP PENDEKATAN KELUARGA

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.

Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya. endekatan keluarga yang dimaksud dalam pedoman umum ini merupakan pengembangan dari kunjungan rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), yang meliputi kegiatan berikut. 1. Kunjungan keluarga untuk penda- taan/pengumpulan data Profil Kese- hatan Keluarga dan peremajaan (updating) pangkalan datanya. 2. Kunjungan keluarga dalam rangka promosi kesehatan sebagai upaya promotif dan preventif. 3.

Kunjungan keluarga untuk menidak- lanjuti pelayanan kesehatan dalam gedung. 4. Pemanfaatan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga untuk pengorganisasian/ pemberdayaan masyarakat dan manajemen Puskesmas. Kunjungan rumah (keluarga) dilakukan secara terjadwal dan rutin, dengan memanfaatkan data dan informasi dari Profil Kesehatan Keluarga (family folder). Dengan demikian, pelaksanaan upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) harus diintengrasikan ke dalam kegiatan pendekatan keluarga. Dalam menjangkau keluarga, Puskesmas tidak hanya mengandalkan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang ada sebagaimana selama ini dilaksanakan, melainkan juga langsung berkunjung ke keluarga.

C. SASARAN

Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta (6) meningkatnya responsivitas sistem kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu:

1. Penerapan paradigma sehat,

2. Penguatan pelayanan kesehatan, dan

3. Pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).

Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.

D. INDIKATOR STATUS KESEHATAN KELUARGA

Dalam rangka pelaksanaaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya dua belas indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB) 2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan 3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap 4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif 5. Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan

6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar 7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan

9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok

10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih

12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS) dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing- masing indikator, mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau dikembangkan, yaitu: 1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga. 2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga. 3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.

Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut.

1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family folder, yang merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga dan data individu anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen rumah sehat (akses/ ketersediaan air bersih dan akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain) serta kondisi individu yang bersangkutan:

mengidap penyakit (hipertensi, tuberkulosis, dan gangguan jiwa) serta perilakunya (merokok, ikut KB, memantau pertumbuhan dan perkembangan balita, pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).

2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet, buku saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga sesuai masalah kesehatan yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga yang ibunya sedang hamil, Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi, dan lain-lain.

3. Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa forum-forum berikut.

a. Kunjungan rumah ke keluarga-kelu- arga di wilayah kerja Puskesmas.

b. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group discussion (FGD) melalui Dasa Wisma dari PKK.

c. Kesempatan konseling di UKBM- UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan lain-lain).

d. Forum-forum yang sudah ada di ma- syarakat seperti majelis taklim, rem- bug desa, selapanan, dan lain-lain. Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan dengan menggunakan tenagatenaga berikut.

1) Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu, kader Poskestren, kader PKK, dan lain-lain.

2) Pengurus organisasi kemasyaraka- tan setempat, seperti pengurus PKK, pengurus Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

BAB XI

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGERTIAN PELAYANAN KEPERAWATAN KELUARGA Pelayanan Keperawatan Keluarga merupakan pelayanan holistik menempatkan keluarga dan komponennya sebagai fokus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi tindakan keperawatan dengan memobilisasi sumber-sumber pelayanan kesh dan sumber-sumber dari profesi lain termasuk yankes dan sektor lain dikomunitas. Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu area pelayanan keperawatan yang dilaksanakan dimasyarakat. Pelayanan kesehatan ini dikembangkan sebagai bagian dari yankesmas (Puskesmas). Keperawatan keluarga merupakan proses pemberian pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktek keperawatan. Pelayanan keperawatan keluarga merupakan pelayanan holistic yang menempatkan keluarga dan komponennya sebagai focus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan dengan memobilisasi sumber-sumber pelayanan kesehatan yang tersedia di keluarga dan sumber- sumber dari profesi lain termasuk pemeberi pelayanan kesehatan dan sector lain dikomunitas (Riasmini, dkk, 2017)

Proses Keperawatan adalah sebuah konsep dengan serang-kaian cara yang diterapkan dalam ilmu keperawatan. Konsep keperawatan menggunakan pendekatan problem solving yang me-merlukan ilmu, teknik, dan keterampilan interpersonal untuk menemukan dan memenuhi kebutuhan klien atau keluarga. Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten dan sesuai dengan perkembangan profesi

keperawatan. Adapun standar proses keperawatan meliputi: pengkajian (pengumpulan data), diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi, serta menggunakan modifikasi mekanisme umpan balik untuk meningkatkan upaya pemecahan masalah.

B. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga adalah meningkatkan status kesehatan keluarga agar keluarga dapat meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan keluarga.

1. Tujuan Umum

Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan, mencegah, memelihara kesehatan mereka sehingga status kesehatannya meningkat dan mampu melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif.

2. Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan keluarga dalam hal ini :

1. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi.

2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah kesehatan dasar daam keluarga.

3. Meningktakan kemampuan keluarga dalam memgambil keputusan yang tepat.

4. Meningkatkan kemampuan keluarga memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit.

5. Meningkatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.

C. TAHAPAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA 1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Pengkajian adalah tahap pertama dalam pengelolaan asuhan keperawatan menuntut seorang perawat memiliki kemampuan dalam mengumpulkan data mengambil informasi secara terus- menerus tentang status kesehatan anggota keluarga yang dibinanya secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Pengkajian menjadi syarat utama untuk mengidentifikasi masalah utama. Tahap ini bersifat dinamis, interaktif dan fleksibel. Pengkajin keperawatan keluarga dapat menngunakan metode observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik (Maglaya, 2009). Pengkajian keperawatan keluarga memiliki dua tahapan. Pengkajian tahap satu berfokus pada masalah kesehatan keluarga. Pengkajian tahap kedua mengkaji kemampuan keluarga dalam melakukan lima tugas kesehatan keluarga. Namun pada pelaksanaannya kedua tahapan ini dilakukan secara bersama-sama (Riasmini, 2017).

Variabel data pengkajian keperawatan keluarga mencakup:

1. Data umum : identitas keluarga mencakup nama KK, komposisi anggota keluarga, alamat, agama, suku, bahasa, jarak pelayanan kesehatan terdekat dan sarana trasnportasi

2. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga; nama, hubungan anggota keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, status gizi, TTV, status imunisasi dasar, penggunaan alat bantu prostesa serta status kesehatan anggota keluarga, keadaan umum, riwayat penyakit/alergi

3. Data pemeriksaan indivdu yang mengalami masalah kesehatan/

yang sedang sakit meliputi nama, diagnosis medis, rujukan dokter/RS, keluhan umum, sirkulasi, cairan, perkemihan,

pernafasan, muskuloskeletal, neurosensori, istirahat tidur, status mental, komunitas, budaya, perawatan diri, data penunjang medis (lab, rontgen, EKG)

4. Data kesehatan lingkungan: sanitasi, pemukiman, ventilasi, penerangan, lantai, pembuangan sampah, dll.

5. Struktur keluarga: Struktur peran, nilai, kom, kekuatan.

Komponen struktur akan menjawab pertanyaan tentang siapa anggota keluarga, bagaimana hubungan diantara anggota keluarga.

6. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Variabel ini akan menjawab tahap perkembangan klg dan tugas perkembangan keluarga.

7. Fungsi keluarga: terdiri dair aspek instrumental dan ekspresif.

Instrumental fungsi keluarga; aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, tidur, pemeliharaan kesehatan. Aspek ekspresif adalah fungsi emosi, pemecahan masalah, keyakinan dll. Pemeriksaan fungsi ini mencakup kemampuan keluarga dalam melakukan 5 tugas keluarga (Riasmini, dkk, 2017).

Pengkajian Keperawatan Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (Riasmini, 2017), meliputi;

a. Data keluarga ; Kepala Keluarga, Alamat, agama, bahasa, jarak pelaynan kesehatan terdekat, alat trasnportasi

1) Data Anggota keluarga; Nama, Hubungan dengan Kepala Keluarga, Umur, Jenis Kelamin, Suku, Pendidikan terakhir, Pekerjaan saat ini, Status gizi (Berat Badan/ BB, Tinggi Badan/

TB, Basal Masa Index/ BMI), Tanda- Tanda Vital/ TTV, Status imunisasi dasar /jika balita, alat bantu (prostesa)

2) Lanjutan; Nama, Penampilan umum, Status Kesehatan saat ini, Riwayat Penyakit/alergi, Analisa masalah kesehatan individu.

b. Data Pengkajian Individu yang sakit; (Tuberkulosis/ TB, Hipertensi/ HT, Orang Dengan Gangguan Jiwa/ ODGJ), dll 1) Nama individu yang sakit, Sumber dana kesehatan/ JKN,

diagnosa medis, rujukan dokter/RS (melakukan pengobatan teratur HT/ sesuai standar TB/ mendapat pengobatan dan tidak terlantar (ODGJ)

2) Keadaan umum, sirkulasi, perkemihan, pernafasan, pencernaan, muskuloskeletal, neurosensory, kulit

3) Istirahat tidur, mental, komunikasi dan budaya, kebersihan diri, perawatan sehari-hari

c. Data Penunjang Keluarga, meliputi :

1) Rumah dan sanitasi lingkungan (kondisi, ventilasi, pencahayaan, saluran buang limbah, sumber air bersih) 2) PHBS di rumah tangga (jika ada ibu nifas,; penolong

persalinan di fasilitas kesehatan, Kelauarga Berencana /KB saat ini , jika ada balita; Asi ekslusif, pemantauan/

penimbangan tiap bulan, ; penggunaan air bersih unt mami, air bersih unt kebersihan diri, CTPS dan air bersih, buang sampah ditempat, jaga lingk rumah, konsumsi lauk tiap hari, jamban sehat, tempat sampah, berantas jentik nyamuk tiap minggu, makan buah sayur tiap hari, aktivitas fisik tiap hari, Tidak merokok

3) Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan Anggota Keluarga; adakah yang sakit, mengetahui masalah kesehatn, penyebab masalah kesehatn, tanda gejala

masalah kesehatn, akibat, info masalah kesehatn, keyakinan sembuh, upaya peningktan kesehatan aktif, kebutuhan pengobatan, merawat, pencegahan, memodifikasi lingkungan, memanfaatkan fasilitas kesehatan.

4) Hasil pembinaan berdasarkan tingkat kemandirian keluarga;

Tingkat kemandiri dan kunjungan perawat

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian. Diagnosis keperawatan merupakan pertimbangan klinis/

rasional dari perawat/ clinical jugdgement yang berfokus pada respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan terhadap respon dari indvidu, keluarga, kelompok atau komunitas (Herdman, 2015).

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakanya. Diagnosa keperawatn keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkemabngan, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga baik yang bersifat actual, risiko maupaun sejahtera perawat berwenang dan bertanggung jawab melakukan tindakan-tindakan keperawatan bersama keluarga dan berdasar kemampuan dan sumber daya keluarga (Riasmini, 2017).

Banyak ragam standar klasifikasi diagnosis yang telah diakui secara internasional. BAB ini akan membahas Klasifikasi Diagnosa

Keperawatan berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Klasifikasi SDKI dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dengan memperhatikan disparitas budaya dan kekhasan pelayanan keperawatan di Indonesia. SDKI menjadi tolak ukur yang digunakan sebagai pedoman penegakan diagnosis keperawatan dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan etis. Standar ini menjadi komitmen profesi keperawatan dalam memberikan perlindungan kepada masyarakat sebagai klien dari asuhan keperawatan yang dilakukan oleh anggota profesi perawat.

Diagnosis keperawatan di area komunitas (keluarga, kelompok dan masyarakat) juga menggunakan rumusan diagnosis keperawatan International Classification for Nursing Practice (ICNP). ICNP membagi diagnosis keperawatan dalam lima kategori yaitu fisiologis, psikologis, perilaku, relasional, dan lingkungan (Wake & Coenen, 1998). Diagnosis keperawatan diklasifikasikan menjadi diagnosis negatif dan diagnosis positif. Diagnosis negatif menunjukkan kondisi sakit atau berisiko pada klien sehingga akan mengarahkan pada intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan dan pencegahan. Diagnosis ini terdiri dari diagnosis aktual dan risiko. Diagnosis positif atau diagnosis promosi kesehatan menunjukkan konidis sehat pada klien dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat atau optimal.

a. Diagnosis aktual

Dikenal dengan label aktual. Clinical judgement yg menggambarkan respon tidak diinginkan klien terhadap kondisi kesehatan/ proses kehidupan yg ada pada indvidu, keluarga, kelompok atau komunitas. Didukung manifestasi yang saling berhubungan; dari hasil pengkajian didapatkan data menganai tanda gejala gangguan kesehatan. Contoh: Perubahan peran dalam

keluarga; Ketidakefektifan management regimen terapeutik keluarga.

b. Diagnosis resiko

Pertimbangan klinis yg menggambarkan kerentanan indvidu, keluarga, kelompok atau komunitas yg memungkinkan berkembangnya suatu respon yangg tidak diinginkan dari klien terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupan. Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan. Label diagnosis risiko diawali dengan frase ‘risiko’. Contoh: Risiko konflik dalam keluarga; risiko penyimpangan perilaku kesehatan

c. Diagnosis Promosi kesehatan

Rasional dari perawat yang menggambarkan motivasi atau keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengaktualisasikan potensi kesehatan indvidu, keluarga, kelompok atau komunitas (konsep dahulu potensial/wellness;

keadaan sejahtera kesehatan dapat ditingkatkan). Respon dinyatakan dengan kesiapan meningkatkan perilaku kesehatan spesifik dan dpt digunakan pada seluruh status kesehatan. Setiap label ini diawali dengan frase ‘Kesiapan Meningkatkan’. Contoh : Kesiapan meningkatkan komunikasi, kesiapan meningkatkan religiusitas, kesiapan meningkatkan koping keluarga

Diagnosis keperawatan memiliki dua komponen utama sebagai berikut:

1. Masalah (Problem), merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti dari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas descriptor atau penjelas dan fokus diagnostic.

Dalam dokumen Buku Ajar Keperawatan Keluarga (Halaman 131-137)