• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesulitan belajar matematika

Dalam dokumen skripsi - etheses UIN Mataram (Halaman 35-42)

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka teori

2. Kesulitan belajar matematika

Matematika merupakan ilmu yang memiliki karakteristik yang khas, yaitu objek kajiannya yang bersifat abstrak, sehingga diperlukan konsentrasi tinggi dalam memahami konsep matematika itu. Kendati demikian banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Hal demikian merupakan kesulitan yang dialami oleh peserta didik dan mahasiswa dalam belajar matematika.

a. Pengertian kesulitan belajar matematika

Kesulitan belajar matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis). Istilah diskalkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem saraf pusat. Kesulitan belajar matematika yang berat oleh Kirk disebut akalkulia (acalculia). Menurut Lerner ada beberapa karakteristik peserta didik berkesulitan belajar matematika, yaitu (1) adanya gangguan dalam hubungan keruangan, (2) abnormalitas perpepsi visual, (3) asosiasi visual-motor, (4) perseversi, (5) kesulitan mengenal dan memahami simbol, (6) gangguan penghayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa dan membaca, dan (8) performance IQ jauh lebih rendah daripada sektor Verbal IQ.21

Menurut J. Tombokan dan Selpius mengatakan bahwa:

“Berkesulitan belajar atau learning disabilities artinya ketidak mampuan belajar”.22 Kesulitan belajar terdiri dari dua kata, yaitu kesulitan dan belajar. Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang melalui suatu proses tertentu. Sedangkan kesulitan berarti kesukaran, kesusahan, keadaan atau sesuatu yang sulit. Jadi, kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria

21 Herman Firdaus, “Makalah Kesulitan Belajar Matematika,” barabai.com, 2015, https://www.blogbarabai.com/2015/01/makalah-kesulitan-belajar-matematika.html.

22 J. Tombokan Runtukahu dan Selpius Kandou, Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar, 2014.

standar yang telah ditetapkan baik berbentuk sikap, pengetahuan, maupun keterampilan.

Adapun definisi kesulitan belajar yang dikemukakan oleh The United States Office of Education yang dikutip oleh Hallahan, Kaufman dan Lloyd dalam Maman Ahdiya, Lasia Agustina, dan Nurul Hikmah :

Kesulitan belajar merupakan gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan ini mungkin tampak sebagai ciri bentuk kesulitan dalam mendengar, berpikir, berbicara, mengeja atau berhitung.

Batasan ini meliputi kondisi seperti ganguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan atau afasia perkembangan. Batasan ini tidak mencakup anak-anak yang memiliki masalah belajar yang disebabkan oleh gangguan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, tuna grahita, gangguan emosional, atau karena kemiskinan ekonomi23.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar merupakan beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, maupun berhitung.

Selain itu kesulitan belajar memiliki indikator yang merupakan suatu wujud ketidakmampuan atau kurang berhasil dalam menguasai konsep, prinsip atau logaritma, walaupun telah berusaha mempelajarinya. Adapun yang merupakan indikator dari kesulitan belajar menurut Lestari dan Yudhanegara antara lain.

“1) ketidakmampuan untuk mengingat nama-nama secara teknis, 2) ketidakmampuan untuk menyatakan arti dari istilah

23 Maman Ahdiyat, Lasia Agustina, and Nurul Hikmah, “Model Pembelajaran Pendidikan

Inklusif Untuk Anak Yang Mengalami Kesulitan Belajar,” E-Jurnal Matematika 6, no. 3 (2017):

176–82, https://doi.org/10.24843/MTK.2017.v06.i03.p163.

yang mewakili konsep tertentu, 3) ketidakmampuan untuk mengingat suatu kondisi yang lebih diperlukan, 4) ketidakmampuan mengingat syarat cukup untuk memberikan istilah bagi suatu objek tertentu, 5) ketidakmampuan memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep tertentu, 6) ketidakmampuan menyimpulkan informasi dari suatu konsep yang diberikan. 24

Lebih dalam tentang kesulitan belajar, menurut Conney dalam Abdurrahman, dimana kesulitan belajar matematika di katagorikan menjadi 3 jenis yaitu : 1) kesulitan dalam memahami konsep, 2) kesulitan dalam menerapkan prinsip, 3) kesulitan dalam menyelesaikan masalah verbal25. Kemudian Conney menjelaskan tentang indikator kesulitan belajar yaitu.

Tabel 1. 1 Indikator Kesulitan Belajar Matematika

No

Indikator Keterangan

1

Kesulitan dalam memahami konsep

Peserta didik sulit dalam memahami konsep matematika untuk menyelesaikan soal matematika

2

Kesulitan dalam

menerapkan prinsip

Peserta didik kesulitan dalam menerapkan prinsip yang telah didapatkan dalam menyelesaikan permasalahan matematika 3

Kesulitan dalam

menyelesaikan masalah verbal

Peserta didik kesulitan dalam menyelesaikan masalah verbal atau soal- soal cerita.

24 K.E Yudhanegara, R. dan Lestari, Penelitian Pendidikan Matematika (bandung: refika aditama, 2015).

25 M. Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, Dan Remediasi (jakarta:

PT. Rineka Cipta, 2012).

b. Faktor penyebab kesulitan belajar matematika

Berbagai faktor dapat menyebabkan kesulitan belajar. Faktor penyebab kesulitan belajar sebenarnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi dapat dikemukakan beberapa penyebab sebagai berikut:

1) Keturunan. Keturunan dapat menyebabkan kesulitan belajar, tetapi tidak semua pakar PLB menyetujuinya.

2) Otak tidak berfungsi. Tidak berfungsinya otak dapat menyebabkan seseorang sulit belajar karena terdapat kelainan pada otaknya sehingga tidak berfungsi dengan baik, akan tetapi tingkat kerusakannya tidak begitu berat.

3) Lingkungan dan malnutrisi (kurang gizi). Tekanan lingkungan dan malnutrisi dapat menyebabkan kesulitan belajar.

Selain itu menurut Kirk dan Gallagher dalam Tombokan dan Selpius mengemukakan empat faktor penyebab kesulitan belajar sebagai berikut:

1) Faktor kondisi fisik. Kondisi fisik yang tidak menunjang anak belajar, termasuk kurang penglihatan dan pendengaran, kurang dalam orientasi dan terlalu aktif.

2) Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan yang tidak menunjang anak dalam belajar, antara lain keadaan keluarga, masyarakat, dan pengajar di sekolah yang tidak memadai.

Kondisi lingkungan yang mengganggu proses psikologis, misalnya kurang perhatian dalam belajar yang menyebabkan anak sulit dalam belajar.

3) Faktor motivasi dan sikap. Kurang motivasi belajar dapat menyebabkan anak kurang percaya diri dan menimbulkan perasaan-perasaan negative terhadap sekolah.

4) Faktor psikologis. Kurang persepsi, ketidakmampuan kognitif, dan lamban dalam bahasa, semuanya dapat menyebabkan terjadinya kesulitan dalam bidang akademik26. Rahchmadi mengelompokkan sumber kesulitan itu menjadi lima faktor, yaitu:

1) Faktor Fisiologis. Adanya sistem koordinasi sistem syaraf yang terganggu merupakan kesulitan dalam siswa belajar.

dalam hubungannya, umumnya guru matematika tidak memiliki kemampuan atau kompetensi yang memadai untuk mengatasinya.

2) Faktor Sosial. Hubungan orang tua dengan anak, dan tingkat kepedulian orang tua tentang masalah belajarnya di sekolah, merupakan faktor yang dapat memberikan kemudahan, atau sebaliknya menjadi faktor kesulitan bahkan penambah kesulitan belajar siswa. Di samping itu faktor ekonomi pun merupakan faktor positif maupun negatif.

3) Faktor Emosional. Siswa yang sering gagal dalam matematika lebih mudah berpikir tidak rasional, takut, cemas, benci pada matematika yang disebabkan oleh: obat-obatan tertentu, kurang tidur, diet yang tidak tepat, hubungan yang renggang dengan teman terdekat, dan masalah tekanan dari situasi keluarganya di rumah.

4) Faktor Intelektual. Umumnya siswa kurang berhasil menguasai konsep, prinsip atau algoritma, walaupun telah berusaha mempelajarinya. Siswa yang mengalami kesulitan mengabstraksi, menggeneralisasi, berpikir deduktif dan mengingat konsep-konsep maupun prinsip-prinsip biasanya akan selalu merasa bahwa matematika itu sulit.

5) Faktor Pedagogis. Yaitu kurang tepatnya guru mengelola pembelajaran dan menerapkan metodologis. Secara umum, cara guru memilik metode, pendekatan dan strategi dalam pembelajaran akan berpengaruh terhadap kemudahan atau kesulitan siswa dalam belajar siswa. 27

26 Selpius Kondou Runtukahu, J.Tombokan, Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar, 1st ed. (yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), http://library.uny.ac.id/sirkulasi/index.php?p=show_detail&id=49629&keywords=pembelajaran+

matematika+dasar.

27 Rachmadi Widdiharto, Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP Dan Alternative Proses Remidinya (yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika, 2008).

Berdasarkan teori diatas maka dapat di simpulkan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar matematika dapat dibagi menjadi dua yaitu, faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang menyebabkan peserta didik atau mahasiswa dalam belajar matematika yang tibul dari dalam diri peserta didik atau mahasiswa antara lain.

a) Berifat kognitif (ranah cipta) antara lain masih rendahnya intelegensi/intelektual peserta didik.

b) Bersifat afektif (ranah rasa) antara lain peserta didik masih ketergantungan pada alat indera seperti penglihatan dan pendengaran

c) Bersifat psikomotor (ranah karsa) 2) Faktor eksternal

Yaitu faktor yang berasal dari luar peserta didik antara lain.

a) Faktor keluarga, antara lain kurangnya respon dari anggota keluarga yang mengakibatkan kurangnya motivasi untuk belajar

b) Faktor lingkungan, antara lain pergaulan yang kurang baik akan mengakibatkan proses pembelajaran menjadi terhambat.

Dalam dokumen skripsi - etheses UIN Mataram (Halaman 35-42)