هملعو نآرقلا ملعت نم مكيرخ
A. Perencanaan Program Tahfidz Al-Qur’an
2. Pelaksanaan program tahfidz Al-qur’an di Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember
selaras dengan visi program pembelajaran Tahfidz ini dan lebih luas lagi visi dari kelembagaan pesantren.
2. Pelaksanaan program tahfidz Al-qur’an di Pesantren Nahdlatul
Badar, Kyai Imam Basuni, KH. Imam Baidhowi (pernah menjadi Rektor UIJ). Setelah sepeninggal KH. Imam Bukhori, amanah dilanjutkan oleh putra-putra beliau diantaranya Kyai Imam Burhan dan Kyai Imam Basumi.
Namun tidak berselang lama dari wafatnya KH. Imam Bukhori Kyai Imam Basumi harus menyusul abahnya menghadap Allah. Setelah wafatnya Kyai Imam Basumi, Kyai Imam Burhan terus istiqamah dalam waktu beliau untuk mengaji, mengajar dan mengamalkan Al-Qur’an sebagaimana keitiqamahan abahnya. Karena semangat beliau pada Al-Qur’an sehingga banyak kiai di beberapa pesantren, para guru serta tokoh masyarakat datang untuk bermusyawaroh dan berkonsultasi dengan beliau dengan ragam permasalahan yang dihadapi, mulai dari persoalan keluarga, agama, politik, pemerintahan dan berbagai masalah lainnya yang kala itu dihadapi. Dengan kepeduliannya, beliau melayani dengan baik semua yang datang kepada beliau.
Disamping itu beliau juga dapat mengajak masyarakat untuk mengadakan kegiatan ngaji Al-Qur’an diberbagai tempat, seperti di masjid Jami’ Kecamatan. Ambulu, Masjid Jami’ Kecamatan Wuluhan, Masjid Sambiringik Ampel Wuluhan, Masjid Tamansari Wuluhan, dan banyak tempat-tempat lain yang dijadikan beliau untuk Nasyrul Qur’an dan sekaligus sebagai sarana untuk bermusyawarah dan bimbingan kepada umat untuk mengatasi pelik hidup yang dialami masyarakat sehingga pusat-pusat peribadatan tersebut menjadi wahana disamping memperkuat ibadah dan memperdalam AlQuran disisi lain juga sarana untuk menampung tumpuhan keluhan permasalahan masyarakat dengan memberikan bimbingan, pelayanan
dan masyarakat.
Pada perkembangan berikutnya, pada tahun 1986, Kyai Imam Burhan wafat dengan meninggalkan 3 istri 22 anak. Sepeninggalan Kyai Imam Burhan pondok pesantren Nahdlatul Tholabah selanjutnya di asuh oleh KH.
M. Dimyati Burhan yang di bantu oleh Kiai Imam Bazar Burhan, Kiai Badri Tahrib, Kiai Bashori Tarhib, Kiai Hamid Aqil Basumi. Dalam perjalanannya, pada periode ini, Pesantren Nahdlatul Tholabah semakin berkembang baik, mulai dari sisi kemakmuran masjidnya, pondok pesantren maupun berbagai kegiatan formal dan non formalnya.
Tepat pada bulan april tahun 1992, berdiri lembaga pendidikan tingkat pra sekolah, TK dan TPQ YASINAT yang merupakan lembaga pendidikan pra sekolah pertama di wilayah Kabupaten Jember dengan nomor unit 001 TK/TPQ BKPRMI (Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia) wilayah Jawa Timur. Saat itu, santri berjumlah 77 santri yang terdiri dari putra-putri keluarga pengasuh dan pengurus pendidikan serta lingkungan pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah. Saat itu, santri dalam hafalannya ditarget 2 tahun sudah bisa mengkhatamkan Al-Qur’an. Dengan Ridlo Allah dan atas dorongan semangat dari para asatidz dalam membimbing serta keistiqamahan dari para santri dan kesungguhan dukungan orang tua santri, pengasuh dan seluruh jajaran pengurus pendidikan mendukungnya, maka pada bulan maret tahun 1994 Wisuda khotmil qur’an TPQ pertama dengan 29 santri mendapatkan hasil ujian yang sangat memuaskan. Saat itu, Wisuda TPQ Khotmil Qur’an pertama yang dihadiri oleh Bupati Jember saat itu
Bapak Wibowo dan pengurus IP BKPRMI Wilayah Jatim sekaligus peresmian gedung baru TK/ TPQ YASINAT dengan ditandai penanda tanganan prasasti oleh Bupati Jember (Pak Wibowo) merupakan penyemangat yang sangat luar biasa.
Pesantren Nahd;latul Tholabah sebelum tahun 1992 pendidikan formal hanya 1MINAT (Madrasah Ibtidaiyah Nahdhatut Thalabah) setelah TK/TPQ berjalan istiqomah, akhlak anak diarahkan sesuai syariat Rosulullah, kegiatan anak ditertibkan sesuai ketentuan yang berlaku,prestasi didalam atau diluar selalu meningkat.
Akhirnya animo masyarakat pada Nahdlatul Tholabah semakin tinggi, terbukti dengan dorongan masyarakat agar Pesantren Nahdlatul Tholabah ada sekolah lanjutan formal supaya putra/putri yang belajar di TPQ lebih banyak dan luas waktu belajar Qur’an dan lebih terarah akhlaknya.
Kemudian berdirilah lembaga-lembaga di bawah naungan Pesantren Nahdlatul Tholabah, 1998 Berdiri SMP TERBUKA, 2004 Berdiri SMK, 2009 Berdiri MTs YASINAT, 2013 Aliyah YASINAT, 2015 Penandatanganan kerja sama dengan UTN (Universitas Terbuka Negeri) Jember.
Berdiri dan munculnya kegiatan-kegiatan formal di Pesantren Nahdlatul Tholabah tidak terlepas karena semangatnya santri untuk belajar Al-Qur’an, melestarikan akhlakul Karimah dan Ulumuddiniyah di Pesantren Nahdlatul tholabah.
Awal tahun 2000 KH. Imam Baghowi Burhan membuat Bangunan 6
x 18 M, yang terdiri dari bambu semua (dinding, lantai dan pagarnya bambu) ditempat inilah banyak guru-guru Al- Qur’an berdatangan untuk mengaji (memperbaiki bacaan, belajar cara mengajarkna al-qur’an) baik cara menulis, membaca, menghafal, dan memahami Al-Qur’an. Para guru yang datang tidak mengenal waktu, setiap saat selalu ada yang ingin mengaji Al-Qur’an bahkan sesekali waktu diatas jam 12 malam pun ada yang ingin mengaji al- qur’an untuk bisa disebar luaskan di daerahnya masing-masing. Diantara mereka-mereka yang rutin adalah dari Pendidikan Al-Furqon Jember, Ponpes Tempurejo, dan Masjid At-Taqwa Bondowoso. Dan banyak juga dari lembaga- lembaga TK/TPQ yang selalu rutin ikut kegiatan ditempat tersebut.
Karena banyaknya guru-guru dan para perindu Al-Qur’an yang mengaji di tempat ini. Akhirnya tempat ini dikenal dengan Padepokan Tartil, setelah kurang lebih 4 tahun kegiatan di padepokan tartil ada beberapa guru Al-Qur’an yang menitipkan putranya pada K.H Imam Baghowi Burhan, ada 11 anak yang tinggal di padepokan ini, berkah 11 anak inilah di tahun 2004 Padepokan Tartil dirubah dengan nama PPTQ YASINAT ( Pondok Pesantren Tahfidz Al-quran Yayasan Islam Nahdlatul Tholabah).
Kegiatan guru-guru berlangsung, sembari menata dan menertibkan 11 santri yang menetap dengan berupaya istiqomah jama’ah 5 waktu dan mengaji Al-Qur’an serta menjaga akhlak yang karimah. Akhir Muharrom tahun 2006 jumlah santri putra 38. Yang semula KH. Imam Baghowi Burhan bertempat di ndalem timur/ndalem kasepuh (sekarang pondok putrid Al-
Burhany), KH. Imam Baghowi pindah kepondok Tahfidzul Qur’an diikuti 27 santri putri dengan keadaan tempat yang sangat terbatas.
Mengawali dalam mengurusi pembelajaran tahfidz tahun 2006 bersama 5 putra/ putri KH. Imam Baghowi, 38 santri putra dan 27 santri putri. Kami merasakan hidup yang sangat istimewa, indah, damai, tentram, aman, semangat ibadah, serta selalu bersyukur Pada Allah. Bertambah hari, bulan dan tahun santri terus bertambah, mereka datang dari berbagai penjuru di negeri tercinta Indonesia, bahkan ada yang dari negara Malaysia.
Prestasi yang di anugerahkan Allah pada pembelajaran tahfid quran sejak tahun 2006 sampai saat ini sangat banyak diantaranya: Banyaknya santri yang ikut menjadi guru di TK/TPQ, Banyaknya santri yang menjadi terbaik di Even-even MTQ Kabupaten dan Provinsi bahkan ada yang menjadi terbaik Nasional dan Internasional, Ada beberapa santri yang telah membuka Pondok Pesantren dan berjalan dengan baik.
Yang sangat menggembirakan lagi tahun 2015 berdiri program Takhassus Tahfidhul Qur’an di pesantren nahdlatul tholabah yang merupakan wujud semangat santri dan wali santri Pesantren nahdlatul tholabah dalam menekuni Al-Qur’an, mengalahkan kegiatan-kegiatan yang lain baik formal ataupun non formal. Yang saat ini santri Takhassus berjumlah 75 Putra dan 127 Putri. Semoga menjadi Ahli Qur’an yang selalu di lindungi dan di ridloi Allah.49
Terlepas dari deksripsi singkat sejarah pondok pesantren Nahdlatut Tholabah diatas, berkaitan dengan fokus riset penelitian pada focus pertama
ini, ingin mengungkap tentang manajemen perencanaan program Tahfidz termasuk program pembelajarannya dengan mengidentifikasi pokok-pokok penting Pertama, mengidentifikasi visi, misi dan tujuan yang menjadi acuan dalam perencanaan pembelajaran dan manajemen perencanaan pembelajaran.
Kedua, mengidentifikasi peran sumber daya dengan mengidentifikasi tugas pokok, dan fungsi serta kewenangannya dalam perencanaan program tahfidz maupun program pembelajaran tahfidz yang akan dijalankan oleh para asatidz dan santri dipondok pesantren Nahdlatut Tholabah Jember sehingga dapat teridentifikasi sejauhmana keterlibatan para pemangku kebijakan dalam perencanaan program tahfidz maupun pembelajarannya. Ketiga, mengidentifikasi orientasi program Tahfidz maupun program pembelajarannya untuk memastikan domain/ ruang lingkup keduanya memiliki perbedaan. Keempat, mengidentifikasi langkah/ upaya dalam merencanakan program tahfidz mulai dari rekrutmen/ seleksi, penempatan/
pemondokan serta pembinaannya.
c. Visi, misi dan tujuan program tahfidz di Pondok Pesantren Nahdlatut Tholabah Jember
Visi dan misi merupakan dasar awal dalam mengimplementasikan sebuah tujuan untuk mengembangkan berbagai program pembelajaran tahfidzul Qur’an. Adapun visi program tahfidz di Pondok Pesantren Nahdlatut Tholabah Jember yaitu “Menciptakan lembaga pendidikan islam yang berdasar pada Al-Qur’an khususnya dalam mencetak hafidz”.
Sementara itu, misinya adalah “Selalu menjaga sholat lima waktu dan
selalu berjamaah, menuntun santri untuk menjadi ahli ilmu, ahli Al- Qur‟an, dan juga memiliki akhlaqul karimah”.139 Sebagai uraian visi dan misi tersebut, berikut ungkapan badal Pesantren Tahfidz Alquran Nahdlatul Tholabah Ustadz Herman Efendi yang dijadikan peneliti sebagai data wawancara terkait visi misi dan tujuan Pesantren Tahfidz Alquran Nahdlatul Tholabah Jember.
“Sebelumnya saya di sini sebagai wakil dari abah ya pak, terkait visi dan misi secara formal memang kita tidak terlalu mengedepankan.
Hanya saja yang kita jadikan pedoman itu segala dawuh dan rencana dari beliau abah K.H. Imam Baghowi Burhan pak. Jadi istilahnya kita manut apa yang direncanakan dan disampaikan oleh abah. Selama ini Nahdlatul Tholabah itu kan sebagai yayasan utama, di mana di dalamnya ada pemondokan-pemondokannya. Pondok A: Al Abror, B:
Al-Bukhori, C: Al-Khodijah, D: Al-Burhani, E: tahfidz Putra, F tahfidz Putri. Kebetulan untuk pondok E dan F ini dibawah naungan K.H. Imam Baghowi Burhan. Dari awal kita hanya merintis beberapa santri, tapi lama-kelamaan sekarang santri khusus takhasusnya saja sudah ratusan dan itu dari berbagai daerah di Indonesia. Memang itu adalah pencapaian yang diinginkan abah, tapi selama ini untuk menujuk tingkat tersebut, kita selalu manut sama tujuan dan amanat dari abah pak, istilahnya Manut opo jare kiyai.”140
Merujuk pada ungkapan Ustadz Herman Efendi di atas, secara komprehensif visi misi yang dibuat tidak secara keseluruhan merujuk pada tujuan struktural lembaga. Artinya hanya sebatas visi dan misi yang diwujudkan dengan kegiatan aslinya. Seperti pada misi Selalu menjaga sholat lima waktu dan selalu berjamaah merupakan bentuk kegiatan yang menjadi kewajiban santri di pondok pesantren Nahdlatut Tholabah Nahdlatul Tholabah Jember. Misi tersebut bersifat faktual tanpa adanya rekonstruksi formalitas pada tujuan-tujuan lembaga secara terstruktur.
139Dokumentasi, Pesantren Nahdlatul Tholabah, Jember, 13 Desember 2021
140 Herman Efendi, Wawancara, Jember, 13 Desember 2020
Selain itu, misi menuntun santri untuk menjadi ahli ilmu, ahli Al-Qur‟an, dan juga memiliki akhlaqul karimah juga bersifat faktual apa adanya, tanpa ada rekonstruksi formal.
Berdasarkan visi dan misi di atas, tujuan didirikannya pondok pesantren Nahdlatut Tholabah Nahdlatul Tholabah Jember di Nahdlatul Tholabah adalah untuk menyebarkan ajaran-ajaran Al-Qur’an serta melahirkan para hafidz yang memiliki kompetensi dan akhlaqul karimah. Hal ini tentu menjadi sebuah penanda bahwa pondok pesantren Nahdlatut Tholabah Jember merupakan pemondokan tahfidz yang berhasil merekrut ratusan santri dengan luaran yang cukup mumpuni. Artinya pondok pesantren Nahdlatut Tholabah Jember sudah mampu mencetak para hafidz dengan porsi yang tidak sedikit. Merujuk pada visi dan misi di atas, tentu ada titik penentu tersendiri bahwa misi yang dibuat bersifat faktual dan apa adanya.
Bagi pengurus pesantren, visi misi itu adalah kunci utama yang harus dilaksanakan sesuai dengan kenyataannya, sehingga visi misi yang dimiliki pondok pesantren Nahdlatut Tholabah Jember bersifat faktual dan menghindari rekonstruksi formal yang justru dapat memperkecil proses pengembangan pesantren.
d. Orientasi program Tahfidz dan program pembelajaran
Dalam pertumbuhan dan perkembangan pondok pesantren Nahdlatut Tholabah Jember, pondok pesantren tersebut telah mengalami beberapa fase perkembangan dan itu selaras dengan dinamika dan tantangan yang dihadapi. Disatu sisi bagaimana mempertahankan sudah
ada, disisi yang lain bagaimana pesantren dengan program program tahfidz ini mampu berjejaring dengan lembaga-lembaga pesantren maupun komunitas para alumni maupun komunitas para asatidz dan guru ngaji yang memiliki kecintaan dalam menerapkan program-program yang seleras dengan visi pondok pesantren Nahdlatut Tholabah yang sudah tersebar dibeberapa daerah hingga kepelosok desa untuk terus berkomitmen mendidik calon generasi hafidz.
Berdasarkan wawancara dengan Gus Baghowi,
“Adanya program yang sudah diterjemahkan dalam program tahfidz di Nahdlatul Tholabah ini, disamping menjembatani para generasi dibeberapa penjuru desa dan kecamatan dikabupaten jember diharapkan terjalin kemitraan yang erat dengan masyarakat. Artinya, selama ini kalau bicara Nahdlatul Tholabah yang hafal dan dan fasich Alquran, karena itu sudah program khusus dipesantren ini.
Tetapi kemitraan yang sudah dijalin dengan para alumni, santri, wali santri dan masyarakat pada umumnya adalah minimal jembatan awal, bagi calon santri sebelum masuk ke pondok ini. minimal mempunyai dasar, agar tidak kaget jika sudah masuk kepesantren.
Karena program di Tahfidz quran sudah ada para asatidz yang tersebar di berbagai daerah untuk terus membina para santri yang ingin belajar Al Quran. Itu sudah ada metode khusus belajar Alquran dari dasar dalam program Yanbu’a yang sudah jalan sampai saat ini.”141
Jika dianalisis, keberadaan pondok pesantren Nahdlatut Tholabah Jember hingga saat ini telah mampu memfasilitasi kebutuhan masyarakat terutama dalam menjembatani para santri-santri yang ingin belajar al Quran dengan sungguh-sungguh dan Istiqamah. Sebab pondok pesantren khusus yang berorientasi pada menghafal terlebih fasikh dalam membaca termasuk pula dapat menghayati betul kandungan Al quran, maka maka
141 Ghowi, Wawancara, PP Nahdlatut Tholabah (Yasinat) Jember, 12 Januari 2021
diperlukan pembinaan khusus. Oleh karenanya, dengan program regular maupun tahassus yang sudah ditentukan dalam kebijakan pondok pesantren Tahfidz Nahdlatut Tholabah tersebut diharapkan para santri dapat belajar dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kebijakan disetiap pembidangan programnya.
Berdasarkan analisis peneliti yang diilhami dari data dokumentasi dan observasi peneliti di pondok pesantren Nahdlatut Tholabah Jember, bahwa Pondok Pesantren tersebut memiliki karakteristik basis kultural dengan beberapa unsur:
1. Pondok pesantren yang terdiri dari masjid jami’ yang disertai rumah kyai atau ustadz/ustadzah. Selain itu, sudah tersedia penginapan santri dalam bentuk asrama atau ma’had (gotakan).
2. Pesantren Nahdlatul Tholabah telah menyelenggarakan sistem pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan formal terdiri dari SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK. Sementara pada pendidikan nonformal terdiri dari enam pemondokan. Pondok A: Al Abror, B: Al- Bukhori, C: Al-Khodijah, D: Al-Burhani, E: Tahfidz Putra, dan F Tahfidz Putri.
3. Tersedianya tempat untuk mengembangkan keterampilan santri berupa ruang jahit, lapangan olahraga bola besar dan bola kecil, tempat bela diri, dan lain sebagainya.
4. Pondok Pesantren Nahdlatut Tholabah Jember memiliki ruang perpustakaan yang merupakan tempat untuk mengembangkan
pengetahuan santri. Selain itu, terdapat dapur umum, ruang makan, kantor administrasi, dan lain sebagainya.
5. Jumlah santri di Pondok Pesantren Nahdlatut Tholabah Jember secara keseluruhan dari enam pemondokan terdiri dari 1.000 lebih, sehingga dapat dikatakan sebagai pesantren golongan sedang. Lingkup santri yang melakukan pembelajaran tahfidzul Qur’an sudah terdiri dari berbagai daerah bahkan ada yang berasal dari luar pulau Jawa.
Dengan demikian, Pondok Pesantren Nahdlatut Tholabah Jember sesungguhnya telah terbangun dari konstruksi kemasyarakatan dan epistemologi sosial yang menciptakan suatu transendensi atas perjalanan historis sosial. Sebagai center of knowledge, dalam pendakian sosial, Pondok Pesantren Nahdlatut Tholabah Jember mengalami metamorfosis yang berakar pada konstruksi epistemologi dari variasi pemahaman di kalangan umat Islam setempat. Hal yang menjadi titik penting ialah kenyataan eksistensi pesantren sebagai salah satu pemicu terwujudnya kohesi sosial. Keniscayaan ini karena pesantren hadir terbuka dengan semangat kesederhanaan, kekeluargaan, dan kepedulian sosial. Konsepsi perilaku (social behavior) yang ditampilkan pesantren ini mempunyai daya rekat sosial yang tinggi dan sulit ditemukan pada institusi pendidikan lainnya.
Kemampuan pesantren dalam mengembangkan diri dan mengembangkan masyarakat sekitarnya ini dikarenakan adanya potensi
yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Nahdlatut Tholabah Jember, di antaranya sebagai berikut.
a) Pondok pesantren hidup selama 24 jam, dengan pola 24 jam tersebut, baik pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan, sosial kemasyarakatan, atau sebagai lembaga pengembangan potensi umat dapat diterapkan secara tuntas, optimal dan terpadu sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat Desa Kesilir, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember.
b) Mengakar pada masyarakat, Pondok Pesantren Nahdlatut Tholabah Jember tumbuh dan berkembang di pedesaan, khususnya di Desa Kesilir atas dukungan masyarakat yang menghendaki berdirinya pesantren tersebut. Selain itu, masyarakat di Desa Kesilir, secara menyeluruh patut dan tunduk terhadap program-program pesantren tersebut, sehingga mampu mengembangkan dari segi tempat dan kegiatan keagamaan di lingkungan setempat. Melalui usaha dan implementasi program tersebut, Pesantren Nahdlatul Tholabah menjadi simbol keagamaan di Desa Kesilir Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember.142
Terkait karakteristik Pondok Pesantren Nahdlatut Tholabah Jember berkaitan dengan basis yang diterapkan dalam sistem belajar-mengajar.
Ada dua karakteristik sebagai basis utama kultur Pondok Pesantren Nahdlatut Tholabah Jember di antaranya sebagai berikut:
142 Data diolah berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi
1. Pesantren modern
Pesantren modern merupakan kebalikan dari istilah salafiyah, yang merupakan wujud revolusi dari pesantren tradisional atau salaf.
Konsep pesantren modern dicirikan dengan unsur sebagai berikut: 1) Penekanan pada bahasa Arab percakapan; 2) Memakai buku-buku literatur bahasa Arab kontemporer (bukan klasik/kitab kuning); 3) Memiliki sekolah formal di bawah kurikulum Diknas dan/atau Kemenag; dan 4). Tidak lagi memakai sistem pengajian tradisional seperti sorogan, wetonan, dan bandongan.
Merujuk pada ciri tersebut, Pondok Pesantren Nahdlatut Tholabah (Nahdlatul Tholabah) Jember tergolong dalam pesantren modern. Bahasa yang digunakan selain bahasa indonesia juga menggunakan bahasa arab, walaupun penggunaannya hanya dalam proses belajar mengajar dengan porsi sedikit. Mengenai literatur, Pondok Pesantren Nahdlatut Tholabah Jember sudah menggunakan Al-Qur’an modern yang dikhususkan untuk pembelajaran tahfidz.
Sementara untuk sekolah formal, pesantren Nahdlatul Tholabah telah memiliki hampir seluruh jenjang pendidikan formal, yaitu tingkat SD/MI, SMP/ MTs, dan SMA/MA/SMK.
2. Mempertahankan budaya
Karakteristik kedua, mempertahankan Budaya. Pertahanan budaya dan tetap bersandar pada ajaran dasar Islam adalah budaya pesantren yang sudah berkembang berabad-abad. Sikap ini tidak lain
merupakan konsekuensi logis dari modelling. Ide cultural resistance juga mewarnai kehidupan intelektual dunia pesantren. Subjek yang diajarkan di lembaga ini melalui hidayah dan berkah seorang kyai sebagai guru utama atau irsyadu ustadzin. Basis pertahanan budaya dalam Pondok Pesantren Nahdlatut Tholabah (Nahdlatul Tholabah) Jember terpusat pada barokah seorang kyai, sehingga segala jenis pembelajaran baik dari kurikulum lokal pesantren terpusat pada kyai pesantren Nahdlatul Tholabah Jember.
Sedangkan karakteristik dari pada kurikulum di pondok pesantren Nahdlatut Tholabah Jember terpusat pada pengasuh pesantren.
Artinya, kurikulum secara umum tersentral dari kiai, akan tetapi dalam implementasi pembelajaran tahfidz kurikulum tersebut dikembangkan oleh pembimbing kelas. Pembimbing kelas melakukan pengembangan kurikulum yang bersifat teknis, merujuk pada cara menghafal Al-Qur’an dan pembelajaran kitab kuning.
e. Upaya dalam perencanaan program tahfidz dan pembelajaran Pengasuh sebagai tokoh sentral memiliki tanggungjawab untuk mengorganisir jajaran sumberdaya dibawahnya berdasarkan struktur yang telah ditetapkan seperti para asatidz yang bertugas sebagai pendidik dan maupun para asatidz yang sedang diberikan tugas untuk mengelola administrasi. Kiai sebagai pengasuh dalam memanajemen perencanaan baik program tahfidz maupun program pembelajaran tahifidz memiliki tugas disamping mengoordinir, mengawasi,
memberikan arahan dan memutuskan kebijakan. Sedangkan para asatidz yang ditugaskan berdasarkan komposisi struktur yang ada melaksanakan arahan dari pengasuh/ pemimpin, mengomunikasikan, dan memberikan umpan balik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengasuh, Kiai Baghowi, mengemukakan bahwa,
“Ya, selama ini kami sebagai pemimpin, untuk menjalankan amanah di pesantren ini, kami terus kerjasama satu sama lain. Program yang telah kami rumuskan dilaksanakan melalui musyawarah bersama para asatid.
ya tentunya keputusan itu berdasar pada visi dari lembaga Tahfidz ini.
Kalau berkaitan dengan kegiatan pondok, sudah ada bagiannya atau yang bertugas layaknya pesantren lainnya yang dirumuskan dalam struktur kepengurusan Kalau berkaitan dengan program PPTQ sebaliknya juga ada penanggungjawabnya. Kami terus bekerjasama, berkoordinasi, berkomunikasi untuk memastikan seluruh yang direncanakan bisa berjalan dengan lancar. Fungsi manajemen perencanaan program pembelajaran sebenarnya sudah dilakukan langsung oleh pengasuh sebagai pemimpin sentral dengan para asatid yang akan melaksanakannya. Merencanakan program tahfidz terlebih program pembelajaran tahfidznya mengacu kepada visi misi, tujuan, program, kurikulum yang sudah berlaku disini. sebagai pintu awalnya adalah rekrutmen dan seleksi santri, penempatan/ pemondokan serta pembinaan sesuai dengan kebijakan disini.”143